Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENETAPAN RUMPUN

KERBAU MOA
Makalah
Disusun untuk memenuhi suatu tugas
Mata Kuliah Sumber Daya Genetik Ternak Lokal PTK 102
Dosen Pengampu : Elmy Marian,S.Pt,M.Si

OLEH

DHAIPA PAHLASARI
(1905104010020)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya sayai
dapat menyelesaikan tugas Proposal Penetapan Rumpun Kerbau Moa. Tugas
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sumber Daya Genetik
Ternak Lokal PTK 102. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elmy
Mariana, S.Pt,M.Si sebagai dosen pengampu. Kami berharap agar hasil dari
tugas ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Disamping itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat dibutuhkan agar setiap kesalahan dan kekurangan dari
penulisan ini dapat ditinjau kembali.

Banda Aceh, 10 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rencana Pegembangan............................................................................ 2
BAB II ASAL USUL KERBAU MOA.......................................................... 5
BAB III DESKRIPSI KERBAU MOA......................................................... 11
BAB IV POPULASI DAN WILAYAH SEBARAN..................................... 14
BAB V CARA MENDAPATKAN RUMPUN.............................................. 16
BAB VI MUTU HASIL.................................................................................. 17
BAB VII PROOKOL NAGOYA PADA PERLINDUNGAN GALUR
KERBAU MOA.............................................................................................. 18
BAB VIII PENUTUP...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21
LAMPIRAN FOTO........................................................................................ 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sumber daya genetik merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna,
baik secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Indonesia merupkan
wilayah yang membentang luas dengan kondisi geografis dan ekologi yang
bervariasi telah menciptakan sumber daya genetik yang sangat banyak. Sumber
daya genetik ternak lokal adalah sumber daya genetik hewan hasil introduksi yang
telah beradaptasi dan berkembang biak pada lingkungannya. Pada saat ini sangat
terbuka peluang yang besar bagi upaya program pemuliaan guna memperoleh
manfaat secara optimal.

Ternak kerbau adalah salah satu jenis ternak ruminansia Indonesia yang
berdasarkan aspek nutrisi dan fisiologisnya tidak jauh berbeda dengan sapi,
sehingga ternak ini cocok dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
daging nasional. Akan tetapi pertumbuhan populasinya tidak sebaik populasi
ternak sapi, kemungkinan berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tidak
pernah menempatkan ternak kerbau dalam daftar prioritas pengembangan
peternakan. Ternak kerbau memiliki potensi untuk ditingkatkan perannya
terutama berkaitan dengan potensi genetik dan aspek lingkungannya.Produktivitas
ternak kerbau di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga keseimbangan
antara permintaan dan produksi agar populasi ternak tidak terkuras.

Guna mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya erosi genetik yang


makin meningkat terhadap sumber daya genetik, perlu adanya perhatian yang
besar terhadap sumber daya genetik yang ada terutama varietas-varietas lokal baik
hewan maupun tumbuhan. Perhatian diberikan dalam bentuk kegiatan
inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi), dan pelestariaan (konservasi).
Guna meningkatkan nilai gunanya perlu diikuti dengan upaya perlu diikuti dengan
upaya identifikasi karakter penting melalui kegiatan karakterisasi dan evaluasi
secara sistematis dan berkelanjutan seperti melalui seleksi maupun rekayasa
genetik agar dapat dimanfaatkan.

1
Salah satu sumber daya ternak Indonesia yang sangat potensial dan unik
adalah kerbau Moa yang berada di provinsi Maluku. Kerbau Moa mempunyai ciri
khas yang tidak dimiliki oleh kerbau dari bangsa lainnya yang mana kerbau ini
perlu dijaga dan dipelihara kelestariaanya sehingga dapat memberikan manfaat
dalam peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan salah satu kabupaten yang


berada di wilayah provinsi Maluku dengan luas wilayah 45.556 ha, memiliki
potensi untuk pengembangan ternak kerbau.Populasi kerbau di Kabupaten
Maluku Barat Daya sampai dengan akhir tahun 2019 diperkirakan mencapai
11.323 ekor dan populasi terbesar berada di Kecamatan Moa mencapai 10.720
ekor. Kerbau berada di Pulau Moa sejak pertengahan tahun 1513, sehingga
disebut kerbau Moa dan merupakan salah satu plasma nutfah ternak potong lokal
yang tahan terhadap lingkungan agroekosistem kering dan berkembang baik di
Pulau Moa. Namun belum banyak dilakukan penelitian terhadap produktivitasnya.

Rencana Pengembangan

Potensi populasi kerbau moa di Maluku Barat Daya sangat penting untuk
dikembangkan. Kerbau Moa ini merupakan kerbau yang mampu menghasilkan
susu dalam jumlah yang banyak pada musim kemarau. Kerbau Moa termasuk
dalam bangsa kerbau lumpur (swamp buffalo). Kerbau ini adalah jenis kerbau
yang sudah lama terpisah dari habitat aslinya (yang berair) namun memiliki
kemampuan beradaptasi tinggi sehingga penyebarannya tidak hanya di daerah
yang berawa seperti Kalimantan dan Sumatera, tapi juga diwilayah beriklim
kering seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kabupaten Maluku Barat Daya.

Pada saat ini populasi kerbau ini mulai berkurang karena banyak
disembelih untuk keperluan tertentu dan dijual antar pulau, bahkan sampai ke
negara Timor Leste yang berbatasan langsung dengan Maluku Barat Daya.
Mengingat tingginya potensi kerbau ini dalam menghasilkan susu dan mudah
dalam beradaptasi, maka peningkatan kualitas kerbau Moa pada peternakan
rakyat perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan.

2
Guna melakukan peningkatan populasi ternak kerbau Moa ini maka
perlu diperhatikan rumusan alternatif pelestarian ternak kerbau Moa ini melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Perlunya dilakukan kegiatan inventarisasi, identifikasi dan evaluasi
performans ternak kerbau Moa di Maluku. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui peta penyebaran, tanda-tanda/karakteristik serta
kemampuan produksi dan produktivitas ternak kerbau Moa. Perlu dijalin
kerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan pihakpihak
terkait lainnya, yaitu melalui penelitian, uji performans dan kerjasama
lainnya. Dari hasil kegiatan ini diharapkan dapat dikembangkan kawasan-
kawasan ternak kerbau Moa di pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya.
2. Pengaturan pemanfaatan ternak kerbau; kegiatan dan tahapan yang perlu
dilakukan yaitu :
a. Penerapan program seleksi dan kastrasi yang ketat, sehingga ternak-
ternak yang kurang baik dapat diarahkan untuk ternak potong.
b. Menerapkan manajemen breeding yang baik
c. Pengaturan dan pengendalian pemotongan ternak, khususnya ternak
betina produktif.
d. Perbaikan pola pemeliharaan.
e. Introduksi tanaman pakan hijauan unggul di lingkungan habitat ternak
Kerbau Moa di pulau Moa;
f. Penerapan teknologi pakan yang sederhana/tepat guna sehingga mudah
diadopsi dan dimanfaatkan oleh petani peternak dalam
membudidayakan ternak kerbau Moa;
g. Peningkatan pelayanan kesehatan ternak.
3. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan ternak kerbau Moa di Kabupaten
Maluku Barat Daya perlu dihitung dengan cermat dengan selalu
berpatokan pada azas manfaat dan kelestarian sumberdaya yang ada.
Pengeluaran ternak kerbau harus selalu mempertimbangkan populasi
dasar, kemampuan produksi, pertumbuhan yang diinginkan dan
diperhitungkan menggunakanparameter-parameter teknis yang baik dan
akurat. Pemasukan ternak kerbau ke Maluku secara umum dan Pulau Moa

3
Kabupaten Maluku Barat Daya secara khusus harus dipertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan
ternak di Maluku perlu diatur dengan Peraturan Gubernur.
4. Pembinaan dan pengawasan; pembinaan dan pengawasan perlu dilakukan
secara lebih intensif dan berkesinambungan, baik yang dilakukan oleh
provinsi, kabupaten/kota maupun jajaran peternakan lainnya.

4
BAB II
ASAL USUL KERBAU MOA
Kerbau berasal dari Bubalus arnee india. Di tempat asalnya, ternak kerbau
ditemukan sebagai hewan liar yang hidup dirawa-rawa dan hutan-hutan berumput.
Taksonomi kerbau (Bubalus bubalis) menurut Fahimuddin (1975) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bubalus
Spesies : B. Bubalis

Dalam perkembangan selanjutnya, ternak kerbau menyebar ke Asia dan


Afrika. Kerbau Afrika tergolong fauna yang sangat berbahaya. Sifatnya sangat
agresif dan tak dapat diduga sehingga hewan ini tidak pernah berhasil dijinakkan
oleh manusia. Tubuh kerbau Afrika tergolong kekar dengan tinggi bahu antara
100-170 cm dan panjang 170-340 cm. Berat tubuh bervariasi tergantung sub-
spesies. S. c nanus memiliki berat antara 250-450 kg. Sedangkan S. c
caffer memiliki bobot antara 450-1000 kg dengan berat rata-rata 750 kg.
Selain di Afrika, kerbau juga tersebar luas di Asia. Para ahli
memperkirakan, garis kekerabatan kerbau Asia dan Afrika mulai memisah sejak
10 juta tahun yang lalu. Berdasarkan sebaran alaminya, kerbau ternak bukan
termasuk hewan asli Indonesia. Para ahli menduga, kerbau-kerbau ini berasal dari
domestikasi kerbau liar penghuni rawa-rawa basah di Utara India/Nepal dan utara
Thailand/Vietnam. Hasil riset arkeologi dan genetik menunjukkan bahwa kerbau
telah dijinakkan sejak 5000 tahun yang lalu.
Secara umum, kerbau ternak/peliharaan dibagi menjadi dua golongan,
yaitu: Kerbau Sungai (river buffalo) dan Kerbau Rawa (swamp buffalo). Kerbau
Sungai mencakup jenis-jenis kerbau penghasil susu seperti: varietas Banni,

5
Bhadawari, Chilika, Jaffarabadi, Kalahandi, Marathwadi, Mehsana, Murrah,
Nagpuri, Nili-Ravi, Pandharpuri, Surti dan Toda. Sebaliknya, kerbau rawa tidak
menunjukkan perbedaan varietas yang jelas.

Gambar 1. Kerbau Asia dan Afrika: a. Kerbau Afrika Syncerus caffer, b. Kerbau
liar India (Arni) Bubalus bubalis arnee, c.Kerbau Sumbawa Bubalus bubalis
kerabau dan d. Kerbau Murrah (kerbau sungai) Bubalus bubalis
bubalis (penamaan menurut ITIS 2017).
Sebagian besar populasi kerbau sungai terdapat di India. Sisanya
keturunan yang sekarang masih terdapat di India adalah kerbau Arnee (arni) yang
disebut Bubalus arni jirdon. Kerbau ini kemudian menyebar ke Asia Barat, Afrika
Timur hingga Turki, Eropa Barat, Eropa selatan dan wilayah Balkan. Kerbau
sungai umumnya hidup dengan berendam dan mencari makan pada lahan-lahan
basah di sekitar sungai-sungai besar di India dan Pakistan.
Kerbau sungai berhasil dikembangkan di Eropa khususnya Italia. Kerbau
ini lebih dikenal sebagai varietas Mediterranea. Tipe kerbau perah ini dipelihara
untuk menghasilkan susu yang menjadi bahan baku pembuatan keju Mozzarella

6
yang tersohor. Di Indonesia, mozzarella populer sebagai salah satu bahan untuk
membuat kue dan pizza.
Berbeda dengan kerbau sungai, kerbau rawa dipelihara untuk membajak
sawah, menggiling tebu dan menarik gerobak. Selain itu, kerbau rawa juga
berperan sebagai ternak potong dan kerap menjadi hewan yang dikorbankan
dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Kadang-kadang kerbau rawa dipelihara
untuk diambil susunya.
Di masa lalu, kepemilikan kerbau rawa kerap dijadikan sebagai penanda
status sosial dan juga digunakan sebagai mahar dalam pernikahan. Hal ini dapat
ditemukan di pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Bahkan, beberapa daerah
seperti di Seko, Luwu Utara (Sulawesi Selatan), menggunakan kerbau sebagai
alat pembayaran denda, jika seseorang melakukan pelanggaran berat terhadap
hukum adat setempat.

Gambar 2 . Arni Bubalus bubalis arnee, kerbau liar India utara yang diduga kuat
menjadi tetua kerbau peliharaan di Asia tenggara.
Pengembangan dan penyebaran kerbau perah terdapat diwilayah India,
Eropa Barat, dan Mesir. Sementara itu, pengembangan kerbau lumpur diarahkan
dikawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

7
Kerbau mempunyai beberapa bangsa atau jenis, akibat dari penyebaran
dan adaptasinya yang luas ke berbagai daerah di dunia. Menurut Rukmana (2003),
ada beberapa jenis kerbau yang ada di India, diantaranya kerbau Murrah, kerbau
Surti, kerbau Nilli, kerbau Mehsana dan kerbau Nagfuri. Sedangkan di negara
Indonesia ada empat jenis kerbau yang telah dikembangkan yaitu kerbau lumpur,
kerbau rawa, kerbau murrah dan kerbau lokal. Ada beberapa jenis kerbau lokal
indonesia, yaitu kerbau sumbawa, kerbau gayo, kerbau kalimantan selatan, kerbau
simeulue, kerbau toraja, kerbau pampangan dan kerbau kuntu. Secara umum
karakteristik kerbau lokal indonesia disajikan pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Karakteristik Kerbau Lokal Indonesia


Panjang Karakteristik
Jenis Kerbau
Badan (cm)
Kerbau Betina 110,5±15,29 Tubuh dominan hitam, bagian bawah
Simeulue Jantan 102,36±7,41 hitam kemerah-merahan, kepala hitam,
bentuk garis muka cekung dan tanduk
bervariasi (sorong,sapang,lefe, kiwing
dan sangeng)
Kerbau Gayo Betina 122,65±20,26 warna tubuh dominan hitam keabu-
Jantan 115, abuan, kepala hitam keabu-abuan,
16±17,95 sekeliling mata berwarna putih, garis
leher berwarna putih berjumlah satu
sampai tiga garis, kaki bagian bawah
berwarna putih, tanduk agak mendatar
mengarah kebelakang, telinga besar,
berbulu mengarah ke samping dan
perut bagian bawah berwarna putih
hingga kemerahan.
Kerbau Jantan: 94,0±7,0 cm. Warna tubuh Dominan hitam keabu-
Kalimantan Betina: 124,8±7,3 abuan atau hitam kebiru-biruan, muka
Selatan cm Berbentuk segitiga panjang, agak
cembung, dan memiliki ruang jidad
lebar yang ditumbuhi bulu lebat,

8
tanduk : Jantan dan betina bertanduk
tumbuh mengarah ke samping
kemudian lurus ke belakang.
Kerbau Jantan : 123,0 ± 8,9 Warna tubuh dominan hitam, bagian
Pampangan
cm. Betina : 129,9 ± bawah berwarna putih membentuk
10,7 cm setengah lingkaran. Muka segitiga
pendek agak cembung dan memiliki
ruang dahi lebar. Tanduk pendek
melingkar ke belakang, dan arah ke
dalam

Kerbau Jantan : 129,3±11,1 Warna tubuh dan Kepala dominan


Sumbawa cm abu-abu sampai hitam; Warna rambut
Betina : 132,5±9,7 kemerahan sampai abuabu
cm gelap;Warna tanduk bening
kekuningan sampai hitam. Bentuk
tubuh kompak, dengan kaki relatif
agak pendek; tanduk jantan dan betina
bertanduk besar melengkung
mengarah ke samping dan ke
belakang.

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Kerbau Moa memiliki karakteristik


yang berbeda dengan kerbau lokal Indonesia yang lainnya. Karakteristik umum
dari Kerbau Moa ini yaitu mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi
genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan.
Kerbau moa mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun kerbau lumpur
atau kerbau lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak
lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

9
Kerbau Moa hidup dan berkembang sejak dahulu di Pulau Moa. Terletak
di Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), secara
geografis pulau ini berada pada posisi paling selatan dari gugusan pulau-pulau di
Provinsi Maluku dan berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Benua
Australia. Dari Pulau Kisar, ibukota Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD)
diperlukan waktu tempuh empat (4) jam bila menggunakan kapal laut. Dari
kejauhan P. Moa akan memberi panorama alam yang indah dengan lereng-lereng
gunung yang tandus bagaikan kulit kerbau layaknya. Secara utuh akan tampak
seperti seekor kerbau raksasa yang sedang tidur pulas di bawah terik matahari
dengan panas yang terus meningkat beberapa dekade terakhir ini. Di pulau ini
terdapat Gunung Kerbau yang merupakan gunung tertinggi (1000 m dpl).
Gunung Kerbau merupakan ciri khas bentang alam yang ada di P. Moa, yang
seakan melambangkan kekayaan peternakan kerbau yang dimilikinya. Terlebih
lagi saat musim kemarau (April-Oktober), G. Kerbau kondisinya bertambah
gersang. Dengan lahan-lahan terbuka yang terdapat di sebagian besar wilayahnya,
yang menunjukkan bahwa tanah-tanah di wilayah ini memang tergolong kritis. Di
sinilah habitat asli Kerbau Moa sebenarnya berasal dan sudah diakui sebagai
plasma nutfah endemic.

10
BAB III
DESKRIPSI KERBAU MOA

Karakteristik Kerbaau Moa dapat diuraikan sebagai berikut:


Warna tubuh dominan abu-abu (28,74%) sampai hitam (43,67%). Kepala
abu-abu (40,8%) sampai hitam (44,25%), Garis muka lurus.Garis punggung pada
umumnya cekung. Tanduk: jantan dan betina bertanduk besar melengkung
mengarah ke samping dan ke belakang. Bentuk telinga tegak ke arah samping.
Deskripsi kuda Minahasa secara fisik disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Kerbau Moa Betina


Kerbau Moa dapat berperan sebagai ternak potong dan produksi susu
(tipe dual purpose) dan mempunyai keunikan spesifik, yaitu:

1) Mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan panas dan kekurangan air


2) Tidak terbiasa berkubang

11
3) Dapat beradaptasi dengan kuantitas dan kualitas pakan yang jelek selama
musim kemarau.
Musim kelahiran dari Kerbau Moa justru banyak terjadi pada musim
kemarau (April – Oktober), sehingga produksi susu kerbau melimpah saat itu,
karena puluhan ribu kerbau betina memasuki masa kebuntingan tua dan
melahirkan anak. Sehingga air susu melimpah bisa diperoleh dari kerbau
Moa yang berkeliaran di hutan, padang rumput atau yang dikandangkan.
Sementar pada saat itu sumber air tanah dari sumur galian atau sungai-sungai
di daerah ini kering akibat kemarau. Sudah sejak dahulu warga MBD
mengkonsumsi air susu kerbau mentah tanpa proses sterilisasi alias setelah
diperah langsung diteguk. Pendek kata jenis kerbau yang satu ini benar-benar
merupakan Sumber Daya Genetik (SDG) unggulan yang patut dijaga
kelestariannya, bahkan harus terus dikembangkan populasinya. Akan tetapi
menurut beberapa sumber informasi menyebutkan bahwa akhir-akhir ini
populasi kerbau Moa terancam punah karena terus menerus dikonsumsi untuk
berbagai keperluan, seperti untuk keperluan adat setempat, maupun dijual
bebas kepada pedagang-pedagang antar pulau, termasuk ke Negara Timor
Leste.
Secara fisik, Kerbau Moa jantan dan betina memiliki ciri morfologi yang
berbeda. Perbedaan ciri-ciri morfologi Kerbau Moa ini disajikan pada tabel 2.

Jenis Kelamin
Sifat (cm/kg)
Jantan Betina
Tinggi Pundak (cm) 114,4±6,2 cm 111,2±7,7 cm
Panjang Badan (cm) 105,0±9,1 cm 104,2±5,3 cm
Lingkar Badan (cm) 170,9±14,3 cm 167,3±8,6 cm
Bobot Badan (cm) 228,4±5,31 kg 215,7±14,3 kg

Berdasarkan ukuran morfologi tubuh antara kerbau jantan dan betina


menunjukkan suatu perbedaan. Baik itu dari segi tinggi pundak, panjang
badan,lingkar badan dan bobot badan.
Perubahan iklim global akhir-akhir ini makin jelas dirasakan, ditandai oleh
peningkatan rata-rata suhu udara, frekuensi kejadian cuaca ekstrim dan
variabilitas cuaca di berbagai belahan bumi. Pengaruh negatifnya terhadap

12
kuantitas dan kualitas produksi pertanian kita sudah banyak dirasakan. Dengan
peningkatan temperatur dan pergeseran pola cuaca, berbagai agroekosistem akan
berubah secara drastis, termasuk pada daerah lahan basah, rawa-rawa, danau, dsb.
Berbagai perubahan tersebut tentu juga akan membuat berbagai jenis dari species
hewan tertentu, kerbau misalnya, harus hidup pada kondisi yang sudah tidak
optimum lagi bagi mereka. Sebaliknya, bagi jenis-tipe lainnya kondisi tersebut
akan lebih sesuai. Dengan kata lain, suatu jenis/tipe tertentu pada suatu species
hewan mungkin akan lebih mampu bertahan daripada tipe/jenis lainnya. Di
wilayah-wilayah Indonesia bagian barat saat ini walaupun curah hujan tetap
tinggi, tetapi ketersediaan air tanah permukaan makin berkurang, termasuk luas
lahan rawa-rawa ataupun badan-badan air lainnya, yang juga makin berkurang
karena berbagai alasan, antara lain pendangkalan sungai atau waduk, dll. Kondisi
ini juga diikuti oleh peningkatan suhu udara di sekitarnya. Bagi jenis Kerbau Moa
tampaknya kondisi agroekosistem demikian justru masih merupakan habitat yang
ideal. Optimalisasi pendayagunaan potensi SDG unggulan Kerbau Moa dalam
rangka ketahanan pangan (pencapaian swasembada daging) dan antisipasi
perubahan iklim tersebut dalam kerangka Agribisnis Pedesaan sangatlah
menjanjikan. Sehingga plasma nutfah endemic yang satu inipun dapat terhindar
dari kepunahan. Untuk mendukung maksud tersebut berbagai informasi yang
diperlukan harus tersedia. Saat ini sudah banyak tersedia inovasi teknologi hasil
Badan Litbang Pertanian untuk mendukung usaha budidaya kerbau secara umum.
Untuk budidaya spesifik Kerbau Moa, tampaknya perlu dilakukan berbagai
kajian-kajian untuk mengetahui distribusi dan populasinya saat ini. Berapa jumlah
kepemilikan per rumah tangga dan pola-pola usahataninya yang efisien serta
sumbangan komoditas ini terhadap pendapatan rumah tangga tani setempat.
Bagaimana formula-formula pakan alternatifnya mengingat ketersediaan
sumberdaya lokal yang berbeda tiap tempat. Termasuk kajian-kajian terknologi
hasil dan pemasaran serta berbagai kelembagaan yang diperlukan.

13
BAB IV
POPOLASI DAN WILAYAH SEBARAN

Kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebuah Kabupaten di Provinsi


Maluku, Indonesia. Ibu kotanya adalah Tiakur, Moa Lakor. Kabupaten ini
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

14
Gambar 4. Sebaran Populasi Kerbau Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya
Provinsi Maluku

Potensi kerbau Moa yang dapat dikeluarkan setiap tahun tanpa


mengganggu populasi yang ada sebesar 6,53% atau setara dengan 466 ekor jantan
dan 7,68% setara dengan 690 ekor betina. Sisa replacement stock (jantan muda)
sebesar 5,22% setara dengan 236 ekor, betina muda sebesar 7,66% setara dengan
688 ekor. Dinamika populasi kerbau Moa kurun waktu tahun 2012 sampai 2017
diprediksi mengalami peningkatan rata-rata setiap tahun sebesar 15,84% dan pada
tahun 2017 populasi dapat diestimasi sebanyak 23.682 ekor dengan potensi ternak
muda jantan dan betina sebesar 13.525 ekor.

15
BAB V
CARA MENDAPATKAN RUMPUN
Menurut saya, jika dilihat dari ciri fenotifiknya Kerbau Moa ini mirip
dengan kerbau gayo, kerbau kalimaantan dan kerbau sumbawa, yang mana
kerbau-kerbau tersebut memiliki karakeristik warna yang hampir sama. Kerbau
Moa memiliki ukuran panjang badan lebih kecil dari kerbau kerbau lokal lainya.
Namun kerbau ini memiliki daya tahan penyakit yang cukup baik, dan dapat tidak
minum air pada musim kemarau (panas).
Kekhasan rumpun Kerbau Moa ditetapkan melalui beberapa kajian, antara
lain melalui kajian morfometri, kajian genetic, produktifitas dan reproduksi.

Kajian Morfologi
Hasil analisis deskriftif morgologi Kerbau Moa yang ditampilkan pada
Tabel 2 secara umum menggambarkan populasi baik kuda jantan maupun betina
memiliki ukuran tubuh yang tidak jauh berbeda. Namun bobot badan jantan lebih
tinggi dari betina. Kerbau jantan memiliki tinggi pundak (114,4±6,2 cm) lebih
tinggi dari betina yaitu (111,2±7,7 cm).

Kajian Genetik
Pengkajian genetik Kerbau Moa belum ada secara jelas, namun melihat
adanya kesamaan-kesamaannya dengan kerbau lain, gen-gen yang terdapat dalam
kerbau tersebut diduga merupakan campuran gen kerbau lokal lainnya dengan
bangsa kerbau lainnya. Dari hasil analisis clustering pengelompokkan individu
Kerbau Moa berdasarkan ciri morfometrik, indeks dan genotipe diketahui terdapat
kesamaan antar indeks morfologi pada populasi Kerbau jantan dengan genotype
protein darah.

16
BAB VI
MUTU HASIL

Populasi kerbau Moa sudah mulai mengalami penurunan jumlah dari


waktu ke waktu. Saat ini diperkirakan hanya 25 ribu ekor. Hal ini terjadi karena
banyaknya Kerbau Moa yang di jual ke Timor Leste dan banyaknya pemotongan
terhadap Kerbau Moa betina. Pertanian Maluku tidak memiliki data yang akurat
tentang berapa banyak kerbau Moa yang setiap bulan di jual ke Timor Leste.
Untuk meningkatkan populasi Kerbau Moa diperlukan standarisasi
kualitas bibit Kerbau Moa sehingga dapat dihasikan bibit-bibit Kerbau yang
berkualitas. Standarisasi kualitas Kerbau Moa mengikuti peraturan menteri
pertanian nomor 07/ permentan/ ot.140/ 1/ 2008 (tanggal 30 januari 2008) tentang
persyaratan teknis minimal pemasukan benih, bibit ternak dan ternak potong
Indonesia. Kuda bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan yang
dikeluarkan oleh Assosiasi Breeder sejenis atau badan-badan pemerintah/semi
pemerintah/ swasta yang berwenang. Kerbau juga harus memenuhi persyaratan
teknis baik kualitatif (warna, bentuk badan, dan temperamen maupun kuantitaif
( tinggi pundak, berat badan dan umur) sesuai dengan sifat-sifat kuda menurut
jenisnya.
Standarisasi kualitas bibit Kerbau Moa adalah sebagai berikut:
1. Tubuh dominan abu-abu (28,74%) sampai hitam (43,67%).
2. Kepala abu-abu (40,8%) sampai hitam (44,25%).
3. Leher terdapat garis kalung (chevron) dengan warna lebih gelap.
4. Garis muka lurus.
5. Garis punggung pada umumnya cekung.
6. Tanduk: jantan dan betina bertanduk besar melengkung mengarah ke
samping dan ke belakang.
7. Bentuk telinga tegak ke arah samping.

17
8. Mampu memproduksi susu yang cukup banyak daan tahan tidak
minum air selama musim kemaraau panjang.

BAB VII
PROTOKOL NAGOYA PADA PERLINDUNGAN
GALUR KERBAU MOA

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di


dunia setelah Brazil. Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan
dengan adanya 10% dari tanaman berbunga yang dikenal di dunia dapat
ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia, 16% dari hewan reptil, 17% dari
burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut. Sumber daya
alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja, Indonesia juga
memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman.
Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam
yang sangat besar. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman
sumber daya alam hayati yang dimiliki Indonesia. Sumber daya alam hewani
dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah dibudidayakan.
Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat manusia, seperti kerbau
dan kuda atau sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk
menjaga keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ
dan ex situ terkadang harus dilaksanakan.
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan
yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut
justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber
daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah.
Disamping permasalahan teknologi, permasalahan dari pemanfaatan sumber daya
alam menghadapi kendala yang disebabkan karena pemerintah dan masyarakat
tidak concern untuk menjaga kekayaan hayati dan sumber genetiknya. Hal ini
menyebabkan perlindungan untuk kekayaan sumber daya hayati masih sangat

18
rendah sehingga menyebabkan akses untuk pencurian kekayaan sumber daya alam
hayati (biopiracy) sangat mudah.

Kondisi yang memprihatinkan tersebut mengilhami banyak negara untuk


mendeklarasikan Protocol Nagoya sebagai upaya perlindungan dan hukum yang
legal bagi kekayaan alam hayati dan sumber-sumber genetic yang dimiliki oleh
setiap Negara. Protokol Nagoya, akan menjadi tulang punggung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan (green economy). Protokol Nagoya sendiri
merumuskan tentang pemberian akses dan pembagian keuntungan secara adil dan
merata antara pihak pengelola dengan negara pemilik sumber daya alam hayati,
serta memuat penjelasan mengenai mekanisme pemanfaatan kekayaan sumber
daya alam tersebut. Di Indonesia, pemanfaatan sumber daya hayati di atur dengan
UU No 11 Tahun 2013 yang meratifikasi Protocol Nagoya. Adanya hukum
tersebut diharapkan mampu meminimalisir biopiracy, memberikan legalisasi
perlindungan terhadap kekayaan Sumber Daya Genetik Indonesia dan pemerataan
pembagian keuntungan dari pemanfaatan Sumber Daya Genetik Indonesia. Untuk
melegalkan kekayaan Sumber Daya Genetik Indonesia maka pemerintah
Indonesia melakukan penetapan rumpun ternak lokal Indonesia sebagai usaha
perlindungan terhadap kekayaan genetik Indonesia. Salah satunya adalah dengan
penetapan Kerbau Lokal yang memiliki potensi sebagai kuda tipe dual purpose
(penghasil daging dan susu) sebagai salah satu rumpun ternak lokal Indonesia.

19
BAB VIII
PENUTUP

Produktivitas ternak kerbau di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga


keseimbangan antara permintaan dan produksi agar populasi ternak tidak terkuras.
Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam usaha ternak kerbau di tingkat
rakyat perlu selalu diperhatikan agar sektor peternakan rakyat dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan dinamika kebutuhan masyarakat. Peningkatan populasi
ternak kerbau dapat diusahakan antara lain melalui manajemen pakan, manajemen
bibit, dan perkandangan ternak serta peningkatan produktivitas ternak
Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan salah satu kabupaten yang berada
di wilayah provinsi Maluku dengan luas wilayah 45.556 ha, memiliki potensi
untuk pengembangan ternak kerbau. Populasi kerbau di Pulau Moa saat ini
sebanyak 1.813 ekor.
Kerbau berada di Pulau Moa sejak pertengahan tahun 1513, sehingga disebut
kerbau Moa dan merupakan salah satu plasma nutfah ternak potong lokal yang
tahan terhadap lingkungan agroekosistem kering dan berkembang baik di Pulau
Moa. Namun belum banyak dilakukan penelitian terhadap produktivitasnya.
Demikianlah proposal ini kami susun, sangat diharapkan bantuan dan
partisipasi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk mengabulkan usulan penetapan
Kerbau Moa sebagai galur ternak lokal Maluku Barat Daya. Dengan penetapan
tersebut, maka keberadaan Kerbau Moa mempunyai legalitas dari aspek hukum
dan akan menjadi pendorong bagi pemerintah bersama masyarakat untuk terus
menjaga, melestarikan dan mengembangkan, sehingga akan lebih memberi
manfaat khususnya bagi masyarakat Maluku dan Indonesia pada umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Downloads/106-521-1-PB%20(1).pdf di akses tanggal


10 Mei 2020
http://bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/content/kerbau-moa di akses tanggal 14
Mei 2020
Distannak Kabupaten Maluku Barat Daya. 2012. Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Peternak Melalui Pengembangan Usaha Pertanian Terpadu Di
Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku. Dinas Pertanian dan
Peternakan Kab.Maluku Barat Daya. Tiakur.
Kumpulan Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Pedoman Pembibitan Ternak
yang Baik (Good Breeding Practice) No. 56. Tahun 2006.
Murti, T.W. 2007. Beternak Kerbau. P.T. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
Muthalib, H. A. 2006. Potensi Sumberdaya Ternak Kerbau di Nusa
Tenggara Barat. Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

21
LAMPIRAN FOTO

Kuda moa di Kabupaten Maluku Barat Daya

22
BIODATA DIRI

Nama : Dhaipa Pahlasari

Nim : 1905104010020

Ttl : Lampahan 02 April 2002

Alamat : Bener Meriah

Status : Mahasiswa

Jurusan : Peternakan 19

Fakultas : Pertanian

Universitas : Syiah Kuala

23

Anda mungkin juga menyukai