Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat sifat koligatif larutana adalah sifat sifat yang biasanya hanya
dibutuhkan dan ditentukan oleh jumlah partikel dan tidak bergantung dengan
jenis partikelnya dalam hal ini yang dibicarakan sifat koligatif yang bersisi zat
terlarut yang sukar menguap atau non volatil yang termasuk di dalam nya adalah
penurunan tekanan uap pelarut , penurunan titik beku kenaikan titik didih dan
tekanan osmosis.

Sifat sifat koligatif tidak dapat dipengaruhioleh jenis zat yang terlarut kendali
zat tersebut meskipun non elektrolit. Dan tidak mudah menguap. Pada zat ini
pengaruhnya juga sangat kecil. Larutan elektrolit yang menunjukkan sifat sifat
koligatif tetapi lebih besar dari zat non elektolit dengan konsentrasi yang sama di
ikatan larutan elektrolit memiliki sifat sifat koligatif yang abnormal.

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung


pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan..

Sifat koligatif memiliki hubungan yang erat dengan larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Larutan non elektrolit ketika dilarutkan ke dalam air, tidak
dapat menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan oleh zat-zat tersebut tetap
berwujud molekul-molekul netral atau dengan kata lain tidak bermuatan.
Biasanya, larutan elektrolit ini terdapat pada senyawa ionik maupun kovalen
polar. Larutan elektolit dibagi menjadi dua jenis, yakni larutan elektrolit kuat
serta larutan elektrolit lemah.Larutan elektrolit kuat terionisasi secara sempurna,
yang mana larutan tersebut seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion. Oleh
sebab inilah, karena banyaknya jumlah ion-ion penghantar listrik yang terbentuk,
daya hantarnya pun juga kuat.
(http:/febyola.blogspot.co.id/2014/05/laporan praktikum_sifat_koligatif)

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah

* untuk menentukan keaktifan pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan


data penurunan titik beku

* untuk menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggubakan data


kenaikan titik didih

1.3 Manfaat percobaan

* bagi Mahasiswa

Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penggunaan data penurunan


titik beku dan kenaikan titik didih

* bagi Institusi

Sebagai bahan ajar tambahan yang diberikan kepada Mahasiswa

* bagi industri

Sebagai bahan rujukan atau referensi untuk meneingkatkan kualitas yang


lebih baik

1.4 Ruang Lingkup

Praktikum sifat sifat koligatif dilakukan pada laboratorium termokimia


Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Medan.

.5 Aplikasi

Membuat campuran pendingin pada es putar, untuk membuat es putar di


perlukan namanya pendinginan. Cairan pendingin merupakan larutan berair yang
memiliki titk beku di bawah 0⁰C. pada pembuatan es putar cairan pembanding
dibuat dengan memanfaatkan garam dapur dengan kepingan es batu dalam
sebuah bejana pada campuran itu es batu akan mencair dengan suhu campuran
itu.
(Susirusdiani,Dedesuhendar,DanTetysudiarti)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat koligatif larutan


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan

Sifat koligatif merupakan sifat alami yang dimiliki oleh suatu larutan dengan
zat terlarut tertentu. Pelarut murni akan memiliki sifat yang sangat berbeda
daripada sifat pelarut yang sudah dicampur dengan zat terlarut atau disebut
dengan larutan, sifat itulah yang disebut dengan sifat koligatif larutan.Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel dalam
volume pelarut tertentu dan tidak dipengaruhi oleh massa atau identitas partikel
terlarutnya. Untuk setiap perbandingan massa zat terlarut dan pelarut, sifat
koligatif larutan berbanding terbalik dengan massa molar zat terlarut. Kata
koligatif berasal dari bahasa latin “colligatus” yang artinya “terikat bersama”, hal
ini menunjukkan bagaimana sifat pelarut terikat pada konsentrasi zat terlarutnya
dalam suatu larutan.

2.2 Molaritas (M)

Molaritas adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan.

M=n/V

Keterangan: M = molaritas,

Mr = massa molar zat terlarut (g/mol),


V = volume larutan (ml)
2.3 Molalitas (m)

Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram)


pelarut. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut [2]:

m = gr × 1000

Mr V

V = volume larutan (ml)m = massa ( gr)Keterangan: m = molalitas (mol/kg),


Mr = massa molar zat terlarut (g/mol), massa = massa zat terlarut (g), P = massa
zat pelarut (g)
2.4 Fraksi Mol]

Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya


dinyatakan berdasarkan mol. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan   
adalah jumlah mol komponen  dibagi dengan jumlah mol semua komponen
dalam larutan.. Fraksi mol  adalah   dan seterusnya. Jumlah fraksi mol dari semua
komponen

Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung


pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan.. Sifat koligatif terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik.

Berbeda dengan prinsip stoikiometri yang menggunakan parameter molaritas


(M) sebagai konsentrasi, namun dalam koligatif menggunakan fraksi mol (X) dan
molalitas (m).
Fraksi mol adalah parameter yang menyatakan ukuran konsentrasi suatu
larutan dalam bentuk perbandingan jumlah mol satu komponen terhadap jumlah
mol total dalam larutan.

Dalam larutan, fraksi mol dapat dinyatakan sebagai fraksi mol zat terlarut
ataupun fraksi mol pelarut dimana keduanya saling melengkapi. Sesuai
definisinya yang menyatakan bahwa fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol
satu komponen terhadap jumlah mol total

2.5 Penurunan Tekanan Uap

Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan


adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah
menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair
tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel - partikel
zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul - molekul zat cair. Laut
mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut
yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di
daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan
dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi

Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap pelarut dalam larutan


sebanding dengan fraksi mol pelarut dalam larutan, atau dengan kata lain
semakin besar fraksi mol zat terlarut maka tekanan uap pelarut akan semakin
kecil.

2.6 Kenaikan Titik Didih

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu
ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair
diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan
selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa
penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel -
partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih
larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang
dinyatakan dengan .

Tb = Kb m

 Tb = kenaikan titik didih (oC)


 Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol)
 m = molalitas larutan (mol/kg)
 Tb = kenaiakan titik didih
 Tf = penurunan titil beku
 Kf = tetapan titik beku molal
2.7 Penurunan Titik Beku

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan
lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai
berikut

Tb = Kf m

Tb = Kf gr 1000

Mr P

 Tf = penurunan titik beku (oC)


 kf = tetapan perubahan titik beku (oC kg/mol)
 m = molalitas larutan (mol/kg)
 Mr = massa molekul relatif
 P = jumlah massa zat (kg)
2.8 Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat
pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran
semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut
dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik
larutan dirumuskan 

Tekanan osmosis adalah proses dimana pelarut mampu melewati membran semi
permeabel dari satu larutan ke larutan lain atau dari pelarut murni ke dalam
larutan. Membran semi permeabel merupakan suatu penghalang dimana pada
membran ini terdapat zat yang melewatinya dan terdapat zat yang tidak mampu
melewatinya. Contoh membran semi permeabel adalah dinding sel dalam
makhluk hidup.

Osmosis cenderung mendorong molekul pelarut untuk melewati


membran semi permeabel sehingga bergerak dari larutan dengan
konsentrasi rendah ke konsentrasi lebih tinggi.

∏=MRT

Keterangan Rumus :
∏ = tekanan osmotik larutan (atmosfir)
M = molaritas larutan (mol/L)
R = konstanta gas = 0,08205 L atm mol-1 K-1
T = suhu mutlak (°C + 273) K

Faktor yang mempengaruhi Osmosis

1. Suhu
Pergerakan molekul dipengaruhi pada suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih
cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.
2. Ukuran molekul yang meresap
Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan meresap
dengan mudah.
3. Ketebalan membran
Kadar resapan suatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus
dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui
satu membran yang tipis ialah lebih cepat.
4. Keterlarutan lipid
Molekul yang mempiliki keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada
molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
5. Luas permukaan membran
Kadar resapan menjadi cepat jika luas permukaan membran yang disediakan
untuk resapan yaitu lebih besar.

2.9 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan elektrolit ketika dilarutkan ke dalam air, maka akan menghasilkan larutan
yang bisa menghasilkan arus listrik. Semakin banyak jumlah ion yang dihasilkan,
semakin kuat pula daya hantarnya.

Larutan non elektrolit ketika dilarutkan ke dalam air, tidak dapat menghantarkan
listrik. Hal ini disebabkan oleh zat-zat tersebut tetap berwujud molekul-molekul
netral atau dengan kata lain tidak bermuatan. Biasanya, larutan elektrolit ini
terdapat pada senyawa ionik maupun kovalen polar. Larutan elektolit dibagi
menjadi dua jenis, yakni larutan elektrolit kuat serta larutan elektrolit
lemah.Larutan elektrolit kuat terionisasi secara sempurna, yang mana larutan
tersebut seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion. Oleh sebab inilah, karena
banyaknya jumlah ion-ion penghantar listrik yang terbentuk, daya hantarnya pun
juga kuat.

Larutan elektrolit kuat juga memiliki tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 1. Bila
dilakukan uji coba, larutan elektrolit kuat akan menghasilkan nyala lampu yang
terang.Selain itu, juga akan muncul gelombang gas dalam jumlah banyak.
Berbeda dengan larutan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit lemah memiliki ionisasi yang tidak sempurna. Sehingga
disebut sebagai larutan yang tidak seluruh molekulnya terionisasi atau terionisasi
sebagian.Sehingga, hanya sedikit jumlah ion-ion yang mampu menghantarkan
listrik. Larutan elektrolit lemah memiliki tetapan atau derajat ionisasi (a) 0< a <1.
apabila dilakukan pengujian larutan elektrolit lemah memiliki nyala lampu yang
lemahpula. https//www.harapanrakyat.com/2020/06/larutan-elektrolit-dan-non-
elektrolit

BAB III
METODOLIGI PERCOBAAN

3.1 Bahan
Bahan bahan yaang digunakan pada percobaan ini adalah:
1 Air
Berfungsi sebagai zat pelarutNaOH pada penentuan titik didih dan
pembersih alat alat.
Sifat Fisika :
- Berat molekul 18 gr/mol
- Titik beku 0 °C
- Titik didih 100 °C
- Sepesifik gravity 1,00
(Perry, 1997)
Sifat kimia
- Bereaksi dengan Bi
Bi + H2O BiO+ + 2H+
(Bismut) (Air) (Bismut Oksida) (Ion Hidrogen)
- Bereaksi dengan CO
H2O + CO2 H2CO3
(Air) (Karbon Dioksida) (Asam Karbonat)
-Bereaksi dengan H+
H2O + H+ H3O
(Air) (Ion Hidrogen) (Tri Hidroksida)
- Bereaksi dengan MgCl2
H2O + MgCl2 2HCl + MgO
(Air ) (Magnesium Klorida) (Asam Klorida) (Magnesium Oksida)

( Vogel, 1990 )

2. Natrium Hidroksida
Berfungsi sebagaisampel zat terlarut pada kenaikan titik didih
Sifat fisika
-Berat molekul 40 gr/mol
- Titik didih 139,60C
- Titik lebur 818,40C
- Titik beku 800,84 oC
( perry.1997)
Sifat kimia
- Dapat bereaksi dengan HCl
HCl + NaOH NaCl + H2O
(Asam Klorida) (Natrium Hidroksida) (Natrium Klorida) (Air)
- Dapat bereaksi dengan H2SO4
H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O
(Asam Sulfat ) (Natrium Hidroksida) (Natrium Sulfat) (Air)
- Dapat bereaksi dengan HCl
HCl + NaOH NaCl + H2O
(Asam Klorida) (Natrium Hidroksida) (Natrium Klorida) (Air)
- Dapat bereaksi dengan HCl
HNO3 + NaOH Na NO3 + H2O
(Asam Nitrat) (Natrium Hidroksida) (Natrium Nitrat) (Air)

(Vogel,1990 )
3. Asam Benzoat (C7H6O2)
Berfungsi sebagai sampel zat terlarut pada percobaan penentuan titik beku
Sifat fisika
- BM 122,11 gr/mol
- Densitas 1,32 gr/cm
- titik didih 2490C
- Titik lebur 122,4 0 C
(Perry 1997)
Sifat Fisika
- bereaksi dengan NaOH
C7H6O2 + NaOH C7H5NaO2 + H2O
(Asam benzoat) (natrium hidroksida) (natrium benzoat) (air)
- bereaksi dengan HCl
C7H6O2 + HCl C7H5O2Cl + H2
(Asam benzoat) (natrium klorida) (klorida benzoat) (gas hidrogen)
- bereaksi dengan BaOH
C7H6O2 + BaOH C7H5BaO2 + H2O
(Asam benzoat) (barium hidroksida) (barium benzoat) (air)
- bereaksi dengan etanol
C7H6O2 + C2H5OH C6H5 COOH5 + H2O
(Asam benzoat) (Etanol) (etil benzoat) (air)
- bereaksi dengan Ca
C7H6O2 + Ca (CaC7H5NaO2 )2 + H2
(Asam benzoat) (kalsium) (kalsium benzoat) (gas hidrogen)

(Vogel,1990)
4. Fenol
Berfungsi sebagai pelarut asam benzoat pada percobaan penurunan tiik beku
Sifat fisika
Sifat Fisika
- Berat molekul 94 gr/mol
- Densitas 1,059 gr/mol
- Titik lebur 314 k
- Temperatur kritis 275°C
( Perry, 1997 )

Sifat kimia

- Dapat bereaksi dengan CH3COOH


C6H5OH + CH3COOH C6H5COOCH3 + H2O
(Fenol) (Asam Asetat) (Fenol Asetat) (Air)
- Dapat bereaksi dengan HNO3
C6H5OH + HNO3 C6H5(NO3) + H2O
(Fenol) (Asam Nitrat) (trinitro Fenol) (Air)
- Dapat bereaksi dengan HPO3
C6H5OH + HPO3 C6H5(PO3) + H2O
(Fenol) (Asam Fosfit) (Posfito Fenol) (Air)
- Dapat bereaksi dengan HNO2
C6H5OH + HNO2 C6H5(NO2) + H2O
(Fenol) (Asam Nitrit) (trinitro Fenol) (Air)

(Vogel.1990)
5. Garam NaCl
berfungsi sebagai penurunan titik beku
Sifat fisika
- Berat molekul 58,443 gr/mol
- Titik didih 1413 0C
- Larut dalam amonia dan gliserol
- Densitas 142 gr/cm3
(Perry. 1997)
Sifat Kimia
- Bereaksi dengan garam
2 HCl + Na2SO4 2 NaCl + H2SO4
(Asam Klorida) (natrium sulfat) (natrium klorida) (asam sulfat)

- Bereaksi dengan basa


2 HCl + Ba (OH)2 BaCl2 + 2H2O
(Asam Klorida) (Barium Hidroksida) (Barium Klorida) (Air)

- Dapat berionisasi menjadi ion H + dan Cl-


HCl H+ + Cl-
(Asam Klorida) (Ion Hidrogen) (Ion Klorida)
- Bereaksi dengan NaOH
HCl + NaOH NaCl + H2O
(Asam Klorida) (Natrium Hidroksida) (Natrium Klorida) (Air)
- Dapat bereaksi dengan KOH
HCl + KOH KCl + H2O
(Asam Klorida) (Kalium Hidroksida) (Kalium Klorida) (Air)

(Vogel,1990)
3.2 Alat
Alat alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Erlenmeyer 250 ml
Berfungsi sebagai wadah untuk menampung destilat
2. Pipet tetes
Berfungsi untuk mengambil larutan dalam skala kecil
3. Gelas ukur 50 ml
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur volume larutan
4. Aluminium foil
Berfungsi untuk menutup tabung reaksi
5. Beaker glass 250 ml
Berfungsi sebagai wadahuntuk menimbang tabung reaksi
6. Neraca analitk
Berfungsi untuk menimbang NaOH, erlenmeyer, tabung reaksi dan asam
benzoat
7. Gabus
Berfunsi untuk menutup erlenmeyer
8. Baskom
Berfungsi sebagai wadah cangkir stainless yang berisi es dan garam
9. Cutter
Berfungsi untuk memotong gabus
10. Thermometer 100 dan 150 C
Berfungsi untuk mengukur shu larutan
11. Cangkir stainless
Berfungsi sebagai wadah es dan garam pada saat penentuan titik beku
12. Spatula
Berfungsi sebagai alat untuk mengambil bahan padat dalam skala kecil
13. Lauran porselin
Berfungsi sebagai alat untuk menimbang NaOH dan asambenzoat
14. Mancis
Berfungsi sebagai alat untuk menghidupkan bunsen
15. Kaki tiga
Berfungsi sebagai penyangga kawat kasa
16. Kawat kasa
Berfungsi sebagai alas erlenmeyer saat pemanasan
17. Tabung reaksi
Berfungsi sebagai wadah larutan bensin dan asam benzoat pada penurunan
titik beku
18. Bunsen
Berfungsi sebagai sumber panas
3.3 Rangkaian Alat Percobaan

3.3.1 Penentuan Titik Didih

5
1

6
3

4 Gambar 3.1 Rangkaian Alat Penentuan Titik Didih

Keterangan:
1. Termometer
2. Erlenmeyer
3. Kawat kassa
4. Kaki tiga
5. Gabus
6. Bunsen
3.3.2 Penentuan Titik Beku

2 4

3
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Penentuan Titik Beku

Gambar 3.2 Rangkaian alat penentuan titik beku


Keterangan:
1. Termometer
2. Tabung reaksi
3. Baskom
4. Es
5. Gelas stainless
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 prosedur percobaan kenaikan titik didih

1. Menimbang erlenmeyer 250 ml


2. Memasukka ml air kedalam masing masing erlenmeyer dan menimbangnya
kembali
3. Memaukkan NaOH kedalam masing masing erlenmeyer I :,II : , III: dan
menghomogenkannya. Meletakkan termometer ke erlenmeyer, melapisi gabus
penutup dengan aluminium foil.
4. Memanaskan larutan hingga mencapai suhu konstan dan mencatat suhunya.

3.4.2 prosedur percobaan penurunan titik beku


1. menimbang tabung reaksi yang kosong
2. memasukkan 5 ml bensin dan menimbangnya kembali
3. memasukkan 0,2 gram asam benzoat dan menghomogenkannya
4. memasukkan tabung reaksi kedalam stainless yang berisi es dan garam
5. mengukur suhu hingga mencapai suhu konstan dan mencatat suhunya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1Hasil Percobaan Kenaikan Titik Didih
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Kenaikan Titik Didih
Berat ( NaOH Temperatur Molaritas ( m Kb ΔTb (⁰C )
) gr larutan ( ⁰C ) ) eksperiemen
( ⁰C/mol )
3 103 1,479 2,028 3
2 104 1 4 4

4.1.2Persen Kesalahan pada Percobaan Kenaikan Titik Didih


Tabel 4.2 Hasil Persen Kesalahan pada Percobaan Kenaikan Titik Didih

Kb teori (⁰C/mol ) Kb. Eksperimen ( % kesalahan


⁰C/mol )
0,52 5,208 90,01
4.1.3 hasil percobaan penurunan titik beku
table 4.3 hasil percobaan penurunan titik beku

Berat asam Temperature Molalitas Kf eksperimen ΔTf (⁰C )


benzoat ( ⁰C ) (m)
0,5 -3 1,782 24,41 43,5

4.1.4 hasil percobaan penurunan titik beku


table.4.4 hasil persen percobaan pada penurunan titik beku

Kf teori (⁰C/mol ) Kf eksperimen % kesalahan


(⁰C/mol )
7,27 24,41 70,22

4.1 pembahasan
4.1.1 Grafik Hubungan antara massa NaOH Vs Titik Didih
Grafik Hubungan Antara
Massa NaOH Vs Titik Didih
105.5
105105 f(x) = 44.4285714285714 x
104 R² = 0.851604666519921
Titik Didih (⁰C)
104.5 titik didih
104 Linear (titik didih)
103.5
103 103
102.5
102
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Massa NaOH (gr)

1.1 gambar Grafik hubungan antara massa NaOH terhadap titik didih.

Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa hubungan titik didih larutan terhadap
massa NaOH mengalami penurunan pada saat massa NaOH 1 gr titik didih
diperoleh 105 oC dan pada saat massa NaOH 2 gr titik didih diperoleh 103 oC.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar massa zat
telarut maka semakin tinggi kenaikan titik didhnya.hal ini dikarenakan adanya
udara keluar masuk sistem dan pengamatn yang dilakukan kurang teliti.
Pada massa NaOH 3 gr titik didih diperoleh 103 oC, terjadi penurunan titik
didih dari 104 oC menjadi 102 oC. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin besar zat terlarut maka titik didihnya semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan oleh pengamatan dan pencatatan data yang kurang teliti.
Dalam percobaan ini pada saat massa NaOH 1 gr titik didih yang diperoleh
105 cC yang lebih tinggi dari titik didih pelarut. Hal ini dikarenakan massa NaOH
yang besar. Pada saat massa NaOH 2 gr titik didih yang diperoleh 104 oC, lebih
besar dari titik didih pelarut. Hal ini dikarenakan massa NaOH yang besar. Pada
saat massa NaOH 3 gr diperoleh titik didih 103 cC lebih tiggi dari titik didih
pelarut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar massa zat
terlarut maka titik didih semakin besar.
4.2.2 Grafik hubungan antara titik didih Vs molaritas
Grafik Hubungan Antara Molaritas
NaOH Vs Titik Didih
105.5
f(x) = 44.7142857142857 x
105 105
R² = 0.862593000220119
104.5 104
Titik Didih (⁰C)

titik didih
104
Linear (titik didih)
103.5 103
103
102.5
102
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Molaritas NaOH

Gambar 4.2 grafik hunungan antara molaritas NaOH dan titik didih
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa hubungan titik didih larutan
terhadap molalitas NaOH mengalami penurunan pada saat molalitas NaOH 1,479
titik didih diperoleh 103 oC dan pada saat molalitas NaOH 1 titik didih diperoleh
104 oC. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar
molalitas suatu zat maka titik didihnya semakin besar. Hal ini disebabkan karena
adanya udara keluar masuk sistem dan pengamatan yang dilakukan kurang teliti.
Pada molalitas NaOH 0,521 titik didih diperoleh 105 oC. . Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar molalitas suatu zat maka
titik didihnya semakin tinggi. Hal ini dikarenakan oleh pengamatan dan
pencatatan data yang kurang teliti.
Dalam percobaan ini pada saat molalitas NaOH 1,479 titik didih yang
diperoleh 103 cC yang lebih tinggi dari titik didih pelarut. Hal ini dikarenakan
molalitas NaOH yang besar. Pada saat molalitas NaOH 1 titik didih yang
diperoleh 104 oC, lebih besar dari titik didih pelarut. Hal ini dikarenakan
molalitas NaOH yang besar. Pada saat molalitas NaOH 0,521 diperoleh titik
didih 102 cC lebih tinggi dari titik didih pelarut. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin besar molalitas suatu zat terlarut maka titik didih semakin
besar.
4.2.3 pembahasan penurunan titik beku
Titik beku adalah suhu pada nilai tekanan tertentu,saat terjadi perubahan
wujud cair menjadi padat.
Dari percobaan ini didapatkan titik beku larutan lebih rendah dari titik beku
pelarut. Pelarut yang di gunakan adalah fenol. Sedangkan zat terlarutnya adalah
asam benzoate. Hasil yang diperoleh dari beku larutan adalah -3⁰C
Dalam hal ini semakin rendah konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan
maka titi beku larutan semakin tinggi. Faktor – faktor yang mempengaruhi titik
beku adalah konsentrasi, keelektrolitan larutan dan jumlah partikel.penambahan
garam yang kurang banyak pada es batu juga dapat mempengaruhi titik beku
dalam fenol

BAB V
KESIMPULAN
1. sifat koligatif adalah suatu sifat yang idak tergantung pada sifat zat
terlarut melainkan pada jumlah zat terlarut
2. semakin besar konsentrasiny zat terlarut, maka molaritas larutan semakin
esar, berarti konsentrasi berbanding lurus dengan molaritas larutan
3. konsentrasi berbanding lurus dengan titik didih yaitu apabila konsentrasi
naik maka titik didih nya juga naik
4. hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah
a. kenaikan tiitk didih
- molaritas NaOH 3 gr = 1,479 mol
- molaritas NaOH 2 gr = 1 mol
- Kb rata –rata = 5,208 ⁰C/mol
- molaritas NaOH 1 gr = 0,521 mol
b. penurunan titik beku
- molalitas asam benzoate = 1,782 mol
- kf = 24,41 ⁰C/mol
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2019, penuntun praktikum temokimia, institute teknologi medan


Perry 1997, chemical engineering handbook Mc. Craw HIC New York
Vogel 1990, Buku test analisis organic kualitatatif makro dan semi mikro. PT.
Kalman Media
https://mafia-masrol.com/2017/08/comtoh-sifat-koligatif-larutan-dalam.html.com
https://rumus-rumus.com/tekanan-osmosis/#pengertian_osmosis
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

L.A.1 Data Percobaan Kenaikan Titik Didih


Tabel L.A.1 Data Percobaan Kenaikan Titik Didih
Berat ( NaOH Temperatur Molaritas ( m Kb ΔTb (⁰C )
) gr larutan ( ⁰C ) ) eksperiemen
( ⁰C/mol )
3 103 1,479 2,028 3
2 104 1 4 4
1 105 0,521 9,597 5

L.A.2 Data Percobaan Kenaikan Titik Didih


Tabel L.A.2 Hasil Persen Kesalahan pada Percobaan Kenaikan Titik Didih
Kb teori (⁰C/mol ) Kb. Eksperimen ( % kesalahan
⁰C/mol )
0,52 5,208 90,01

L.A.3 hasil percobaan penurunan titik beku


table L.A.3 hasil percobaan penurunan titik beku
Berat asam Temperature Molalitas Kf eksperimen ΔTf (⁰C )
benzoat ( ⁰C ) (m)
0,5 -3 1,782 24,41 43,5

L.A.4 hasil percobaan penurunan titik beku


table. L.A.4 hasil persen percobaan pada penurunan titik beku
Kf teori (⁰C/mol ) Kf eksperimen (⁰C/mol ) % kesalahan
7,27 24,41 70,22
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

LB.1 mencari berat pelarut


* berat pelarut air p1 =( berat erlenmeyer + air ) - (berat erlenmeyer kosong)
= 153,4 gr - 102,7 gr
= 50,7 gr
berat pelarut air p2 =( berat erlenmeyer + air ) - (berat erlenmeyer kosong)
= 148,6 gr - 98,6 gr
= 50 gr
berat pelarut air p3 =( berat erlenmeyer + air ) - (berat erlenmeyer kosong)
= 165,8 gr - 117,8 gr
= 48 gr
Berat pelarut febol p4 = (berat erlenmeyer + fenol) - (berat erlenmeyer kosong)
= 22,1 - 19,8
= 2,3 gr

LB.2 Mencari molaltitas (m) masing masing percobaan


1. NaOH
* untuk W1 = 3 gr
m1 = gr 1000
Mr P
= 3 . 1000 = 3000
40 . 50,7 2028
= 1,5 mol
*untuk W2 = 2 gr
m1 = gr 1000
Mr P
= 2 . 1000 = 2000
40 . 50 2000
= 1 mol
* untuk W3 = 1 gr
m1 = gr 1000
Mr P

= 1 . 1000 = 1000
40 . 48 1920
= 0,521 mol
2. Asam Benzoat
Untuk m 4 = 0,5 gr
m 4 = gr 1000
Mr P
= 0,5 gr 1000
122 gr/mol 2,3
= 1,78 molal
LB.3 mencari tetapan kenaikan titik didih (Kb) Titik didih pearut air
* Tb 1 = 103 0 C
Tb 1 = T larutan - T pelarut
= 103 0C - 100 0C
= 3 0C
* Tb 2 = 103 0 C
Tb 2 = T larutan - T pelarut
= 104 0C - 100 0C
= 4 0C
* Tb 3 = 103 0 C
Tb 3 = T larutan - T pelarut
= 105 0C - 100 0C
= 5 0C
Dengan menggunakan persamaan Roult maka :
Tb = Kb m
Kb = Tb
m
Kb1 = 3 0C = 2,028 0C/mol
1,5 mol
Kb2 = 4 0C = 4 0C/mol
1 mol
Kb3 = 5 0C = 9,597 0C/mol
0,52 mol
Maka Kb ratara rata = Kb1 + Kb2 + Kb3
3
= 2,028+ 4 + 9,597 = 5,208 0 C/mol
3
LB.4 Mencari tetapan penurunan titik beku Kf
* Titik beku fenol 40,5 C
Tf larutan = -3 0 C maka Tf pelarut - Tf larutan
= (40,5 0C) - (-3 0C)
= 43,5 0C
Dengan menggunakan persamaan Roult maka
Tf = Kf m
Kf = Tf
M
Kf = 43,5 0C = 24,41 0C/mol
1,782 mol

LB.5 Persen kesalahan titik didih


% kesalahan = Kb eksperimen - Kb teori * 100 %
Kb eksperimen
= 5,208 -0,52 * 100%
5,208
= 90,01 %

LB.6 Persen kesalahan titik beku


% kesalahan = Kf eksperimen - Kf teori * 100 %
Kf eksperimen
= 24,44 - 7,27 * 100%
24,44
= 70,22%
LAMPIRAN C

Gambar L.C.1 Rangkaian Alat Percobaan kenaikan titik didih

Gambar L.C.2 Rangkaian Alat Percobaan penurunan titik didih


DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2019, penuntun praktikum temokimia, institute teknologi medan


Perry 1997, chemical engineering handbook Mc. Craw HIC New York
Vogel 1990, Buku test analisis organic kualitatatif makro dan semi mikro. PT
Kalman Media Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai