PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman dicirikan sebagai kapasitas individu untuk menguraikan, menguraikan,
menafsirkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri khususnya tentang
informasi yang telah diterimanya.1Pemahaman seperti yang ditunjukkan oleh Sprout
dicirikan sebagai kapasitas untuk mempertahankan materi atau materi yang dipelajari. 2
Bergantung pada hipotesis ini, pemahaman dapat dicirikan sebagai seberapa banyak
siswa dapat memahami, menyerap dan memahami materi atau menunjukkan materi
yang diberikan oleh pendidik kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
dan memahami apa yang dilihat, dipelajari, dialami, dan dipahami. pasti siswa merasa
tergantung pada hasil pemeriksaan atau persepsi langsung yang telah dibuat.
Sedangkan ide adalah sesuatu yang tercermin dalam jiwa, pikiran, atau suatu
susunan. 3 Ide diperoleh dari kenyataan, kejadian, pertemuan, atau melalui spekulasi
dan spekulasi unik yang digunakan untuk memperjelas dan meramalkan. Area ide
dalam pembelajaran sains sangat penting untuk item yang menggabungkan realitas
sains. Hal ini juga sesuai dengan Susanto yang menjelaskan bahwa ide sains adalah
pemikiran yang menggabungkan realitas sains.
4
Bergantung pada pengertian di atas, memahami gagasan sains dapat dicirikan
sebagai kemampuan siswa untuk memahami suatu gagasan atau kebenaran dan
memiliki pilihan untuk menangani suatu masalah atau masalah baik secara lisan atau
direkam sebagai hard copy menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengubah
makna dari sebuah ide. Memahami ide-ide sangat penting, karena dengan otoritas ide
siswa akan lebih mudah untuk menguasai suatu informasi.
Chairul Anwar dalam bukunya mengatakan bahwa mendidik adalah tugas manusia
untuk mengarang data yang diperoleh dari dasar formal dan santai dalam membantu
koneksi perubahan sehingga mereka dapat mencapai kualitas biasa.
1
Muhamad dan Uno, “Belajar Dengan Menggunakan Pailkem”, 2015 hal,59
2
Renita, “Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat- Sifat Cahaya Melalui Model CTL
Pada Peserta Didik Kelas V SD”, (SkripsiFakultasKeguruan, Vol. 03, No. 03, Juli
2018).
3
Daryanti, “Evaluasi Pendidikan”, (Jakartaa:RinekaCipta, 2015), h. 108.
4
Ahmad, “Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar”,
(Jakarta:PrenadamediaGrup, 2017), h. 169.
5
Dalam setiap contoh pendidik berusaha untuk lebih menekankan pada
1
pemahaman ide-ide sehingga siswa memiliki pengaturan alasan yang layak untuk
mencapai kapasitas penting lainnya yaitu berpikir, korespondensi, asosiasi, dan berpikir
kritis. Pemahaman ide adalah tingkat hasil belajar intelektual siswa sehingga dapat
mencirikan atau memperjelas sebagian atau ciri materi contoh dengan memanfaatkan
kalimatnya sendiri. Dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan atau mencirikan,
maka pada saat itu siswa tersebut telah memahami ide atau standar dari sebuah ilustrasi
meskipun penjelasan yang diberikan memiliki struktur kalimat yang tidak setua ide
yang diberikan namun signifikansinya adalah sesuatu yang mirip.
Penanda yang dapat digunakan sebagai titik acuan keberhasilan untuk
menentukan pemahaman siswa adalah: 1) Retensi materi yang ditampilkan yang dididik
mencapai maksimal 2) Evaluasi yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran
dilakukan oleh siswa. 6Berdasarkan hasil pertemuan dengan guru kelas 5 MI
Masyariqul Anwar Dupa yang dibimbing oleh pencipta, terungkap bahwa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena belum
adanya pemahaman gagasan siswa tentang materi pembelajaran. Ia juga mengatakan
bahwa dalam latihan KBM instruktur telah memanfaatkan materi peragaan, namun
materi penyemangat yang digunakan disiapkan untuk memanfaatkan materi peragaan
seperti modul, Bupena, dan LKS. Selama pembelajaran, pendidik tidak pernah
menggunakan bahan peragaan atau peragaan lain selain bahan ajar tersebut. Instruktur
juga mengungkapkan bahwa dalam latihan belajar dan mengajar lebih sering
menggunakan strategi bercerita di kelas.
7
Tergantung pada efek samping dari persepsi, siswa kurang tertarik pada
KBM. Hal ini disebabkan oleh:
1) Teknik yang sering digunakan dalam pembelajaran strategi bercerita, sehingga siswa
merasa lelah dalam mengambil minat belajar.
2) Dalam latihan KBM lebih sering menggunakan buku Bupena, dimana dalam buku
tersebut terdapat banyak materi pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik untuk
membaca karena materi dalam buku tersebut berlebihan dan berulang-ulang.
Hal ini dapat mengganggu proses belajar mengajar siswa, sehingga siswa
tidak memahami materi yang diajarkan dan dengan demikian dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Pernyataan ini dibangun oleh informasi hasil belajar siswa yang
digambarkan pada tabel 1.1 di bawah ini:
6
ChairulAnwar,“HakikatManusiaDalamPendidikanSebuahTujuanFilosofis”,
(Yogyakarta:Suka Press, 2014), h. 73
7
IdaFiteriani,“StudiKomparasiPerbedaanPengaruhPemahamanKonsepDanPenguasaanK
eterampilanProsesSainsTerhadapKemampuanMendesainEksperimenSain”,
(JurnalPendidikanDanPembelajaranDasar, Juni2017),h. 46-81.
2
Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V pada saat
ulangan harian rendah, tepatnya hanya 32,1% siswa yang memenuhi standar KKM
sedangkan 68,9% siswa belum memenuhi KKM. Artinya 92 dari 134 siswa belum
memenuhi KKM. Berdasarkan penegasan tersebut, cenderung beralasan bahwa tingkat
pemahaman gagasan dalam mata pelajaran IPA masih sangat rendah sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas, hal ini dikarenakan salah satu penyebab
tidak adanya variasi dalam pemanfaatan materi tayangan yang digunakan oleh pengajar
selain pendidik juga tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga membuat siswa
kurang tertarik untuk membaca dan memahami pembelajaran. materi yang telah
diberikan. Dengan adanya kendala dalam menampilkan materi seperti buku yang
digunakan, pengajar perlu membuat dan memvariasikan materi presentasi yang menarik
dengan harapan dapat meningkatkan keuntungan siswa dalam membaca yang dapat
dilihat dari keinginan untuk membaca aset pembelajaran dan pada akhirnya
mempengaruhi perluasan informasi siswa.
Pilihan yang dapat bekerja dengan sistem pembelajaran adalah dengan
memanfaatkan bahan ajar yang mudah dipahami oleh siswa untuk melatih pemahaman
siswa terhadap ide-ide. Pemanfaatan bahan ajar merupakan inovasi pendidik untuk
membantu siswa dalam memahami dan mengasimilasi data dalam ilustrasi, mengingat
kualitas siswa di kelas yang heterogen, salah satu bahan ajar yang dapat dimanfaatkan
adalah materi handout. Leafleat adalah salah satu bahan cetak yang tersusun berupa
lembaran-lembaran yang digulung namun tidak digulung atau dijilid. Agar terlihat
menarik, pamflet biasanya disusun secara cermat dengan representasi dan
menggunakan bahasa yang lugas, singkat dan lugas.
9
LilisNovitasari
danLeeonard,“PengaruhKemampuanPemahamanKonsepMatematikaTerhadap
HasilBelajar”, FTMIPAUniversitasIndraprasta, (15Desember 2017).
10
AbdulMajid,“PerencanaanPembelajaran”,(Bandung:PTRemajaRosdakarya,2017),
h.1177.
3
Selebaran sebagai materi pameran juga harus berisi materi yang dapat digunakan siswa
untuk menguasai setidaknya satu keterampilan penting. Substansi dalam materi yang
ditampilkan dapat berupa kalimat, gambar atau campuran. Data diambil dari beberapa
sumber belajar yaitu dua buku dan web yang dirangkum menjadi satu seperti leaflet ini.
10
Dalam ulasan ini, pembuat menggunakan materi instruksi pamflet yang
telah dibu at oleh berbagai ahli. Dalam ulasan tersebut dikatakan bahwa materi pamflet
dipetik karena pamflet itu unik dibandingkan untuk dibawa digenggam,
siswamalasmenyampaikan. Selebaran adalah hal yang wajar dan sederhana untuk
disampaikan ke mana saja. Flyer didesain dengan nada dinamis dan gambar yang
menarik inspirasi siswa untuk belajar dengan media pamflet. Dalam selebaran tersebut
terdapat peta jiwa yang direncanakan sejelas mungkin menggunakan gambar-gambar
yang sepenuhnya bertujuan untuk membantu siswa dalam mengingat dan memahami
materi. Materi yang terkandung di dalamnya juga dikemas dalam bahasa yang
sederhana dan benar-benar kompak, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi yang ditampilkan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian Merta mengungkapkan bahwa dampak penggunaan pamflet
yang menunjukkan materi dapat disimpulkan bahwa mengambil menggunakan pamflet
mempengaruhi daya pikir siswa, khususnya perspektif mendapatkan (C2) pada kelas uji
coba (96,25) sedangkan kelas kontrol (68,54). . Demikian pula akibat dari pemeriksaan
Aini menyatakan bahwa terbiasa menggunakan materi pamflet mempengaruhi prestasi
belajar siswa, yaitu 18,44 dari prestasi belajar siswa sebelum mengambil materi ajar
menggunakan handout.
12
Dilihat dari hasil pemeriksaan Endah Tri Septiani menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini ditopang dengan peningkatan latihan
siswa dan reaksi positif terhadap pemanfaatan bahan ajar pamflet. Konsentrat ini juga
menunjukkan bahwa 100% Siswa sependapat bahwa materi ilustrasi dalam pamflet
disusun secara efisien sehingga materi lebih jelas, dan tidak membosankan. 13Masalah
mendasar yang sering dilirik oleh pelatihan di sekolah adalah lemahnya dominasi
materi oleh siswa, mengingat untuk mata pelajaran IPA. Prestasi dalam sistem
pembelajaran dijunjung tinggi oleh pendidik dalam pembelajaran. Instruktur bukanlah
sumber informasi utama bagi siswa tetapi sebagai fasilitator penting, khususnya dengan
membangun iklim belajar yang dapat mendorong siswa untuk puas dan bersemangat
untuk belajar.
Riswinarni,“PengembanganLeafletSebagaiMediaPembelajaranIPAPadaMateriRangka
11
Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik adalah menggeser tayangan
materi sebagai aset pembelajaran yang dapat menonjol bagi siswa untuk memahaminya.
4
Pemanfaatan materi pamflet ini disertai dengan model pembelajaran Think Pair Offer
(TPS) yang menyenangkan.
Arends (dalam Trianto, 2009:81) menyatakan bahwa TPS merupakan metode
yang berhasil untuk mengubah iklim desain percakapan kelas. TPS merupakan salah
satu jenis model pembelajaran bermanfaat yang dalam pelaksanaannya menitikberatkan
pada siswa dalam melakukan penelusuran gagasan materinya sendiri dalam
pembelajaran dengan cara berpikir (Think), dua per dua (Pair), dan menawarkan sudut
pandang (Offer). Dalam pembelajaran menyenangkan TPS semacam ini, siswa belajar
dua-dua sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman
(teman). Dengan berpikir dua per dua, siswa akan terdorong untuk mencari dan
mendapatkan ide dengan asumsi mereka dapat membicarakan masalah ini dengan
teman-temannya.
Hasil pengujian yang telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan menunjukkan
bahwa pembelajaran yang menyenangkan sangat mempengaruhi perkembangan hasil
belajar siswa selanjutnya. Hasil tinjauan Pramudiyanti (2006: 430) menyimpulkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar normal sebelum dan sesudah menggunakan model
TPS yang meningkat sebesar 83,78%. Sejalan dengan itu, Yulfisa (2007: 35)
menyimpulkan bahwa TPS memiliki pilihan untuk meningkatkan tingkat skor otoritas
ide normal siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,7% dan siklus 2 ke 3 sebesar 4,4.
Berdasarkan landasan di atas, maka pakar memandang penting untuk
mengarahkan penelitian tentang “dampak penggunaan materi pamflet dengan model
pembelajaran yang ramah lingkungan tipe TPS terhadap pemahaman ide-ide IPA pada
siswa Kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa tahun 2021/2022 Tinjauan ini diharapkan
dapat memutuskan dampak materi pemaparan materi dengan model pembelajaran TPS
terhadap latihan siswa dan hasil belajar siswa.
12
Merta,“PenggunaanBahanAjarLeafletDenganPembelajaranSTADTerhadapPenguasaa
nKonsepPadaMateriPokokSistemPernapasan”,
(BandarLampung,SekripsiUniversitasLampung, 2012).
13
EndahTriSeptiani,TriJalmo,BertiYolida,“PenggunaanBahanAjarLeafletTerhadapHasil
BelajarSiswa”,(e-mail:endahtriseptiani@yahoo.co.id)
5
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari landasan permasalahannya, permasalahan dalam tinjauan ini
adalah:
1. Kurangnya pemahaman ide-ide sains mahasiswa tentang materi kerangka tubuh
manusia.
2. Selam ilustrasi, BUPNA yang digunakan masih banyak mengandung materi.
Pemanfaatan materi pamflet dalam pembelajaran IPA dalam proses
pembelajaran belum pernah dilakukan di MI Masyariqul Anwar Dupa.
3. Adanya pembatasan sekolah dan pendidik dalam memberikan dan membuat
bahan ajar.
C. Batasan Masalah
Masalah eksplorasi ini dibatasi pada:
1. Pemahaman mahasiswa terhadap ide-ide sains diperkirakan secara unik pada
tingkat intelektual mahasiswa semester lima di MI Masyariqul Anwar Dupa.
2. Ujian diterapkan pada materi tubuh manusia pada semester genap tahun 2021.
3. Ujian menggunakan pamflet yang menampilkan materi dengan model
pembelajaran bermanfaat tipe TPS pada pemahaman gagasan sains pada siswa
kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa tahun 2021/2022.
D. Rencana Penerbitan
Berdasarkan landasan, mengeluarkan bukti yang dapat dikenali dan definisi
masalah, maka rencana masalah ujian adalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh
penggunaan materi Leafleat dengan model pembelajaran yang menyenangkan tipe
TPS terhadap pemahaman ide-ide sains pada siswa Kelas V? dari MI Masyariqul
Anwar?".
E. Destinasi Eksplorasi
Motivasi yang melatarbelakangi kajian ini adalah “Untuk mengetahui dampak
pemanfaatan materi pamflet terhadap pemahaman konsep kerangka tubuh manusia
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa.
F. Keuntungan Eksplorasi
Hasil eksplorasi diandalkan untuk menjadi berharga:
1. Untuk Mahasiswa
Dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan memanfaatkan materi
pamflet sehingga terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap ide-ide sains.
6
2. Untuk Pendidik
Memberikan pilihan dalam pemanfaatan materi peragaan dalam mata pelajaran IPA.
3. Untuk Sekolah
Sebagai data dalam mengerjakan sifat pengajaran dan penemuan yang akan
mempengaruhi sifat pelatihan sekolah.
7
BAB II
A. BahanAjar
Materi yang ditampilkan adalah seluruh jenis bahan atau bahan yang sengaja
disusun yang digunakan untuk membantu pendidik atau guru dalam menyelesaikan
latihan-latihan pembelajaran untuk menciptakan iklim atau lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Materi peragaan juga disebut materi
pengajaran.14 Materi pelatihan yang akan digunakan oleh pengajar harus disesuaikan
dengan isi rencana pendidikan yang akan dicapai oleh siswa. Seorang pengajar harus
dapat memilih atau menggunakan bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam
belajar, tidak mempersulit siswa dalam belajar.
Menampilkan materi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
kecukupan kegiatan pembelajaran.15 Oleh karena itu, sebagai seorang guru,
seseorang harus memiliki inovasi dalam memilih atau memberikan materi pelatihan
yang akan dimanfaatkan. Materi peragaan dibagi menjadi dua, yaitu materi peragaan
khusus dan materi ajar tidak tertulis. Materi pameran yang disusun dapat berupa
buku, modul, gambar/foto, maket, hadiah, pamflet, dan pamflet. Sedangkan materi
tayangan tidak tertulis dapat berupa kaset, radio, piringan hitam, dan lingkaran
minimal suara. Dalam penentuan materi peragaan, pengajar harus menyesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik agar materi peragaan yang digunakan dapat bekerja
sama dengan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dalam latihan pembelajaran, materi peragaan digunakan untuk mengarahkan
siswa dalam mempelajari suatu kemampuan atau kemampuan esensial secara sadar
sehingga siswa dapat menguasai seluruh materi. 16 Dengan pemanfaatan materi
peragaan, siswa juga dapat menyesuaikan diri secara mandiri pendidik hanyalah
fasilitator dari latihan belajar. Pendidik dapat lebih efektif menyampaikan latihan
pembelajaran karena siswa sudah memiliki materi peragaan masing-masing
sehingga sebelum pembelajaran diberikan instruktur meminta agar siswa fokus pada
materi di rumah.
14
OemarHemalik,“Dasar-DasarPengembanganKurikulum”,
(Bandung:RosdaKarya,2013), h. 139.
15
MeilanArsanti,“PengembanganBahanAjarMataKuliahPenulisanKreatifitasBermuatan
Nilai-NilaiPendidikanKarakter Religius”,(JurnalKredo,Vol.1,No.2,April2018).
16
Anni, “Upaya Guru Dalam Pemanfaatan Bahan Ajar Pada Kelas I Di
MINPurwokerto”, (SKRIPSIFakultasTarbiyahdanKeguruan,Mei2017).
8
Pemanfaatan materi peragaan dapat menimbulkan minat dan inspirasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran.17 Dengan pemanfaatan materi peragaan, siswa dipusatkan
pada pendidik, namun pada materi ajar. Pendidik juga harus imajinatif dalam
menciptakan materi pembelajaran, agar siswa tidak kelelahan dalam memanfaatkan
materi pembelajaran tersebut. Selama latihan pembelajaran, pendidik tidak perlu
membidik hanya pada satu materi ajar. Pendidik dapat memanfaatkan materi
pertunjukan yang khas agar siswa tidak merasa lelah. Misalnya, dalam mempelajari
ilmu tentang desain tubuh manusia, pendidik dapat memanfaatkan materi peragaan
selain bacaan sebagaimana ilustrasi, maket, maupunhandout.
Dari beberapa sudut pandang tentang pentingnya materi peragaan di atas, kita
dapat memahami bahwa materi peragaan sebagian besar merupakan jenis materi yang
digunakan untuk membantu pengajar dalam melakukan latihan belajar mengajar di
ruang belajar. Misalnya, buku, modul, freebees, lembar kerja, pamflet, handout, maket,
materi tayangan media umum, materi tayangan cerdas, dll. Materi tayangan tentu
mengandung materi atau topik yang harus dikuasai siswa agar mampu menyelesaikan
tugas pokoknya. kemampuan yang telah ditentukan. Dengan cara ini, materi peragaan
digunakan untuk menonjolkan siswa dalam membaca latihan disampaikan Arikunto,
keunggulan siswa dalam belajar akan meningkat bila materi yang diajarkan sesuai
dengan kebutuhan siswa.
9
2) Mengubah tugas instruktur dari seorang pendidik menjadi fasilitator. Siswa dapat
beradaptasi secara mandiri, baik di sekolah maupun di rumah. Instruktur hanya akan
langsung jika siswa mengalami masalah dalam belajar.
3) Memperoleh dengan program pendidikan penyesuaian siswa. digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa
hambatan.
4) mengembangkan lebih lanjut sistem pembelajaran menjadi lebih menarik dan
intuitif. Siswa mendapatkan materi dari pendidik, namun siswa dapat beradaptasi
secara bebas dengan memanfaatkan materi pembelajaran yang telah diberikan.
5) Sebagai pembantu bagi guru yang akan mengkoordinasikan setiap latihannya dalam
sistem bahan wajib harus siswa.
6) Perangkat penilaian dan kewenangan hasil belajar.
7) Mengubah tugas instruktur dari seorang pendidik menjadi fasilitator. Siswa dapat
beradaptasi secara mandiri, baik di sekolah maupun di rumah. Instruktur hanya akan
langsung jika siswa mengalami masalah dalam belajar.
8) Mendapat materi sesuai program pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan siswa
yang beradaptasi. Bahan ajar yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa hambatan.
9) mengembangkan lebih lanjut sistem pembelajaran agar lebih berhasil dan intuitif.
Siswa mendapatkan materi dari pendidik, namun siswa dapat beradaptasi secara
mandiri dengan memanfaatkan materi pembelajaran yang telah diberikan.
10) Sebagai pembantu bagi pengajar yang akan mengkoordinir setiap latihannya dalam
sistem kemampuan harus siswa.
11) Perangkat penilaian atau kewenangan hasil belajar.
18
EuisKarwati,danDonniJuniPriansa,ManajemenKelas(Jakarta:Alfabeta,2016),h.223.
19
Ibid.,h.98.
10
4) Siswa dapat mengambil sesuai dengan permintaan untuk pengambilan mereka
sendiri.
5) Membantu siswa yang cenderung menjadi siswa yang mandiri.
6) Sebagai pembantu bagi siswa yang akan mengkoordinasikan setiap latihannya dalam
sistem pembelajaran dan merupakan substansi kemampuan yang harus dipelajari dan
dikuasai20.
B. Leaflet
Leaflet adalah salah satu barang cetakan yang tersusun yang menunjukkan
bahan-bahan berupa lembaran-lembaran yang dapat digulung namun tidak digulung.
Agar terlihat memikat, pamflet umumnya direncanakan dengan cermat dengan
representasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, padat, dan lugas. Handout
sebagai materi presentasi diikuti oleh siswa setidaknya. 22 Pamflet adalah berupa
menulis (serius menulis) di dan runtuh sedikit fungsional. menyampaikan. diciutkan
20
AndiPrastowo,“PanduanKreatifMembuatBahanAjarInovatif”,
(Yogyakarta:DivaPerss,2015), h.24-25.
21
Ibid,h. 40-41.
22
AbdulMajid, Oop.Cit,hal.170.
23
Erma Indriyani, “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Hasil
BelajarIPA Siswa Kelas VIII SMP PGRI 6 Bandar Lampung”, (PendidikanBiologi
UINRaden Intan”,,Bandar Lampung,2016), h. 34-35.
11
Flyer adalah jenis penyampaian data potongan diciutkan. data campuran. Data
dua dan web, dirangkai sebagai handout ini. Sedangkan Kholid mencirikan handout
sebagai jenis media distribusi sebagai pamflet dengan ukuran tertentu, diperkenalkan
sebagai potongan kertas runtuh, sebagian besar 2-3 lipatan dan tanpa volume.
Berbeda dengan pengertian pamflet di atas, dapat disimpulkan bahwa handout
yang dicetak menunjukkan materi sebagai selembar dipecah data untuk situasi sebagai
topik representasi.
1. Pembuatan Pamflet
Menjadikan selebaran sebagai bahan penyemangat untuk menyertakan hal-hal
berikut:
A. Judul di flyer bisa didapat dari Essential Skills atau topik perolehan.
B. Materi yang ditampilkan ini hanyalah selembar kertas yang di bagi menjadi 3, dan
direncanakan dengan susah payah dengan outline perhatian siswa.
C. Data-data yang terdapat dalam materi tayangan ini diklarifikasi secara jelas, padat,
penuh rasa ingin tahu dan fokus pada pengenalan penggunanya.
D. Yang pertunjukan mandiri dalam pertemuan, misalnya menyimpulkan atau
membaca makan malam. Bagaimanapun, sebagian besar dalam materi pertunjukan
ini saat ini dilengkapi dengan pertanyaan atau pertanyaan yang mungkin dilakukan
oleh siswa
DiniFitriyantiPutri,“PengembanganBahanAjarLeafletSiswaKelasIIISDNTorongrejo
24
12
B. (Fulfillment), mengandung arti bahwa inspirasi membaca bagi siswa memberi
semangat kulminasi, dll.
C. Representasi (persepsi), mengandung pengertian bahwa pesan yang disampaikan
dalam materi tayangan serta perencanaan kecil siswa untuk.
D. Aktivitas, menyiratkan bahwa data yang terkandung dalam materi yang
menunjukkan materi harus memiliki opsi untuk menghidupkan pengguna siswa terus
materi ini secara lebih teratur agar siswa dapat memahami ide dengan baik.
MateriBiiologiSiswaKelasXSMANegri16BandarLampung”,
(SkripsiFakultasTarbiyahdanKeguruan Biologi, 2017).
13
e. Faktor huruf
Pamflet harus memiliki pilihan untuk menarik perhatian orang banyak yang dapat
dibaca pada awalnya. Baris huruf vital.
Hambatan dan penting karena tidak adanya media pembelajaran handout, lebih
spesifiknya:
A. Flyer yang menunjukkan materi tidak boleh menunjukkan pergerakan. Materi
tayangan ini bisa saja hanya menampilkan outline atau gambar min-planning.
B. Membuat materi yang menunjukkan selebaran sangat mahal dalam pencetakan
dengan asumsi Anda perlu menunjukkan representasi, jelas.
C. Proses pencetakan menghabiskan sebagian besar hari.
D. Terlebih lagi, jika cetakannya kurang menarik, orang-orang ragu untuk
menyimpannya
Erma Indriyana, “Pengauh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Hasil Belajar
26
14
1. Investigasi ide: mengasah tentang diperiksa.
2. Latihan: Diperkenalkan dalam berbagai macam latihan, termasuk latihan pragmatis,
aktivitas, atau portofolio. Contoh-contoh dari latihan-latihan pilihan yang dapat
digunakan sebagai instrumen evaluasi yang benar untuk kemampuan dan mentalitas
juga diperkenalkan.
3. Bagaimana kita berlatih: Berisi pertanyaan latihan untuk mewajibkan penilaian sudut
pandang informasi.
4. Tes setiap hari: Berisi pertanyaan informasi yang diperkenalkan sebagai contoh
instrumen evaluasi tes hari demi hari.
5. Tugas: digunakan sebagai bagian dari instrumen evaluasi tes sehari-hari.
Bupuna selain menikmati keuntungan kendala. Kekurangan dalam buku ini adalah
materi dalam buku ini terlalu pendek sehingga siswa tidak bisa mendominasi ide secara
keseluruhan. Buku ini memuat beberapa paduan mata pelajaran, misalnya, Sosiologi,
PJOK, dan Ekspresi Sosial siswa mengaku lelah dalam memanfaatkan buku tersebut,
mengingat pendidik belum pernah menggunakan materi tayangan lain atau media lain
selama sistem pembelajaran. Demikian pula buku Bupena dilengkapi dengan gambar-
gambar, namun foto-fotonya membosankan sehingga kurang menarik bagi siswa.
Dengan demikian, untuk mengembangkan inspirasi dan minat siswa dalam belajar,
diperlukan materi tayangan imajinatif, salah satunya pamflet. Dimana materi peragaan
handout ini adalah materi representasi/mind plan inspirasi siswa materi ajar. Selain itu,
pamflet siswa untuk.
EndahTriSeptiani,TriJalmodanBertiYolida,“PenggunaanBahanAjarLeafletTerhadap
27
15
D. Pembelajaran Bermanfaat
Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses komunikasi antara orang-orang dan
keadaan mereka saat ini yang mungkin dekat dengan rumah, realitas, ide, atau hipotesis.
Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi juga mengalami sehingga akan
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang. Belajar pada
dasarnya adalah sebuah kesempatan yang
Perilaku individu adalah kesempatan penyesuaian perilaku karena pengalaman
individu. Belajar adalah suatu proses pengerahan tenaga yang dilakukan oleh seorang
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku lain secara keseluruhan, karena
keterlibatannya sendiri dalam hubungannya dengan iklim (Slameto, 1991:78).
Siswa akan memperoleh informasi dengan melakukan latihan belajar sendiri,
pengajar hanya sebagai fasilitator dalam mewujudkan sehingga siswa lebih dinamis
dalam belajar dan pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak. Pengajar bertanggung
jawab memberikan materi pembelajaran, namun siswalah yang berinteraksi dan
mengulasnya, sehingga siswa yang dinamis dan aturan latihan pembelajaran adalah
siswa (Sardiman, 2003: 99).
Dalam sistem pembelajaran, tugas instruktur sangat penting. Belajar tidak
dilakukan tanpa tujuan tetapi harus dengan usaha yang teratur sehingga proses
pengajaran dan pembelajaran terjadi. Hal ini mengandung pengertian bahwa belajar
adalah pekerjaan seorang pengajar untuk membawa peserta didik ke dalam sistem
pembelajaran baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tujuan tersebut akan
tercapai secara ideal apabila terjadi proses pendidikan dan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kondisi. kondisi
(Depdiknas, 2002: 124).
Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami ide-ide yang
menyusahkan dengan asumsi mereka membicarakan masalah tersebut dengan
temannya, sehingga pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang dianggap
pas terbantu melalui pembelajaran yang menyenangkan (Depdiknas, 2002: 124).
Kesiapan untuk berpartisipasi antar mahasiswa secara berkelompok pada
Pembelajaran akan berdampak pada siswa karena dapat menumbuhkan kapasitas yang
menyenangkan di antara siswa dalam menangani masalah yang ditemukan dalam
pembelajaran mereka.
Pembelajaran bermanfaat yang disebut pembelajaran kolaborasi bersama adalah
kerangka pengajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk membantu siswa
secara individu dalam tugas-tugas yang terorganisir, dalam kerangka ini instruktur
bertindak sebagai fasilitator (Untruth, 2002:12). Seperti yang ditunjukkan oleh Eggen
dan Kauchak (dalam Trianto 2007: 42), pembelajaran yang bermanfaat akan mengambil
sistem pengajaran yang mencakup siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ini menyiratkan bahwa pembelajaran yang bermanfaat akan menjadi
pembelajaran yang bergantung pada cara berpikir homo socius yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain, 1996:63). Untuk situasi ini
latihan mengajar dan belajar siswa di kelas yang menyenangkan adalah belajar bersama
16
dalam kelompok kecil.
Setiap perkumpulan terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademik yang berbeda-beda. Dalam penggunaan pembelajaran yang menyenangkan,
siswa akan belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami contoh, memeriksa dan merevisi jawaban dan latihan lain yang ditentukan
untuk mencapai hasil belajar yang paling ekstrim.
Kolaborasi siswa dalam arisan, khususnya metode yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi dari siswa yang cerdas kepada siswa yang kurang
bijaksana dan hal-hal yang dilakukan secara rutin akan sangat mempengaruhi prestasi
siswa. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki pilihan untuk mengelola kekhasan ini
dengan menerapkan mode pembelajaran
pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran yang menyenangkan serta
mendominasi dalam menyebabkan siswa memahami ide-ide yang merepotkan, model
yang menyenangkan juga berguna untuk membantu siswa dalam mengembangkan
kolaborasi.
Model yang membantu adalah menemukan yang mencakup komunikasi antar
siswa dalam menangani masalah khusus di setiap pertemuan dan saling menunjukkan
kepada siswa yang berbeda. Jadi dalam pembelajaran yang menyenangkan siswa
memainkan peran ganda, khususnya sebagai siswa atau sebagai pengajar.
Sejujurnya, banyak ilmuwan telah menunjukkan bahwa pengajaran teman lebih
menarik daripada pengajaran pendidik (Falsehood, 2002: 31). Hal ini karena
pengalaman dasar dan informasi siswa yang lebih mirip satu sama lain kontras dengan
skema instruktur. Falsehood (2002: 31) merekomendasikan bahwa ada lima komponen
dasar yang bermanfaat yang harus diterapkan, khususnya:
1) Hubungan positif
2) Kewajiban moral
3) Lebih dekat dan pribadi
4) Korespondensi antar individu
5) Penilaian sistem pengumpulan.
Pembelajaran yang bermanfaat dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat
bekerja dengan baik dalam kelompok, jadi siswa harus menunjukkan kemampuan yang
baik. Kemampuan membantu kapasitas untuk mengirimkan pekerjaan hubungan kerja
dan usaha. Pekerjaan koneksi kerja dapat dilakukan dengan membuat korespondensi
antara individu-individu kelompok, sedangkan pekerjaan tugas harus dimungkinkan
dengan membagi tugas antara individu-individu kelompok.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dapat
lebih mengembangkan pelaksanaan siswa pada tugas-tugas skolastik, mendominasi
dalam membantu siswa dengan memahami ide-ide yang sulit, dan membantu siswa
dengan menciptakan kemampuan penalaran yang menentukan. Pembelajaran yang
bermanfaat dapat memberikan keuntungan baik bagi mahasiswa angkatan bawah
maupun atas yang bekerjasama untuk melakukan tanggung jawab keilmuan (Trianto,
2007:44).
17
Pembelajaran yang menyenangkan sangat cocok digunakan untuk melatih
kemampuan partisipasi dan usaha bersama, seperti halnya kemampuan tanya jawab
(Ibrahim dalam Trianto, 2007: 45). Selain itu, Ahmadi (2005) : 63) menyusun bahwa:
Kelebihan koperasi adalah: (1) Melatih kemampuan keilmuan, (2) Siswa dilibatkan
secara langsung, (3) data perdagangan, (4) melatih korespondensi dan kemampuan
partisipasi. Kekurangan dari strategi yang disetujui (1) Informasi dasar tentang
pengembangan harus sesuatu yang sangat mirip, (2) Memerlukan sebagian besar hari,
(3) Bergantung pada persiapan instruktur dalam mempersiapkan percakapan, (4)
Memerlukan kapasitas pendidik untuk dengan susah payah mengendalikan pergaulan
siswa,
Model yang menyenangkan akan menciptakan iklim kontestasi dalam
pembelajaran. Setiap pertemuan pasti perlu menjadi luar biasa di antara pertemuan yang
berbeda. Model yang menyenangkan tidak setua belajar dalam kumpul-kumpul. Ada
komponen penting yang membantu yang mengenalinya dari pembagian pertemuan
tidak teratur. Model yang menyenangkan bergantung pada sedikit kerja pengumpulan,
sebagai lawan dari pembelajaran gaya lama.
Arends (dalam Trianto 2007: 47) menyatakan bahwa contoh pemanfaatan
pembelajaran yang bermanfaat memiliki sifat-sifat berikut:
1) Siswa bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan materi pembelajaran
2) Silaturahmi dibentuk dari mahasiswa yang memiliki kapasitas tinggi, sedang dan
rendah;
3) Jika memungkinkan, sekelompok individu berasal dari ras, masyarakat, kebangsaan,
orientasi seksual yang berbeda; dan
4) Hadiah lebih terfokus pada pengumpulan daripada orang.
Ibrahim (dalam Trianto 2007: 49) menyatakan bahwa pembelajaran yang
menyenangkan terbantu melalui enam tahapan/tahapan, seperti yang ditampilkan pada
tabel 2.1
18
E. Model Pembelajaran Think-Pair-Offer (TPS)
TPS adalah desain yang awalnya dibuat oleh Educator Forthright Lyman di
College of Meryland pada tahun 1981 dan dianut oleh banyak pencipta sebagai fitur
pembelajaran yang menyenangkan. Ada empat standar kerja TPS yang layak dengan
pembelajaran yang bermanfaat. Keempat standar kerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan positif di antara siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaat
dari siswa yang berbeda.
2. Kewajiban individu Setiap siswa bertanggung jawab atas pemikiran tersebut karena
akan diperkenalkan kepada temannya dan kepada seluruh kelas.
3. Kerjasama yang disesuaikan Setiap siswa akan memiliki kesempatan yang sama
untuk berbagi (menawarkan pendapat) dengan teman-temannya dan di seluruh kelas.
4. Asosiasi bersama
Semua siswa akan dinamis dalam menawarkan sudut pandang dan penyesuaian
untuk membuat tingkat kerjasama yang signifikan. Hal ini akan membuat realisasi
dinamis bila dibandingkan dengan strategi responsif yang umumnya dilakukan oleh
pendidik, di mana hanya beberapa siswa yang dinamis.
19
menyemarakkan iklim kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004: 67).
TPS dapat meningkatkan investasi mahasiswa. Siswa ditawari kesempatan
untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Menghitung waktu akan
memungkinkan siswa untuk mendorong balasan. Siswa sebenarnya ingin memberikan
jawaban yang lebih lama dan lebih relevan. Tanggapan yang tepat yang diajukan juga
telah dipikirkan dan dibicarakan. Siswa akan lebih mampu menghadapi tantangan dan
mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas dan karena mereka telah "berusaha"
dengan teman-teman mereka. Cara paling umum untuk melaksanakan TPS akan
membatasi munculnya latihan siswa yang tidak berlaku untuk pembelajaran karena
siswa harus memberikan pendapat mereka, terutama kepada rekan mereka.
Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan dalam TPS dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Berpikir
Instruktur mengajukan pertanyaan/masalah yang terkait dengan materi yang
baru saja dibahas, kemudian, pada saat itu, menawarkan kesempatan kepada semua
siswa untuk memikirkan jawaban yang tepat secara mandiri dalam satu saat;
2. Pencocokan
Jawaban-jawaban yang telah dianggap bebas, kemudian, kemudian diserahkan
kepada rekan-rekan mereka masing-masing (seatmates). Pada tahap ini, siswa dapat
mengomunikasikan pemikiran mereka, menambahkan pemikiran, dan menawarkan
balasan dengan rekan. Tahap ini berlangsung 4 menit;
3. (Berbagi)
Pendidik mengarahkan pertemuan untuk memperkenalkan efek samping dari
percakapan demikian. Sampai sekitar seperempat dari pertemuan menawarkan sudut
pandang. Pada tahap ini seluruh gathering dapat memperhatikan kesimpulan yang akan
disampaikan oleh agen masing-masing gathering. Pertemuan yang menawarkan sudut
pandangnya harus bertanggung jawab atas tanggapan dan penilaian yang diajukan.
Menjelang akhir percakapan pendidik memberikan materi tambahan yang belum
terungkap oleh kelompok percakapan.
Latihan yang singkat dan padat pada setiap tahap menyebabkan siswa benar-
benar merasa memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah mereka, ini memberikan
nilai yang baik, bahwa keterbatasan waktu adalah sesuatu yang dapat mendorong siswa
untuk memiliki pilihan untuk menyelesaikan tugas belajar mereka. Pembelajaran
menyenangkan tipe TPS juga dapat mengarahkan dan mengontrol kelas secara
keseluruhan, dan memungkinkan siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
berpikir, bereaksi dan saling membantu. Selain itu, dengan pembelajaran
menyenangkan tipe TPS, siswa dapat memikirkan apa yang telah dijelaskan dan dialami
selama pembelajaran (Trianto, 2007: 61).
20
F. Pemahaman Ide
Dalam memahami gagasan ada dua hal yang harus diperjelas, yaitu pengertian
pengertian dan gagasan. Sesuai dengan referensi kata logis yang terkenal, pengertian
berasal dari kata “memahami” yang memiliki makna tanggap atau melihat secara
akurat. Dalam referensi Kata Besar Bahasa Indonesia, pengertian akan mendapatkan,
menilai, merenungkan, melihat, melihat dengan efektif (akan), lihai dan melihat dengan
tepat (tentang sesuatu).
Pengertian dipisahkan menjadi dua, khususnya pengaturan instrumental dan
kesepakatan sosial. Pengaturan instrumental adalah pemahaman siswa jika dalam
menangani masalah atau masalah mereka hanya perlu menggunakan metodologi
tertentu (lebih terbatas), misalnya, dalam memecahkan pertanyaan, siswa mengetahui
jawaban yang tepat tetapi setiap kali diminta untuk mengungkapkan cara menemukan
solusi. solusi mereka tidak bisa. Sementara pengaturan sosial adalah kesepakatan yang
berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada pengaturan instrumental, siswa dapat
menangani suatu masalah dan dapat mengungkapkan cara menangani masalah tersebut.
Pemahaman adalah ketika kita benar-benar memahami, kita dapat
mengklarifikasi, menguraikan, menerapkan, memiliki penilaian, mengidentifikasi,
memiliki informasi diri. konsekuensi dari sistem pembelajaran, apa yang telah disadari
siswa dapat diterapkan. Sementara itu, seperti yang ditunjukkan oleh Benjamin S
Sprout, pemahaman dicirikan sebagai kemampuan untuk mencerna materi atau materi
yang sedang dipertimbangkan.
Berdasarkan hipotesis ini, pemahaman dapat dicirikan sebagai seberapa banyak
siswa dapat memperoleh, menyimpan dan memahami materi atau menunjukkan materi
yang diberikan oleh pendidik kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
dan mendapatkan apa yang mereka lihat, baca, wawasan, pasti mereka lihat. merasa
tergantung pada konsekuensi eksplorasi atau persepsi langsung yang dibuat dengan
menggunakan kata-kata Anda sendiri. Misalnya, pembenahan atau meringkas materi
pelajaran.35
31
IdaFiteriani, Op.Cit.
32
HasanSastraNegara,“MengembangkanKemampuanPemahaman,KoneksidanKomunika
si”, (Jurnal TerampilPendidikandanPembelajaranDasar,Vol. 2, No.1,Juni2015).
33
Lorin,Krathwohl:PustakaPelajar,2016),hal97
21
Sementara menurut Daryanto, kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi
tiga, yaitu:
1. Menerjemahkan(translation)
Pengertian penerjemahan di sini bukan hanya mengalihkan(translation) artidari bahasa
yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsiabstrak menjadi suatu
model, yaitu model simbolik untuk mempermudahorangmempelajarinya.
2. Menafsirkan (interpretasi)
Pentingnya penafsiran di sini bukan hanya sekedar memindahkan (penafsiran) arti
penting suatu bahasa ke dalam dialek lain.
3. Menguraikan (pemahaman)
Kapasitas ini lebih luas daripada menafsirkan, ini adalah kapasitas untuk mengetahui
dan memahami. Pemikiran mendasar dari korespondensi.
4. Ekstrapolasi
Agak tidak sama dengan mengartikan dan mengartikan, namun lebih tinggi sifatnya. Itu
meminta kemampuan ilmiah yang lebih tinggi.36
Pemahaman adalah tingkat kapasitas yang mengantisipasi bahwa seseorang
harus memiliki pilihan untuk memahami pentingnya atau gagasan, keadaan dan
kenyataan yang mereka ketahui.
Pemahamanmerupakanproses,perbuatandancaramemehami.Denganpemahaman
pesertadidikdimintauntukmembuktikanbahwaiamemahamihubunganyangsederhanadian
tara fakta-fakta atau konsep.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarahayat 31:
38
Al-Qur‟andanTerjemahan,SurahAl-Baqarahayat31,(Diponegoro,2015).
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda)seluruhnya,kemudianmengemukakannyakepadaParaMalaikatlaluberfirman:
"Sebutkanlahkepada-Kunamabenda-bendaitujikakamumamang benar orang-orang
yang benar!"(Q.S.Al-Baqarah :31).38
Bait di atas mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu, tidak cukup
hanya mendapatkan apa, bagaimana dan manfaat dari artikel tersebut, namun harus
memahami inti dari item tersebut. Di bidang intelektual menunjukkan derajat kapasitas
yang dicapai dari yang paling tereduksi hingga yang paling penting. Jadi bisa dikatakan
bahwa tingkat pemahaman lebih tinggi dari sekedar informasi. Pemahaman ide sangat
penting diberikan kepada siswa, baik pengajaran formal maupun non-formal.
Memahami ide akan membuatnya lebih mudah bagi siswa untuk melanjutkan ke tingkat
informasi yang lebih tinggi
Menurut Oemar Hamalik, idenya adalah kelas atau klasifikasi peningkatan
yang memiliki karakteristik umum.40 Perbaikan adalah item atau individu. Kami
mengekspresikan ide dengan merujuk "nama" seperti buku, perang, siswa, wanita
cantik, dan instruktur yang setia, dll. Banyak ide ini menyoroti kelas atau klasifikasi
peningkatan. Idenya sangat ekspansif. Ide adalah kotak struktur penalaran dan
merupakan konsekuensi mendasar dari pelatihan. Ide adalah alasan untuk siklus mental
yang lebih tinggi untuk mendefinisikan standar dan spekulasi. Untuk mengatasi suatu
22
masalah, siswa harus mengetahui prinsip-prinsip penting dan standar ini tergantung
pada ide-ide yang mereka peroleh.
Dengan demikian, ide dapat dicirikan sebagai sesuatu yang telah melekat pada
individu dan dibawa ke dalam sebuah ide, pemahaman, atau pemikiran. Seseorang yang
sudah memiliki ide berarti bahwa orang tersebut sudah memiliki pemahaman yang jelas
tentang sebuah ide, baik item substansial atau pemikiran teoritis.
Berdasarkan pengertian di atas, susunan teoritis dapat dicirikan sebagai
kemampuan siswa untuk memahami suatu gagasan atau kebenaran dan memiliki pilihan
untuk menangani suatu masalah atau masalah baik secara lisan maupun direkam
sebagai hard copy menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengubah pentingnya
sebuah ide.
Kemampuan menyusun angka adalah kemampuan siswa untuk menemukan dan
mengklarifikasi, menguraikan, menguraikan, dan menyelesaikan suatu ide angka
tergantung pada pengembangan wawasan mereka sendiri, tidak hanya menghafal.41
Untuk mengerjakan kesepakatan ini, instruktur perlu menekankan pembelajaran dalam
mendapatkan ide. Pengajar tidak hanya memberikan materi kepada siswa, namun
pendidik harus memberikan garis besar atau keterkaitan materi ajar yang akan diberikan
dengan keberadaan siswa. Misalnya, dalam mempelajari studi tentang kerangka
manusia. Kerangka manusia tidak dapat dilihat langsung oleh mata karena terletak di
dalam ditutupi oleh jaringan dan kulit.
Tujuan diberikan Deskripsi secara langsung dan bekerja dengan pemahaman
siswa, pentingnya penggunaan materi peragaan dapat membantu siswa dalam
memahami materi, misalnya seperti materi peragaan, pamflet tubuh manusia. dengan
pemanfaatan
Dalam menampilkan materi, siswa akan lebih memahami materi dengan lebih
efektif karena dalam materi peragaan ini terdapat Min planning yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan masalah yang belum terselesaikan dan bahasa yang
digunakan dalam materi peragaan ini singkat, jelas, dan mendasar sehingga lebih
mudah bagi siswa untuk mendapatkannya. .
34
TeachingandLearning(CTL)TerhadapPemahamanKonsepdanKemampuanPemecahan
MasalahDalamPembelajaranIPA-FisikadiMTSNegriNegar”,
(JurnalPascasarjanaUniversitasPendidikanGanesa,Vol. 03,2017).
35
ChairulAnwar,“Teori-TeoriPendidikanKlasikHinggaKontemporer
FormuladanPenerapannya DalamPembelajaran”,(Yogyakarta:IRCiSoD, 2017),h. 195.
Dalam ranah pendidikan, siswa sekolah dasar tidak dibingkai untuk menjadi
23
ahli dalam bidang logika, namun siswa dapat menguasai diri dan iklim di sekitarnya.
Hal ini dapat diperoleh baik melalui peningkatan kemampuan interaksi, perspektif
logis, kemampuan berpikir, dan otoritas ide-ide mendasar. Siswa yang normal setelah
melakukan pembelajaran di sekolah dapat memanfaatkan atau mengaitkan
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan asumsi siswa dapat
menggunakan dan berhubungan belajar bagaimana kehidupan mereka, itu berarti bahwa
siswa memahami penemuan yang telah diberikan.
Siswa akan lebih mudah mengingat materi yang diajarkan dengan asumsi
bahwa pembelajaran tersebut bermakna.43 Pengajar harus memiliki kemampuan dalam
berkreasi dan inovatif memikirkan bagaimana memberikan pembelajaran yang berarti
bagi siswa, seperti pemanfaatan teknik, prosedur, dan bahan ajar . Dengan asumsi
pembelajaran diberikan dalam lingkungan yang menyenangkan, siswa juga akan
berpikir bahwa lebih jelas topiknya. Oleh karena itu, pendidik dalam memberikan
pembelajaran harus menekankan mendapatkan ide, karena dengan memahami ide siswa
akan lebih mudah mengingat kembali materi yang diberikan.
Untuk memberikan gambaran yang nyata dan bekerja dengan pemahaman
siswa, pentingnya penggunaan materi peragaan dapat membantu siswa dalam
memahami materi, misalnya seperti materi peragaan, pamflet tubuh manusia. dengan
pemanfaatan
Dalam menampilkan materi, siswa akan lebih memahami materi dengan lebih
efektif karena dalam materi peragaan ini terdapat Min planning yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan masalah yang belum terselesaikan dan bahasa yang
digunakan dalam materi peragaan ini singkat, jelas, dan lugas sehingga memudahkan
siswa untuk mendapatkannya. .
Dalam ranah pendidikan, siswa sekolah dasar tidak dibentuk untuk menjadi ahli
dalam bidang logika, namun siswa dapat menyesuaikan diri dan iklim di sekitarnya. Hal
ini dapat diperoleh baik melalui peningkatan kemampuan interaksi, mental logis,
kemampuan berpikir, dan dominasi ide-ide mendasar. Siswa yang normal setelah
menyelesaikan pembelajaran di sekolah dapat memanfaatkan atau mengaitkan
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan asumsi siswa dapat
menggunakan dan berhubungan belajar bagaimana kehidupan mereka, itu berarti bahwa
siswa memahami penemuan yang telah diberikan.
Siswa akan lebih mudah dalam mengingat materi yang diajarkan dengan
asumsi pembelajaran tersebut bermakna.43 Pendidik harus memiliki kemampuan dalam
berkreasi imajinatif dan inovatif cara memberikan pembelajaran yang bermakna bagi
siswa, seperti pemanfaatan teknik, prosedur, dan materi pembelajaran. . Jika
pembelajaran diberikan dalam lingkungan yang indah, siswa juga akan berpikir bahwa
itu lebih jelas topiknya. Oleh karena itu, pengajar dalam memberikan pembelajaran
harus menekankan mendapatkan ide, karena dengan memahami ide siswa akan lebih
mudah mengingat kembali materi yang diberikan.
1. Manfaat Pemahaman Ide
24
Menginstruksikan yang menonjolkan pemahaman memiliki 5 manfaat, khususnya:
A. Pemahaman memberikan arti penting secara generatif dengan asumsi seseorang telah
merasakan suatu ide, kemudian, pada saat itu, informasi tersebut akan mendorong
pemahaman lain mengingat bergabungnya informasi yang dipindahkan oleh siswa
sehingga setiap informasi baru terhubung dengan informasi sebelumnya.
B. Kognisi mendorong memori, mengandung arti bahwa informasi yang sudah pasti
diketahui akan dikoordinasikan dan dihubungkan secara memadai dengan informasi
lain melalui penyusunan cetak biru.
1. Manfaat Pemahaman Ide
Daryanto, Op.Cit,h.106-107.
36
DanHasilBelajarIPASiswaKelasIIISLBD1YPACTahun2011/2013”,
(ProsidingSeminarNasionalPendidikanSurakarta,21November2015),ISBN978-979-
3456-52
25
C. Pemahaman mengurangi jumlah hal yang harus tersirat, bahwa tekstur yang
terbentuk antara satu informasi dan satu lagi dalam desain intelektual siswa yang
berkonsentrasi padanya dengan penuh kesepakatan adalah hubungan yang umumnya
baik.
D. Pemahaman memperluas gerakan belajar berarti memahami ide numerik akan
diperoleh oleh siswa yang secara efektif melacak kesamaan antara ide-ide yang berbeda
ini. Ini akan membantu siswa dengan memeriksa apakah ide tertentu dapat diterapkan
pada kondisi tertentu.
E. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa, menyiratkan bahwa siswa yang
memahami aritmatika dengan baik akan memiliki keyakinan positif yang juga akan
membantu kemajuan informasi.
Berdasarkan manfaat ini, memberikan penjelasan bahwa memahami ide itu
penting karena dapat membantu kemajuan informasi siswa. Memahami ide dapat
membantu siswa dengan menafsirkan ide dan menggunakan ide untuk menangani
masalah yang dilihat oleh siswa. Oleh karena itu, penting untuk menggarisbawahi
tingkat pemahaman gagasan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.
26
E. Kapasitas untuk menetapkan model dan bukan model
Kemampuan siswa untuk memiliki pilihan untuk mengenali model dan non-
contoh dari suatu materi. Model: siswa dapat memahami ilustrasi yang tepat dari suatu
materi dan dapat memahami model mana yang tidak akurat.
F. Kemampuan untuk memperkenalkan ide-ide dalam berbagai jenis prestasi
Kemampuan siswa untuk menggambarkan ide-ide secara berurutan secara numerik.
Model: ketika siswa mengulas di kelas, siswa dapat memperkenalkan/mengklarifikasi
suatu materi secara berurutan.
G. Kapasitas untuk mendorong keadaan fundamental atau memadai dari sebuah ide
Kemampuan siswa untuk menganalisis kondisi mana yang mendasar dan mana
yang merupakan prasyarat memadai yang diidentifikasi dengan ide material. Model:
siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang harus
dipersyaratkan atau langsung dan syarat-syarat yang tidak wajib harus ditiadakan.
H. Kapasitas untuk memanfaatkan, menggunakan, dan memilih metode tertentu
Kapasitas siswa untuk menangani masalah secara akurat seperti yang
ditunjukkan oleh metode. Model: dalam belajar, siswa harus memiliki pilihan untuk
mengatasi masalah secara akurat sesuai kemajuan yang tepat.
Berdasarkan tanda-tanda di atas, dapat dikatakan bahwa memahami ide bukan
hanya tentang cara memindahkan informasi tetapi bagaimana siswa dapat memahami
ide dari materi yang sedang diteliti. Sementara itu, menurut Susanto, kondisi
pemahaman dapat dikatakan sebagai berikut:
A. Pengertian adalah kemampuan untuk memperjelas dan menguraikan sesuatu, hal ini
mengandung arti bahwa seseorang yang telah memperoleh sesuatu atau memperoleh
persetujuan akan benar-benar ingin memperjelas dan memperjelas kembali apa yang
telah diperolehnya. Juga, seseorang yang telah merasakannya dapat memberikan
pemahaman atau menguraikan secara luas sesuai dengan kondisi yang melingkupi, dan
dapat berinteraksi dengan kondisi saat ini dan masa depan.
42
PramitaSylviaDewi,“PetaKonsepSebagaiPendukungPembelajaranDalamMemahami,
(Jurnal TerampilPendidikandanPembelajaranDasar,Vol.3, No.2,Desember2016).
43
SitiUlfaeni,HusniWakhyudindanHenryJanuarSaputra,“PengembanganMediaMonergi
SiswaSD”, (ProfesiPendidikanDasar, Vol. 4, No, 2Desember2017).
44
GandaRusmanMaulana,“PengaruhPenggunaanModelPembelajaranContextualTeachin
g And Learning Berbabtu Alat Peraga Terhadap Pemahaman Konsep IPA di Kelas V
MITMuhamadiyahSukarameBandarLampungTahunPelajaran2018/2019”,
(SkripsiFakultasTarbiyah Dan Keguruan, Jurusan PGMI UIN Lampung, Tahun2018).
27
B. Memahami bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya terbatas pada meninjau
pengalaman dan menciptakan apa yang telah direalisasikan. Namun dengan
pemahaman, siswa dapat menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan hal-
hal yang akan atau telah dipikirkan.
C. Memahami adalah sesuatu yang melampaui pengetahuan, karena pemahaman
mencakup interaksi mental yang kuat, dengan memahami itu sebenarnya ingin
memberikan penggambaran dan klarifikasi yang lebih inventif, tidak hanya
memberikan gambaran yang luas dan hanya dibungkus dengan kondisi saat ini.
D. Pemahaman adalah siklus yang lambat dimana setiap tahap memiliki kemampuan
sendiri-sendiri, misalnya mengartikan, menerapkan, mendobrak, menguraikan,
mengungkap, menggabungkan dan menilai.
Estimasi pemahaman ide juga harus dimungkinkan tergantung pada
kategorisasi ilmiah Sprout. Tanda-tanda pemahaman ide yang ditunjukkan oleh Sprout
adalah sebagai berikut:46
A. (Interpretation), yaitu membuat suatu interpretasi dari suatu ide teoritis menjadi
suatu model, misalnya citra menjadi suatu kepentingan. Kata kerja fungsional yang
digunakan adalah menguraikan, mendapatkan, mengubah, menunjukkan,
mencirikan, dan memperjelas sekali lagi.
B. Penerjemahan, khususnya kemampuan untuk memahami dan memahami prinsip
pemikiran dari suatu korespondensi, misalnya, diberikan garis, tabel, diagram, atau
gambar dan diuraikan. Kata kerja fungsional yang digunakan adalah menguraikan,
mengenali, memperjelas, dan menggambarkan.
C. (Ekstrapolasi), yang diakhiri dari sesuatu yang pasti diketahui. Kata-kata tindakan
fungsional yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas ini adalah bekerja,
menduga, menutup, meramalkan, dan ace.
Dilihat dari beberapa penggambaran penanda di atas, maka dapat dimaklumi bahwa
tanda pemahaman ide sains yang digunakan dalam tinjauan ini adalah penunjuk yang
dikemukakan oleh Sprout. Blossom menemukan bahwa informasi terapan menjadi
dasar pemikiran siswa dalam berkonsentrasi pada ilmu tambahan. Siklus intelektual
dalam kelas pemahaman seperti yang ditunjukkan oleh Blossom, khususnya
interpretasi, terjemahan, dan ekstrapolasi.
45
AhmmadSusanto,Op.Cit.,h. 7.
46
HamzahB.UnodanSatriaKoni,“BelajarDenganPendekatanPailkem”,
(Jakarta:BumiAksara,2015), h. 61
28
Kelebihan pointer dalam sistem pembelajaran adalah: 1) pengajar dapat
memilih materi, strategi, media, atau materi yang tepat, sesuai dengan kemampuan
yang telah ditentukan sebelumnya. 2) sebagai ajudan dan panduan bagi pendidik untuk
menyusun pertanyaan atau instrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan pedoman
keterampilan dan kompetensi esensial yang telah ditetapkan sebelumnya.47 Tanda
normal dari pencapaian siklus intelektual adalah C1-C3. Dimana petunjuk-petunjuknya
sesuai dengan tanda-tanda kesepakatan yang diterapkan siswa, untuk lebih spesifiknya
C1 mengulangi suatu gagasan, C2 menyajikan gagasan dalam berbagai jenis
penggambaran, dan C3 dapat menutup suatu gagasan.
Beberapa petunjuk yang digunakan dalam ulasan ini dapat ditemukan pada
tabel 2.1 di bawah ini:
29
B. garis tubuh
Tubuh manusia dapat berdiri tegak karena ada bagian tubuh yang membantunya.
Bagian tubuh ini adalah tulang. Tulang adalah bagian tubuh yang paling keras.
Tulang terdiri dari sel-sel hidup, mineral, dan sejenis protein. Mineral penyusun
tulang adalah kalsium dan fosfat. Kedua mineral ini menyebabkan masalah yang
masih harus diselesaikan dengan keras. Tulang mengandung semacam protein yang
disebut kolagen. Calogen merupakan zat yang membuat tulang memiliki sifat yang
cukup mudah beradaptasi. Ada 206 tulang dalam tubuh kita. Banyak tulang yang
saling berhubungan ini disebut kerangka.
Kerangka adalah perkembangan tulang yang membantu dan memastikan organ-
organ halus tubuh. Satu masalah yang masih harus diselesaikan terkait dengan sendi
(penjelasan). Kerangka kerangka yang terletak di dalam tubuh dan dijamin oleh kulit
dan otot dikenal sebagai endoskeleton.
A. Pekerjaan kerangka
Sistem yang kami miliki adalah sebagai berikut:
1) Memberi bentuk tubuh, memegang, dan memperbaiki tubuh.
2) Menutupi organ-organ dasar tubuh. Misalnya, otak besar dijamin oleh kerangka
kepala, paru-paru dan jantung dijamin oleh kerangka tubuh seperti tulang dada dan
tulang rusuk.
3) Tempat penyusunan trombosit merah, trombosit putih, dan trombosit. Ini terjadi di
garis tulang, sebagai posisi susunan sumsum merah.
4) Sebagai cara untuk gerakan menyendiri, karena tulang tidak benar-benar bergerak,
yang benar-benar berkembang adalah otot-otot yang melekat pada tulang.
5) Tempat penyambungan otot (skeletal muscle).
6) Penyimpanan mineral, terutama fosfor dan kalsium.
39
L. Muh. Zul,“Penguasaan Konsep IPA SiswaKelas V SD Pada Materi Rangka
Tubuh”, (Pros. Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Vol.2,No. 5,2017).
40
OemarHamalik,Op.Cit.,h.47.
30
3) Pelengkap rangka
Kerangka individu pengembangan berbentuk pipa dan terbagi. Konstruksi tulang
pelengkap terdiri dari dua, khususnya pelengkap atas dan pelengkap bawah.
Apendiks atas terdiri dari tulang lengan atas, ulna, tulang pinggul, tulang
pergelangan tangan, bagian tengah tangan, dan tulang jari. Sedangkan apendiks
bawah terdiri dari tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang betis, tulang kering,
tulang tungkai bawah, tulang telapak kaki, dan tulang jari kaki.
31
Kerangka manusia
1) Tulang pipih
Karena mereka level atau level, mereka disebut tulang level. Tulang sejajar mengisi
sebagai tempat untuk pengaturan trombosit. Di dalam tulang tingkat ada rongga
kecil yang berisi sumsum merah. Model menggabungkan tulang bahu, tulang dada,
tulang rusuk, panggul, dan tulang tengkorak.
1) Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk bulat pendek. Di dalamnya hanya ada sedikit lekukan
yang sarat dengan sumsum merah. Modelnya adalah tulang pergelangan tangan,
tulang kaki bagian bawah, tulang belakang, dan tulang tempurung lutut.
2) Tulang pipa
Disebut tulang garis karena bentuknya seperti garis, melingkar dan di tengahnya
terdapat lubang yang sangat besar. Rongga dalam silinder tulang berisi sumsum
kuning. Sumsum kuning ini mengandung banyak lemak. Sumsum kuning dapat
mengisi sebagai simpanan makanan. Pada penutupan tulang silinder yang diperluas,
ada rongga kecil yang berisi sumsum merah. Kapasitas sumsum merah ini sebagai
blok struktur untuk trombosit. Ilustrasi tulang
Garis-garis tersebut adalah tulang lengan, femur, buku-buku jari, tulang kering, ulna,
dan tulang telinga.
4. Macam-macam tulang
Dilihat dari jaringan penyusunnya dan sifat-sifatnya yang sebenarnya, tulang
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
A. Ligamen, terbuat dari sel ligamen (kondrosit) dan mudah beradaptasi. Ligamen
umumnya ditemukan di hidung, daun telinga, sendi, ujung tulang rusuk, penutup
tulang dada, dan di antara tulang belakang.
B. Tulang asli, terbuat dari sel tulang matang (osteosit), keras, dan mengisi sebagai
penyusun kerangka kerangka.
5. Hubungan antar tulang (sendi)
Sendi adalah titik hubungan antara tulang yang membentuk kerangka tubuh.
Tulang harus dipelintir atau diputar di daerah persendian karena tulang yang sebenarnya
terlalu sulit untuk dipikirkan membungkuk tanpa patah. Tulang-tulang yang
membentuk tubuh kita berhubungan dengan persendian. Setiap sendi menghubungkan
dua tulang. Sendi mengizinkan masalah yang belum terselesaikan. Dengan persendian,
tubuh kita tidak sulit untuk digerakkan, dipelintir, ditumpangi, dipelintir, dan diporos.
32
Sambungan tergantung pada kapasitasnya dibagi menjadi 4 jenis, untuk lebih
spesifik:
A. Sambungan pivot, pengembangan sambungan pivot, misalnya pivot pintu masuk.
Sambungan ini harus digerakkan satu arah. Model menggabungkan lutut, siku, dan
jari tangan dan kaki.
B. Sambungan kursi, sambungan sadel dapat digerakkan dengan dua cara (samping dan
depan). Misalnya, dasar ibu jari dan tulang utama pergelangan tangan.
C. Sebuah embel-embel berputar adalah sambungan antara ujung tulang yang dibentuk
bola dan tulang yang dibentuk mangkuk. Sambungan slug memungkinkan
pengembangan ke segala arah. Ilustrasi embel-embel yang berputar berada di antara
tulang lengan atas dan penyangga bahu.
D. Sendi berputar, sendi ini memungkinkan satu masalah yang masih harus diselesaikan
di sekitar tulang lain yang berfungsi sebagai hub. Sendi belokan terletak di
persimpangan vertebra serviks utama dan vertebra serviks kedua. Sendi putar
memungkinkan kepala untuk diputar. 48
H. Struktur
Masalah mendasar yang sering dilirik oleh pelatihan di sekolah adalah lemahnya
penguasaan materi oleh siswa, mengingat untuk mata pelajaran IPA. Pencapaian
dalam sistem pembelajaran ditopang oleh beberapa variabel, yaitu: kemudahan
dalam menampilkan materi, teknik dan pendekatan yang dilakukan oleh instruktur
dalam pembelajaran. Pendidik belum menjadi sumber informasi utama bagi siswa
sebagai fasilitator dasar, khususnya dengan membangun iklim belajar yang dapat
mendorong siswa untuk puas dan bersemangat untuk belajar.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pengajar adalah dengan berfluktuasi
menampilkan materi sebagai aset pembelajaran yang dapat menonjol bagi siswa untuk
memahaminya. Penggunaan pamflet sebagai bahan tayangan diandalkan untuk
membantu siswa dalam memahami topik. Pamflet disusun dari beberapa sumber belajar
dan dalam bahasa dasar yang mudah dipahami oleh siswa dan disematkan garis-garis
besar yang membantu topik untuk menarik minat siswa mengingat fakta bahwa dengan
menggunakan bahan ajar pamflet yang memberikan kebebasan untuk belajar. siswa
untuk lebih mudah memahami topik. Selanjutnya, pemanfaatan materi pamflet dalam
pembelajaran diandalkan untuk membangun dominasi gagasan yang dipelajari siswa.
Kewenangan gagasan ilmu dalam tinjauan ini sebagai yang diandalkan (variabel Y)
sedangkan yang otonom (variabel X) adalah pemanfaatan bahan ajar pamflet.
IreneMJA,dkk,“BukuPenilaianAutentikBUPENATemaOrganTubuhManusiaDa
48
nHewan”,(Jakarta:Erlangga,2014),h. 4-19.
33
Berikutnya adalah sistem ujian ini yang diperkenalkan sebagai gambar:
2.1 di bawah:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Kelompokeksperimen Kelompokeksperimen
Menggunakan Menggunakanb
bahanajarleaflet ahanajarBUPENA
PemahamanKonsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Investigasi audit uji dengan bentuk Evident Trial Plan (pemeriksaan unik).45 Analis membedah
apakah ada pengaruh Pamflet membantu model pembelajaran Think Pair Offer terhadap pemahaman
IPA pembelajaran pemikiran yang terdapat dalam eksploratif kelas. Kelas tes adalah kelas yang mencari
pengobatan dengan memanfaatkan materi flyer dan kelas kontrol yang memanfaatkan materi edukasi
Buku Pena.
34
dismilaritas interverstasi pada kedua kelompok perlakuan tersebut dapat dilihat dengan
melaksanakan posttest sesudah ilustrasi ditutup, tujuannya untuk mengenal pemikiran belajar siswa
kelas V setelah terbiasa memanfaatkan pembelajaran Think Pair Offer model dibantu oleh
Leafleat.
B. Rencana Penelitian
Jenis pengaturan tes yang tepat digunakan yaitu Pretest-Posttest Control Plan, dalam pengaturan ini
sebelum memulai perawatan, dua pertemuan sembarangan memilih (R), sesudah itu kelas yang tidak
ditetapkan menjadi kelas kontrol dan diberi ujian (pretest) buat menilai status tersembunyi (O1).
Sedangkan himpunan pengkajian diberikan perlakuan X dengan memanfaatkan materi leaflet dan kelas
pengaturan tiada diberikan materi bimbing Bupena. Sehabis perlakuan berakhir, kedua himpunan
tersebut diberikan ujian kembali seperti posttest (O2). Akibat perlakuan yaitu (O1:O2).
2. Tempat Eksplorasi
Penyelidikan ini didorong di MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung atas semester bulat
tahun aliran 2021/2022.
D. Variabel
1. Komponen bebas (variabel bebas)
Variabel bebas (X) dari survei ini adalah pemanfaatan model pembelajaran Pamflet Berbantuan Think
Pair Offer.
35
Hubungan terikat antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat digambarkan sebagai berikut:
X Y
Data:
X: Model pembelajaran Think Pair Share dibantu oleh Leaflet.
Y : Memahami gagasan belajar siswa kelas V.
E. Teknik Pengambilan Sampel dan Pengambilan Sampel Penduduk
1. Penduduk
Populasi dalam tinjauan ini adalah seluruh siswa kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung
tahun ajaran 2021/2022, yang terdiri dari empat kelas, yaitu: VA, VB, VC, dan VD dengan jumlah siswa
terlampir:
45
Sugiyono,MetodePenelitianKuantitatif,Kualitatif,danR&D(Bandung:Alfabrta,2016),h. 114.45
3. Dokumentasi
Pengumpulan berisi survei ini digunakan demi mendapatkan data tentang jumlah esensial IPA
siswa kelas 5, demi memahami data tentang bentuk sekolah dan siswa, dan demi menangkap
lukisan maupun gambar demi konfirmasi ujian. Maka berisi audit ini, metodologi pengumpulan
data yang digunakan yaitu gathering, test, dengan pengolahan. Dengan demikian, pemahaman
pemikiran yang dinilai dalam audit ini merupakan poin ilmiah yang menggabungkan data (C1)
dengan kesadaran (C2).
Selain itu, pengarsipan digunakan demi akumulasi bahan pemeriksaan berbentuk lukisan-
lukisan implementasi kerangka pembelajaran dengan memakai pamflet yang menunjukkan materi
dengan hal-hal yang berkaitan melalui pemeriksaan.
G. Alat Pemeriksaan
Alat yang digunakan berisi audit ini yaitu masalah tes artikel yang terdiri dari 10 hal, yang
digunakan bagi menentukan derajat kesadaran siswa terhadap materi kerangka tubuh manusia. mengingat
indikasi pemahaman pikiran dalam materi kerangka tubuh manusia. Tes dibuat dengan mengandalkan
penanda urutan logis Sprout di ruang C1 dan C2. Bidang ini dipilih setelah berkonsentrasi pada
Kemampuan Esensial (KD) yang dicari untuk rencana pelatihan dan pedoman yang didasarkan pada
pemahaman konsep bahan kerangka tubuh manusia.
Berikutnya adalah organisasi pemikiran tes-pemahaman yang bergantung pada penanda dan bahan
dalam rencana badan manusia. celah atas bagan 3.3 di bawah ini:
Kisi-Kisi
Instrumen Masalah Ujian Uji Coba untuk MengetahuiPemahamanKonsep Belajar
Sebelum soal tes diujicobakan di kelas eksplorasi dan kelas kontrol, inkuiri yang terdiri dari 20 hal
dicoba di kelas eksternal untuk mengukur tingkat legitimasi dan ketergantungan inkuiri. Sejak saat itu,
pertanyaan yang sah harus digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman ide-ide siswa dalam materi
tubuh manusia.
Nilai intelektual siswa menjadi tergantung pada aturan penilaian pemahaman ide-ide yang belum benar-
benar mapan. Standar penilaian bisa dilihat atas bagan 3.4 di bawah ini:
37
H. Uji Coba Instrumental
Informasi yang digunakan berisi test analyzer layak lewat jenjang-jenjang yang disurvei sehingga
pengujian dapat dimanfaatkan dengan tepat. Instrumen tersebut pertama kali diujicobakan atas kelas yang
berbeda di sekolah atas jenjang yang persis dan akhirnya diberikan kepada mata pelajaran ujian.
1. Uji legitimasi instrumen
Keabsahan instrumen dalam tinjauan ini menggunakan pengujian legitimasi substansi dan
legitimasi benda. Untuk mengetahui efek samping dari uji legitimasi menggunakan resep koefisien
hubungan menggunakan item kedua.
rxy
Data:
rxy : Koefisien korelasi jarak faktor X dengan variabel Y N : Jumlah anggota ujian.
X : Angka produk tes.
Y : Latar-latar penghargaan setiap hari.
Langkah-langkah penting untuk arah independen:
Dalam hal rhitung > rtabel, instrumen atau benda pertanyaan dinyatakan sah.
Dalam hal rjumlah < rbagan, alat maupun masalah dinyatakan tiada sah. Standar keabsahan barang adalah
sebagai berikut:
Jadi pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan artikel dengan 20 pertanyaan. Setelah menguji 20
pertanyaan, 15 pertanyaan sah dapat digunakan, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14,15, 16, 17, dan
18.
Anas Sudijono
mengungkapkan bahwa barang-barang tersebut disusun sedemikian rupa dengan asumsi tingkat kesulitan
barang-barang tersebut cukup (sedang). Oleh karena itu, untuk alasan pengumpulan informasi dalam ulasan
ini, digunakan hal-hal dengan aturan (sedang) yang memadai, khususnya dengan menghilangkan hal-hal
dengan kelas yang terlalu sederhana atau terlalu merepotkan.
Bahan:
D:Kapasitas beda
BA: Banyaknya golongan atas yang menanggapi masalah itu atas akurat.BB:Banyaknya
kelompokbawahyangmenjawabsoalitudenanbenar.JA :Banyaknyapesertakelompok atas.
JB:Banyaknya pesertakelompokbawah.
PA:Proporsipeserta kelompok atas yang menjawab dengan benar (ingat,sebagai indeks kesukaran).
39
A. Teknik Penjabaran Kapasitas
Analisis Pemeriksaan informasi dimulai dengan menguji kebutuhan penyidikan, khususnya uji ordinaris
dan homogenitas. Kemudian, pada saat itu, lanjutkan dengan pengujian spekulasi.
1. Ujian Keharusan Ujian
A. Uji Normalitas
Spekulasi uji kewajaran adalah sebagai berikut:
1) Spekulasi
H0: Contoh informasi berasal dari masyarakat yang biasa beredar.
H1: Contoh informasi itu berasal dari masyarakat yang tidak biasa beredar.
Zi=
Bahan:
Zi:Datatunggal
Xi:Datar-datardatatunggal
S:Simpanganbakudatatunggal
1) Memastika besar harapan bagi masing-masing angka Zi berdasarkantabelZi disebut atas f(Zi).
2) Mempertimbangkan gelombang komulatif dari masing-masing angka Zi disebutS(Zi).
3) Memastikan angka L0 atas mengumumkan f(Zi) – S(Zi) akhirnya ditentukannilai mutlaknya. capai yang
paling besar dengan bandingkan atas Ltdaritabellilifors.
4) Adapunkriteriapengujianadalahsebagaiberikut:
Tolak H0 jika L0> LtTerimaH0jikaL0<L
a. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas, dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakanuntuk mengetahui apakan
populasi penelitian mempunyai variasi atau
tidak.Ujihomogenitasyangdigunakanadalahujihomogenitasduavarianatauduafister,yaitu : 61
dimana
Keterangan:
F:Homogenitas
S12 :Variansterbesar
1
S2 2
:Variansterkecil
2
Mengenai standart tes kehomogenan bagi tes kehomogenan ini yaitu :H0diterima andaikan Fh≤ Ft,H0data
mempunyai versi sama
H0diterimajikaFh>Ft,H0 datatidakmemilikivarianhomogeny
40
b. UjiN-Gain
demi memandang disparitas yang diberikan pembelajaran jarak
kelaseksperimen1menggunakanBupenadengankelaseksperimen2denganmenggunakan model pembelajaran
TPS Berbantuan materi ajar leaflet, bahwa bisa memakai tes indikator Gainyangrumusnyasebagai berikut
Bahan:
G:N-gain
Spost: Angka PosttestSpre : Angka PretestSmax:SkorMaksimum
2. Uji Hipotestis
Hipotesis yang diselesaikan dalam ulasan ini adalah:
H0: Tidak ada pengaruh besar penggunaan Model Pembelajaran Berbantuan TPS dengan materi pamflet
terhadap pemahaman gagasan belajar siswa atas pokus pelajaran IPA kelas V.
H1: Ada akibat besar eksploitasi Model Pembelajaran TPS Berbantuan materi pamflet terhadap pemahaman
gagasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V.
Untuk menguji spekulasi digunakan resep langsung langsung diikuti atas tes-t atas persamaan beserta:
1) Jika t0 <, H0 diabaikan yang menunjukkan adanya pengaruh.
2) Dengan asumsi t0>ta, diakui H0 yang menyatakan tidak ada pengaruh.
Demi menguji akibat dari tinjauan, pencipta menggunakan pemeriksaan faktual, dengan alasan bahwa
informasi yang dikumpulkan adalah informasi kuantitatif atau informasi sebagai angka yang diperoleh dari
hasil tes dan dievaluasi untuk setiap s, kemudian, pada titik itu.
makarumusyangdigunakanuntukmenganalisisdatadalampenelitianinisebagaiberikut : 63
dengan
Keteranagan:
X1: Rata-rata dari kelompok percobaan.
X2: Rata-rata kelompok kontrol.
N₁ : Jumlah siswa dalam kelompok percobaan.
N₂ : Jumlah siswa dalam kelompok benchmark.
S₁ : Standar deviasi siswa kelompok percobaan.
S₂ : Standar deviasi siswa kelompok kontrol.
S : Gabungan simpangan baku.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Tabel 4.2
Kriteria Hasil Presentase Skor Angket
Motivasi Belajar Peserta Didik
Persentase yang diperoleh Keterangan
55% - Sedang
42
0% - 40% Sangat rendah
Berdasarkan sumber data tersebut maka dapat dikemukakan gambaran berpikir kritis
peserta didik pada pembelajaran IPA pada pra penelitian yang dilakukan bahwa didapat hasil
nilai rata-rata peserta didik 45,6 Dengan ketentuan 1%. 12 peserta didik kemampuan berpikir
kritis sedang, dan 6 lainnya memiliki kemampuan berpikir sangat kurang.
B. Pembahasan
1. Deskripsi data siklus 1
a. Perencanaan siklus 1
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada
proses belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur
merupakan menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan
yg dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi &
43
panduan evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg
tercermin selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi
sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid
mengenai pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf
pemahaman siswa instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) & mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan
berbantuan Leafleat. Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran
siswa pada kelas.
b. Pelaksanaan siklus 1
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
c. Observasi
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I
No Nama siswa Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata
-rata
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 1,5
1. Ardian Julianto √ √ √ √ 1,5
2. Ahzahra Tri Oktaria √ √ √ √ 2
3. Heni Pratiwi √ √ √ 2,25
4. M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 1.75
5. Salsabila Kuratun Ain √ √ √ √ 2
6. Putri Amalia √ √ √ √ 1.25
7. Amiratul M √ √ √ √ 2
8. Zahira Zahra √ √ √ √ 2.5
9. Sintiani √ √ √ √ 2.5
10. Patih Saddan √ √ √ √ 2
11. Adinda Debi Pricilia √ √ √ √ 1.75
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I
12. Epi Ananda √ √ √ √ 2.5
45
13. Alsya Zivilia R √ √ √ √ √ 1
14. Raisya Alvaro √ √ √ √ √ 1
15. Citra Rama Dinda √ √ √ √ √ 2
16. Prabu Rapa √ √ √ √ 2
17. M.Dani √ √ √ √ 1.5
18. Nayra Apipa √ √ √ √ 2
19. Parid √ √ √ √ 1
20. Raisya Azzahra √ √ √ √ 2
Jumlah 33.5
Rata-rata 1.6
Kategori Kura
ng
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas kegiatan siswa memperoleh skor homogen-homogen yaitu 1.6
menggunakan kategori kurang. Peserta didik masih kurang aktif pada mengikuti pembelajaran.
Dan terdapat beberapa siswa yg bahagia mengobrol menggunakan sahabat kelompoknya. Aktivitas
belajar siswa tadi wajib lebih pada tingkatkan dalam daur II.
2) Aktivitas Pendidik Siklus I
Skor
No Aktifitas Pendidik
1 2 3 4
1. Apersepsi √
2. Penjelasan materi √
3. Memberikan pertanyaan
Interaktif √
4. Memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya √
5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 1.9
Kategori Kurang
Berdasarkan tabel di atas aktifitas pendidik pada siklus I memperoleh rata-rata yaitu 1.9
masuk pada kategori kurang. Aktifitas pendidik tersebut harus lebih tingkatkan lagi pada siklus II.
Table 16
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus I
47
No Nama siswa Jumlah presentase Keterangan
Skor
Table 17
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Pra Siklus Dan Siklus I
15. Citra Rama Dinda 53% 77,9% Meningkat
16. Prabu Rapa 67% 69,1% Meningkat
17. M.Dani 60% 63% Meningkat
18. Nayra Apipa 53% 67,1% Meningkat
19. Parid 62% 67% Meningkat
20. Raisya Azzahra 60% 53,4% Meningkat
Sumber: hasil data dari pra penelitian dan penelitian
48
Survei pendahuluan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal
dan angket untuk mengukur motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil
kegiatan pembelajaran IPA peneliti. Berikut data hasil tesnya:
Dari data pada atas menerangkan output homogen-homogen motivasi belajar yg
menerangkan 55,7% dalam pengamatan awal tergolong rendah, menggunakan 13 siswa
mempunyai motivasi belajar sedang, & 7 siswa mempunyai motivasi belajar Rendah. Sehingga
bisa disimpulkan motivasi belajar siswa belum masuk kedalam kategori baik lantaran kurangnya
pencerahan kemauan pada belajar maka output belajar kurang maksimal.
Sedangkan buat mendeskripsikan mengenai berpikir kritis siswa pra penelitian kelas V
pada MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung Sebagai Berikut:
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Lembar observasi dibuat berdasarkan RPP yang dibuat dan digunakan untuk mencatat hasil
observasi selama proses pembelajaran. Saat melakukan proses pembelajaran di kelas, pendidik
mengoordinasikan situasi pembelajaran dan kesediaan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran seperti salam, do’a, pengecekan ketertiban siswa, dan kebersihan kelas. Selain itu,
49
persepsi dilakukan untuk melihat apakah pengetahuan awal siswa terhadap materi yang diberikan
relevan dengan materi yang disampaikan. Amati bagaimana perubahan sikap siswa dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan tangkap perubahan siswa pada setiap siklusnya.
Selama fase Observasi, penilaian motivasi belajar diturunkan dari perilaku setiap siswa pada
Lembar Observasi Pembelajaran, sesuai dengan Pedoman Penilaian Siswa. Kegiatan observasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan cara yang sama seperti pembelajaran dievaluasi di dalam kelas.
Dari hasil perbandingan data di atas maka terlihar perbedaan meningkatnya peserta didik pada pra
penelitian tingkat rata-rata peserta didik hanya 55,7n tergolong rendah dengan hanya 13 peserta
didik memiliki motivasi belajar sedang dan 7 peserta lainnya rendah, hal ini terlihat saat
pembelajaran masih banyak peserta didik yang sibuk dengan urusan masing-maing, kurang
fokusnya dengan materi yang di ajarkan dan juga masih banyak nya peserta didik yang asik
mengobrol sehingga masih kurangnya motivasi belajar peserta didik. Namun di penelitian pada
sikluspertama ini terlihat sedikit tingkatan peserta didik dalam pelajaran meskipun rata-rata 59,8%
ini mengalami peningkatan dari setiap peserta didik.
Pada saat pembelajaran di siklus pertama ini peneliti menerapkan model pelajaran dan membuat
media berupa bahan bekas untuk menggambarkan materi yang diajarkan. Sehingga menarik
ketertarikan peserta didik dalam pelajaran dan memungkinkan peserta didik lebih termotivasi
dalam belajarnya.
d. Refleksi
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model think pair share berbantuan leafleat pada siklus
I, selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Setelah
melakukan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan dan melakukan
evaluasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa hambatan yang muncul saat pelaksaan yang
perlu dilakukan perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain:
1) Saat tenaga pendidik menjelaskan didepan kelas, sebagian peserta didik tidak memperhatikan
penjelasan guru.
2) Peserta didik sering menggunakan kesempatan diskusi untuk bercanda dengan teman, sehingga
mereka tidak dapat menyelesaikan lembar kerja tepat waktu.
3) Peserta didik masih belum terbiasa berdiskusi menggunakan model think pair share.
4) Motivasi peserta didik masih rendah, ini terlihat dari rata-rata persentase motivasi belajar
peserta didik siklus I adalah 59,8%, sehingga belum memenuhi indicator keberhasilan.
5) Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah, hal ini terlihat dari persentase
kemampuan berpikir kritis peserta didik sebesar 54,2 %, sehingga belum memenihi indikator
keberhasilan.
Berdasarkan hasil belajar serta refleksi yang dilakukan, maka untuk siklus II perlu diadakan
perbaikan dalam pembelajaran antara lain:
1) Tenanga pendidik memberikan perhatian dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik
yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan.
2) Pada siklus II, guru menganjurkan agar setiap peserta didik ikut mengerjakan tugas dan ikut
aktif dalam tugas kelompok.
3) Guru memperingatkan peserta didik untuk memperhatikan temannya yang berada didepan.
4) Memberikan motivasi pada peserta didik agar berperan serta aktif dalam menjawab dan
bertanya.
c. Observasi
1) Data hasil observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkatan kegiatan peserta didik dalam menerima
pelajaran dan tingkat pemahaman di kelas pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
bantuan model think pair share. Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Penilaian motivasi siswa berpedoman pada pedoman penilaian
motivasi belajar yang telah disusun. Sama pada siklus I sebelumnya, pada siklus II observasi
dilakukan oleh peneliti yang selaku sebagai guru. Kegiatan yang dilakukan oleh observer
sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I.
Tabel 18
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus II
No Nama siswa Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata
-rata
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. Ardian Julianto √ √ √ √ 2.5
2. Ahzahra Tri Oktaria √ √ √ √ 2.75
3. Heni Pratiwi √ √ √ √ 3
4. M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 3
5. Salsabila Kuratun Ain √ √ √ √ 2.5
6. Putri Amalia √ √ √ √ 2.75
7. Amiratul M √ √ √ √ 2.5
8. Zahira Zahra √ √ √ √ √ 2.75
9. Sintiani √ √ √ √ 3.25
10. Patih Saddan √ √ √ √ 2.75
11. Adinda Debi Pricilia √ √ √ √ 3.25
12. Epi Ananda √ √ √ √ 3
13. Alsya Zivilia R √ √ √ √ 2.25
14. Raisya Alvaro √ √ √ √ 2
15. Citra Rama Dinda √ √ √ √ 2.5
16. Prabu Rapa √ √ √ √ 2.5
17. M.Dani √ √ √ √ 2.25
18. Nayra Apipa √ √ √ √ 2.75
19. Parid √ √ √ √ 2.25
20. Raisya Azzahra √ √ √ √ 2.75
53
Jumlah 53.25
Rata-Rata 2.66
Kategori Cukup
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB) Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C) Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil observasi aktivitas peserta didik memperoleh
skor rata-rata yaitu 2.66 dengan kategori cukup. Dalam penilaian ini peserta didik sudah mulai
aktif mengikuti pelajaran dengan cukup baik. Peserta didik sudah lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran dan juga hanya sedikit yang mengobrol dengan teman sebangkunya.
Tabel 19
Data Hasil Observasi Aktivitas Pendidik Siklus II
Skor
No Aktifitas Pendidik
1 2 3 4
1. Apersepsi √
2. Penjelasan materi √
3. Memberikan pertanyaan interaktif √
4. Memberikan kesempatan peserta
didik untuk bertanya √
5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
JUMLAH 27
RATA-RATA 2.7
KATEGORI CUKUP
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
54
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas aktifitas pendidik pada siklus II memperoleh rata-rata yaitu 2.7
masuk pada kategori cukup. Dengan meningkatkan lagi pemahaman materi yang akan di ajarkan,
lebih memperhatikan peserta didik yang masih belum paham dan bermain-main selama pelajaran.
Table 20
Rekapitulasi Hasil Penelitian Kemempuan Berpikir Kritis Belajar Peserta Didik Siklus II
No Nama Siswa Jumlah nilai Keterangan
1. Ardian Julianto 63.3 Kurang
2. Ahzahra Tri Oktaria 53 Kurang
3. Heni Pratiwi 75 Kritis
4. M. Nuzul Ramil 75 Kritis
5. Salsabila Kuratun Ain 60 Kurang
6. Putri Amalia 60 Kurang
7. Amiratul M 75 Kritis
8. Zahira Zahra 77 Kritis
9. Sintiani 60 Kurang
10. Patih Saddan 77 Kritis
11. Adinda Debi Pricilia 57 Kurang
12. Epi Ananda 77 Kritis
13. . Alsya Zivilia R 53 Kurang
14. Raisya Alvaro 60 Kurang
15. Citra Rama Dinda 80 Kritis
16. Prabu Rapa 63 Kurang
17. M.Dani 57 Kurang
55
18. Nayra Apipa 63 Kurang
19. Parid 80 Kritis
20. Raisya Azzahra 80 Kritis
Jumlah 12,93
Rata-rata 64,7
Siswa yang tuntas 8
Presentasi ketuntasan 40%
Berdasarkan tabel diatas di peroleh hasil tes berpikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran IPA dengan rata-rata nilai 64,7 pada siklus II, dengan ketuntasan presentase 40%. Yang
dimana hanya 8 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, sedangkan 12
peserta didik masih dalam kategori kurang. Namun peserta didik mengalami peningkatan dari
siklus sebelumnya.
Tabel 21
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus II
No Nama Siswa Jumlah Presentase Keterangan
skor
56
15. Citra Rama Dinda 120 85.7% Sedang
16. Prabu Rapa 114 81.4% Rendah
17. M.Dani 108 77.1% Rendah
18. Nayra Apipa 99 70.7% Sedang
19. Parid 116 82.8% Sedang
20. Raisya Azzahra 110 78.5% Rendah
Jumlah = 1572 %
Rata-rata = 79,6%
Keterangan = Tinggi
Berdasarkan tabel hasil angket di atas, motivasi belajar IPA siswa dengan model think-pair-share
berbantuan Leafleat ditemukan sebesar 79,6lam dalam kategori tinggi.
Di sisi lain, proporsi indikator motivasi meningkat ketika kuesioner yang berisi informasi berikut
digunakan:
Kemauan untuk belajar dan kemauan untuk belajar adalah 79,4% lebih tinggi, Kemauan
untuk belajar dan perlu belajar adalah 77% lebih tinggi, Harapan untuk masa depan dan usaha
sedang, 78,1%. Harapan, mengambil pelajaran sedang 79%, kondusif untuk kegiatan belajar yang
menarik 81% tinggi, kehadiran lingkungan belajar 88% tinggi
Tabel 22
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siklus I Dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
1. Ardian Julianto 62,1% 79.2% Meningkat
57
16. Prabu Rapa 63% 81,4% Meningkat
17. M.Dani 67,1% 77,1% Meningkat
18. Nayra Apipa 67% 70,7% Meningkat
19. Parid 53,4% 82,8% Meningkat
20. Raisya Azzahra 70,3% 78,6% Meningkat
Rata-rata 60% 78,6%
Sumber: hasil penelitian siklusI dan siklus II
Dari hasil data perbandingan di atas siklus I dan siklus II terlihat jelas perbedaan
hasil yang didapat dari setiap peserta didik mengalami peningkatan motivasi belajar yang
cukup tinggi, dengan kata lain peserta didik sudah termotivasi dalam pelajaran namun
belum semua peserta didik memenuhi indikator keberhasilan. Peningkatan peerta didik
memang tidak terlalu tinggi namun memiliki peningkatan dari setiap peserta didik.
Dari beberapa peserta didik yang masih masuk kategori rendah ini sudah hampir
mencapai tinggi, karena prilaku peserta didik masih berubah secara bertahap untuk
meningkatkan motivasi belajarnya. Namun masih ada peserta didik yang masih belum
paham dan memiliki motivasi tinggi untuk menerima pelajara IPA yang diberikan. Namun
dengan adanya model think pair share ini peserta didik lebih semangat dalam
pembelajaran.
Tabel 23
Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus I Dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
1. Ardian Julianto 40 63,3 Meningkat
58
14. Raisya Alvaro 40 60 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 63 80 Meningkat
16. Prabu Rapa 60 63 Meningkat
17. M.Dani 53 57 Meningkat
18. Nayra Apipa 62 63 Meningkat
19. Parid 53 80 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 80 Meningkat
Rata-Rata 54,2% 64,7%
Dari hasi pengolahan data dari siklus I ke siklus I mengalami peningkatan hal ini
terlihat dari perbandingan nilai peserta didik dalam mengerjakan tugas. Meski pada siklus
II ini masih ada peserta didik yang menyontek jawaban teman namun hal ini, dapat di atasi
peneliti saat pengerjaan peneliti berkeliling memperhatikan peserta didik agar mengerjakan
lebih kondusif. Di siklus pertama hanya masuk kategori sedang. Dengan jumlah 11 peserta
didik. Peningkatan ini terlihat di siklus II menjadi 64,7% dengan ketuntasan presentase
40%.
59
a. Refleksi
Refleksi merupakan langkah yang dilakukan setelah mengetahui hasil dan tindakan pada siklus II .
berdasarkan data yang ditampilkan di atas bahwa motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik
belum optimal. Berdasarkan pelaksanaan pada siklus II, maka perlu dilaksanakan perbaikan
kembali pada siklus III. Berdasarkan pengamatan pada siklus II diperoleh beberapa kekurangan
yang dijadikan bahan refleksi yaitu:
1) Terdapat peserta didik yang masih tidak mau berkenan untuk berpasangan dengan peserta
didik lain, ketika melakukan pembagian pasangan kelompok lainnya.
2) Peserta didik masih bingung, hal ini dikarenakan peserta didik masih belum terlalu memahami
model think pair share.
3) Masih adanya peserta didik yang belum berani menyampaikan hasil materinya,
4) Peserta didik masih kurang serius mengikuti kegiatan diskusi dan masih banyak peserta didik
yang mengobrol sehingga menyebabkan kelas menjadi biding.
Berdasarkan kekurangan pada siklus II, maka dilakukan rencana perbaikan yang disusun untuk
siklus III adalah sebagai berikut:
1) Memberika penjelasan kepada peserta didik, bahwa sebaiknya peserta didik tidak hanya
bekerja sama dengan teman sebangku tetapi juga dapat bekerja sama dengan teman satu kelas
lainnya.
2) Memberikan penjelasan lagi bagaimana prosedur model pembelajaran thik pair share
3) Peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berani menyampaikan hasik
diskusinya di depan kelas tanpa merasa malu atau takut, dan untuk teman-temannya untuk
tidak menertawakan temannya jika melakukan kesalahan.
4) Peserta didik diingatkan agar tidak mengobrol diluar materi pelajaran agar kelas menjadi
tenang sehingga pelajaran dapat berjalan lancar.
Tabel 24
Data Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus III
Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata –
No Nama Siswa Rata
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Ardian Julianto √ √ √ √ 3
2 Ahzahra Tri √ √ √ √ 3.25
Oktaria
3 Heni Pratiwi √ √ √ √ 3.5
4 M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 3.75
5 Salsabila Kuratun √ √ √ √ 3
Ain
6 Putri Amalia √ √ √ √ 3
7 Amiratul M √ √ √ √ 3
8 Zahira Zahra √ √ √ √ 3.75
9 Sintiani √ √ √ √ 3.75
10 Patih Saddan √ √ √ √ 3.5
11 Adinda Debi √ √ √ √ 3.75
Pricilia
5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 36
Rata – Rata 3.6
Kategori Baik
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
63
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas aktifitas pendidik pada siklus III memperoleh rata-rata yaitu 3.6,
masuk pada kategori baik. Observasi ini dilakukan oleh tenanga pendidik selaku wali kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa.
3) Data hasil tes
Tes yang dilakukan pada akhir siklus III ini berupa tes dalam bentuk penilaian soal essay
yang berdasarkan indikator berpikir kritis peserta didik. Data hasil tes ini dihasilkan dari 10
butir soal essay yang sudah dikerjakan oleh peserta didik. Berikut ini merupakan data hasil tes
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus III. Berdasarkan analisis data tes evaluasi
pada akhir siklus III diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 26
Rekapitulasi Hasil Penelitian Kemempuan Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus III
No Nama Siswa Jumlah nilai Keterangan
1. Ardian Julianto 73.3 Kritis
2. Ahzahra Tri Oktaria 86.6 Sangat kritis
3. Heni Pratiwi 93 Sangat kritis
4. M. Nuzul Ramil 90 Sangat kritis
5. Salsabila Kuratun Ain 85 Kritis
6. Putri Amalia 87 Kritis
7. Amiratul M 93 Sangat Kritis
8. Zahira Zahra 87 Sangat kritis
9. Sintiani 70 Kritis
10. Patih Saddan 87 Kritis
11. Adinda Debi Pricilia 70 Kritis
12. Epi Ananda 90 Kritis
13. Alsya Zivilia R 73 Kritis
14. Raisya Alvaro 77 Kritis
15. Citra Rama Dinda 87 Kritis
16. Prabu Rapa 93 Sangat kritis
17. M.Dani 83 Sangat kritis
18. Nayra Apipa 85 Sangat kritis
19. Parid 80 Kritis
20. Raisya Azzahra 87 Sangat kritis
Jumlah 1673%
Rata-Rata 84,9%
Siswa Yang Tuntas 17
Presentasi Ketuntasan 85%
64
Berdasarkan tabel di atas peroleh hasil tes berpikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran IPA dengan rata-rata nilai 84,9% pada siklus III, dengan ketuntasan presentase
85%.
Table 27
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus III
No Nama Siswa Jumlah Presentase Keterangan
Skor
Rata-rata = 86. 7%
Keterangan = Tinggi
Tabel 28
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siklus II Dan Siklus III
No Nama Siswa Siklus II Siklus III Keterangan
1. Ardian Julianto 79.2% Meningkat
85%
2. Ahzahra Tri Oktaria 81,4% 85.7% Meningkat
3. Heni Pratiwi 80,7% 75.7% Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 76,4% 90.7% Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 79,2% 87.8% Meningkat
6. Putri Amalia 75,2% 87.1% Meningkat
7. Amiratul M 81,4% 80.7% Meningkat
8. Zahira Zahra 76,4% 85.7% Meningkat
9. Sintiani 79,2% 87.8% Meningkat
10. Patih Saddan 75% 85% Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 77,1% 94.2% Meningkat
12. Epi Ananda 79,2% 90.7% Meningkat
13. Alsya Zivilia R 80% 86.4% Meningkat
14. Raisya Alvaro 75,7% 82.1% Meningkat
15. Citra Rama Dinda 85,7% 85.7% Meningkat
16. Prabu Rapa 81,4% 82.1% Meningkat
17. M.Dani 77,1 84,2 Meningkat
18. Nayra Apipa 70,7 95,7 Meningkat
19. Parid 82,8 84,2 Meningkat
20. Raisya A 78,6 90,7 Meningkat
Rata-Rata 78,6 86,7
Sumber: hasil penelitian siklus II dan siklus III
Dari tabel di atas, maka perubahan motivasi belajar peserta didik pada siklus III
sudah mencapai rata-rata indikator keberhasilah dengan 86,7%. Hal ini terlihat dari
besarnya perubahan motivasi belajar peserta didik yang mencapai pengitungan hasil ini
merupakan pengolahan data daari hail angket yang diisi oleh peserta didik. Banyaknya
peserta didik yang sudah menyadari apa saja yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran agar lebih kondusif. Peserta didiik lebih terkontrol oleh peneliti ssat
pembelajaran. Beberapa peserta didik yang biasa menjadi pembuat keributan di kelas sudah
dapat terkondisikan sehingga pelajaran dalam kelas nyaman.
66
Tabel 29
Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Siklus II Dan Siklus III
No Nama Siswa Siklus II Siklus III Keterangan
1. Ardian Julianto 63,3 Meningkat
73.3
2. Ahzahra Tri Oktaria 53 86.6 Meningkat
3. Heni Pratiwi 75 93 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 75 90 Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 60 85 Meningkat
6. Putri Amalia 60 87 Meningkat
7. Amiratul M 75 93 Meningkat
8. Zahira Zahra 77 87 Meningkat
9. Sintiani 60 70 Meningkat
10. Patih Saddan 77 87 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 57 70 Meningkat
12. Epi Ananda 77 90 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 53 73 Meningkat
14. Raisya Alvaro 60 77 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 80 87 Meningkat
16. Prabu Rapa 63 93 Meningkat
17. M.Dani 57 83 Meningkat
18. Nayra Apipa 63 85 Meningkat
19. Parid 80 81 Meningkat
20. Raisya Azzahra 80 87 Meningkat
Rata-rata 64,7% 83,8%
Dari data hasil perbandingan di atas, terlihat meningkatnya berpikir kritis peserta
didik dalam pelajara IPA dengan penerapan model think pair share menggunakan Leafleat.
Terlihat peserta didik senang dengan mengerjakan tugas bersama kelompok, dan berdiskusi
hasil kelompok masing-masing. Dalam penilaian berpikir kritis ini peserta didik diberi soal
esay dimana pertanyaan dibuat dari materi yang telah diajarkan. Disini peserta didik
diminta untuk mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan. Dalam pengerjaan
tugas peserta didik sudah mulai terbiasa mengerjakan tugas sendiri meski masih ada satu,
atau dua orang yang sedikit mengganggu temannya. Namun hal ini tidak membuat peserta
lain hilang konsen dalam pengerjaan tugas. Namun tidak semua peserta didik yang
meningkat langsung tetapi bertahap.
67
d. Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti pada akhir siklus III menunjukan bahwa
secara umum pembelajaran yang dilakukan pada siklus III berjalan sesuai dengan yang
direncaanakan. Berdasarkan pengamatan, antusias belajar peserta didik saat proses
pembelajaran IPA menggunakan model think pair share berbantu bahan bekas pada
siklus III lebih baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Ini terlihat dari
motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik telah berhasil mencapai kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran think pair share berbantuan
Leafleat baik pada siklus I-III menunjukan adanya aktivitas-aktivitas yang mencerminkan
peningkatan motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik. Untuk lebih lanjut berikut ini data
hasil penghitungan berdasarkan siklus I-III sebagai berikut:
1. Hasil observasi
Berdasarkan hasil yang disusun berdasarkan penilaian observasi yang telah disusun dengan
membuat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas dan motivasi belajar. Berikut adalah
data observasi belajaar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Tabel 30
Data Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I,II Dan III
Siklus Rata-rata
Peserta didik Pendidik
Siklus 1 1.6 2.7
Siklus II 1.9 3.37
Siklus III 2.66 3.6
Dari hasil data diatas terjadi peningkatan peserta didik dalam pembelajaran di kelas, hal ini
terlihat dari hasil rata-rata dari setiap siklus. Dan juga observasi pendidik yang dilakukan selama
penelitian mengalami peningkatan dan perbaikan dalam penyampaian materi di kelas.
68
Gambar 4.1
2 Peserta didik
1.9 pendidik
1.5
1.6
1
0.5
0
siklus I SIKLUS II siklus III
2. Hasil angket
Angket motivasi belajar peserta didik disusun untuk mengetahui
motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran IPA melalui model think
pair share berbantuan Leafleat. Angket ini terdiri dari beberapa penilaian.
Adapun hasil analisis persentase dan kriteria angket motivasi belajar peserta
didik terhadap pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
Tabel 31
Hasil Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus I-III
Siklus Rata-rata Kriteria
I 59,8% Sedang
II 78,6% Tinggi
III 86,7% Tinggi
Dari tabel di atas maka terlihat perubahan nilai rata-rata motivasi belajar peserta
didik berdasarkan angket. Kemudiant dapat disajikan juga dalam diagram
sebagai berikut:
Gambar 4.4
69
Diagram Hasil Angket Motivasi Peserta Didik
100%
80% 86,7%
78,6%
60%
59,8%
40%
Series 1
20%
0%
Dari data tabel dan diagram hasil analisis angket motivasi belajar ilmu
pengetahuan alam dengan penerapan model think pair share berbantuan Leafleat
siklus I yaitu 59,8% meningkat menjadi 78,6% paada siklus III namun belum
memenuhi indikator keberhasilan kemudian di siklus III naik meningkat menjadi
86,7%. Sedangkan peningkatan motivasi belajar setiap indikator berdasarkan
hasil penyebaran angket diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 32
Persentase Motivasi Belajar Peserta Didik Pelajaran IPA Berdasarkan Indikator
Pada Siklus I,II Dan III
I II III
Adanya hasrat dan 61,6% 79,2% 83,7% Meningkat
keinginan belajar
Adanya dorongan dan 58% 78% 87% Meningkat
kebutuhan belajar
Adanya harapan dan cita- 60,8% 77,1% 87,7% Meningkat
Cita
70
Adanya harapan dalam 60,6% 77% 86,3% Meningkat
mengikuti pelajaran
Menimbulkan adanya 59% 80% 83% Meningkat
keinginan yang menarik
dalam belajar
Adanya lingkungan belajar yang
kondusif 56% 82% 85% Meningkat
Dari data tabel di atas, maka perubahan motivasi belajar peserta didik
berdasarkan angket motivasi belajar peserta didik dapat di sajikan dalam
diagram yang dibuat berdasarkan indikator dengan nilai rata-rata setiap jawaban
peserta didik sebagai berikut:
Gambar 4.5
100%
Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I,II, Dan III
90%
80%
70%
60%
50%
40% Siklus I
30% Siklus II
20% Siklus III
10%
0%
123456
Indikator Motivasi Belajar
Dari data tabel dan grafik diperoleh hasil analisis angket motivasi belajar
untuk setiap indikator motivasi belajar IPA siswa dengan menerapkan model
think-pair-share yang didukung oleh Leafleat selama siklus I sampai III
meningkat. Analisis angket motivasi belajar menunjukkan bahwa melalui model
Think Pair Share yang didukung oleh Leafleat, persentase motivasi belajar IPA
siswa meningkat sebesar 59,8% pada siklus I, 78,6% pada siklus II, dan
71
meningkat 86%, 7% . Sedangkan peningkatan motivasi untuk masing-masing
indikator berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data sebagai berikut:
a) 79,2% dengan izin tinggi dan 83,7% dengan kualifikasi tinggi ke-3.
b) Ada kebutuhan akan bantuan dan pembelajaran. Yakni, 58 kualifikasi rendah
pada siklus I, 78 pada siklus II dan 87,8 kualifikasi tinggi pada siklus III.
c) Adanya harapan dan cita-cita meningkat lagi menjadi 60,8% pada siklus I,
77,1% pada siklus II dan 87,8% pada siklus III.
d) Keinginan mengikuti ajaran meningkat menjadi 60,6% pada siklus I, 77%
pada siklus II, 86,3% pada siklus III.
e) Membangkitkan keinginan yang menarik pada siklus pertama dengan kondisi
rendah, kemudian pada siklus kedua menjadi 80n, dan pada siklus ketiga
meningkat menjadi 83D
f) Adanya lingkungan yang mendukung 56% pada siklus kedua, 82% pada
siklus II, dan meningkat menjadi 85 dengan kualifikasi tinggi pada siklus III.
3. HASIL UJIAN
Berdasarkan hasil tes lisan dan tulis berupa total 10 soal esai dari hasil soal ujian
untuk Siklus I, II dan III. Pelaksanaan tes dalam penelitian ini dijalankan pada
setiap akhir siklus. Berikut adalah tabel perbandingan hasil tes siklus.
Tabel 33
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Motivasi Belajar Siswa
No Nama siswa Pra Siklus Siklus Siklus Rata Keterangan
siklus 1 2 3 –
Rata
1. Ardian Julianto 52 87 79 85 75 Meningkat
2. Ahzahra Tri Oktaria 50 82 81 86 75 Meningkat
3. Heni Pratiwi 60 80 82 86 77 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 60 99 76 90 81 Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 61 82 79 85 77 Meningkat
6. Putri Amalia 55 77 78 87 75 Meningkat
7. Amiratul M 60 71 81 81 73 Meningkat
8. Zahira Zahra 54 77 79 85 74 Meningkat
9. Sintiani 62 78 79 87 77 Meningkat
10. Patih Saddan 65 75 75 85 77 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 56 72 77 94 75 Meningkat
12. Epi Ananda 62 78 79 91 76 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 60 73 80 86 75 Meningkat
14. Raisya Alvaro 55 79 80 82 74 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 53 80 85 86 76 Meningkat
16. Prabu Rapa 67 77 81 82 77 Meningkat
19. Parid 62 82 94 95 84 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 75 78 90 95 Meningkat
Rata -Rata 57% 68% 75% 86%
Gambar 29
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Motivasi Belajar Siswa
Tabel 34
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Berpikir Kritis
73
No Nama Data Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata- Keterangan
siswa Awal rata
74
1. Ardian Julianto 40 45 63 Meningkat
73 54
2. Ahzahra Tri Oktaria 43 43 53 86 56 Meningkat
3. Heni Pratiwi 70 72 75 93 77 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 40 60 75 90 72 Meningkat
5. Salsabila Kuratun 65 70 60 85 71 Meningkat
Ain
6. Putri Amalia 50 50 60 87 62 Meningkat
7. Amiratul M 57 60 75 93 73 Meningkat
8. Zahira Zahra 73 75 77 87 71 Meningkat
9. Sintiani 61 70 72 75 70 Meningkat
10. Patih Saddan 46 70 77 87 70 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 47 67 57 70 60 Meningkat
12. Epi Ananda 40 63 77 90 67 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 48 70 78 83 70 Meningkat
14. Raisya Alvaro 60 80 85 90 79 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 70 80 85 87 81 Meningkat
16. Prabu Rapa 68 78 87 93 82 Meningkat
17. M.Dani 70 73 89 95 82 Meningkat
18. Nayra Apipa 77 78 82 98 84 Meningkat
19. Parid 53 70 80 81 71 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 73 80 87 76 Meningkat
Rata-Rata 57% 68% 75% 87%
Gambar 30
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Berpikir Kritis
75
D. Pengujian Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hipotesis perilaku yang diidentifikasi pada bab sebelumnya,
hipotesis perilaku adalah:
Hasil penerapan model thinking pair sharing menggunakan materi leaflet pada
tindakan siklus 1, 2 dan 3 berhasil digunakan Pembelajaran IPA Kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung im., terlihat pada hasil setiap akhir
siklus, meningkat menjadi 59% pada siklus I, 78,6% pada siklus II, dan 86,7%
pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa Kelas V MI Masyariqul Anwar
Dupa Bandar Lampung menjadi lebih proaktif dan memiliki motivasi dan
pemahaman yang tinggi.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan untuk menilai berpikir kritis siswa,
skor berpikir kritis naik menjadi rata-rata 54,2% pada siklus pertama, 83 pada
siklus ketiga, Kita dapat melihat bahwa metrik naik 70%. Setelah menerapkan
model Think Pair Share dan mengambil tindakan dengan dukungan Leafleat,
siswa menjadi lebih antusias mengikuti kelas sains. Siswa sangat aktif,
mendengarkan penjelasan guru. Pencarian harus berhasil. Pada Siklus III indeks
keberhasilan belajar tercapai dan pembelajaran perilaku kelas dapat
diselesaikan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpualan
Berdasarkan rangkaian penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
oleh peneliti diperoleh hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada BAB sebelumnya bahwa aktivitas belajar peserta didik kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung, aktif pada saat pembelajaran IPA
dengan menggunakan model think pair share berbantuan Leafleat. Kemudian,
adanya peningkatan motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik dengan
model think pair share berbantuan Leafleat pada mata pelajaran IPA serta
memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan ajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode think pair
share (TPS) berbantuan Leafleat dapat meningkatan hasil belajar IPA pada
peserta didik di MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti
memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
Tenaga pendidik perlu menerapkan model pelajaran think pair share yang
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan berpikir kritis peserta didik
lebih tinggi
77
78