KERBAU MOA
Makalah
Disusun untuk memenuhi suatu tugas
Mata Kuliah Sumber Daya Genetik Ternak Lokal PTK 102
Dosen Pengampu : Elmy Marian,S.Pt,M.Si
OLEH
DHAIPA PAHLASARI
(1905104010020)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rencana Pegembangan............................................................................ 2
BAB II ASAL USUL KERBAU MOA.......................................................... 5
BAB III DESKRIPSI KERBAU MOA......................................................... 11
BAB IV POPULASI DAN WILAYAH SEBARAN..................................... 14
BAB V CARA MENDAPATKAN RUMPUN.............................................. 16
BAB VI MUTU HASIL.................................................................................. 17
BAB VII PROOKOL NAGOYA PADA PERLINDUNGAN GALUR
KERBAU MOA.............................................................................................. 18
BAB VIII PENUTUP...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21
LAMPIRAN FOTO........................................................................................ 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya genetik merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna,
baik secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Indonesia merupkan
wilayah yang membentang luas dengan kondisi geografis dan ekologi yang
bervariasi telah menciptakan sumber daya genetik yang sangat banyak. Sumber
daya genetik ternak lokal adalah sumber daya genetik hewan hasil introduksi yang
telah beradaptasi dan berkembang biak pada lingkungannya. Pada saat ini sangat
terbuka peluang yang besar bagi upaya program pemuliaan guna memperoleh
manfaat secara optimal.
Ternak kerbau adalah salah satu jenis ternak ruminansia Indonesia yang
berdasarkan aspek nutrisi dan fisiologisnya tidak jauh berbeda dengan sapi,
sehingga ternak ini cocok dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
daging nasional. Akan tetapi pertumbuhan populasinya tidak sebaik populasi
ternak sapi, kemungkinan berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tidak
pernah menempatkan ternak kerbau dalam daftar prioritas pengembangan
peternakan. Ternak kerbau memiliki potensi untuk ditingkatkan perannya
terutama berkaitan dengan potensi genetik dan aspek lingkungannya.Produktivitas
ternak kerbau di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga keseimbangan
antara permintaan dan produksi agar populasi ternak tidak terkuras.
1
Salah satu sumber daya ternak Indonesia yang sangat potensial dan unik
adalah kerbau Moa yang berada di provinsi Maluku. Kerbau Moa mempunyai ciri
khas yang tidak dimiliki oleh kerbau dari bangsa lainnya yang mana kerbau ini
perlu dijaga dan dipelihara kelestariaanya sehingga dapat memberikan manfaat
dalam peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Rencana Pengembangan
Potensi populasi kerbau moa di Maluku Barat Daya sangat penting untuk
dikembangkan. Kerbau Moa ini merupakan kerbau yang mampu menghasilkan
susu dalam jumlah yang banyak pada musim kemarau. Kerbau Moa termasuk
dalam bangsa kerbau lumpur (swamp buffalo). Kerbau ini adalah jenis kerbau
yang sudah lama terpisah dari habitat aslinya (yang berair) namun memiliki
kemampuan beradaptasi tinggi sehingga penyebarannya tidak hanya di daerah
yang berawa seperti Kalimantan dan Sumatera, tapi juga diwilayah beriklim
kering seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kabupaten Maluku Barat Daya.
Pada saat ini populasi kerbau ini mulai berkurang karena banyak
disembelih untuk keperluan tertentu dan dijual antar pulau, bahkan sampai ke
negara Timor Leste yang berbatasan langsung dengan Maluku Barat Daya.
Mengingat tingginya potensi kerbau ini dalam menghasilkan susu dan mudah
dalam beradaptasi, maka peningkatan kualitas kerbau Moa pada peternakan
rakyat perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan.
2
Guna melakukan peningkatan populasi ternak kerbau Moa ini maka
perlu diperhatikan rumusan alternatif pelestarian ternak kerbau Moa ini melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Perlunya dilakukan kegiatan inventarisasi, identifikasi dan evaluasi
performans ternak kerbau Moa di Maluku. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui peta penyebaran, tanda-tanda/karakteristik serta
kemampuan produksi dan produktivitas ternak kerbau Moa. Perlu dijalin
kerjasama dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan pihakpihak
terkait lainnya, yaitu melalui penelitian, uji performans dan kerjasama
lainnya. Dari hasil kegiatan ini diharapkan dapat dikembangkan kawasan-
kawasan ternak kerbau Moa di pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya.
2. Pengaturan pemanfaatan ternak kerbau; kegiatan dan tahapan yang perlu
dilakukan yaitu :
a. Penerapan program seleksi dan kastrasi yang ketat, sehingga ternak-
ternak yang kurang baik dapat diarahkan untuk ternak potong.
b. Menerapkan manajemen breeding yang baik
c. Pengaturan dan pengendalian pemotongan ternak, khususnya ternak
betina produktif.
d. Perbaikan pola pemeliharaan.
e. Introduksi tanaman pakan hijauan unggul di lingkungan habitat ternak
Kerbau Moa di pulau Moa;
f. Penerapan teknologi pakan yang sederhana/tepat guna sehingga mudah
diadopsi dan dimanfaatkan oleh petani peternak dalam
membudidayakan ternak kerbau Moa;
g. Peningkatan pelayanan kesehatan ternak.
3. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan ternak kerbau Moa di Kabupaten
Maluku Barat Daya perlu dihitung dengan cermat dengan selalu
berpatokan pada azas manfaat dan kelestarian sumberdaya yang ada.
Pengeluaran ternak kerbau harus selalu mempertimbangkan populasi
dasar, kemampuan produksi, pertumbuhan yang diinginkan dan
diperhitungkan menggunakanparameter-parameter teknis yang baik dan
akurat. Pemasukan ternak kerbau ke Maluku secara umum dan Pulau Moa
3
Kabupaten Maluku Barat Daya secara khusus harus dipertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan
ternak di Maluku perlu diatur dengan Peraturan Gubernur.
4. Pembinaan dan pengawasan; pembinaan dan pengawasan perlu dilakukan
secara lebih intensif dan berkesinambungan, baik yang dilakukan oleh
provinsi, kabupaten/kota maupun jajaran peternakan lainnya.
4
BAB II
ASAL USUL KERBAU MOA
Kerbau berasal dari Bubalus arnee india. Di tempat asalnya, ternak kerbau
ditemukan sebagai hewan liar yang hidup dirawa-rawa dan hutan-hutan berumput.
Taksonomi kerbau (Bubalus bubalis) menurut Fahimuddin (1975) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bubalus
Spesies : B. Bubalis
5
Bhadawari, Chilika, Jaffarabadi, Kalahandi, Marathwadi, Mehsana, Murrah,
Nagpuri, Nili-Ravi, Pandharpuri, Surti dan Toda. Sebaliknya, kerbau rawa tidak
menunjukkan perbedaan varietas yang jelas.
Gambar 1. Kerbau Asia dan Afrika: a. Kerbau Afrika Syncerus caffer, b. Kerbau
liar India (Arni) Bubalus bubalis arnee, c.Kerbau Sumbawa Bubalus bubalis
kerabau dan d. Kerbau Murrah (kerbau sungai) Bubalus bubalis
bubalis (penamaan menurut ITIS 2017).
Sebagian besar populasi kerbau sungai terdapat di India. Sisanya
keturunan yang sekarang masih terdapat di India adalah kerbau Arnee (arni) yang
disebut Bubalus arni jirdon. Kerbau ini kemudian menyebar ke Asia Barat, Afrika
Timur hingga Turki, Eropa Barat, Eropa selatan dan wilayah Balkan. Kerbau
sungai umumnya hidup dengan berendam dan mencari makan pada lahan-lahan
basah di sekitar sungai-sungai besar di India dan Pakistan.
Kerbau sungai berhasil dikembangkan di Eropa khususnya Italia. Kerbau
ini lebih dikenal sebagai varietas Mediterranea. Tipe kerbau perah ini dipelihara
untuk menghasilkan susu yang menjadi bahan baku pembuatan keju Mozzarella
6
yang tersohor. Di Indonesia, mozzarella populer sebagai salah satu bahan untuk
membuat kue dan pizza.
Berbeda dengan kerbau sungai, kerbau rawa dipelihara untuk membajak
sawah, menggiling tebu dan menarik gerobak. Selain itu, kerbau rawa juga
berperan sebagai ternak potong dan kerap menjadi hewan yang dikorbankan
dalam upacara adat atau ritual keagamaan. Kadang-kadang kerbau rawa dipelihara
untuk diambil susunya.
Di masa lalu, kepemilikan kerbau rawa kerap dijadikan sebagai penanda
status sosial dan juga digunakan sebagai mahar dalam pernikahan. Hal ini dapat
ditemukan di pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Bahkan, beberapa daerah
seperti di Seko, Luwu Utara (Sulawesi Selatan), menggunakan kerbau sebagai
alat pembayaran denda, jika seseorang melakukan pelanggaran berat terhadap
hukum adat setempat.
Gambar 2 . Arni Bubalus bubalis arnee, kerbau liar India utara yang diduga kuat
menjadi tetua kerbau peliharaan di Asia tenggara.
Pengembangan dan penyebaran kerbau perah terdapat diwilayah India,
Eropa Barat, dan Mesir. Sementara itu, pengembangan kerbau lumpur diarahkan
dikawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
7
Kerbau mempunyai beberapa bangsa atau jenis, akibat dari penyebaran
dan adaptasinya yang luas ke berbagai daerah di dunia. Menurut Rukmana (2003),
ada beberapa jenis kerbau yang ada di India, diantaranya kerbau Murrah, kerbau
Surti, kerbau Nilli, kerbau Mehsana dan kerbau Nagfuri. Sedangkan di negara
Indonesia ada empat jenis kerbau yang telah dikembangkan yaitu kerbau lumpur,
kerbau rawa, kerbau murrah dan kerbau lokal. Ada beberapa jenis kerbau lokal
indonesia, yaitu kerbau sumbawa, kerbau gayo, kerbau kalimantan selatan, kerbau
simeulue, kerbau toraja, kerbau pampangan dan kerbau kuntu. Secara umum
karakteristik kerbau lokal indonesia disajikan pada tabel 1 dibawah ini.
8
tanduk : Jantan dan betina bertanduk
tumbuh mengarah ke samping
kemudian lurus ke belakang.
Kerbau Jantan : 123,0 ± 8,9 Warna tubuh dominan hitam, bagian
Pampangan
cm. Betina : 129,9 ± bawah berwarna putih membentuk
10,7 cm setengah lingkaran. Muka segitiga
pendek agak cembung dan memiliki
ruang dahi lebar. Tanduk pendek
melingkar ke belakang, dan arah ke
dalam
9
Kerbau Moa hidup dan berkembang sejak dahulu di Pulau Moa. Terletak
di Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), secara
geografis pulau ini berada pada posisi paling selatan dari gugusan pulau-pulau di
Provinsi Maluku dan berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Benua
Australia. Dari Pulau Kisar, ibukota Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD)
diperlukan waktu tempuh empat (4) jam bila menggunakan kapal laut. Dari
kejauhan P. Moa akan memberi panorama alam yang indah dengan lereng-lereng
gunung yang tandus bagaikan kulit kerbau layaknya. Secara utuh akan tampak
seperti seekor kerbau raksasa yang sedang tidur pulas di bawah terik matahari
dengan panas yang terus meningkat beberapa dekade terakhir ini. Di pulau ini
terdapat Gunung Kerbau yang merupakan gunung tertinggi (1000 m dpl).
Gunung Kerbau merupakan ciri khas bentang alam yang ada di P. Moa, yang
seakan melambangkan kekayaan peternakan kerbau yang dimilikinya. Terlebih
lagi saat musim kemarau (April-Oktober), G. Kerbau kondisinya bertambah
gersang. Dengan lahan-lahan terbuka yang terdapat di sebagian besar wilayahnya,
yang menunjukkan bahwa tanah-tanah di wilayah ini memang tergolong kritis. Di
sinilah habitat asli Kerbau Moa sebenarnya berasal dan sudah diakui sebagai
plasma nutfah endemic.
10
BAB III
DESKRIPSI KERBAU MOA
11
3) Dapat beradaptasi dengan kuantitas dan kualitas pakan yang jelek selama
musim kemarau.
Musim kelahiran dari Kerbau Moa justru banyak terjadi pada musim
kemarau (April – Oktober), sehingga produksi susu kerbau melimpah saat itu,
karena puluhan ribu kerbau betina memasuki masa kebuntingan tua dan
melahirkan anak. Sehingga air susu melimpah bisa diperoleh dari kerbau
Moa yang berkeliaran di hutan, padang rumput atau yang dikandangkan.
Sementar pada saat itu sumber air tanah dari sumur galian atau sungai-sungai
di daerah ini kering akibat kemarau. Sudah sejak dahulu warga MBD
mengkonsumsi air susu kerbau mentah tanpa proses sterilisasi alias setelah
diperah langsung diteguk. Pendek kata jenis kerbau yang satu ini benar-benar
merupakan Sumber Daya Genetik (SDG) unggulan yang patut dijaga
kelestariannya, bahkan harus terus dikembangkan populasinya. Akan tetapi
menurut beberapa sumber informasi menyebutkan bahwa akhir-akhir ini
populasi kerbau Moa terancam punah karena terus menerus dikonsumsi untuk
berbagai keperluan, seperti untuk keperluan adat setempat, maupun dijual
bebas kepada pedagang-pedagang antar pulau, termasuk ke Negara Timor
Leste.
Secara fisik, Kerbau Moa jantan dan betina memiliki ciri morfologi yang
berbeda. Perbedaan ciri-ciri morfologi Kerbau Moa ini disajikan pada tabel 2.
Jenis Kelamin
Sifat (cm/kg)
Jantan Betina
Tinggi Pundak (cm) 114,4±6,2 cm 111,2±7,7 cm
Panjang Badan (cm) 105,0±9,1 cm 104,2±5,3 cm
Lingkar Badan (cm) 170,9±14,3 cm 167,3±8,6 cm
Bobot Badan (cm) 228,4±5,31 kg 215,7±14,3 kg
12
kuantitas dan kualitas produksi pertanian kita sudah banyak dirasakan. Dengan
peningkatan temperatur dan pergeseran pola cuaca, berbagai agroekosistem akan
berubah secara drastis, termasuk pada daerah lahan basah, rawa-rawa, danau, dsb.
Berbagai perubahan tersebut tentu juga akan membuat berbagai jenis dari species
hewan tertentu, kerbau misalnya, harus hidup pada kondisi yang sudah tidak
optimum lagi bagi mereka. Sebaliknya, bagi jenis-tipe lainnya kondisi tersebut
akan lebih sesuai. Dengan kata lain, suatu jenis/tipe tertentu pada suatu species
hewan mungkin akan lebih mampu bertahan daripada tipe/jenis lainnya. Di
wilayah-wilayah Indonesia bagian barat saat ini walaupun curah hujan tetap
tinggi, tetapi ketersediaan air tanah permukaan makin berkurang, termasuk luas
lahan rawa-rawa ataupun badan-badan air lainnya, yang juga makin berkurang
karena berbagai alasan, antara lain pendangkalan sungai atau waduk, dll. Kondisi
ini juga diikuti oleh peningkatan suhu udara di sekitarnya. Bagi jenis Kerbau Moa
tampaknya kondisi agroekosistem demikian justru masih merupakan habitat yang
ideal. Optimalisasi pendayagunaan potensi SDG unggulan Kerbau Moa dalam
rangka ketahanan pangan (pencapaian swasembada daging) dan antisipasi
perubahan iklim tersebut dalam kerangka Agribisnis Pedesaan sangatlah
menjanjikan. Sehingga plasma nutfah endemic yang satu inipun dapat terhindar
dari kepunahan. Untuk mendukung maksud tersebut berbagai informasi yang
diperlukan harus tersedia. Saat ini sudah banyak tersedia inovasi teknologi hasil
Badan Litbang Pertanian untuk mendukung usaha budidaya kerbau secara umum.
Untuk budidaya spesifik Kerbau Moa, tampaknya perlu dilakukan berbagai
kajian-kajian untuk mengetahui distribusi dan populasinya saat ini. Berapa jumlah
kepemilikan per rumah tangga dan pola-pola usahataninya yang efisien serta
sumbangan komoditas ini terhadap pendapatan rumah tangga tani setempat.
Bagaimana formula-formula pakan alternatifnya mengingat ketersediaan
sumberdaya lokal yang berbeda tiap tempat. Termasuk kajian-kajian terknologi
hasil dan pemasaran serta berbagai kelembagaan yang diperlukan.
13
BAB IV
POPOLASI DAN WILAYAH SEBARAN
14
Gambar 4. Sebaran Populasi Kerbau Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya
Provinsi Maluku
15
BAB V
CARA MENDAPATKAN RUMPUN
Menurut saya, jika dilihat dari ciri fenotifiknya Kerbau Moa ini mirip
dengan kerbau gayo, kerbau kalimaantan dan kerbau sumbawa, yang mana
kerbau-kerbau tersebut memiliki karakeristik warna yang hampir sama. Kerbau
Moa memiliki ukuran panjang badan lebih kecil dari kerbau kerbau lokal lainya.
Namun kerbau ini memiliki daya tahan penyakit yang cukup baik, dan dapat tidak
minum air pada musim kemarau (panas).
Kekhasan rumpun Kerbau Moa ditetapkan melalui beberapa kajian, antara
lain melalui kajian morfometri, kajian genetic, produktifitas dan reproduksi.
Kajian Morfologi
Hasil analisis deskriftif morgologi Kerbau Moa yang ditampilkan pada
Tabel 2 secara umum menggambarkan populasi baik kuda jantan maupun betina
memiliki ukuran tubuh yang tidak jauh berbeda. Namun bobot badan jantan lebih
tinggi dari betina. Kerbau jantan memiliki tinggi pundak (114,4±6,2 cm) lebih
tinggi dari betina yaitu (111,2±7,7 cm).
Kajian Genetik
Pengkajian genetik Kerbau Moa belum ada secara jelas, namun melihat
adanya kesamaan-kesamaannya dengan kerbau lain, gen-gen yang terdapat dalam
kerbau tersebut diduga merupakan campuran gen kerbau lokal lainnya dengan
bangsa kerbau lainnya. Dari hasil analisis clustering pengelompokkan individu
Kerbau Moa berdasarkan ciri morfometrik, indeks dan genotipe diketahui terdapat
kesamaan antar indeks morfologi pada populasi Kerbau jantan dengan genotype
protein darah.
16
BAB VI
MUTU HASIL
17
8. Mampu memproduksi susu yang cukup banyak daan tahan tidak
minum air selama musim kemaraau panjang.
BAB VII
PROTOKOL NAGOYA PADA PERLINDUNGAN
GALUR KERBAU MOA
18
rendah sehingga menyebabkan akses untuk pencurian kekayaan sumber daya alam
hayati (biopiracy) sangat mudah.
19
BAB VIII
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN FOTO
22
BIODATA DIRI
Nim : 1905104010020
Status : Mahasiswa
Jurusan : Peternakan 19
Fakultas : Pertanian
23