D. DASAR TEORI
Tanpa kita sadari, setiap hari kita menjumpai larutan, ketika kita hendak
membuat teh manis, kita akan memasukkan gula ke dalam teh dan
mengaduknya, sampai gula yang berbentuk padat itu menjadi hilang. Melebur
habis bercampur dalam air teh. Saat kita hendak mencuci pakaian, kita tentu
mencampurkan ditergen ke dalam air dan mengaduknya. Sehingga, ditergen
bercampur dengan air dan menarik noda dalam pakaian. Tentu masih banyak
contoh pembuatan larutan sederhana dalam kehidupan kita. Namun, teori
pelarutan ini nampaknya jarang diulas dalam penerapannya. Rambat alurnya,
pelarutan juga difungsikan dalam proses industri, pengolahan limbah, dan
aplikasi dunia kedokteran. Kita memandang bahwa darah adalah zat cair
dalam tubuh yang berwarna merah, tentu berbeda bila dilihat dari perspektif
lain (apalagi kimia), darah memiliki larutan penyangga agar dapat berfungsi
sesuai dengan peranannya dalam tubuh.
Fungsi proses pelarutan dalam kehidupan sehari-hari tidaklah sederhana,
akan tetapi sighnifikan dan luas. Maka, ulasan akan pembuatan larutan ini
harus terkaji dalam teori empiris bedasarkan praktikum.
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan dusebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain di dalam
larutan disebut pelarut atau solven. Larutan yang umum dijumpai adalah
padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti gula dalam air, NaCl dalam air,
dan contoh larutan lainnya sebagai macam-macam larutan juga.
1
Ada berbagai proses kimia dalam pembuatan larutan. Setiap proses,
memiliki ciri dan produk yang berbeda-beda. Setiap zat, memiliki
mekanisme pelarutan sendiri-sendiri. Dalam garis besarnya, ada
bebarapa mekanisme palarutan dalam kimia yaitu:
1. Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan palarut dan membentuk
zat baru. Sifat pelarutan ini permanen, karena produknya berbentuk
zat baru hasil reaksi. Penyusun larutannnya melebur erat dalam
ikatan kimia yang sulit dipisah. Partikel-partikelnya melekat secara
atomik dan menghasilkan sifat-sifat baru. Contoh mekanisme
pelarutan ini adalah:
P2O5 + 3H2O 2H3PO4
SO3 + H2O H2SO4
K2O + H2O 2KOH
2
Secara sederhana, mekanisme pelarutan ini hampir sama dengan
nomor 2, namun kekuatan ikatan relatif lebih lemah, sehingga
proses pelarutan memerlukan waktu yang lebih lama. Zat yang
terlarut sulit terpecah karena hanya terjadi satu gaya saja dalam
ikatannya.
Semakin pekat sebuah larutan, semakin terlihat sifat larutan itu sendiri.
Sebagai contoh, HCl, dalam konsentrasi yang tinggi, zat ini bisa membuat
kulit melepuh karena sifat asam kuatnya. Sehingga, pada proses pengambilan
HCl pekat, harus ada dalam ruangan dengan kondisi lingkungan yang sudah
diatur agar HCl tidak bereaksi dengan udara biasa. Bila HCl sudah diencerkan
(dengan Aquades misalnya), sifat-sifat aslinya semakin hilang. Karena
konsentrasinya semakin kecil.
a. Persen Konsentrasi
Konsentrasi dalam larutan, bisa dinyatakan dalam bentuk persen.
Dibagi menjadi dua bagian, yaitu persen berat dan persen volume.
Konstruksi perhitungannya berdasarkan perbandingan zat terlarut
dengan seluruh total larutan. Model persentrasi memudahkan
perhitungan karena bisa dijadikan analogi massa, volume, dan
konsentrasi.
b. Fraksi Mol
Fraksi mol berhubungan dengan molaritas. Perbandingan yang
digunakan adalah jumlah fraksi mol yang dicari (pelarut atau terlarut)
dengan total molaritas terlarut dan pelarut. Fungsi dari perhitungan
fraksi mol ini diterapkan dari teori sifat koligatif larutan.
3
c. Molaritas
Bisa disebut juga konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan
jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol
dalam 1 mL larutan. dengan kata lain, Molaritas adalah jumlah mol zat
terlarut dalam satu liter larutan.
Semakin tinggi molaritas larutan, semakin kuat konsentrasinya.
Molaritas juga berhubungan dengan mol, jadi massa zat dan massa
relatif juga mempengaruhi molaritas.
d. Molalitas
Menyatakan jumlah mol zat terlaut dalam 1000 g pelarut. Molalitas
tidak tergantung temperatur dan digunakan dalam bidang kimia disika,
teristimewa pada bidang sifat koligatif larutan.
e. Normalitas
Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlaut dalam tiap liter larutan.
ekivalen zat dalam larutan tergantung pada jenis reaksi yang dialami
zat itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi.
Ekivalen suatu zat ada hubungannya dengan molaritas, serta jenis
reaksinya.
Pengenceran sebuah zat dapat mempengaruhi ciri dan sifat zat itu sendiri.
Hal ini terjadi karena terjadi peleburan dan ikatan antar molekul zat lain.
Sehingga, terjadi penutupan dan kolaborasi sifat. Akhirnya, dimunculkan sifat-
sifat kimiawi dan fisika. Seperti perubahan warna, pengendapan, dan
perubahan bentuk dan lain-lain. Bisa dikatakan, pembuatan larutan adalah awal
dari penemuan sifat-sifat kimiawi. Tanpa dicampur, sifat kimia tidak akan
muncul. Meski pencampurannya hanya bisa diabstrakkan, tidak kasat mata.
Karena menyangkutkan zat yang sangat kecil.
4
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Labu ukur 100 mL 1 buah
2. Gelas kimia 100 mL 1 buah
3. Gelas kimia 250 mL 1 buah
4. Gelas ukur 25 mL 1 buah
5. Corong kaca kecil 1 buah
6. Botol semprot 1 buah
7. Pipet tetes 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Pengaduk 1 buah
10. Spatula 1 buah
11. Kaca arloji 1 buah
Bahan :
1. Aquades secukupnya
2. H2C2O4 0,45 gram
3. HCl Pekat 37% 8,3 mL
4. NaOH padat 4 gram
5
F. ALUR PERCOBAAN
Percobaan 1. Pembuatan Larutan H2C2O4 0,05 M 100 mL
H2C2O4 padat
Larutan H2C2O4
H2C2O4
Percobaan 2. Pembuatan Larutan HCl 1 M 100 mL
HCl Pekat
Larutan HCl
6
Percobaan 3. Pembuatan Larutan NaOH 1 M 100 mL
NaOH padat
Larutan NaOH
7
G. HASIL PENGAMATAN
No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1 Pembuatan Larutan H2C2O4 0,05 M H2C2O4 Larutan H2C2O4 H2C2O4(aq) + H2O(aq) Untuk membuat
100 mL Berwujud 0,05 M tidak H2C2O4(aq) larutan H2C2O4
H2C2O4 padat padatan berwarna 0,005 M
-Berwarna -Suhu: Normal dibutuhkan
Diukur massa H2C2O4 yang
putih (suhu ruangan) H2C2O4 sebanyak
diperlukan
berbentuk 0,45 gr
Dimasukkan H2C2O4 ke dalam
kristal
gelas kimia dan dilarutkan
-Aquades
dengan aquades serta diaduk
tidak
hingga H2C2O4 larut secara
berwarna
merata
Dimasukkan ke dalam labu ukur
H2C2O4 yang sudah dilarutkan
Ditambahkan aquades hingga
tanda batas sambil dikocok
pelan
Ditutup labu ukur
Dikocok lagi hingga larut secara
merata
Larutan H2C2O4
H2C2O4
8
2 Pembuatan Larutan HCl 1 M 100 mL HCl pekat Larutan HCl 1 M HCl(l) + H2O(aq) Untuk membuat
tidak tidak berwarna HCl(aq) larutan 1 M
berwarna -Suhu: Normal dibutuhkan HCl
sebanyak 8,3 mL.
-Terdapat (Suhu ruangan)
Diambil HCl dengan pipet dan uap
diukur dengan gelas ukur 25 mL -Suhu:
sesuai yang dibutuhkan normal
Dimasukkan HCl ke dalam labu (suhu
ukur ruangan)
Ditambahkan aquades secara -Aquades:
perlahan-lahan sampai setengah
Tidak
bagian labu ukur
Dikocok labu ukur secara berwarna
perlahan-lahan
Ditambahkan lagi aquades hingga
tanda batas
Ditutup labu ukur dengan
penutupnya
Dikocok lagi sampai larutan larut
secara merata
9
3 Pembuatan Larutan NaOH 1 M 100 NaOH Larutan NaOH 1 M NaOH(s) + H2O(aq) Untuk membuat
mL padat tidak berwarna NaOh(aq) NaOH 1 M
bewarna -Suhu: Panas dibutuhkan NaOH
NaOH padat putih padat sebanyak 4
berbentuk gr.
Diukur massa NaOH padat yang kristal
diperlukan -Aquades
Dimasukkan NaOH ke dalam tidak
gelas kimia dan dilarutkan dengan berwarna
aquades serta diaduk hingga
NsOH larut secara merata
Dimasukkan ke dalam labu ukur
NaOH yang sudah dilarutkan
Ditambahkan aquades hingga
tanda batas sambil dikocok pelan
Ditutup labu ukur
Dikocok lagi hingga larut secara
merata
Larutan NaOH
10
H. PEMBAHASAN
Pada perobaan pembuatan laruran ini, proses kerja dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu pembuatan larutan H2C2O4, pembuatan larutan HCl, dan pembuatan larutan
NaOH. Dari tiga proses itu, bahan awalnya adalah zat itu sendiri (yang lebih
pekat atau masih dalam bentuk padatan) dan aquades. Dibuktikan bahwa dalam
proses pencampuran ataupun pengenceran zat selalu ada zat pelarut dan dan zat
yang terlarut.
Bila dikembalikan pada teorinya, larutan adalah gabungan dari zat pelarut dan
zat yang terlarut. Dimana, pada percobaan ini, yang menjadi zat pelarut adalah
aquades, sedang yang menjadi zat terlarut adalah H2C2O4, HCl, dan NaOH.
Selain itu, percobaan pembuatan larutan ini difungsikan sebagai proses
pengenceran sebuah zat. Proses pengenceran adalah proses mengurangi tingkat
kepekatan sebuah zat. Dalam hal ini berhubungan dengan molaritas. Untuk
mengurangi tingkat molaritas, dilakukan proses pengenceran agar dihasilkan zat
yang kepekatannya turun dari zat awalnya.
11
Hasil dari pencampuran ini adalah terbentuk larutan asam oksilat
dengan konsentrasi 0,05 M bening (tidak berwarna). Tidak terjadi
perubahan suhu ataupun warna.
12
Proses pengocokan ini berfungsi agar zat terlarut bisa melarut
maksimal dan merata dalam zat terlarut. Sehingga nantinya dihasilkan
larutan dengan konsentrasi yang diinginkan. Setelah diperolah hasil yang
diinginkan, larutan-larutan itu disimpan di botol-botol yang telah
disediakan. Fungsinya, agar tidak terbuang sia-sia. Karena larutan ini
masih bisa digunakan untuk praktikum lainnya.
Larutan hasil praktikum itu juga masih bisa dimurnikan kembali
dengan cara distilasi atau cara lainnya. Jadi, larutan hasil praktikum tidak
dibuang. Setelah selesai dan mendapat hasil yang diinginkan, alat-alat
praktikum dibersihkan. Hal ini agar alat-alat praktikum tetap awat dan
bersih, selain itu menghindari bahaya kepekatan zat bila tersentuh tangan.
Intinya, dari tiga praktikum pengenceran zat ini adalah pembuatan
larutan digunakan untuk mengurangi konsentrasi zat agar bisa digunakan
untuk praktikum lainnya. Tidak selalu zat yang pekat yang dibutuhkan
dalam praktikum. Selain itu, juga untuk melarutkan zat padat dalam zat
cair atau bentuk zat lainnya. Nantinya, dengan wujud yang berbeda, zat
bisa difungsikan dalam proses kimia lainnya.
13
I. KESIMPULAN
a. Pembuatan larutan adalah proses mencampur dua larutan atau lebih
dimana di dalamnya ada zat yang berfungsi sebagai pelarut dan zat yang
berfungsi sebagai terlarut.
b. Tingkat kelarutan ini bisa disebut dengan konsentrasi larutan, terhitung
dengan molaritas (M).
c. Pembuatan larutan juga berhubungan dengan pengenceran zat, dimana
konsentrasi zat dikurangi dengan menambahkan aquades agar partikel zat
lebih renggang agar dan bercampur dengan partikel aquades.
J. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiya dkk. 2017. Kimia Dasar I: Unesa University Press. Surabaya
Tim Penyusun. 2016. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Unesa University Press.
Surabaya
14
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan
1 Ditimbang serbuk H2C2O4
sebanyak 0,45 gram
15
4 Larutan H2C2O4 0,05 M
16
7 Larutan HCl 1 M
17
10 Dikocok di dalam labu ukur dan
larutan NaOH 1 M telah jadi
18
PERHITUNGAN
nt
Massa H2C2O4 padatan Xt =
nt+ np
0,005
Mr. H2C2O4 = 90 =
0,005+5 , 45
massa
M.V = = 0,0009
Mr
massa
0,05x0,1 = Xp = 1 – 0,0009
90
massa mt 1000
V = m = x
ρ Mr mp
0 , 45 0 , 45 1000
= = x
1 ,87 90 99 ,76
mt 1000
= 100 – 0,24 M = x
Mr V
0 , 45 1000
= 99,76 mL = x
90 100
= 99,76 x 1 Normalitas
mt 1000
= 99,76 gram N = x
BE mL
0 , 45 1000
Fraksi Mol = x
90 100
19
0 , 45
nt = = 0,05 N
90
= 0,005 mol
99 ,76
np =
18
= 5,54 mol
ρ x % x 10
M =
Mr
1, 19 x 37 x 10
=
36 , 5
= 12,06 M
M1V1 = M2V2
12,06 x V = 1 x 100
V = 8,3 mL
Fraksi Mol
nt = M.V
= 1 x 0,1
= 0,1 mol
Massa HCl = n x Mr
= 0,1 x 36,5
= 3,65 gram
= 91,7 mL
mp = 91,7 x 1
20
= 91,7 gram
91 ,7
np =
18
= 5,09
nt
Xt =
nt+ np
0,1
=
0 ,1+5 , 09
= 0,019
Xp = 1 – 0,019
= 0,981
Molalitas
mt 1000
m = x
Mr mp
3 ,65 1000
= x
36 ,5 91 ,7
= 1,09 molal
Molaritas
mt 1000
M = x
Mr V
3 ,65 1000
= x
36 ,5 100
=1M
Normalitas
mt 1000
N = x
BE mL
3 ,65 1000
= x
36 ,5 100
21
=1N
nt
Massa NaOH padatan Xt =
nt+ np
0,1
Mr. NaOH = 40 =
0 ,1+5 , 45
massa
M.V = = 0,018
Mr
massa
1x0,1 = Xp = 1 – 0,018
40
massa mt 1000
V = m = x
ρ Mr mp
4 4 1000
= = x
2 ,13 40 98 , 12
mt 1000
= 100 – 1,88 M = x
Mr V
4 1000
= 98,12 mL = x
40 100
= 98,12 x 1 Normalitas
mt 1000
= 98,12 gram N = x
BE mL
22
4 1000
Fraksi Mol = x
40 100
4
nt = =1N
40
= 0,1 mol
98 , 12
np =
18
= 5,45 mol
1. Tentukan molaritas (M) asam sulfat pekat 97% yang memiliki kerapatn larutan
1,84 kg/L, dan massa molekul relatif 98,08 g/mol.
Jawab :
ρ x % x 10
M =
Mr
1, 84 x 97 x 10
=
98 , 08
= 18,19 M
2. Berapa mL asam sulfat pekat yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL
asam sulfat 1 M?
Jawab :
M1V1 = M2V2
18,19 x V = 1 x 100
V = 5,49 mL
23
3. Berapa mL asam klorida pekat yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL
asam klorida 3 M?
Jawab :
M1V1 = M2V2
12,06 x V = 3 x 100
V = 24,88 mL
4. Berapa mL asam klorida 3 M yang diambil jika anda diminta membuat 50 mL
asam klorida 1 M?
Jawab :
M1V1 = M2V2
3 x V = 1 x 50
V = 16,67 mL
5. Berapa mL asam klorida 1 M yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL
asam klorida 0,5 M ?
Jawab :
M1V1 = M2V2
1 x V = 0.5 x 100
V = 50 mL
6. Hitunglah berapa gram ntrium hidroksida yang ditimbang untuk membuat 100
mL konsentrasi 1 M.
Jawab :
massa
M.V =
Mr
massa
1x0,1 =
40
Massa = 4 gram
24