Oleh:
Amran Fadila NIM.2021312025P
Muhammad Rizky Ananda NIM.2021312028P
Reza Handika Ray NIM.2021312026P
i
TINJAUAN PROSES PEMBUATAN FATTY ALCOHOL DENGAN
BAHAN DASAR CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
DI PT. DOMAS AGROINTI PRIMA
Oleh:
Amran Fadila NIM.2021312025P
Muhammad Rizky Ananda NIM.2021312028P
Reza Handika Ray NIM.2021312026P
ii
TINJAUAN PROSES PEMBUATAN FATTY ALCOHOL DENGAN
BAHAN DASAR CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
DI PT. DOMAS AGROINTI PRIMA
Oleh:
Amran Fadila NIM.2021312025P
Muhammad Rizky Ananda NIM.2021312028P
Reza Handika Ray NIM.2021312026P
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPANGAN.................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Batasan Masalah................................................................................2
1.4 Tujuan Kerja Praktek.........................................................................2
1.5 Manfaat Kerja Praktek.......................................................................2
1.6 Pandangan Ilmiah Referensi..............................................................3
v
3.1.3 Lokasi Tempat Kerja Praktek....................................................13
3.2 Tinjauan Khusus..............................................................................13
3.2.1 Deskripsi Kegiatan/Proyek/Pabrik............................................13
3.2.2 Penanganan Bahan Pabrik.........................................................35
3.2.3 Spesifikasi Peralatan Pabrik......................................................36
3.2.4 Sistem Pengendalian Mutu........................................................39
3.2.5 Sistem Manajemen K3...............................................................39
3.2.6 Tata Letak Tempat Pabrik..........................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses pembuatan fatty
alkohol ?
2. Bagaimana Proses pembuatan fatty alkohol ?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan fatty
alkohol ?
2
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
di Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir, dan dapat
digunakan oleh pihak- pihak yang memerlukan.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
selama melakukan observasi di perusahaan, sehingga mahasiswa dapat
lebih sigap dan siap menghadapi berbagai permasalahan yang ada di
lapangan, serta mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
kreatif dan inovatif.
3
paus sangat susah didapat dan adanya larangan di seluruh dunia atas perburuan
ikan paus, maka sumber ini tidak lagi digunakan.
Cara pemisahan lilin spermaceti yaitu dengan memanaskannya
menggunakan NaOH pekat dengan suhu diatas 300⁰C, kemudian alkohol yang
didapat akan didistilasi dari sabun sodium. Dari distilasi maka diperoleh hasil
sulingan (distilat) yang mengandung alkohol tak jenuh (C 16-C20). Untuk
mencegah terjadinya auto-oksidasi yaitu dengan cara distilat dikeraskan
menggunakan hidrogenasi katalitik. Dan alkohol yang diperoleh dari proses
tersebut. Minyak sperma mengandung 70% wax ester, yang mencapai yield 35%.
Kemudian sabun dan air yang terbentuk dipisahkan menggunakan distilasi vakum.
Produk utama yang di hasilkan yaitu: cetyl, oceyl, dan alcohol arachidyl.
4
a. Proses alfol
Pada proses alfol ini hidrokarbon digunakan sebagai pelarut, proses ini
melalui lima tahapan, yaitu:
1. Hidrogenasi
2Al(CH2CH3) + Al + 1,5 H2 → 3Al(CH2CH3)3
2. Etilasi
3HAl(CH2CH3)3 + 3CH2=CH2 →3Al(CH2CH3)3
2/3 dari proses ini di recycle lagi ke dalam proses hidrogenisasi dan
sisanya langsung masuk ke reaksi perkembangan
3. Reaksi perkembangan (growth reaction)
4. Oksidasi
5. Hidrolisa
b. Proses epal
Pada proses epal langkah-langkah pembuatan fatty alkohol hampir sama
dengan proses alfol. Fleksibilitas pada proses ini lebih besar dibandingkan dengan
proses alfol.
Alkohol dan ɑ-olefin pada proses epal dapat dipasarkan kembali. Namun,
modal dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses
kontrol yang lebih kompleks dan penambahan olefin dan alkohol rantai cabang.
5
b. Proses shell berdasarkan kompleks kobalr karbonil-phoephine
c. Proses menggunakan katalis rhodium
6
dengan sejumlah metil ester dimasukan secara bersamaan dengan metil ester dan
gas hidrogen yang telah dipanaskan kedalam reaktor tubular. Konsentrasi katalis
dalam sistem setidaknya 2% umpan yang digunakan yaitu kira-kira 20 mol gas
hidrogen per mol ester. Gas hidrogen ini mengakibatkan gelembung yang
membantu proses agitasi reaktan. Reaktan dijaga pada tekanan 200 atm dan suhu
250-300°C. Selama proses ini berlangsung suhu reaksi harus dijaga, hal ini
dilakukan untuk mengurangi reaksi samping berupa pembentukan hidrokarbon
yang tidak diinginkan.
Dari kolom, campuran reaksi didinginkan dan memisahkan gas hidrogen
dari campuran alkohol-metanol. Gas hidrogen di recycle dan campuran alkohol-
metanol di alirkan ke unit metanol stripping dengan tekanan yang lebih rendah.
Metanol dipisahkan dan di recycle untuk proses esterifikasi. fatty alkohol
mentah disaring untuk memisahkan katalisnya dan sebagian besar katalisnya di
recycle, sehingga katalis yang terpakai rata-rata 0,5-0,7% dari alkohol yang
dihasilkan. Alkohol yang sudah disaring kemudian di treatment dengan soda
pekat utuk membentuk sabun dengan ester yang tidak bereaksi. Alkohol didistilasi
untuk menghilangkan hidrokarbon yang terbentuk pada sabun yang masih
tertinggal di dasar kolom.
Proses hidrogenasi metil ester dengan fixed bed process merupakan proses yang
paling banyak digunakan dalam industri. Reaksi yang terjadi dalam fasa heterogen
dimana umpan gas hidrogen berlebih (400 mol) yang kemudian bereaksi dengan
cairan metil ester yang terlebih dahulu sudah dipanaskan sebelum melewati fix
catalyst bed. Proses hidrogenasi ini berlangsung pada tekanan 200 atm dan suhu
250-300°C. campuran reaksi yang berada dalam reaktor dikeluarkan dengan dua
pipa, yaitu pipa untuk cairan dan pipa untuk gas. Pipa pada cairan berupa FA d
engan kandungan metil ester sekitar 0.05% dan pipa gas berupa campuran antara
gas hidrogen dan gas metanol. Cairan yang sudah terbentuk kemudian
didinginkan dan diturunkan tekanannya sesuai dengan suhu dan tekanan operasi
yang kemudian di alirkan ke tangki penyimpanan. Sedangkan pada pipa gas,
diturunkan suhunya dan tekanannya kemudian dipisahkan antara gas hidrogen dan
metanol. Gas hidrogen di recycle kembali dan metanol menjadi produk samping.
7
BAB II
METODE PELAKSANAAN
1
2
2.1 Waktu Pelaksanaan
Observasi di PT. Domas Agrointi Prima dilaksanakan dengan waktu 1
bulan 10 hari mulai dari tanggal 21 Februari – 31 Maret 2022.
8
Jadwal kerja praktek dilaksanakan di PT. Domas Agrointi Prima. Waktu
dan penempatan kerja praktek adalah sebagai berikut:
Tempat : PT. Domas Agrointi Prima
Tanggal : 21 Februari s/d 31 Maret 2022
Pukul : 08.00 s/d 17.00 WIB
Adapun kegiatan selama kerja praktek sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kegiatan selama kerja praktek
No
jadwal Uraian Kegiatan
.
1. Minggu 1 Keliling pengenalan perusahaan.
Pemberian PID dan belajar alur proses melalui PID
2. Minggu 2
plant fatty alcohol.
Keliling melihat langsung alat proses fatty alcohol
3. Minggu 3
dengan membawa PID yang didampingi karyawan.
Kekantor K3 untuk belajar dan mengetahui
4. Minggu 4 penerapan K3 di perusahaan PT.domas agrointi
prima.
5. Minggu 5 Penyusunan dan pengesahan laporan di perusahaan.
9
113D6 untuk memisahkan reaksi antara fatty alcohol dengan hidrogen, degaser
113D11 berfungsi untuk menampung fatty alcohol dari separator 113D6, Cooler
113E1 berfungsi mendinginkan produk, cooler with separator 113E6 sebagai
pendingin sisa hidrogen yang bereaksi dengan alkohol untuk dikembalikan ke
section 111 – wax ester Hidrogenation.
2.7 Metode Observasi
Kerja praktek ini dilakukan di PT Domas Agrointi Prima. Terpilihnya PT
Domas Agrointi Prima sebagai tempat kerja praktek dikarenakan perusahaan
tersebut bergerak dibidang Oleocemichal yang salah satunya memproduksi fatty
alkohol dengan menggunakan bahan baku utama asam lemak (fatty acid) dengan
bahan dasar Crude Kernel Plam Oil (CPKO). Kerja praktek ini di lakukan di plant
fatty alkohol tepatnya pada section Konversi Karbonil.
Metode observasi dalam kerja praktek ini menggunakan metode
pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian
dikumpulkan melalui peninjauan secara langsung tentang kondisi operasi proses
yang berlansung pada sesi konversi senyawa karbonil.
10
BAB III
3
3.1 Tinjauan Umum
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, dimulai dengan pembentukan
sebuah Perkebunan Karet pada tahun 1911, bernama NV Hollandsch Amerikaanse
Plantage Maatschapij. Pada tahun 1986, PT Bakrie & Brothers mengakuisisi
Saham dan mengubah namanya menjadi Perkebunan Uni Royal Sumatera. Pada
bulan Maret 1990, Perseroan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia), dan pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT
Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Pada tahun 1990, perusahaan Bakrie Sumatera Plantations mulai ekspansi
ke bisnis Minyak Sawit dengan mendirikan proyek Greenfield, serta memperoleh
tanaman yang menghasilkan. Pada akhir tahun 2008 total area perkebunan BSP
sekitar 90.643 hektar Kelapa Sawit (termasuk ARBV) dan 18.827 hektar karet.
Fasilitas produksi terdiri dari Pabrik Kelapa Sawit dengan total kapasitas 390 ton
TBS / jam (termasuk ARBV) dan Pabrik Pengolahan Karet dengan kapasitas
gabungan sekitar 81.340 ton/tahun. Saat ini semua produksi minyak kelapa sawit
dan berbagai macam produk karet dari BSP diserap oleh pasar domestik dan
ekspor yang kuat.
11
Sejak awal sebagai perusahaan perkebunan karet, perusahaan telah tumbuh
dan diversifikasi untuk menjadi salah satu produsen terkemuka baik karet alam
dan CPO di Indonesia. Perusahaan ini memiliki sekitar 100.000 ha perkebunan
yang dikelolanya (termasuk perkebunan Plasmadan Agri Resources BV). Sekitar
20.000 ha dari areal yang ditanami dikhususkan untuk perkebunan karet,
sementara sisa lahan yang ditanami dengan kelapa sawit. Semua operasi
kelompok perkebunan adalah ISO14001 bersertifikat, yang menjamin kontrol
ketat pada pengelolaan lingkungan di, pabrik estate dan pabrik-pabrik. Perusahaan
ini juga mengaku sebagai anggota dari Roundtable on Sustainable Palm Oil
(RSPO) sejak Mei 2007 dan prinsip- prinsip RSPO lanjut akan memandu
kebijakan lingkungan kelompok manajemen.
Oleochemical merupakan bahan kimia yang berasal dari alam, minyak
biodegradable dan lemak dengan sumber nabati atau hewani. Bahan baku yang
dapat dipertimbangkan adalah Crude Palm Kernel Oil (CPKO), Crude Coconut
Oil (CNO), Crude Palm Oil (CPO), dan Refined Bleached and Deodorized Palm
Stearin (RBDPS). Pada Oktober 2010 lalu PT Bakrie Sumatera Plantations
mengakuisisi enam perusahaan milik Grup Domba Mas yang bergerak di bidang
Oleokimia, yakni PT. Domas Agrointi Prima, PT. Sawitmas Agro Perkasa, PT.
Sarana Industama Perkasa, PT. Flora Sawita Chemindo, PT. Domas Agrointi
Perkasa dan PT. Domas Sawitinti Perdana.
Untuk PT Domas Agrointi Prima pada umumnya menghasilkan produk
oleochemical seperti Fatty Acid, Glycerine dan Fatty Alcohol, banyaknya produk
yang dihasilkan per hari tergantung pada kebutuhan perusahaan itu sendiri dan
permintaan dari konsumen. Umumnya memproses 300 MT/hari Raw Material
CPKO/RBDPS dan menghasilkan lebih kurang 280 MT/hari Crude Fatty Acid
dan 32 MT/hari Refined Glycerine per hari.
12
organisasi maka dibuatlah suatu struktur organisasi. Dengan adanya struktur
organisasi maka setiap karyawan dan pemimpin mengetahui batas–batas
kewajiban, wewenang maupun tanggung jawab yang akan dilaksanakan, struktur
organisasi merupakan dasar dari setiap aktivitas yang akan dilaksanakan oleh
organisasi. Suatu struktur organisasi dapat menjelaskan pembagian kerja,
wewenang tanggung jawab. Dengan adanya struktur organisasi akan lebih
mempermudah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13
3.2 Tinjauan Khusus
3.1
3.2.1. Deskripsi Kegiatan/Proyek/Pabrik
Fatty alcohol plant terdiri dari beberapa section, diantarannya:
1. Section 110 (Wax Ester Preparation)
2. Section 111 (Wax Ester Hydrogenation)
3. Section 112 (Fraksinasi dan Destilasi)
4. Section 113 (Carbonyl Conversion)
5. Section 114 (Hydrogen Generation)
6. Section 115 (Thermal Oil Heater)
B. Uraian Proses
14
Gambar 3.2 diagram alir section 110 Wax Ester Preparation
Fatty Acid dari Tank Farm dipanaskan dulu di dalam Heat Exchanger 110
E5, setelah itu Fatty Acid dicampur di dalam Static mixer 110G10 dengan
Alkohol yang berasal dari section 112. Selanjutnya campuran ini dipanaskan di
dalam Heat Exchanger 110E8 dan dialirkan ke 110D1 dimana reaksi kimia
berlangsung dan terbentuklah Wax Ester dan air. Campuran yang keluar dari
110D1 dipompakan melalui 110G1 ke Heat Exchanger 110E1 dan kembali ke
reaktor 110D1. Sirkulasi ini memanaskan reaktan yang bereaksi di dalam reaktor.
Air diuapkan menggunakan gas nitrogen melalui spray nozzle. Aliran nitrogen
yang masuk melalui 110D4 ke reaktor 110D3 dan 110D2 merupakan aliran yang
berlawanan arah dengan aliran campuran Fatty Acid dan Alkohol. Campuran
Fatty Acid dan Alkohol dari reaktor 110D1 dialirkan ke reaktor 110D2 sebagai
kelanjutan reaksi pembentukan air. Reaksi itu berlanjut di dalam reaktor 110D3.
Pada reaktor 110D4, reaksi telah selesai dan dipompakan ke section 111 Wax
Ester Hydrogenation pada temperatur 220oC - 250oC. Uap yang berasal dari
110D1 berupa air, nitrogen, fatty acid dan fatty alkohol didinginkan di dalam Heat
Exchanger 110E5. Fatty acid, fatty alcohol dan air di sublimasi lalu dialirkan ke
110D5. Uap yang keluar dari bagian atas 110E5 didinginkan dengan Water
Cooling di 110E6. Uap yang telah dikondensasi ini masuk ke separator 110D5.
15
Uap yang keluar dari bagian atas 110E6 sebagian besar adalah nitrogen, dialirkan
ke atmosfer.
Hasil kondensasi pada 110D5 dipisahkan menjadi air dan organik. Air dialirkan
ke proses pengolahan air dan organik dialirkan kembali ke reaktoor 110D1.
Catatan:
Section ini menggunakan thermal oil heater sebagai sumber panas dan
temperatur operasinya sekitar 290oC – 305oC dan setiap reaktor diperlengkapi
dengan pompa sirkulasi yang akan mensirkulasikan cairan didalamnya selama 8
jam untuk menurunkan nilai acid value nya. Juga dipakai gas nitrogen untuk
mengeluarkan air yang terbentuk di dalam reaktor. Kedua aktivitas ini harus
dikontrol dan tetap diperhatikan.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pada section 110 wax
ester preparation, yaitu:
1) Rasio
Dalam section ini rasio antara feed fatty acid dan crude fatty alkohol menjadi
suatu hal yang dapat mempengaruhi acid value. Acid value yang diperlukan
pada section ini yaitu maksimal 3, semakin tinggi rasio crude fatty alkohol
semakin menurun acid value nya.
2) Temperatur
Pada section ini di butuhkan temperatur 250oC pada reaktor secara sikulasi
sampai mencapai suhu yang diinginkan, agar dapat menurunkan kadar acid
value pada product.
16
Reactor, Temperature, oC TIC 1202 235-265 258
3
110D1 Level, % LICSAHIL1201 50-90 85
Reactor, Temperature, oC TIC 1206 235-265 258
4
110D2 Level, % LICSAHIL1202 50-90 85
Reactor, Temperature, oC TIC 1302 235-265 245
5
110D3 Level, % LICSAHIL1301 50-90 86
Temperature, oC TIC 1206 235-265 238
Reactor,
6 Level, % N2 LICSAHILI202 35-86 75
110D4
flow, m3/hr FICAL 1301 2-20 18
Wax Ester
LIAHL 1101
Separator, Level, % 0-70
7 LDICAH2HIL 41
110D5 Interface H2O 30-45
1102
level, %
17
RI-CH2-COO-CH2-R2 + H2 → R1-CH2OH + R2 CH2OH
B. Uraian Proses
Umpan wax ester dari section 110 dipompakan dengan pompa 111G5/G6
dan bercampur dengan fresh hidrogen. Recycle hidrogen dipanaskan di 111E5,
Wax ester bersama fresh hidrogen dan recycle hidrogen bercampur dan masuk
kereaktor 111D1. Wax ester dihidrogenasi ke alkohol di reaktor dan keluar dari
bagian bawah reaktor. Temperatur di reaktor harus dikontrol sedemikian kecil.
Perubahan panas terjadi antara aliran dari keluaran reaktor dengan recycle
hidrogen di 111E5 dan selanjutnya didinginkan di 111E6 dan 111E8 dan menuju
111D10. Fatty alkohol dari HP separator 111D10 diturunkan tekanannya ke 25
bar di expansion gas cooler 111E9 dimana sisa gas hidrogen di bakar di 111 Bl.
Pada jalur utamnya, hidrogen dimasukkan ke H₂ compressor section vessel
111D13. Tekanan fatty alkohol dari 111E9 diturunkan 3 bar dan dialirkan ke satu
chamber crude alcohol vessel 111D14 dimana hidrogen yang terikut dialirkan ke
flare. Fatty alkohol dari 111D14 dipompakan ke alkohol filter 111 D4/D5 dimana
partikel katalis yang terbawa disaring dan kemudian dikirim ke tank farm. Gas
hidrogen dari HP cold separator 111D10 dipanaskan di preheater 111E14 dan
kemudian di manfaatkan di recycle compressor 111 G3/G4 dan disirkulasikan ke
111E5 dan reaktor 111D1. Make up hidrogen bertekanan 26 bar dari section 114
diumpankan ke 111D13, dipanaskan di 111E15 dan dinaikkan tekanannya ke 270
bar di compressor 111GI/G2. Hidrogen dari compressor 111GI/G2 diumpankan
ke jalur wax ester.
Proses yang penting:
18
temperatur dan tekanan tinggi gas hidrogen adalah hal yang selalu harus di
perhatikan sebagai hal yang kritis didalam pengoperasian section ini. Jangan
pernah terjadi adanya kebocoran gas hidrogen yang terbuang ke udara sekecil
apapun dari sistem, sebab hidrogen akan menimbulkan ledakan dan kebakaran.
Semua peralatan yang memakai gas nitrogen sebagai sealing harus dioperasikan
sebagaimana mestinya untuk menghindari terjadinya ledakan dan kebakaran.
Disamping itu, proses yang terjadi juga cukup sensitif terhadap perubahan
temperatur. Setiap kali terjadi perubahan temperatur, sampel harus dikirim ke
laboratorium.
19
9) Vessel 111D10 dan 111E9 diisi alcohol25% dari pump 111G7/8
10) Persiapkan jalur.
a. WCT untuk 111E11/12 dan 111E6
b. WC untuk 111E8/10 dan111GS/6
c. OTH dari Burner
d. Steam medium 111 G5/6
20
Proses Menaikkan Temperatur (Heating up)
1) Start pump 111G7/8 secara seri untuk mendapatkan pressure minimal 4
bar feed alcohol ke pump 111G5/6 dimana valve sirkulasi 111D14 dibawa
20% untuk menjaga kestabilan pressure dan valve section 111G5/6
terbuka
2) Buka valve N2 ke compressor section 111G5/6, tutup kembali bila pressure
stabil
3) Start pump OTH 111G10 untuk menaikkan temperatur di 111E2
4) Buka steam medium ke pump111G5/6
5) Start pump dengan lood minimal40%
6) Heating up Hploop dengan kenaikan temperatur 15. °C/jam maximum
7) Sudah tercapai kondisi operasional di inlet reactor 111D1 dengan
temperatur 160°C dan pressure 260 bar maka dilakukan leaks test di Hp
loop menggunakan gasse detector.
21
4) Temperatur di dalam proses harus stabil antara 160°C - 180°C dengan
keadaan katalis yang baik.
5) Level alcohol di 111 D10 harus betul diperhatikan dan dijaga 40% untuk
menghindari alcohol terbawa ke kompresor yang akhirnya mempengaruhi
kinerja kompresor tersebut dan juga menghindari terkontaminasi produk
fatty alcohol dengan lubrikan sehingga mempersingkat umur katalis.
22
3. Section 112 Fractionation & Distillation
A. Prinsip Proses
Tujuan utama dari proses ini adalah untuk memisahkan fatty alcohol C12
C14 dari hydrocarbon yang bertitik didih rendah dan residu sebagai komponen
bertitik didih tinggi dan ini dapat dilakukan dengan proses fraksinasi dan destilasi.
Section ini dirancang untuk dapat mendistillasi 204Ton/hari fatty alkohol,
dan sekitar 50% akan dikembalikan ke section 110 wax ester preparation dan
sisanya akan dikirim proses distillasi umumnya, kondisi vakum juga
diberlakukan dalam operasi.
B. Uraian Proses
Sebagaimana proses distillasi umumnya, pemanasan dan tekanan vacuum
merupakan hal yang sangat penting dalam pengoperasiannya disamping reflux
nya. Paramenter operasi ini harus senantiasa diperhatikan untuk mendapatkan
produk yang memenuhi standard yang diinginkan.
Distilasi merupakan proses penting dalam bidang teknik kimia. Proses
destilasi merupakan proses pemisahan bahan-bahan campuran menjadi bahan
murni atau hampir murni. Distilasi penting untuk proses menghasilkan bahan
bahan kimia atau bahan-bahan petrokimia.
Distilasi sebenarnya merupakan proses yang telah lama dikenal, yaitu
ketika manusia mulai mengenal penambahan kadar/ konsentrasi alkohol pada
minuman beralkohol. Selama bertahun-tahun, ilmu tentang distilasi telah
berkembang di dunia industri hingga saat ini.
23
Gambar 3.4 diagram alir Section 112 destilasi fatty alkohol
Dasarnya distilasi merupakan proses pemisahan campuran dua komponen
bahan atau banyak komponen menjadi bagian-bagian dengan berdasarkan pada
perbedaan titik didih antar masing-masing unsur komponen.
Distilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu dari dua metode
utama, yaitu:
1) Metode pertama (destilasi kilat) didasarkan atas pembuatan uap dengan
mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan uap
tanpa ada zat cair yang kembali kedalam bejana didih, jadi tidak ada reflux.
2) Metode kedua (distillation continue dengan reflux) didasarkan atas
pengembalian sebahagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi
tertentu, sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab
dengan uap yang mengalir menuju kondensor. Kedua metode ini dapat
dilaksanakan dalam proses kontinu (berkesinambungan) maupun dalam proses
batch.
24
Hubungan masing-masing skala pengukuran adalah sbb:
o
C = 5/9 x(°F-32)
o
R = 4/9 x(°F-32)
o
F = (9/5 x °C) + 32 atau (4/9 x °R)+32
o
K= °C +273
Rankin = °F +460
3) Feed Composition Komposisi (Komposisi Umpan)
Umpan yang baik adalah umpan yang mempunyai komposisi mendekati
kondisi design umpan. Dengan komposisi design, peralatan-peralatan akan
bekerja pada titik optimalnya, sehingga kondisi operasi optimum dapat dicapai
dengan baik.
4) Flow Rate(L)
Flow rate (laju air) dalam proses distilasi meliputi: flow rate umpan (feed),
flow rate overhead liquid (produk puncak), flow rate reflux, flow rate bottom
product (produk bawah). Hal yang terpenting yang harus diperhatikan adalah
bahwa flow-flow tersebut haruslah memenuhi hukum neraca massa, bahwa
massa yang masuk ke kolom harus sama dengan massa yang keluar kolom
distilasi.
5) Reflux
Reflux dalam proses destilasi adalah pengembalian sebagai carrier bagi uap
yang tidak diinginkan tetapi ikut menguap, sehingga terkondensasi dan turun
kembali ke bagian bawah kolom distilasi. Sebenarnya seni dari proses distilasi
adalah terletak pada flow reflux. Perbandingan produk puncak (distillate) yang
dikembalikan sebagai reflux dengan jumlah distillate yang dikeluarkan disebut
dengan reflux ratio.
Reflux ratio ini perlu diperhatikan untuk mencapai tingkat kemurnian
kualitas produk yang tinggi dan sebagai pengaturan efisiensi perpindahan
panas dan massa (heat and mass transfer).
Section 112 ini dibagi dalam 4 unit :
a. Unit Vacum
25
Sistem vacum pada section ini berdasarkan barometric jet condenser.
Terdapat dua condenser dalam section 112 yaitu :
a) 112 G16D
b) 112 G16C
26
f) Bila tekanan sudah mencapai 80 mbar maka masukkanlah steam
mediumnya ke ejector 112G12 dengan membuka penuh valve steamnya
untuk mendapatkan tekanan 90-100mbar.
g) Selama proses pemakuman diatas, hidupkanlahpompa crude alcohol di
tank farm untuk mengisi dryer 112D1.
h) Operasikanlah heater 112E1 dengan cara memasukkan steam tekanan
rendahnya dan setelah temperaturnya ke 98°C dengan cara mengaturnya
lewat TV 2301 dan buatlahkeposisiotomatis. Aturlahleveldi1 12 Di ke
80% lalu buatlah ke posisi otomatis lewat 1.V 2301. Operasikan pompa
WCT 112G10 untuk mengaktifkan cooler 112E6 kemudian pompa WCT
112G11 untuk mengaktifkan 112E9, lalu setlah temperaturnya ke 60°C
dan buat keposisi otomatis.
i) Bila level di 112D1 telah mencapai 25%, hidupkanlah pompa 112G1
untuk mensirkulasikan crude alcoholnya guna mengurangi kandungan
airnya lewat pemanasan di 112E1 dan effectpemakuman.
j) Bila tekanan dikedua kolom destilasi 112D2/D3 telah mencapai 10 mbar,
27
komponen komponen yang bertitik didih rendah secara bertahap diuapkan
dalm reboiler 112E4 dengan mensirkulasikannya oleh pompa 112G3.
komponen-komponen yang bertitik didih rendah (Hidrokarbon) naik menuju
28
Pressure, mbarg LIC 2403 50 – 100 70
WCT outlet TIC 2413 180 - 200 194
112E6 FIC 2403 1300 - 6000 5952
Level, %
OTH to 112E4
Recycle feed rate
to Section 110,
kg/hour
Hydrocarbon
Flow rate to tank
3. Fraction FICQ 2404 30-170 40
farm, Kg/hour
Cooler, 122E8
Bottom TIC 2508 195 – 250 228
temperature, 0C
Residue I
receycle flow
Distilation
4. rate, kg/hour
Still, 112D3
Distilation Top, FIC 2506 0 -300 33
0
C pressure, TI 2506 150 – 230 178
mbarg PI 2505 45 – 80 60
Final
Temperature
5. Condenser, TIC 2504 40-70 53
outlet WCT. 0C
112E7
B. Uraian Proses
29
Section 113 ini dilengkapi dengan sebuah reaktor fix bed . Reaktor ini di
isi dengan 2 layer nikel katalis. Fatty alkohol dari section 112 yang bertempratur
130°C dan di pompakan dengan pompa sentrifugal khusus ke reaktor 113DI.
Proses dalam reaktor di bawah tekanan hidrogen 25 Bar. Di dalam reaktor fatty
alkohol di mixing dengan menggunakan static mixer dan diumpankan reaktor
113D1 yang telah berisi katalis nikel. Reaksi antara fatty alkohol dengan hidrogen
dari bawah reaktor dipisahkan di separator 113D6. Fatty alkohol dari separator
dikirim ke degaser 113D11. Dari degaser fatty alkohol dipompakan ke tank farm
melalui 113E1. Sisa hidrogen yang bereaksi dengan alkohol dari 113D6
didinginkan di 113E6 dan dikembalikan ke section111.
30
3) Pressurize dengan N2 113D1, 113D6, 113E6.1/113E6.2
4) Lakukan leak test dengan N2 ± 5bar
5) Rubah posisi spectacle blind dari open ke close untuk jalur N2
6) Injeck H2 26 bar melalui PV2603
7) Leak test pada tekanan 26bar
8) Realist pressure dari jalur 113 E6.2 ke Flare (26 bar - 8 bar)
Star Up:
1) Persiapkan jalur feed alcohol dari section 112 melaluipompa112G2
2) Start pompa 112G3 untuk mengisi 113D6 (setting 30%) oleh DCS
3) Setting flow FV2602 yang menuju ke flare (40 Nm³/h) olehDCS
4) Setting temperature distillate alcohol melalui TV2305 (85°C)
5) Apabila sudah ada level di 113D6 30%, buka blockvalve di bottom reactor
113D1 dan 113D6
6) Apabila level di 113D11 70%, start pompa 113G5 menuju ke 122T51/50
7) Ambil sampel kirim ke lab untuk di check A.Color <10
31
Section ini dirancang untuk dapat menghasilkan gas hidrogen murni
sebanyak 1800 Nm'/jam lewat suatu proses yang disebut methanol cracking yang
dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
Methanol yang dicampur dengan air bebas mineral akan dimasukkan kedalam
reakor yang berisi katalis copper zink oxide dipanaskan hingga mencapai 265°C
dengan tekanan operasi pada 26 bar. Gas yang terbentuk akan dipisahkan pada
alat yang disebut PSA (Pressure Swing Adsorption) sehingga didapat gas
hidrogen dengan kemurnian hingga 99.99%.
32
B. Uraian Proses
Kemurnian dari methanol yang digunakan harus sesuai dengan standart
yang di tentukan, demikian juga dengan air yang di gunakan harus bebas dari
mineral, serta memperhatikan temperatur. Setelah beroperasi beberapa waktu, usia
katalis juga merupakan hal yang harus diperhatikan karena berpengaruh dengan
efektifitasnya. Gas hidrogen yang dihasilkan merupakan gas yang memiliki sifat
mudah terbakar dan dapat menimbulkan ledakan. Oleh karena itu pastikan bahwa
semua jalur pipa yang akan dilalui gas hidrogen tidak mengalami kebocoran,
demikian juga dengan absorber yang harus bebas dari udara maupun oksigen
nitrogen yang mengalir melalui pruging. Gas yang masuk kedalam absorber PSA
haruslah benar benar kering, sebab gas yang basah akan dapat menimbulkan
kerusakan yang serius terhadap molecular sieve yang terdapat didalam absrober,
itu sebabnya pemisahan cairan dari gas harus benar-benar memenuhi standart dari
gas yang masuk dan yang keluar, agar tidak berpengaruh pada kualitas hidrogen
yang dihasilkan. Langkah awal dalam mengoperasikan section 114 Hydrogen
Generation sebagai berikut :
33
- Start 114 G5
3) Heating Up
1. 114 DI (T 2708=265 °C)
2. 114 G5 OTH (T 2715=287 °C)
4) Feed Mixer Pump
a. Start G3/G4
- automatis purging close
- close manual block valve jalur purging
5) Hidupkan flare
a. Hidupkan tombol ON pada panel diFlare
b. menyalakan flare pada kondisi ignitioncontiniu
c. Apa bila plant sudah operasi normal makan api akan hidup
6) Presurre Check
- Mengisi masing-masing vessel (D4, D5, D6, dan D7) 4 bar
7) PSA ON
a. Check O2 content (max 10ppm)
b. Membuka valve manual proses gas dariPSA
c. Setelah timbul api di flare pindakan ke posisi automatic
Data pengisian PSA (di isi satu persatu)
115.
2) Proses yang harus diawasi
34
Jangan pernah sekali kali mengoperasikan burner tanpa terlebih dahulu
mengoperasikan pompa sirkulasinya, sebab hal ini akan mengakibatkan
pemanasan yang berlebihan dan merusak pipa yang dapat mengakibatkan
kebakaran. Hindari terjadinya kebocoran sebab cairan ini sangat panas dan
pastikan bahwa expansion vesselnya beroperasi.
Persiapan :
1) Utilty service sudah tersedia (N2, power,air instrument).
2) Siapkan jalur filling dari 115F12 ke115F11.
3) Pastikan N2 supplay 115F12 ke 115F11 terbuka melalui pressure regulator.
4) Transfer OTH ke 115F12 menggunakan pump Diafragma.
5) Jika level di 115F12 sudah 40% kemudian pilih selector 115G12 ke posisi
filling.
6) Start pump 115G12 untuk mentransfer OTH dari 115F12 ke 115F11 (transfer
OTH dari drum tetap berlangsung) sampai level di 115F11 sekitar 40%.
7) Stop pump 115G12 dan tutup valve di jalur filling.
8) Jika level di 115F12 sudah mencapai level 20%, stop pump diafragma dan
tutup kembali alur venting 115F12.
9) Buka valve suction pump 115G11A/B.
10) Tutup By Pass valve di Header.
Operasional:
1) Pilih pump yang akan dioperasikan melaluiselector yang ada di panel.
2) Start pump 115GG11A/B.
3) Monitor discharger pressure harus >6 Bar dan AP <0,15bar.
4) Informasikan ke DCS untuk mengoperasikan burner (DCS menginformasikan
kepada Fatty Acid section untuk start pumpfuel).
5) Start burner pada posisi manualmode.
6) Setting temperature heating up untuk menghilangkan Kadar air.
30-90 = 5°C/h
35
90-100 = 5°C/h
100-150 = 5°C/h
150-200 = 5°C/h
7) Buka valve venting yang ada di jalurconsumer.
8) Tutup valve venting jika temperature setting telah tercapai (305°C maks, ubah
ke posisi auto mode).
9) Record data setiap 2 jam sekali dan monitor section pressure115G11A/B.
36
c. Gas Nitrogen
Gas Nitrogen berfungsi sebagai bahan untuk menginjeksikan vapor dari
tangki reaktor 110D4-110D1.
37
10. 111D4/5 Alcohol Filter
11. 111E10 Recycle Compr. Cooler
12. 111E11/12 Feed Pump Recooler
13. 111E14 Preheater
14. 111E15 Preheater
15. 111E2 Start-Up Heater
16. 111E5 HP-Reactor Disch/Hydrog.Exch.
17. 111E6 HP-Recycle/WCT-Cooler
18. 111E8 HP-Recycle/Trim-Cooler
19. 111E9 Expansion Gas Cooler
20. 111G1/2 H2-Compressor 3 Stage Piston
21. 111G3/4 Recycle Compr. Stage Piston
22. 111G7/8 Crude Alcohol Pump
23. 11G5/6 HP-Wax-Ester Feed Pump
38
20. 112G16 Vacum system
21. 112G1AB Circulation pump drier cycle
22. 112G3 Pump for column D2
23. 112G4/6/8/9 Inline pump for thermal oil
24. 112G5 Pump for HC fraction
25. 112G7 Pump for residue recycle
39
ISO 9001: 2015 Klausul 6.2 tentang kualitas objektif
ISO 9001: 2015 Klausul 6.3 tentang perubahan perencanaan
ISO 9001: 2015 Klausul 7.2 tentang kompetensi
ISO 9001: 2015 Klausul 8.5.2 tentang identification dan traceability
40
diberikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia melalui
pabrik minyak sawit Area Usaha Sumut 1.
Sebagai bagian dari komitmen PT. Bakrie Sumatera Plantations untuk
menciptakan dan menjaga kesehatan, keamanan dan keselamatan dalam
lingkungan kerja, seluruh Unit Usaha dalam PT. Bakrie Sumatera Plantations
termasuk unit korporasi, telah menyelesaikan proses sertifikasi OHSAS
18001:2007 yang dilakukan oleh TUV International Indonesia. Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 05/MEN/1966 merupakan dasar penerapan sistem manajemen
yang berkaitan dengan upaya pengendalian risiko kesehatan dan keselamatan
kerja serta upaya perbaikan kinerja. PT. Bakrie Sumatera Plantations telah
menunjukkan konsistensinya dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) sejak sertifikat terkait diperoleh untuk pertama
kalinya pada tahun 2008. PT. Bakrie Sumatera Plantations menetapkan seluruh
kebijakan K3 dengan tujuan untuk mencapai standar tingkat kecelakaan kerja nihil
(zero accident standards). Pengelolaan K3 dilakukan berdasarkan ketentuan
ketenagakerjaan dan aturan K3 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Sebagai bagian dari komitmen untuk menciptakan dan menjaga kesehatan,
keamanan dan keselamatan dalam lingkungan kerja, serta mencegah terjadinya
potensi kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis dan non-
ekonomis, PT. Bakrie Sumatera Plantations telah memenuhi sertifikasi Standar
Internasional untuk SMK3, OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment
Series) 18001:2007, yang dikeluarkan oleh TUV International Indonesia.
Penerapan OHSAS dimulai di Unit Usaha Sumut 1 pada November 2007. Selain
Unit Usaha Sumut 1, Sumbar dan Jambi yang telah lebih dahulu menerima
Sertifikat OHSAS, sertifikasi juga telah diperoleh Sumsel 1, HIM, AGW/AMM,
EMAL, SNP, GLP, JOP, Air Muring dan Corporate Jakarta. Daftar masa berlaku
Sertifikat disampaikan pada halaman 15 Laporan Tahunan 2015 ini. Penerapan
OHSAS dalam PT. Bakrie Sumatera Plantations antara lain telah mencakup
pelatihan kesiagaan, penyusunan prosedur pelaksanaan standar, pelaksanaan
patroli K3, sosialisasi keamanan bagi pengunjung lokasi kegiatan usaha,
41
pengarahan keamanan bagi pekerja, pengadaan simulasi tindakan tanggap darurat,
pelaksanaan identifikasi bahaya, pelaksanaan penilaian dan pengendalian risiko,
serta proses audit internal dan eksternal.
Penerapan program pengembangan SDM dalam PT. Bakrie Sumatera Plantations
sepanjang tahun 2015 telah diakui melalui penghargaan nasional HR Excellence
Awards 2016 untuk kategori People Development yang diberikan oleh LM FEUI
bersama Majalah SWA dan PMSM. Melalui kegiatan yang merupakan wadah
bagi para praktisi SDM untuk dapat melakukan benchmarking atas kegiatan dan
kebijakan terkait, PT. Bakrie Sumatera Plantations berhasil lebih unggul dari 47
perusahaan lainnya.
42
PP No. 11 1979 Bab XVII Pasal 32 tentang pengelasan,
KEPMEN No.187/MEN 1999 tentang penanganan bahan kimia
berbahaya, Saftey Enginers Standart Hal:42,
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000.
4. Sistem Pengendalian Hama
Untuk menciptakan area kerja yang bersih dan aman serta menekan jumlah
poulasi hama/serangga/organisme pengganggu hingga mencapai jumlah
minimum. Menghindari kerugian moral yang diakibatkan serangga atau
hama seperti keracunan,kerusakan produk bahan mentah atau bahan
makanan. Menghindari kerugian moril seperti kondisi tidak nyaman dalam
melakukan kegiatan kerja dan kegiatan sehari-hari.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
P&G’s Key Element 7: kebersihan, perawatan, pengendalian hama
GMP Requirement VII: pengendalian hama
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000.
5. Pengawasan area untuk merokok dan membawa benda yang dapat
menimbulkan api di area perkantoran maupun kilang
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
UU No. 36 2009 tentang kesehatan
PP No.19 2003 tentang rokok bagi kesehatan
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000.
6. Izin Kerja Aman
Untuk menetapkan prosedur yang terperinci guna pengeluaran dan
penggunaan surat yang tepat mencakup pekerjaan yang direncanakan
didaerah yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
43
Panduan Untuk kerja industri perminyakan No. ISBN 071776 1281,
HSE, 1997
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000.
7. Prosedur masuk yang aman kedalam ruang terbatas
Untuk menetapkan persyaratan yang teperinci dan bersifat perintah yang
harus dilaksanakan dan dipelihara sepanjang waktu bila personil
memasuki ruangan tertutup.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
Keputusan Direktur Jendral pembinaan, pengawasan ketenaga kerjaan
No. kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang keselamatan kerja di ruangan
terbatas
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000.
44
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
PERMENAKER No. 03 1998 tentang tata cara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000
10. Penguncian dan Penandaan Listrik
Untuk proses pekerjaan infeksi atau perbaikan, seperti mengerjakan
pekerjaan listrik, instrumentasi atau mekanik setiap peralatan operasi yang
dapat dihidupkan secara langsung ditempat atau dari sumber yang sangat
jauh misalnya pemindah arus, pemutus arus dll. Harus dimatikan,
digembok dan diberi lebel sebelum seuatu perubahan atau perbaikan
terhadap peralatan dan mesin yang terhubung pada alat tersebut akan
dimulai.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
PP No.50 2002 tentang Sistem Manajemen K3
45
Menyediakan pedoman tentang pelaksanaan kegiatan haigien bahwa setiap
orang yang berada dilingkungan pabrik (termasuk staf, management, tamu,
pemasok, kontarktor dsb) harus memenuhi persyaratan minimum dibidang
kesehatan kerja kaidah-kaidah GMP yang bertujuan untuk melindungi diri
dan produk.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
CAC/RCP-1969, Section VII-Kesehatan Pribadi (PERMEN 02-1980
tentang pemeriksaan kesehatan kerja pasal 3 ayat 2)
ISO 9001, ISO 22000, GMP + B2, HAS 23000
13. Pemadam Kebakaran Dan Pengujian
Membuat garis-garis pedoman tentang masalah infeksi pengujian dan
perawatan pemadam kebakaran. Pedoman ini mencakup
penerimaan/pengujian dari material dan sistem yang baru.
Dasar Pelaksanaan berdasarkan :
UU No.1 1970 Bab III Pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja
KEPMENAKER 186 1999 Tentang unit penanggulangan kebakaran
ditempat kerja.
QA Analyst
15
operator
47
5. Certification
To cover new products and plant in current applicable certification scope
Adapun penentuan tata letak pabrik PT. Domas Agrointi Prima ini dilakukan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
a. Kemudahan transportasi lalu lintas untuk keluar masuk pabrik
b. kemudahan pengawasan terhadap alat-alat proses
c. keselamatan kerja serta kemudahan lalu lintas pekerja dalam pabrik
BAB IV
4
4.1 Uraian Hasil Observasi
Karbonil konversi ini berfungsi untuk menghilangkan carbonyl content
dari destilat fatty alcohol. Section ini dirancang untuk mampu mengolah 100 ton
48
perhari fatty alkohol dengan mereaksikan gas hidrogen pada tekanan 25 bar,
reaksi terjadi dalam reaktor fixed bed yang berisikan katalis nikel, yaitu merubah
senyawa karbonil menjadi kembali ke fatty alkohol, sebab adanya carbonyl dalam
produk dianggap sebagai impurities. Karena beberapa impurities dari proses
tersebut seperti hidrokarbon dan karbonil menyebabkan warna kekuningan yang
dapat berpengaruh pada kualitas fatty alkohol sehingga perlu dihilangkan (dalam
proses destilasi fatty alcohol dan karbonil konversi).
49
8. COOH total -
9. AV 0,03
10. Moist 0,05
11. Color 3,2
12. Carbonyl 2,2
Tabel 4.2 Parameter Standart Produk Fatty Alcohol
No Parameter Standart
Analysis Produk
. Produk
1. C10 1,0 Wt% max
2. C12 70-76 Wt%
3. C14 23,0-30,0 Wt%
4. C16 1,0 Wt% max
5. Alkohol C12 + C14 98,5 Wt% min
6. Total Alcohol 99,0 Wt% min
7. Hydroxyl Value 285-295 mg KOH/gram
8. Acid Value (AV) 0,10 mg KOH/gram max
9. Iodine Value 0,1 I2/100 gram max
10. Saponification Value 0,40 mg KOH/gram max
11. Moisture 0,10 Wt% max
12. Color, APHA 10 N/A max
13. Carbonyl 50 ppm max
SNI 01-6100-1999
Dari data diatas hasil analisa produk akhir fatty alkohol C12 dan C14
mengalami peningkatan khususnya pada C12 dari 74,63 menjadi 74,65 dan nilai
ini telah memenuhi standar parameter produk dari perusahaan yaitu 70-76 Wt%,
berdasarkan SNI 01-6100-1999 Nilai C14 mengalami peningkatan dari 23,75
menjadi 23,80 setelah conversion karbonil, hal ini sesuai dengan standart
parameter produk yaitu 23,0-30,0 Wt%, berdasarkan SNI 01-6100-1999. Nilai
OHtotal mengalami peningkatan dari 99,48 menjadi 99,62, hal ini sesuai dengan
standart parameter produk yaitu minimal 99,0 Wt%, berdasarkan SNI 01-6100-
1999. Nilai Hidrocarbon (HC) mengalami penurunan dari 0,52 menjadi 0,38, hal
ini terjadi dikarenakan Hidrokarbon (HC) mengandung rantai C 6-C10 yang dapat
mempengaruhi kualitas dari produk fatty alkohol. Nilai karbonil mengalami
penurunan dari 159,5 menjadi 2,2, hal ini sesuai dengan standart parameter
produk yaitu maksimal 50ppm berdasarkan SNI 01-6100-1999.
50
4.3 Pemecahan Masalah Dilapangan
Dalam proses pengkonversian karbonil gugus karbonil bersifat polar yang
disebabkan oleh oksigen yang lebih elektronegatif dibandingkan atom karbon-
oksigen (C=O) dalam gugus karbonil mengandung ikatan sigma phi. Karbonil
aldehida termasuk senyawa aldehida yang dapat tereduksi menjadi alcohol bila
reduktornya lemah misalnya H2 dengan menggunakan katalis nikel (Ni).
Hal ini dapat dilihat di lapangan pada saat pengonversian karbonil pada reaktor
fixed bed menggunakan senyawa reduktor hidrogen dan 2 layer senyawa nikel
pada dinding reaktor sebagai katalis untuk mengubah karbonil menjadi alkohol.
R1-COO-H + H2 Nikel
R1-CH2-OH
(Carbonyl) (Gas Hidrogen) (Fatty Alcohol)
51
BAB V
5
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan fatty alcohol, yaitu:
- Section 110 wax ester preparation: Temperatur dan Rasio
- Section 111 wax ester hydrogenation: Temperatur dan Tekanan
- Section 112 Distilation fatty alcohol: Tekanan, Temperatur,
Komposisi umpan, dan Flow rate
2. Proses pembuatan fatty alkohol secara umum berlangsung dengan
mereaksikan fatty acid dan fatty alcohol dan membentuk wax ester yang
kemudian dihidrolisis dengan hidrogen sehingga membentuk crude fatty
alcohol kemudian dilakukan pemurnian dan pemisahan berdasarkan rantai
karbon melalui proses fraksinasi dan destilasi kemudian karbonil
conversion.
Seluruh rangkaian proses berjalan dengan baik dan optimal dilihat dari
produk yang dihasilkan sesuai dengan stadart produk fatty alkohol
berdasarkan SNI 01-6100-1999.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan fatty alcohol,
yaitu:
- Thermal oil heating sebagai sumber panas yang temperatur operasinya
sekitar 290oC – 305oC dan setiap reaktor diperlengkapi dengan pompa
sirkulasi yang akan mensirkulasikan cairan didalamnya selama 8 jam
52
untuk menurunkan nilai acid value nya. Juga dipakai gas nitrogen untuk
mengeluarkan air yang terbentuk di dalam reaktor. Kedua aktifitas ini
harus dikontrol dan tetap diperhatikan.
- Temperatur dan tekanan tinggi oleh hidrogen adalah hal yang selalu
harus disadari sebagai yang kritis didalam pengoperasian section ini.
Jangan pernah membiarkan adanya kebocoran gas hidrogen yang
terbuang ke udara sekecil apapun dari sistem, sebab hidrogen akan
menimbulkan ledakan dan kebakaran. Semua peralatan yang memakai
gas nitrogen sebagai sealing harus dioperasikan sebagaimana mestinya
untuk menghindari terjadinya ledakan dan kebakaran. Disamping itu,
proses yang terjadi juga cukup sensitif terhadap perubahan temperatur.
Setiap kali terjadi perubahan temperatur, sampel harus dikirim ke
laboratorium.
5.2 Saran
Dalam pengoperasian alat proses pembuatan fatty alcohol segala aspek
harus diperhatikan, tidak hanya segi perekonomian yang dijadikan komoditas
pasar yang sedang mahal, tetapi harus di perhatikan pula alat produksi yang sudah
tidak memungkinkan untuk beroperasi lebih lama dan harus di perbaiki dan di
ganti dengan yang baru agar keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat
dilindungi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan,Y., Agape, KM. 2020. Prarencana Pabrik Fatty Alcohol Dari Palm
Kernel Oil (PKO) Kapasitas: 80.000 Ton/Tahun. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Katolik Widaya Mandala, Surabaya.
Sahila, S., Rahmawati, ED. 2018. Pra Rancangan Pabrik Fatty Alcohol Dari Metil
Ester Dan Hidrogen Dengan Kapasitas 40.000 Ton/tahun. Skripsi. Fakultas
Zheng, Y-N., Li, L-L., and Liu, Q. 2012. Optimization of fatty alcohol
biosynthesis pathway for selectively enhanced production of C12/14 and
C16/18 fatty alcohols in engineered Escherichia coli. Edisi ke-11.
Microbial Cell Factories.
https://www.merdeka.com/bakrie-sumatra-plantations/profil/
54
52