PENDAHULUAN
Adapun nilai rata-rata IPA kelas VI pada mid semester gasal dan semester gasal di SDN
“S” Tahun pelajaran 2020/2021 dapat dilihat dari tabel 1.1, yaitu
No Semester Nilai Rata-rata IPA
1 Mid Semester Gasal 57,74
2 Semester Gasal 58,77
Alat peraga merupakan salah satu unsur peralatan dari media pembelajaran. Saat kegiatan
belajar mengajar IPA, alat peraga merupakan suatu bagian yang disatukan dalam penyajian
pelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran secara umum. Alat-alat peraga ini dapat mendekati
realitas. Alat peraga juga dapat membantu meningkatkan dan merangsang minat belajar dari
sebuah kelas yang apatis. Alat peraga mempunyai hubungan nilai hiburan dan tidak
memperkecil arti pokok pelajarannya, tetapi menjadi sarana untuk membantu memperjelas
materi pelajaran. Tujuan utama penggunaan alat peraga adalah agar konsep-konsep dan ide
dalam IPA yang sifatnya abstrak dapat dikaji, dipahami dan dicapai oleh penalaran siswa,
terutama siswa yang masih memerlukan bantuan alat yang sifatnya nyata dan terlihat dengan
jelas dalam menangkap konsep-konsep matematika yang diajarkan. Setiap alat peraga yang
digunakan guru IPA dalam proses pembelajaran harus berdasarkan tujuan instruksional yang
telah disusun. Artinya, alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru. Alat peraga yang akan digunakan dalam penelitan tindakan kelas yaitu
alat peraga berupa globe/ bola dunia. Alat peraga globe/ bola dunia merupakan media
pembelajaran IPA yang relevan dengan materi tata surya.
Oleh karena itu, guna meningkatkan hasil pemahaman belajar IPA pada materi tata surya, maka
peneliti mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas yaitu “UPAYA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BOLA DUNIA
PADA SISWA KELAS VI SDN “S” LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2020/2021 “.
Pemahaman adalah kesanggupan untuk mendefenisikan, merumuskan kata yang sulit dengan
perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan untuk menafsirkan suatu teori atau
melihat konsekwensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat sasuatu.
Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri. Ngalim Purwanto mengemukakan
bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee
mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakto yang diketahuinya. Dalam hal ini testee
tidak hanya hafal cara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang
ditanyakan. Menurut Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran.
Menurut Winkel pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa adalah kesanggupan
siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan mengusai hal tersebut dengan memahami makna
tersebut. Dengan demikian pemahaman merupakan kemampuan dalam memaknai hal-hal yang
terkandung dalam suatu teori maupun konsep-konsep yang dipelajari.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana juga mengelompokkan pemahaman ke dalam tiga
kategori yaitu sebagai berikut:
1) Tingkat terendah Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan.
2) Tingkat kedua Pemahaman penafsiran adalah menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3) Pemahaman tingkat ketiga Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seorang mampu melihat balik
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas
persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
1) Faktor Interen
Yaitu intelegensi, orang berpikir mengunakan inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau
tidaknya sesuatu masala tergantung kepadakemampuan intelegensinya. Dilihat dari
intergensinya,kita dapat mengatakan seseorang itu pandai ataubodoh, pandai sekali atau cerdas
(jeniyus) atau pardir, dengun (idiot). Berpikir adalah salah satu kreaktipfan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada sesuatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki.
2) Faktor Eksteren
Yaitu berupa faktor dari orang yang menyapaikan,karena penyampaiyan akan berpengaruh
pada pemahaman. Jika bagus cara penyampaian maka orang akan lebih mudah memahami apa
yang kita sampaikan, begitu juga sebaliknya.
Ruseffendi (1984, h. 384) menyatakan, alat peraga matematika itu berguna untuk 1) Supaya
anak-anak lebih besar minatnya, 2) Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih
mengerti dan lebih besar daya ingatnya, 3) Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara
ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar. Secara umum, Sadiman (dalam Sundayana, 2014,
h, 7) menyatakan,
a. Alat peraga mempunyai fungsi.
b. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.
c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.
d. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar.
e. Pembelajaran dapat lebih menarik.
f. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran dapat ditingkatkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga berfungsi untuk
memperjelas konsep yang dipelajari karena konsep-konsep abstrak tersajikan dalam bentuk
konkret, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep yang dipelajari.
2.7 Prinsip Penggunaan Alat Peraga
Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan. Alat peraga dapat meningkatkan proses belajar siswa yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menyadari pentingnya alat peraga
dalam meningkatkan mutu keberhasilan proses pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai
keterampilan pengembangan dan kegunaan alat peraga serta keterampilan memilih alat peraga
yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Pada penggunaan alat peraga terdapat prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan agar penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga menurut Hermawan (2007, h. 88)
diantaranya:
a. Tidak satupun sarana alat peraga dan alat praktik yang dapat sesuai dengan segala
macam kegiatan belajara mengajar
b. Sarana atau alat tertentu cenderung untuk lebih tepat menyajikan suatu pelajaran
tertentu daripada sarana lainnya.
c. Penggunaan sarana atau alat yang terlalu banyak secara bersamaan belum tentu akan
memperjelas konsep. Bahkan sebaliknya dapat mengalihkan perhatian siswa.
d. Sarana atau alat pelajaran yang akan digunakan harus bagian-bagian integral dari
pelajaran yang akan disampaikan.
e. Sarana atau alat pelajaran yang canggih belum tentu akan dapat mengaktifkan siswa.
Oleh karena itu, siswa diperlukan sebagai peserta yang aktif.
f. Penggunaan sarana alat pelajaran bukan hanya sekedar selingan atau pengisi waktu tapi
untuk memperjelas konsep.
g. Alat peraga meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir.
h. Alat peraga bisa meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil
belajar siswa dengan menggunakan alat peraga akan bertahan lama pada ingatan siswa
sehingga pembelajaran memiliki kualitas yang tinggi.
Sudjana (dalam Sundayana, 2014, h. 16) menyatakan, penggunaan alat peraga hendaknya guru
memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga mencapai hasil yang
baik. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat
b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, apakah sesuai dengan tingkat
kematangan/kemampuan siswa
c. Menyajikan alat peraga dengan tepat, yaitu disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode,
waktu dan sarana yang ada.
d. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang
tepat.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan alat peraga
terdapat prinsip yang harus diperhatikan agar penggunaan alat peraga dapat secara optimal
sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembuatan dan penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar perlu dilandasi oleh
jalan pikiran yang sistematis agar alat peraga itu berperan dalam kegiatan belajar mengajar,
terpadu dengan proses belajar mengajar lainnya. Menurut Hermawan (2007, h. 90) langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan alat peraga yaitu:
a. Mempelajari silabus yang akan dipelajari;
b. Mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan dalam kegiatan
belajar mengajar untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran;
c. Menentukan kedalaman dan keluasan materi pokok yang akan diajarkan;
d. Menetapkan strategi belajar mengajar yang efektif;
e. Menentukan jumlah dan jelis alat dalam kegiatan belajar mengajar;
f. Pembuatan alat peraga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan barang bekas atau
bahan lain yang ada di lingkungan sekolah yang mudah didapat dan dibuat sendiri oleh guru;
g. Mencoba alat peraga yang dibuat;
h. Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan alat peraga yang dibuat.
Merancang sebuah alat peraga tidaklah mudah, terdapat langkah-langkah yang yang dilalui
termasuk dibutuhkan pula beberapa persiapan agar alat peraga yang dihasilkan dapat berfungsi
secara optimal. Sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (2002, h. 105) menyatakan, ada empat
langkah dalam menyiapkan alat peraga diantaranya:
a. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Pada langkah ini
hendaknya guru merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Persiapan guru. Pada tahap ini guru merancang alat peraga yang akan dipakai dalam
pembelajaran.
c. Membuat alat peraga yang akan dipakai.
d. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang telah dibuat.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan alat peraga terdapat
langkah – langkah pembuatan yang harus dilaksanakan, hal ini dimaksudkan agar alat peraga
yang dirancang dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Langkah – langkah
tersebut diantaranya, mempelajari silabus dan menentukan tujuan pembelajaran, menentukan
strategi dan alat peraga yang akan digunakan, membuat dan mencoba alat peraga, serta
melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang telah dibuat.
BAB 3
RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat, yang
berlangsung di dalam kelas. Arikunto memaparkan dalam Dadang Iskandar & Narsim
(2015, hlm.25) hal-hal yang harus di perhatikan guru antara lain:
a. Apakah ada kesesuaian antara pelaksana dengan perencanaan.
b. Apakah proses tindakan yang dilakukanpada siswa cukup lancer.
c. Bagaimanakah situasi proses tindakan.
d. Apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat
e. Bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.
3. Pengamatan Observasi
Melalui pengamatan kita dapat mendapatkan sebuah data siswa, “Pengamatan adalah
proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan” Arikunto dalam Dadang Iskandar
& Narsim (2015, hlm.25). Kegiatan observasi ini merupakan pelaksanaan dari lembar
observasi yang telah dibuat oleh peneliti pada saat tahap perencanaan. Pada proses
pengamatan ini peneliti mencatat semua hal yang berhubungan dengan aspek yang
menjadi fokus penelitian di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
digunakan untuk melakukan perbaikan dan perencanaan pada pembelajaran
selanjutnya. “Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah
lampau yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa” Arikunto dalam Dadang
Iskandar & Narsim (2015, hlm.26).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data
adalah cara atau langkah dalam penelitian untuk mendapatkan data dan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan
beberapa cara pengumpulan data diantaranya sebagai berikut:
a. Lembar telaah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) termasuk data kualtatif dan
kuantitatif yang bersumber dari observer data kualitatif yaitu sesuai skor aspek yang
diperoleh dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran dan juga data kualitatif yaitu
tersedianya kolom komentar.
b. Lembar telaah aktifitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
termasuk data kualtatif dan kuantitatif yang bersumber dari observer data kualitatif
yaitu sesuai skor aspek yang diperoleh dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran
dan juga data kualitatif yaitu tersedianya kolom komentar.
c. Lembar penilaian kognitif menggunkan tes. Menurut Nana Sudjana (dalam Dadang
Iskandar, 2015, hlm. 49) mengemukakan bahwa tes pada umumnya dgunakan
untuk menilai da mengukur hasil belajar siswa, terutama hasl belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran susuai dengan tujuan pendidikan
dan pengajara. Nana Sudjana menambahkan bahwa tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk dijawab siswa dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes yang digunakan dalam penelitian ini
Pemberian tes berupa tes tertulis berbentuk isian dan uraian. Tes ini termasuk
kedalam data kuantitatif karena dilihat ari perolehan skor yang diperoleh siswa.
d. Angket, menurut Subana ( 2011, hlm. 135) “Angket adalah seperangkat pertanyaan
atau pernyataan yang harus dijawab atau dilegkapi oleh responden. Secara umum
angket dapat memuat pertanyaan tentang fakta dan pendapat (opini) atau
sikap”.Lembar angket yang digunakan saat penelitian yaitu untuk mengetahui
respon siswa dalam pembelajaran yang diberikan pada setiap siklus.
e. Wawancara, menurut Denzin dalam Goetz dan Lecompte (1984) dalam Rochianti
Wiriaatmadja (2012, hlm. 11) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi atau penjelasan hal-hal yang di pandang perlu. Wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan kepada guru sebelum
peneltian dan sesudah penelitian.
f. Dokumentasi, menurut Sugiyono dalam Ari (2016:112) mengemukakan bahwa
“dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”. Pada
penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data secara langsung
berupa gambar, sehingga lebih meyakinkan dan meperkuat data dalam penelitian.
3. Data Kuantitatif
Iskandar dan Narsim (2015, hlm. 52) data kuantitatif adalah berupa angka – angka
yang diambil dari hasil evaluasi setelah diadakan pembelajaran diolah dengan
menggunakan teknik deskripstif persentase. Dari data yang diperoleh kemudian
dihitung melalui analisis data kuantitatif yang berbentuk angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran yang berbentuk persentase. Analisis data yang
peneliti laksanakan adalah pengujian validitas. Adapun bentuk validitas yang
digunakan adalah triangulasi yaitu yang dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang
yakni sudut pandang guru pengamat, siswa dan peneliti.