Anda di halaman 1dari 34

Dosen Pengampuh: Dr.Sarni, S.Si.,M.

Si

MAKALAH

SIFAT KOLIGATIF, LARUTAN PENYANGGA, HASIL KALI


KELARUTAN, DAN KESETIMBANGAN KIMIA

DI SUSUN OLEH :

ASTI SIATA (PBC230098)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

KESEHTAN POLITEKNIK BAUBAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Agama dengan judul ”Sifat
koligatif, larutan penyangga, hasil kali kelarutan dan kesetimbangan
kimia”.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi.Meskipun saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan dan selalu saja ada yang Kurang. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulin

BAB II PEMBAHASAN

A. SifatKoligatif
B. Larutan Penyangga
C. Hasil Kali Kelarutan
D. Kesetimbangan Kimia

BAB Ill PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang makalah mengenai Sifat Koligatif, Larutan
Penyangga, dan Hasil Kali Kelarutan dapat mencakup pemahaman
mendalam tentang bagaimana zat terlarut mempengaruhi sifat larutan.
Sifat koligatif meliputi perubahan sifat-sifat larutan karena keberadaan
partikel terlarut, sedangkan larutan penyangga menunjukkan
kemampuan suatu larutan untuk mempertahankan kestabilan pH. Hasil
kali kelarutan berkaitan dengan sejauh mana suatu zat dapat larut
dalam pelarut tertentu. Penelitian pada topik ini penting untuk
memahami solusi perilaku dalam berbagai kondisi dan memiliki
aplikasi luas dalam berbagai industri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penambahan zat terlarut terhadap sifat-sifat
koligatif lingkungan, seperti penurunan titik beku, peningkatan titik
didih, tekanan osmotik, dan penurunan tekanan uap?
2. Apa pengertian larutan penyangga, bagaimana, bagaimana cara
kerja larutan penyangga, bagaimana perhitungan pH larutan
penyangga dan apa saja peranan larutan penyangga?
3. Bagaimana hubungan Ksp dengan hasil kali kelarutan,serta
bagaimana faktor-faktor seperti suhu dan tekanan yang
mempengaruhinya?
4. Apa pengertian Kesetimbangan Kimia? Serta Bagaimanakah
contoh-contoh kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan zat terlarut
terhadap sifat-sifat koligatif lingkungan, seperti penurunan titik
beku, peningkatan titik didih, tekanan osmotik, dan penurunan
tekananuap!
2. Untuk mengetahui apa pengertian larutan penyangga, bagaimana
cara kerja larutan penyangga, bagaimana perhitungan pH larutan
penyangga dan apa saja peranan larutan penyangga?
3. Untuk mengetahui hubungan Ksp dengan hasil kali kelarutan serta
bagaimana faktor-faktor seperti suhu dan tekanan yang
mempengaruhinya!
4. Untuk mengetahui apa pengertian Kesetimbangan Kimia? Serta
Bagaimanakah contoh-contoh kesetimbangan kimia dalam
kehidupan sehari-hari
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Koligatif Larutan

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua
atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut
(zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi
zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat


terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan
bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi
rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

Sifat-Sifat Koligatif Larutan

 Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut, tidak tergantung pada
jenis zat terlarut.
 Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume
pelarut dan bukan pada massa partikel.
 Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu
pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut
 Maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:
 Penurunan tekanan uap jenuh
 Kenaikan titik didih
 Penurunan titik beku
 Tekanan osmotik
 Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri.
 Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama
dengan jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun
keduanya mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi ion-ion. Dengan
demikian sifat koligatif larutan dapat dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal-
hal berikut :

a. Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan


b. Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
c. Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
zat pelarut dan zat terlarut.

Sifat Koligatif Larutan Non elektrolit

Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat


koligatif larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat
mengurai menjadi ion – ion nya. Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit
dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik didih, titik beku, dan
tekanan osmosis.

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik
didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut
murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal.
Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak


bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi
bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat
koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotik.

• Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair


menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami
penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi
pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya
semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul
cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan
menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang
sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian
pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya
dihalangi oleh zat terlarut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak
uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya
semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu
kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh
akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi penurunan tekanan uap.

Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam
ketel yang tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat,
mengapa hal ini terjadi? Apa sebenarnya yang menekan tutup ketel
tersebut, air atau uap airnya? Dalam ruang tertutup air akan menguap
sampai ruangan tersebut jenuh,yang disertai dengan pengembunan
sehingga terjadi kesetimbangan air dengan uap air.

Terjadinya uap air ini akan menimbulkan tekanan sehingga menekan


ketel. Ketika air mendidih (suhu 100°C)banyak air yang menguap
sehingga tekanan yang ditimbulkan lebih besar hingga tutup ketel
terangkat. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh air ini disebut
tekanan uap jenuh air.

Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat tidak sama, bergantung
pada jenis zat dan suhu.Zat yang lebih sukar menguap, misalnya glukosa,
garam,gliserol memiliki uap yang lebih kecil dibanding zat yang lebih
mudah menguap, misalnya eter.Bila suhu dinaikkan, energi kinetik
molekul-molekul zat bertambah sehingga semakin banyak molekul-
molekul yang berubah menjadi gas, akibatnya tekanan uap semakin
besar. Perhatikan tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu pada.

Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang


menguap adalah pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan
partikel pelarutyang menguap menjadi berkurang akibatnya terjadi
penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat terlarut menyebabkan
penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih
rendah dibanding tekanan uap pelarut murninya.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan
mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan
sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut
murninya.
Penurunan tekananuap yang terjadi merupakan selisihdari tekanan
uap jenuh pelarut murni(P°) dengan tekanan uap larutan (P).

Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair
akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar.
Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut
sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu
ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap
luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam
larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
• Tekanan Osmotik

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab


peranannya penting dalam transfor molekul melalui membran sel.
Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat
tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran
semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat
terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion)
melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang
ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar
tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan
beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan
sebelumnya.
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.
Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff.
Dirumuskan sebagai berikut :

π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat
koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan
yang mempunyai konsentrasi terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu
larutan dengan konsentrasi terlarut rendah. Air kelapa merupakan contoh
larutan isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda mempunyai
komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga memiliki
kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna setara dengan cairan
tubuh manusia. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan
nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit
yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif
larutan non elektrolit, menurut Van’t Hoff besarnya selalu tetap dan diberi
simbol i (i = tetapan atau faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat
dituliskan:
B. Pengertian larutan penyangga

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah


larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu
agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat
yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah
sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga asam adalah suatu campuran larutan


yang tersusun dari asam lemah dengan garamnya. Larutan
penyangga basa adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari
basa lemah dengan garamnya.

Meskipun ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit


asam atau sedikit basa atau dilakukan proses pengenceran maka pH
larutan tidak berubah. Sebaliknya penambahan asam atau
penambahan basa dalam larutan bukan penyangga menyebabkan
perubahan pH larutan yang dratis.

a. Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

 Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).


Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan
garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asa mnya. Adapun
cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu
basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung
basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya
basa kuat yang digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium,
kalsium, dan lain-lain.

 Larutan penyangga yang bersifat basa


Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan
garamnya, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara
lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan
suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

b. Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa


dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik
ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat
atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini
cara kerja larutan penyangga:

 Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga


yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami
kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

 Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke


kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion
CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

 Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH - dari


basa itu akan bereaksi dengan ion H + membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa
menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan
ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam
CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

 Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga


yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:

 Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H + dari asam akan


mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH - dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan
berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang
ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.

NH3(aq) + H+(aq) → NH4+(aq)

2.5 Peranan Larutan Penyangga

Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi


kimia terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi,
dan bidang kesehatan. Dalam reaksireaksi kimia tersebut dibutuhkan
pH yang stabil.

Dalam tubuh manusia, pH darah harus dijaga pada 7,35 –


7,45. Jika pH darah kurang dari 7,35 maka disebut asidosis
(penurunan pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit seperti
ginjal, jantung, diabetes mellitus (penyakit gula), konsumsi protein
berlebihan dalam waktu yang lama atau dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh yang cukup banyak) misalnya olah raga yang terlalu
berlebihan atau diare yang terus menerus. Dan jika pH darah lebih
dari 7,45 disebut alkalosis (peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita
mengalami muntah yang hebat, bernafas terlalu berlebihan
(hyperventilasi) biasanya di daerah yang udaranya tipis (ketinggian)
atau ketika kita sedang cemas atau histeris. Kematian dapat terjadi
jika pH darah kurang dari 7,0 atau 132lebih besar dari 7,8. pH di
dalam darah dijaga oleh beberapa sistem kesetimbangan larutan
penyangga.

Pada cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel
(extracelluler), merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga
yang utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa
konjugasi dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– – HPO42–).
Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut:

HPO42–(aq) + H+(aq) H2PO4–(aq)

H2PO4–(aq) + OH–(aq) HPO42–(aq) + H2O(l)

Pada cairan luar sel terdapat sistem penyangga pasangan


asam basa konjugasi asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3–).
Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut:

HCO3–(aq) + H+(aq) H2CO3(aq)

H2CO3(aq) + OH–(aq) HCO3–(aq) + H2O(l)

Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap


oleh darah, akan sangat mempengaruhi harga pH darah. Dengan
adanya system penyangga, perubahan pH darah yang drastis, baik
penurunan atau kenaikan pH darah dapat dicegah. Dalam bidang
industri, terutama bidang farmasi (obat-obatan), diperlukan keadaan
pH yang stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif
dalam obat-obatan akan terus berkurang atau hilang sama sekali.
Untuk obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan iritasi seperti
tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH
cairan tubuh. pH Obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah
agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.

C. Hasil Kali Kelarutan


Mengetahui bahwa suatu proses kimia tidak mungkin terjadi
dalam kondisi-kondisi tertentu, dapat menghemat banyak waktu
yang terbuang percuma untuk membuatnya terjadi dengan adanya
termodinamika. Termodinamika merupakan alat bantu untuk
menetukan sifat-sifat makroskopik tertentu tetapi tidak dapat
menjelaskan mengapa suatu zat itu mempunyai sifat-sifat tertentu.
Termodinamika juga dapat menetukan apakah suatuproses dapat
berjalan, tetapi tidak dapat mengatakan seberapa cepat proses
tersebut akan berlangsung. Dalam mempelajari suatu peristiwa,
kita harus memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem,
sistem adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat
perhatian langsung dalam suatu eksperimen tertentu yang dikontrol
eksperimen itu.
Termodinamika berhubungan dengan sifat-sifat makroskopik
sistem dan bagaimana sistem tersebut berubah. Sifat-sifat tersebut
ada dua macam yaitu ekstensif dan intensif. Sifat ekstensif sistem
adalah sifatyang ditulis sebagai jumlah dari masing-masing sifat
subsistem. Sifat intensif sistem adalah sifat yang sama dengan
sifat-sifat yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem
tersebut. Suatu proses termodinamika menyebabkan perubahan
keadaan termodinamika suatu sistem. Proses seperti ini bisa
sebuah proses fisika atau suatu proses kimia dimana terjadi
perubahan dalam distribusi materi diantara senyawa-senyawa yang
berbeda (Oxtoby, dkk, 2001).
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi
jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan
adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh (Yazid, 2005).
Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat
terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tak dapat ditambahkan
lagi zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi kesetimbangan antara
solut yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama
dengan kecepatan pengendapan (Yazid, 2005).
Larutan tak jenuh adalah suatu larutan yang mengandung
jumlah solut lebih sedikit (encer) dari pada larutan jenuhnya.
Sedangkan larutan lewat jenuh mengandung solut lebih banyak
(pekat) dari pada yang ada dalam larutan jenuhnya pada suhu yang
sama (Yazid, 2005).
Larutan lewat jenuh tidak berada dalam kesetimbangan
melainkan dalam sistem menstabilkan. Larutan ini biasanya dibuat
dengan membuat larutan jenuh pada suhu lebih tinggi. Larutan ini
sangat jenuh dan tidak stabil, karena bila sebutir saja dari kristal zat
yang sama ditambahkan akan ada tambahan solut yang
mengendap pada inti kristal sampai larutan menjadi jenuh (Yazid,
2005).
Kelarutan molar suatu zat adalah jumlah mol zat yang
melarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu. Hasil kali
kelarutan suatu garam adalah hasil kali konsentrasi semua ion
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion
diberikan pangkat dengan koefisien dalam rumus tersebut. Selain
daripada Ksp, kadang-kadang lebih mudah jika menggunakan pKsp
yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp). Secara algebra dapat
dikatakan bahwa semakin kecil Ksp semakin besar pKsp. Harga
pKsp yang besar (positif) menunjukan kelarutan yang kecil, pKsp,
yang kecil (negatif) menunjukkan kelarutan besar (Achmad, 2001).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat
terutama ion-ion dalam campuran itu. Ada perbedaan mencolok
antara efek yang disebut ion sekutu dan ion asing. Ion sekutu
adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan
(Svehla, 1985).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yakni
(Day dan Underwood, 1989):
1. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas,
tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas
karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor suhu.
2. Sifat pelarut, garam-garam anorganik lebih larut dalam air.
Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat
digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
3. Efek ion sejenis, kelarutan endapan dalam air berkurang jika
larutan tersebut mengandung satu ion-ion penyusun endapan.
4. Pengaruh aktivasi.
5. Pengaruh pH, kelarutan dari garam asam lemah bergantung
pada pH larutan, misalkan : oksalat, ion H+ bergabung dengan
ion C2O4-2 membentuk H2C2O4 sehingga menambah
kelarutan garamnya. Pemisahan logam mengalami hidrolisis
sehingga menambah kelarutannya.
6. Pengaruh hidrolisis, jika garam dari asam lemah dilarutkan
dalam air, akan menghasilkan perubahan (H+). Kation dari
spesies garam mengalami hidrolisis menambah kelarutannya.
7. Efek kompleks, kelarutan garam yang sedikit larut merupakan
fungsi konsentrasi yang menghasilkan kompleks dengan kation
garam tersebut.
Dalam perhitungan yang dilakukan sampai sejauh ini, kita
menganggap bahwa semua zat yang terlarut berada dalam larutan
sebagai kation dan anion yang terpisah. Dalam banyak hal,
anggapan ini tidak berlaku. Apabila pembentukan pasangan ion
terjadi dalam larutan, konsentrasi ion bebas cenderung menurun.
Ini berarti bahwa banyaknya zat yang harus dilarutkan untuk
mempertahankan konsentrasi ion bebas yang diperlukan untuk
memenuhi rumus Ksp meningkat : kelarutan meningkat apabila
terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan (Petrucci, 1992).
Hubungan hasil kali kelarutan menjelaskan fakta bahwa
kelarutan suatu zat sangat banyak berkurang jika ditambahkan
reagen yang mengandung ion sekutu dengan zat itu. Karena
konsentrasi ion sekutu ini tinggi, konsentrasi ion lainnya harus
menjadi rendah dalam larutan jenuh zat itu, maka kelebihan zat itu
akan diendapkan. Jadi, jika salah satu ion harus dikeluarkan dari
larutan dengan pengendapan, reagen harus dipakai dengan
berlebihan. Namun reagen yang terlalu berlebihan lebih banyak
buruknya daripada baiknya, karena mungkin akan memperbesar
kelarutan endapan karena pembentukan kompleks (Svehla, 1985).
Hasil kali kelarutan jenuh suatu garam, yang juga
mengandung garam tersebut yang tak terlarut dengan berlebihan
merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan
massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida
ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka
kesetimbangan berikut terjadi:
AgCl –> Ag+ + Cl-
Dalam hal ini kesetimbangan adalah kompromi dinamik
dimana kecepatan keluarnya partikel dari fase pekat sama dengan
kecepatan baliknya (Oxtoby, 1986).
Ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl ada
dalam fase padat, sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase
terlarut. Tetapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai:
K = [Ag+] [Cl-] [AgCl]
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah, dan
karenanya dapat dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru, yang
dinamakan hasil kali kelarutan (Ksp):

Ksp = [Ag+] [Cl-]

Jadi dalam larutam jenuh perak klorida, pada suhu konstan


(dan tekanan konstan), hasil kali ion perak dan ion klorida adalah
konstan. Untuk larutan jenuh suatu elektrolit AvA dan BvB, yang
terion menjadi ion-ion vA Am+ dan vB Bn-:
Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatakan sebagai:
Ksp = [Am+]vA x [Bn-]vB
Jadi dapat dinyatakan bahwa dalam larutan jenuh suatu
elektrolit yang sangat sedikit larut, hasil kali konsentrasinya untk
setiap ion-ion tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion
dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-
masing ion bersangkutan yang dihasilkan oleh disosiasi dari satu
molekul elektrolit. Nilai hasil kali kelarutan ditentukan dengan
berbagai metode. Tetapi, berbagai metode itu tidak selalu memberi
hasil yang konsisten (Vogel, 1990).
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion
dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh,
yaitu dengan membandingkan hasilkali ion dengan hasil kali
kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan
koefisiennya masing-Masing kurang dari nilai Ksp maka larutan
belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatka koefisiennya masing-
masing Sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat
jenuhnamun tidak terjadi Endapan.
3. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih
dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk
endapan (Syukri,1999).

 Pengaruh Penambahan Ion Senama


Jika kita menambahkan ion senama ke dalam larutan
jenuh yang berada pada kesetimbangannya, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri membentuk endapan.
Terbentuknya endapan ini menunjukkan penurunan
kelarutan. Fenomena ini disebut efek ion senama .
Jika larutan jenuh AgCl ditambahkan HCl, maka
kesetimbangan AgCl akan terganggu. Kehadiran Cl – pada
reaksi ionisasi HCl menyebabkan konsentrasi Cl – pada
kesetimbangan bergeser ke kiri membentuk endapan AgCl.
Dengan demikian kelarutan menjadi berkurang.
 Memprediksi Adanya Pengendapan
Masing-masing zat memiliki harga K sp yang berbeda.
Selanjutnya, dengan mengetahui harga K sp dari suatu zat,
kita dapan memperkirakan keadaan ion-ion suatu zat dalam
suatu larutan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) lebih kecil dan
harga K sp maka ion-ion tersebut masih larut.
b. Jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) sama dengan
harga K sp maka ion-ion tersebut tepat jenuh.
c. Jika hasil kali konsentrasi ion-ion (Qc) lebih besar harga
K sp maka ion-ion tersebut sudah membentuk endapan

 Hubungan Harga Ksp dengan pH


Kelarutan suatu zat dapat kita tentukan dari harga Ksp
zat tersebut. Sebaliknya, harga Ksp suatu zat dapat kita peroleh
dari kelarutan zat tersebut. Jika kelarutan suatu zat kita ketahui,
maka susunan konsentrasi ion-ion zat tersebut dalam larutan
jenuhnya dapat ditentukan. Berarti, dengan mengetahui harga
Ksp dari suatu zat, susunan konsentrasi ion-ion zat tersebut
dalam larutan jenuhnya dapat kita tentukan. Dengan demikian,
pH larutan jenuhnya dapat kita tentukan. Demikian juga
sebaliknya, dengan mengetahui pHS.
 Hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jika bentuk umum suatu zat yang sedikit larut dalam air
adalah AxBy maka persamaan kesetimbangan larutan tersebut
adalah sebagai berikut.
AxBy  xA y+ (aq) + yB x- (aq)
Persamaan tetapan kesetimbangan atau persamaan
tetapan hasil kali kelarutan dari AxBy adalah sebagai berikut.
K sp = [A y+ ] x [B x- ] y
Bila kelarutan zat AxBy adalah s (dalam satuan molar),
secara stoikiometri [Ay+ ] yang terbentuk adalah x s dan [B x- ]
yang terbentuk adalah y s.
 Kelarutan dan hasil kali kelarutan
Apabila suatu zat kita larutkan ke dalam suatu pelarut,
ternyata ada yang mudah larut (kelarutannya besar), ada yang
sukar larut (kelarutannya kecil), dan ada yang tidak larut
(kelarutannya dianggap nol). Sebenarnya, tidak ada zat yang
tidak larut dalam pelarut. Misalnya, dalam pelarut air semua zat
(termasuk logam) dapat larut, hanya saja kelarutannya sangat
kecil. Jika suatu zat terlarut dalam pelarut sangat sedikit,
misalnya kurang dan 0,1 gram zat terlarut dalam 1.000 gram
pelarut, maka zat tersebut kita katakan tidak larut (insoluble).
Di sini, kita akan membicarakan zat padat yang sedikit
kelarutannya dalam air. Jika suatu zat padat, contohnya
padatan PbI 2, kita larutkan ke dalam air maka molekul-molekul
padatan PbI 2 akan terurai, selanjutnya melarut dalam air.
Untuk melarutkan PbI 2 ke dalam air akan ada dua proses yang
berlawanan arah (proses bolak-balik), yaitu proses pelarutan
padatan PbI 2 dan proses pembentukan ulang padatan PbI 2 .
Mula-mula, laju pelarutan padatan PbI 2 sangat cepat
dibandingkan dengan laju pembentukan ulang padatan tersebut.
Makin lama, konsentrasi PbI 2 yang terlarut meningkat
dengan teratur dan laju pembentukan ulang padatan juga
meningkat. Pada saat laju pelarutan padatan PbI 2 sama
dengan pembentukan ulang padatan, proses yang saling
berlawanan arah tersebut kita katakan berada dalam kondisi
kesetimbangan.
Pada kondisi kesetimbangan ini, larutan PbI 2 pada
kondisi tepat jenuh. Jumlah PbI 2 yang dapat larut sampai
dengan tercapainya kondisi tepat jenuh dinamakan kelarutan
PbI 2 . Secara umum, pengertian kelarutan suatu zat dalam air
adalah batas maksimum dari jumlah suatu zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu air. PbI 2 melarut dalam air dalam
bentuk ion Pb 2+ dan 2 ion I -, sehingga proses kesetimbangan
PbI 2 dalam air merupakan kesetimbangan ionisasi PbI 2 dalam
air, yaitu sebagai berikut.
PbI 2 (s)  Pb 2+ (aq) + 2 I – (aq)
Dalam larutan PbI 2 jenuh terdapat reaksi ionisasi PbI 2
dalam keadaan setimbang. Tetapan kesetimbangan ini kita
namakan tetapan hasil kali kelarutan (solubility product
constant) dan disimbolkan dengan Ksp.
Ksp merupakan perkalian dari ion-ion yang melarut
dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Besarnya nilai
hasil kali kelarutan mencerminkan mudah atau tidaknya larutan
elektrolit larut dalam air.

D. Definisi Kesetimbangan Kimia


Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada
perubahan yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu
kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan
dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati
dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan,
molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus
sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan kembali dengan
kecepatan yang sama.

Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja,


kebanyakan adalah reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik,
reaksi berjalan ke arah pembentukan produk. Sesaat setelah produk
tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai berjalan. Jika
kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan
bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat bahwa
kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai
reaktan dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama
disebut kesetimbangan fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika.
Dalam peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan fase cair adalah sama
dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.

a. Reaksi Searah dan Reaksi dapat Balik

Menurut Konsep Stoikiometri, suatu zat yang direaksikan akan


habis bereaksi jika perbandingan mol zat itu sama dengan perbandingan
koefisiennya. Contohnya adalah reaksi berikut:

Mg(s) + 2HCl(aq)--> MgCl2(aq) + H2(g)

Pada reaksi tersebut, jika perbandingan mol Mg dan HCl yang


direaksikan adalah 1:2 maka Mg dan HCl habis bereaksi. Reaksi yang
seperti ini disebut reaksi satu arah atau irreversible. Adakalanya pada
reaksi kimia, reaktan tidak habis bereaksi, walaupun zat yang direaksikan
sama dengan perbandingan koefisiennya. Contohnya adalah pada
campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas
amonia sesuai dengan persamaan reaksi.

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

Pada reaksi tersebut, setelah campuran dibiarkan beberapa lama


terdapat campuran gas N2, gas H2, dan gas NH3. Ternyata gas NH3
yang terbentuk terurai kembali menjadi gas N2 dan gas H2 berdasarkan
reaksi berikut.

2NH3(g) --> N2(g) + 3H2(g)

Dalam hal ini reaksi tidak hanya berlangsung dari kiri ke kanan
tetapi juga dari kanan ke kiri. Reaksi yang berlangsung dari kiri ke kanan
maupun dari kanan ke kiri disebut reaksi dapat balik atau reversible. Jika
laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan maka terjadi
kesetimbangan.

1. Reaksi Satu Arah (Irreversible)

Pada peristiwa reaksi satu arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat
bereaksi kembali membentuk zat pereksi. Ciri-ciri reaksi satu arah adalah
sebagai berikut.

a. Reaksi ditulis dengan satu anak panah.

b. Reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke kanan

c. Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula

d. Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan


habis.

b. Keadaan Kesetimbangan

Berbagai reaksi dapat balik tidak semuanya dapat mencapai


kesetimbangan. Untuk mencapai kesetimbangan perlu beberapa syarat
khusus, yaitu reaksinya dapat balik, sistemnya tertutup, dan bersifat
dinamis. Sistem tertutup merupakan sistem reaksi di mana baik zat-zat
yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tetap dalam sistem. Sistem
tertutup tidak selamanya harus terjadi dalam wadah tertutup, kecuali pada
reaksi gas. Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses
yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus,
tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat
lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju
reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan
kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu,
pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai
proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya.

1. Jenis Kesetimbangan Berdasarkan wujudnya

Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang.


Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut
kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih
disebut kesetimbangan heterogen.

a. Kesetimbangan Homogen

Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang


mengandung zat-zat yang homogen (berada dalam satu fase).

· Kesetimbangan antara Gas dengan Gas

Seorang ahli kimia prancis, Henry Louis Le Chatelier (1850-1936)


berpendapat sebagai berikut: “Jika pada kesetimbangan reaksi dilakukan
aksi-aksi tertentu, sistem akan mengadakan reaksi dengan menggeser
kesetimbangan untuk menghilangkan pengaruh aksi tersebut.” Pendapat
tersebut dikenal dengan azas Le Chatelier. Aksi-aksi yang dimaksud
Chatelier adalah melakukan tindakan dengan mengubah konsentrasi,
suhu, tekanan, dan volume sistem. Selanjutnya, keempat faktor itu
disebutfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi yang akan
diuraikan sebagai berikut.

1. Pengaruh Konsentrasi

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai

berikut:

A+B⇌C

Jika ada usaha untuk menambah konsentrasi dari salah satu zat
pada reaksi setimbang, akan terdapat reaksi yang mengkonsumsi zat
tambahan terrsebut. Sebaliknya, jika ada usaha untuk mengurangi
konsentrasi salah satu zat pada reaksi setimbang, akan terdapat reaksi
untuk menambah zat yang dikurangi tersebut.

· Jika salah satu perekasi/reaktan/senyawa di ruas kiri


diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas
kanan/produk/hasil reaksi. Sebaliknya jika salah satu produk/hasil
reaksi/ruas kanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas
kiri/pereaksi/reaktan.

· Jika salah satu pereaksi/reaktan/senyawa di ruas kiri diperkecil


maka kesetimbangan kan bergeser ke ruas kiri/pereaksi/reaktan.
Sebaliknya jika salah satu produk/hasil ekasi/senyawa ruas kanan
diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas anan/produk/hasil
reaksi.

2. Pengaruh Volume

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

A+B⇌C

Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk


mengubah volume sistem, maka akan ada reaksi ke arah jumlah mol zat
yang lebih besar atau jumlah mol yang lebih kecil. Usaha untuk
menaikkan volume sistem sama dengan

memperkecil konsentrasi zat secara menyeluruh. Hal ini


mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke jumlah mol terbesar.
Sebaliknya jika ada usaha untuk menurunkan volume sistem, hal itu sama
dengan memperbesar konsentrasi zat secara menyeluruh yang
mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke jumlah mol terkecil.

 Jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke


arah reaksi yang jumlah molekulnya terbanyak atau ke ruas yang
jumlah angka koefisiennya terbanyak.

 Jika volume diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke


arah reaksi yang jumlah molekulnya terkecil atau ke ruas yang
jumlah angka koefisiennya terkecil.

 Jika jumlah angka koefisien ruas kanan dan ruas kiri sama maka
penambahan atau pengurangan volume tidak akan menggeser
kesetimbangan.

3. Pengaruh Tekanan

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

A + B --> C

Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk


mengubah tekanan sistem, maka ada reaksi ke arah jumlah mol gas yang
lebih besar atau jumlah gas yang lebih kecil. Jika usaha yang dilakukan
adalah menaikkan tekanan sistem, kesetimbangan akan bergeser ke
jumlah mol terkecil. Sebaliknya, jika usaha yang dilakukan adalah
menurunkkan tekanan sistem, kesetimbangan akan bergeser ke jumlah
mol terbesar. engaruh tekanan berlawanan dengan pengaruh volume:
 Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser
ke arah reaksi yang jumlah molekulnya terkecil atau ke ruas
yang jumlah angka koefisiennya terkecil.

 Jika tekanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke


arah reaksi yang jumlah molekulnya terbesar atau ke ruas
yang jumlah angka koefisiennya terbesar.

 Jika jumlah angka koefisien ruas kiri dan ruas kanan sama
maka penambahan atau pengurangan tekanan tidak akan
menggeser kesetimbangan.

4. Pengaruh Suhu

Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah


posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta
kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik
(menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan
suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan
reaksi eksotermik. Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan
menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan
kesetimbangan.

 Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem


menurunkan suhu dengan cara kesetimbangan bergeser ke pihak
reaksi yang menyerap kalor (endoterm).

 Jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan maka reaksi sistem


menaikkan suhu dengan cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi
yang melepas kalor (eksoterm).

5. Pengaruh Katalis
Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi
laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis
tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi
sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang
tidak berada pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju
dan reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat.
Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi
kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi.

Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun kekiri dan


pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak dipengaruhi
katalis), tetapi hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah-makalah yang telah disebutkan,
berikut adalah kesimpulan untuk masing-masing topik:
 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya
bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam suatu
larutan dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat
koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis
 Larutan Penyangga
Larutan penyangga adalah larutan yang mengandung
campuran asam lemah dan basa, dan memiliki sifat pH yang
hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Larutan penyangga berperan dalam mempertahankan pH
larutan dalam kondisi asam atau basa
 Hasil Kali Kelarutan
Hasil kali kelarutan (Ksp) senyawa dapat ditentukan
dari percobaan laboratorium dengan pengukuran kelarutan
(massa senyawa yang dapat larut dalam setiap liter larutan)
sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu,
kemampuan pelarut telah maksimal untuk melarutkan atau
mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun
sedikit akan menyebabkan pengendapan
 Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana
konsentrasi seluruh zat dalam reaksi kimia tidak mengalami
perubahan. Reaksi kimia mencapai kesetimbangan ketika
laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik
Dengan demikian, kesimpulan untuk masing-masing
topik telah dijelaskan berdasarkan sumber yang disediakan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, pemakalah mengharapkan
kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Sekian materi dari
pemakalah, apabila terdapat kesalahan pemakalah memohon
maaf dengan sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta:


Erlangga

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta :


Gramedia.

http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-
elektrolit.cat3416.html

http://www.scribd.com/doc/7244500/Kebutuhan-Cairan-Dan-
Elektrolit.html

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html

http://kimiastudycenter.com/kimia-xi/34-larutan-penyangga-dan-ph

Achmad, Hiskia, 2001, Penuntun Belajar Kimia Dasar untuk Kimia


Larutan, Citra Bakti, Bandung.

Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, R. H., 1992, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Svehla, G., 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Yazid, Estien, 2006, Kimia Fisika untuk Paramedis, ANDI,


Yogyakarta.

Keena, dkk.1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Mulyani, Sri.2005. Kimia Fisika 2. Surabaya: Universitas Negeri


Malang.

Sualami, Emi. 2006. Kimia. Jakarta: Golera Asmara Pratama.

Suminar. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Rahayu, Nurhayati. 2011. Kimia. Jakarta: Gagas Media.

Anda mungkin juga menyukai