Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman dicirikan sebagai kapasitas individu untuk menguraikan, menguraikan,
menafsirkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri khususnya tentang
informasi yang telah diterimanya.1Pemahaman seperti yang ditunjukkan oleh Sprout
dicirikan sebagai kapasitas untuk mempertahankan materi atau materi yang dipelajari. 2
Bergantung pada hipotesis ini, pemahaman dapat dicirikan sebagai seberapa banyak
siswa dapat memahami, menyerap dan memahami materi atau menunjukkan materi
yang diberikan oleh pendidik kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
dan memahami apa yang dilihat, dipelajari, dialami, dan dipahami. pasti siswa merasa
tergantung pada hasil pemeriksaan atau persepsi langsung yang telah dibuat.
Sedangkan ide adalah sesuatu yang tercermin dalam jiwa, pikiran, atau suatu
susunan. 3 Ide diperoleh dari kenyataan, kejadian, pertemuan, atau melalui spekulasi
dan spekulasi unik yang digunakan untuk memperjelas dan meramalkan. Area ide
dalam pembelajaran sains sangat penting untuk item yang menggabungkan realitas
sains. Hal ini juga sesuai dengan Susanto yang menjelaskan bahwa ide sains adalah
pemikiran yang menggabungkan realitas sains.
4
Bergantung pada pengertian di atas, memahami gagasan sains dapat dicirikan
sebagai kemampuan siswa untuk memahami suatu gagasan atau kebenaran dan
memiliki pilihan untuk menangani suatu masalah atau masalah baik secara lisan atau
direkam sebagai hard copy menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengubah
makna dari sebuah ide. Memahami ide-ide sangat penting, karena dengan otoritas ide
siswa akan lebih mudah untuk menguasai suatu informasi.
Chairul Anwar dalam bukunya mengatakan bahwa mendidik adalah tugas manusia
untuk mengarang data yang diperoleh dari dasar formal dan santai dalam membantu
koneksi perubahan sehingga mereka dapat mencapai kualitas biasa.

1
Muhamad dan Uno, “Belajar Dengan Menggunakan Pailkem”, 2015 hal,59
2
Renita, “Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat- Sifat Cahaya Melalui Model CTL
Pada Peserta Didik Kelas V SD”, (SkripsiFakultasKeguruan, Vol. 03, No. 03, Juli
2018).
3
Daryanti, “Evaluasi Pendidikan”, (Jakartaa:RinekaCipta, 2015), h. 108.
4
Ahmad, “Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar”,
(Jakarta:PrenadamediaGrup, 2017), h. 169.

5
Dalam setiap contoh pendidik berusaha untuk lebih menekankan pada

1
pemahaman ide-ide sehingga siswa memiliki pengaturan alasan yang layak untuk
mencapai kapasitas penting lainnya yaitu berpikir, korespondensi, asosiasi, dan berpikir
kritis. Pemahaman ide adalah tingkat hasil belajar intelektual siswa sehingga dapat
mencirikan atau memperjelas sebagian atau ciri materi contoh dengan memanfaatkan
kalimatnya sendiri. Dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan atau mencirikan,
maka pada saat itu siswa tersebut telah memahami ide atau standar dari sebuah ilustrasi
meskipun penjelasan yang diberikan memiliki struktur kalimat yang tidak setua ide
yang diberikan namun signifikansinya adalah sesuatu yang mirip.
Penanda yang dapat digunakan sebagai titik acuan keberhasilan untuk
menentukan pemahaman siswa adalah: 1) Retensi materi yang ditampilkan yang dididik
mencapai maksimal 2) Evaluasi yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran
dilakukan oleh siswa. 6Berdasarkan hasil pertemuan dengan guru kelas 5 MI
Masyariqul Anwar Dupa yang dibimbing oleh pencipta, terungkap bahwa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena belum
adanya pemahaman gagasan siswa tentang materi pembelajaran. Ia juga mengatakan
bahwa dalam latihan KBM instruktur telah memanfaatkan materi peragaan, namun
materi penyemangat yang digunakan disiapkan untuk memanfaatkan materi peragaan
seperti modul, Bupena, dan LKS. Selama pembelajaran, pendidik tidak pernah
menggunakan bahan peragaan atau peragaan lain selain bahan ajar tersebut. Instruktur
juga mengungkapkan bahwa dalam latihan belajar dan mengajar lebih sering
menggunakan strategi bercerita di kelas.
7
Tergantung pada efek samping dari persepsi, siswa kurang tertarik pada
KBM. Hal ini disebabkan oleh:
1) Teknik yang sering digunakan dalam pembelajaran strategi bercerita, sehingga siswa
merasa lelah dalam mengambil minat belajar.
2) Dalam latihan KBM lebih sering menggunakan buku Bupena, dimana dalam buku
tersebut terdapat banyak materi pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik untuk
membaca karena materi dalam buku tersebut berlebihan dan berulang-ulang.
Hal ini dapat mengganggu proses belajar mengajar siswa, sehingga siswa
tidak memahami materi yang diajarkan dan dengan demikian dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Pernyataan ini dibangun oleh informasi hasil belajar siswa yang
digambarkan pada tabel 1.1 di bawah ini:

6
ChairulAnwar,“HakikatManusiaDalamPendidikanSebuahTujuanFilosofis”,
(Yogyakarta:Suka Press, 2014), h. 73
7
IdaFiteriani,“StudiKomparasiPerbedaanPengaruhPemahamanKonsepDanPenguasaanK
eterampilanProsesSainsTerhadapKemampuanMendesainEksperimenSain”,
(JurnalPendidikanDanPembelajaranDasar, Juni2017),h. 46-81.

2
Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V pada saat
ulangan harian rendah, tepatnya hanya 32,1% siswa yang memenuhi standar KKM
sedangkan 68,9% siswa belum memenuhi KKM. Artinya 92 dari 134 siswa belum
memenuhi KKM. Berdasarkan penegasan tersebut, cenderung beralasan bahwa tingkat
pemahaman gagasan dalam mata pelajaran IPA masih sangat rendah sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas, hal ini dikarenakan salah satu penyebab
tidak adanya variasi dalam pemanfaatan materi tayangan yang digunakan oleh pengajar
selain pendidik juga tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga membuat siswa
kurang tertarik untuk membaca dan memahami pembelajaran. materi yang telah
diberikan. Dengan adanya kendala dalam menampilkan materi seperti buku yang
digunakan, pengajar perlu membuat dan memvariasikan materi presentasi yang menarik
dengan harapan dapat meningkatkan keuntungan siswa dalam membaca yang dapat
dilihat dari keinginan untuk membaca aset pembelajaran dan pada akhirnya
mempengaruhi perluasan informasi siswa.
Pilihan yang dapat bekerja dengan sistem pembelajaran adalah dengan
memanfaatkan bahan ajar yang mudah dipahami oleh siswa untuk melatih pemahaman
siswa terhadap ide-ide. Pemanfaatan bahan ajar merupakan inovasi pendidik untuk
membantu siswa dalam memahami dan mengasimilasi data dalam ilustrasi, mengingat
kualitas siswa di kelas yang heterogen, salah satu bahan ajar yang dapat dimanfaatkan
adalah materi handout. Leafleat adalah salah satu bahan cetak yang tersusun berupa
lembaran-lembaran yang digulung namun tidak digulung atau dijilid. Agar terlihat
menarik, pamflet biasanya disusun secara cermat dengan representasi dan
menggunakan bahasa yang lugas, singkat dan lugas.

9
LilisNovitasari
danLeeonard,“PengaruhKemampuanPemahamanKonsepMatematikaTerhadap
HasilBelajar”, FTMIPAUniversitasIndraprasta, (15Desember 2017).
10
AbdulMajid,“PerencanaanPembelajaran”,(Bandung:PTRemajaRosdakarya,2017),
h.1177.

3
Selebaran sebagai materi pameran juga harus berisi materi yang dapat digunakan siswa
untuk menguasai setidaknya satu keterampilan penting. Substansi dalam materi yang
ditampilkan dapat berupa kalimat, gambar atau campuran. Data diambil dari beberapa
sumber belajar yaitu dua buku dan web yang dirangkum menjadi satu seperti leaflet ini.
10
Dalam ulasan ini, pembuat menggunakan materi instruksi pamflet yang
telah dibu at oleh berbagai ahli. Dalam ulasan tersebut dikatakan bahwa materi pamflet
dipetik karena pamflet itu unik dibandingkan untuk dibawa digenggam,
siswamalasmenyampaikan. Selebaran adalah hal yang wajar dan sederhana untuk
disampaikan ke mana saja. Flyer didesain dengan nada dinamis dan gambar yang
menarik inspirasi siswa untuk belajar dengan media pamflet. Dalam selebaran tersebut
terdapat peta jiwa yang direncanakan sejelas mungkin menggunakan gambar-gambar
yang sepenuhnya bertujuan untuk membantu siswa dalam mengingat dan memahami
materi. Materi yang terkandung di dalamnya juga dikemas dalam bahasa yang
sederhana dan benar-benar kompak, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi yang ditampilkan dalam pembelajaran.
Hasil penelitian Merta mengungkapkan bahwa dampak penggunaan pamflet
yang menunjukkan materi dapat disimpulkan bahwa mengambil menggunakan pamflet
mempengaruhi daya pikir siswa, khususnya perspektif mendapatkan (C2) pada kelas uji
coba (96,25) sedangkan kelas kontrol (68,54). . Demikian pula akibat dari pemeriksaan
Aini menyatakan bahwa terbiasa menggunakan materi pamflet mempengaruhi prestasi
belajar siswa, yaitu 18,44 dari prestasi belajar siswa sebelum mengambil materi ajar
menggunakan handout.
12
Dilihat dari hasil pemeriksaan Endah Tri Septiani menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini ditopang dengan peningkatan latihan
siswa dan reaksi positif terhadap pemanfaatan bahan ajar pamflet. Konsentrat ini juga
menunjukkan bahwa 100% Siswa sependapat bahwa materi ilustrasi dalam pamflet
disusun secara efisien sehingga materi lebih jelas, dan tidak membosankan. 13Masalah
mendasar yang sering dilirik oleh pelatihan di sekolah adalah lemahnya dominasi
materi oleh siswa, mengingat untuk mata pelajaran IPA. Prestasi dalam sistem
pembelajaran dijunjung tinggi oleh pendidik dalam pembelajaran. Instruktur bukanlah
sumber informasi utama bagi siswa tetapi sebagai fasilitator penting, khususnya dengan
membangun iklim belajar yang dapat mendorong siswa untuk puas dan bersemangat
untuk belajar.

Riswinarni,“PengembanganLeafletSebagaiMediaPembelajaranIPAPadaMateriRangka
11

Manusia”, (Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogi, Universitas Ahmad


Dahlan,2016)

Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik adalah menggeser tayangan
materi sebagai aset pembelajaran yang dapat menonjol bagi siswa untuk memahaminya.

4
Pemanfaatan materi pamflet ini disertai dengan model pembelajaran Think Pair Offer
(TPS) yang menyenangkan.
Arends (dalam Trianto, 2009:81) menyatakan bahwa TPS merupakan metode
yang berhasil untuk mengubah iklim desain percakapan kelas. TPS merupakan salah
satu jenis model pembelajaran bermanfaat yang dalam pelaksanaannya menitikberatkan
pada siswa dalam melakukan penelusuran gagasan materinya sendiri dalam
pembelajaran dengan cara berpikir (Think), dua per dua (Pair), dan menawarkan sudut
pandang (Offer). Dalam pembelajaran menyenangkan TPS semacam ini, siswa belajar
dua-dua sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman
(teman). Dengan berpikir dua per dua, siswa akan terdorong untuk mencari dan
mendapatkan ide dengan asumsi mereka dapat membicarakan masalah ini dengan
teman-temannya.
Hasil pengujian yang telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan menunjukkan
bahwa pembelajaran yang menyenangkan sangat mempengaruhi perkembangan hasil
belajar siswa selanjutnya. Hasil tinjauan Pramudiyanti (2006: 430) menyimpulkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar normal sebelum dan sesudah menggunakan model
TPS yang meningkat sebesar 83,78%. Sejalan dengan itu, Yulfisa (2007: 35)
menyimpulkan bahwa TPS memiliki pilihan untuk meningkatkan tingkat skor otoritas
ide normal siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,7% dan siklus 2 ke 3 sebesar 4,4.
Berdasarkan landasan di atas, maka pakar memandang penting untuk
mengarahkan penelitian tentang “dampak penggunaan materi pamflet dengan model
pembelajaran yang ramah lingkungan tipe TPS terhadap pemahaman ide-ide IPA pada
siswa Kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa tahun 2021/2022 Tinjauan ini diharapkan
dapat memutuskan dampak materi pemaparan materi dengan model pembelajaran TPS
terhadap latihan siswa dan hasil belajar siswa.

12
Merta,“PenggunaanBahanAjarLeafletDenganPembelajaranSTADTerhadapPenguasaa
nKonsepPadaMateriPokokSistemPernapasan”,
(BandarLampung,SekripsiUniversitasLampung, 2012).
13
EndahTriSeptiani,TriJalmo,BertiYolida,“PenggunaanBahanAjarLeafletTerhadapHasil
BelajarSiswa”,(e-mail:endahtriseptiani@yahoo.co.id)

5
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari landasan permasalahannya, permasalahan dalam tinjauan ini
adalah:
1. Kurangnya pemahaman ide-ide sains mahasiswa tentang materi kerangka tubuh
manusia.
2. Selam ilustrasi, BUPNA yang digunakan masih banyak mengandung materi.
Pemanfaatan materi pamflet dalam pembelajaran IPA dalam proses
pembelajaran belum pernah dilakukan di MI Masyariqul Anwar Dupa.
3. Adanya pembatasan sekolah dan pendidik dalam memberikan dan membuat
bahan ajar.

C. Batasan Masalah
Masalah eksplorasi ini dibatasi pada:
1. Pemahaman mahasiswa terhadap ide-ide sains diperkirakan secara unik pada
tingkat intelektual mahasiswa semester lima di MI Masyariqul Anwar Dupa.
2. Ujian diterapkan pada materi tubuh manusia pada semester genap tahun 2021.
3. Ujian menggunakan pamflet yang menampilkan materi dengan model
pembelajaran bermanfaat tipe TPS pada pemahaman gagasan sains pada siswa
kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa tahun 2021/2022.

D. Rencana Penerbitan
Berdasarkan landasan, mengeluarkan bukti yang dapat dikenali dan definisi
masalah, maka rencana masalah ujian adalah sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh
penggunaan materi Leafleat dengan model pembelajaran yang menyenangkan tipe
TPS terhadap pemahaman ide-ide sains pada siswa Kelas V? dari MI Masyariqul
Anwar?".

E. Destinasi Eksplorasi
Motivasi yang melatarbelakangi kajian ini adalah “Untuk mengetahui dampak
pemanfaatan materi pamflet terhadap pemahaman konsep kerangka tubuh manusia
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa.

F. Keuntungan Eksplorasi
Hasil eksplorasi diandalkan untuk menjadi berharga:

1. Untuk Mahasiswa
Dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan memanfaatkan materi
pamflet sehingga terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap ide-ide sains.

6
2. Untuk Pendidik
Memberikan pilihan dalam pemanfaatan materi peragaan dalam mata pelajaran IPA.

3. Untuk Sekolah
Sebagai data dalam mengerjakan sifat pengajaran dan penemuan yang akan
mempengaruhi sifat pelatihan sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian


Untuk menghindari kontras dalam isu-isu yang dirujuk dan fokus pada judul dalam
ulasan, cakupan eksplorasi ini adalah:
1. Objek Penelitian
Pemahaman ide-ide ilmu di mahasiswa dengan memanfaatkan materi yang
menunjukkan materi tentang materi Struktur Tubuh Manusia.
2. Subjek Penelitian
Siswa kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa.

H. Definisi Fungsional Variabel


Untuk menghindari terjadinya berbagai terjemahan istilah yang terkandung dalam
ulasan ini, penting untuk mengajukan beberapa klarifikasi sebagai berikut:
1. Handout terdiri dari cetakan yang menunjukkan bahan-bahan sebagai lembaran
yang dilipat namun tidak dibuka. Agar terlihat menarik, pamflet biasanya dibuat
dengan garis besar dan menggunakan bahasa yang lugas, singkat, dan lugas. Pamflet
sebagai materi pameran juga harus berisi materi yang dapat digunakan siswa untuk
menguasai setidaknya satu keterampilan penting. Handout adalah media berupa
selembar kertas dengan gambar dan tulisan (biasanya lebih banyak teks) pada kedua
sisi kertas dan diciutkan sehingga kecil dan berguna untuk disampaikan.
2. Pemahaman ide adalah kapasitas yang dibutuhkan individu untuk mengembalikan
informasi yang telah diperolehnya baik dalam struktur lisan maupun terstruktur
kepada individu sehingga individu tersebut benar-benar mendapatkan apa yang
disampaikan. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mencirikan, maka pada
saat itu siswa tersebut telah memahami ide atau standar suatu contoh meskipun
penjelasan yang diberikan memiliki struktur kalimat yang tidak setua ide yang
diberikan namun signifikansinya. adalah sesuatu yang mirip.
3. Pembelajaran yang menyenangkan (TPS) adalah memahami prosedur pengajaran
yang melibatkan siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Untuk
situasi ini latihan belajar dan belajar siswa di kelas-kelas bermanfaat adalah belajar
bersama dalam pertemuan-pertemuan kecil. Setiap perkumpulan terdiri dari
mahasiswa yang memiliki kapasitas keilmuan yang berbeda-beda. Dalam
penggunaan pembelajaran yang menyenangkan, siswa akan belajar dalam
kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk memahami sebuah ilustrasi,
memeriksa dan merevisi jawaban dan latihan yang berbeda sepenuhnya bertujuan
untuk mencapai hasil belajar yang terbaik.

7
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. BahanAjar
Materi yang ditampilkan adalah seluruh jenis bahan atau bahan yang sengaja
disusun yang digunakan untuk membantu pendidik atau guru dalam menyelesaikan
latihan-latihan pembelajaran untuk menciptakan iklim atau lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Materi peragaan juga disebut materi
pengajaran.14 Materi pelatihan yang akan digunakan oleh pengajar harus disesuaikan
dengan isi rencana pendidikan yang akan dicapai oleh siswa. Seorang pengajar harus
dapat memilih atau menggunakan bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam
belajar, tidak mempersulit siswa dalam belajar.
Menampilkan materi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
kecukupan kegiatan pembelajaran.15 Oleh karena itu, sebagai seorang guru,
seseorang harus memiliki inovasi dalam memilih atau memberikan materi pelatihan
yang akan dimanfaatkan. Materi peragaan dibagi menjadi dua, yaitu materi peragaan
khusus dan materi ajar tidak tertulis. Materi pameran yang disusun dapat berupa
buku, modul, gambar/foto, maket, hadiah, pamflet, dan pamflet. Sedangkan materi
tayangan tidak tertulis dapat berupa kaset, radio, piringan hitam, dan lingkaran
minimal suara. Dalam penentuan materi peragaan, pengajar harus menyesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik agar materi peragaan yang digunakan dapat bekerja
sama dengan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dalam latihan pembelajaran, materi peragaan digunakan untuk mengarahkan
siswa dalam mempelajari suatu kemampuan atau kemampuan esensial secara sadar
sehingga siswa dapat menguasai seluruh materi. 16 Dengan pemanfaatan materi
peragaan, siswa juga dapat menyesuaikan diri secara mandiri pendidik hanyalah
fasilitator dari latihan belajar. Pendidik dapat lebih efektif menyampaikan latihan
pembelajaran karena siswa sudah memiliki materi peragaan masing-masing
sehingga sebelum pembelajaran diberikan instruktur meminta agar siswa fokus pada
materi di rumah.

14
OemarHemalik,“Dasar-DasarPengembanganKurikulum”,
(Bandung:RosdaKarya,2013), h. 139.
15
MeilanArsanti,“PengembanganBahanAjarMataKuliahPenulisanKreatifitasBermuatan
Nilai-NilaiPendidikanKarakter Religius”,(JurnalKredo,Vol.1,No.2,April2018).
16
Anni, “Upaya Guru Dalam Pemanfaatan Bahan Ajar Pada Kelas I Di
MINPurwokerto”, (SKRIPSIFakultasTarbiyahdanKeguruan,Mei2017).

8
Pemanfaatan materi peragaan dapat menimbulkan minat dan inspirasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran.17 Dengan pemanfaatan materi peragaan, siswa dipusatkan
pada pendidik, namun pada materi ajar. Pendidik juga harus imajinatif dalam
menciptakan materi pembelajaran, agar siswa tidak kelelahan dalam memanfaatkan
materi pembelajaran tersebut. Selama latihan pembelajaran, pendidik tidak perlu
membidik hanya pada satu materi ajar. Pendidik dapat memanfaatkan materi
pertunjukan yang khas agar siswa tidak merasa lelah. Misalnya, dalam mempelajari
ilmu tentang desain tubuh manusia, pendidik dapat memanfaatkan materi peragaan
selain bacaan sebagaimana ilustrasi, maket, maupunhandout.
Dari beberapa sudut pandang tentang pentingnya materi peragaan di atas, kita
dapat memahami bahwa materi peragaan sebagian besar merupakan jenis materi yang
digunakan untuk membantu pengajar dalam melakukan latihan belajar mengajar di
ruang belajar. Misalnya, buku, modul, freebees, lembar kerja, pamflet, handout, maket,
materi tayangan media umum, materi tayangan cerdas, dll. Materi tayangan tentu
mengandung materi atau topik yang harus dikuasai siswa agar mampu menyelesaikan
tugas pokoknya. kemampuan yang telah ditentukan. Dengan cara ini, materi peragaan
digunakan untuk menonjolkan siswa dalam membaca latihan disampaikan Arikunto,
keunggulan siswa dalam belajar akan meningkat bila materi yang diajarkan sesuai
dengan kebutuhan siswa.

1. Alasan Materi Edukasi


Materi pertunjukan diatur dengan target sebagai berikut:
A. Memberikan permintaan program pendidikan dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa, khususnya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
B. Membantu mahasiswa dalam mendapatkan materi kuliah pilihan meskipun bacaan-
bacaan mata kuliah yang terdapat sulit didapat 19

2. Keuntungan dari Bahan Pengajaran


Menampilkan materi memiliki banyak keuntungan dalam pembelajaran, khususnya,
A. Keuntungan bagi instruktur
1) Instruktur dapat menghemat waktu tambahan dalam pembelajaran. Dengan
menggunakan materi peragaan guru lebih mudah menjelaskannya karena siswa
sudah memiliki materi pendampingan untuk dipelajari.

Joko, “Keefektifan Pemanfaatan Bahan Ajar Dengan


17
Media Simulasi
UntukMeningkatkan Pemahan Konsep Dan Keterampilan Belajar Siswa”,
(SkripsiPendidikanFisika,2014).

9
2) Mengubah tugas instruktur dari seorang pendidik menjadi fasilitator. Siswa dapat
beradaptasi secara mandiri, baik di sekolah maupun di rumah. Instruktur hanya akan
langsung jika siswa mengalami masalah dalam belajar.
3) Memperoleh dengan program pendidikan penyesuaian siswa. digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa
hambatan.
4) mengembangkan lebih lanjut sistem pembelajaran menjadi lebih menarik dan
intuitif. Siswa mendapatkan materi dari pendidik, namun siswa dapat beradaptasi
secara bebas dengan memanfaatkan materi pembelajaran yang telah diberikan.
5) Sebagai pembantu bagi guru yang akan mengkoordinasikan setiap latihannya dalam
sistem bahan wajib harus siswa.
6) Perangkat penilaian dan kewenangan hasil belajar.
7) Mengubah tugas instruktur dari seorang pendidik menjadi fasilitator. Siswa dapat
beradaptasi secara mandiri, baik di sekolah maupun di rumah. Instruktur hanya akan
langsung jika siswa mengalami masalah dalam belajar.
8) Mendapat materi sesuai program pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan siswa
yang beradaptasi. Bahan ajar yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa hambatan.
9) mengembangkan lebih lanjut sistem pembelajaran agar lebih berhasil dan intuitif.
Siswa mendapatkan materi dari pendidik, namun siswa dapat beradaptasi secara
mandiri dengan memanfaatkan materi pembelajaran yang telah diberikan.
10) Sebagai pembantu bagi pengajar yang akan mengkoordinir setiap latihannya dalam
sistem kemampuan harus siswa.
11) Perangkat penilaian atau kewenangan hasil belajar.

B. Keuntungan bagi mahasiswa:


1) Siswa dapat beradaptasi dengan bebas. Instruktur hanya siswa.
2) Siswa di mana yang Anda butuhkan.
3) Materi peragaan, siswa dapat mengubah tingkat pemahaman mereka sesuai
dengan kecepatan mereka sendiri.

18
EuisKarwati,danDonniJuniPriansa,ManajemenKelas(Jakarta:Alfabeta,2016),h.223.
19
Ibid.,h.98.

10
4) Siswa dapat mengambil sesuai dengan permintaan untuk pengambilan mereka
sendiri.
5) Membantu siswa yang cenderung menjadi siswa yang mandiri.
6) Sebagai pembantu bagi siswa yang akan mengkoordinasikan setiap latihannya dalam
sistem pembelajaran dan merupakan substansi kemampuan yang harus dipelajari dan
dikuasai20.

3. Macam-macam Bahan Pengajaran


Materi pameran dirangkai menjadi empat, lebih spesifiknya:
A. Materi pertunjukan yang cerdas seperti lingkaran konservatif yang intuitif.
B. Materi peragaan pendengaran (bunyi) adalah materi instruksional yang harus
diperhatikan, lingkaran minimal suara.
C. Peragaan pendengaran (media umum) adalah dijangkau indera piringan kecil.
D. Materi tayangan tercetak adalah materi ajar yang harus indera freebees, pamphlet.

B. Leaflet
Leaflet adalah salah satu barang cetakan yang tersusun yang menunjukkan
bahan-bahan berupa lembaran-lembaran yang dapat digulung namun tidak digulung.
Agar terlihat memikat, pamflet umumnya direncanakan dengan cermat dengan
representasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, padat, dan lugas. Handout
sebagai materi presentasi diikuti oleh siswa setidaknya. 22 Pamflet adalah berupa
menulis (serius menulis) di dan runtuh sedikit fungsional. menyampaikan. diciutkan

20
AndiPrastowo,“PanduanKreatifMembuatBahanAjarInovatif”,
(Yogyakarta:DivaPerss,2015), h.24-25.
21
Ibid,h. 40-41.
22
AbdulMajid, Oop.Cit,hal.170.
23
Erma Indriyani, “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Hasil
BelajarIPA Siswa Kelas VIII SMP PGRI 6 Bandar Lampung”, (PendidikanBiologi
UINRaden Intan”,,Bandar Lampung,2016), h. 34-35.

11
Flyer adalah jenis penyampaian data potongan diciutkan. data campuran. Data
dua dan web, dirangkai sebagai handout ini. Sedangkan Kholid mencirikan handout
sebagai jenis media distribusi sebagai pamflet dengan ukuran tertentu, diperkenalkan
sebagai potongan kertas runtuh, sebagian besar 2-3 lipatan dan tanpa volume.
Berbeda dengan pengertian pamflet di atas, dapat disimpulkan bahwa handout
yang dicetak menunjukkan materi sebagai selembar dipecah data untuk situasi sebagai
topik representasi.

1. Pembuatan Pamflet
Menjadikan selebaran sebagai bahan penyemangat untuk menyertakan hal-hal
berikut:
A. Judul di flyer bisa didapat dari Essential Skills atau topik perolehan.
B. Materi yang ditampilkan ini hanyalah selembar kertas yang di bagi menjadi 3, dan
direncanakan dengan susah payah dengan outline perhatian siswa.
C. Data-data yang terdapat dalam materi tayangan ini diklarifikasi secara jelas, padat,
penuh rasa ingin tahu dan fokus pada pengenalan penggunanya.
D. Yang pertunjukan mandiri dalam pertemuan, misalnya menyimpulkan atau
membaca makan malam. Bagaimanapun, sebagian besar dalam materi pertunjukan
ini saat ini dilengkapi dengan pertanyaan atau pertanyaan yang mungkin dilakukan
oleh siswa

2. Isi Pesan di Pamflet


Substansi pesan atau data dalam flyer harus diketahui secara pasti oleh individu
yang membacanya. Seperti yang ditunjukkan oleh Jalaludin Rahmat, ada beberapa
kerangka kerja untuk mengumpulkan pesan, secara spesifik:
A. (Pertimbangan), menyiratkan bahwa substansi dari materi yang menunjukkan materi
harus menarik dalam pertimbangan klien atau pengguna.
Perlu, menyiratkan bahwa pesan yang disampaikan dalam pamflet yang menunjukkan
materi harus siswa. Kesiapan menampilkan materi ini harus fokus pada keterampilan
penting atau memperoleh petunjuk yang harus dikuasai oleh siswa.

DiniFitriyantiPutri,“PengembanganBahanAjarLeafletSiswaKelasIIISDNTorongrejo
24

01 Batu”, (Skripsi Program Studi UniversitasMuhamadiyahMalang, 2017).

12
B. (Fulfillment), mengandung arti bahwa inspirasi membaca bagi siswa memberi
semangat kulminasi, dll.
C. Representasi (persepsi), mengandung pengertian bahwa pesan yang disampaikan
dalam materi tayangan serta perencanaan kecil siswa untuk.
D. Aktivitas, menyiratkan bahwa data yang terkandung dalam materi yang
menunjukkan materi harus memiliki opsi untuk menghidupkan pengguna siswa terus
materi ini secara lebih teratur agar siswa dapat memahami ide dengan baik.

3. Komponen Pemanfaatan Flyer


Selebaran harus terbuka, untuk menonjol secara spesifik, menarik minat dan
membuat kesan. Apakah selebaran terbuka atau tidak ditentukan oleh beberapa
elemen, seperti yang digambarkan di bawah ini:
A. Komponen Struktur
Struktur menyampaikan faktanya dipahami.Pamflet berbentuk persegi panjang
yang dipecah menjadi tiga bagian yaitu biasa, praktis. Materi tayangan sulit
disampaikan.
B. faktor bayangan
Penggunaan shading dalam materi pameran handout sangat penting, karena
materi ilustrasi atau sketsa para kliennya.
C. Faktor delineasi
Untuk tertarik pada materi pameran dari handout ini, orang yang membuat atau
membuat materi pameran ini harus fokus pada semua yang bagus, indah, jelas
tersebut klien. . Sehingga untuk membuat flyer menjadi menarik, pihak yang
akan memanfaatkan pamflet dapat menelusuri salah satu komponen tersebut.
Gambar bisa memberi tahu banyak hal.
D. faktor bahasa
Dalam handout bahasa, bahasa diperkenalkan dengan cara yang wajar dan
ringkas sehingga dapat memudahkan siswa untuk. Namun informatif menjalin
hubungan dengan masyarakat umum. Flyer, pendek, lugas.

Deni Susana, “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Penguasaan


25

MateriBiiologiSiswaKelasXSMANegri16BandarLampung”,
(SkripsiFakultasTarbiyahdanKeguruan Biologi, 2017).

13
e. Faktor huruf
Pamflet harus memiliki pilihan untuk menarik perhatian orang banyak yang dapat
dibaca pada awalnya. Baris huruf vital.

4. Manfaat dan Hambatan Pamflet


Cetak flyer yaitu:
A. Siswa mereka sendiri.
B. Topik dapat direncanakan sehingga dapat mengatasi masalah dan mendapatkan
siswa. diandalkan untuk mendominasi topik.
C. Selain memiliki pilihan untuk mengulang materi dalam materi tayangan cetak,
terutama handout, siswa pengaturan secara konsisten.
D. Perpaduan pesan dibundel kualitas yang menarik dan dapat bekerja dengan
pemahaman data yang diperkenalkan.
E. Pamflet padat, mencakup banyak individu, dapat tersampaikan ke mana-mana,
sehingga lebih jelas dan meningkatkan semangat belajar.

Hambatan dan penting karena tidak adanya media pembelajaran handout, lebih
spesifiknya:
A. Flyer yang menunjukkan materi tidak boleh menunjukkan pergerakan. Materi
tayangan ini bisa saja hanya menampilkan outline atau gambar min-planning.
B. Membuat materi yang menunjukkan selebaran sangat mahal dalam pencetakan
dengan asumsi Anda perlu menunjukkan representasi, jelas.
C. Proses pencetakan menghabiskan sebagian besar hari.
D. Terlebih lagi, jika cetakannya kurang menarik, orang-orang ragu untuk
menyimpannya

C. Materi Edukasi Bupena


Bupena adalah modul yang didistribusikan oleh distributor Erlangga sebagai
pelengkap rencana pendidikan 2013 yang menampilkan materi-materi selain buku-
buku pengajar dan jenis dengan satu topik, dan ada juga satu modul dengan 2
sampai 3 mata pelajaran. kemajuan diperkenalkan dengan benar selaras dengan
buku-buku kursus topikal pemerintah dengan mengakomodasi 30.

Erma Indriyana, “Pengauh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Hasil Belajar
26

IPASiswa Kelas VIII Di SMP PGRI 6 Bandar Lampung”, (KeguruanJurusan)

14
1. Investigasi ide: mengasah tentang diperiksa.
2. Latihan: Diperkenalkan dalam berbagai macam latihan, termasuk latihan pragmatis,
aktivitas, atau portofolio. Contoh-contoh dari latihan-latihan pilihan yang dapat
digunakan sebagai instrumen evaluasi yang benar untuk kemampuan dan mentalitas
juga diperkenalkan.
3. Bagaimana kita berlatih: Berisi pertanyaan latihan untuk mewajibkan penilaian sudut
pandang informasi.
4. Tes setiap hari: Berisi pertanyaan informasi yang diperkenalkan sebagai contoh
instrumen evaluasi tes hari demi hari.
5. Tugas: digunakan sebagai bagian dari instrumen evaluasi tes sehari-hari.
Bupuna selain menikmati keuntungan kendala. Kekurangan dalam buku ini adalah
materi dalam buku ini terlalu pendek sehingga siswa tidak bisa mendominasi ide secara
keseluruhan. Buku ini memuat beberapa paduan mata pelajaran, misalnya, Sosiologi,
PJOK, dan Ekspresi Sosial siswa mengaku lelah dalam memanfaatkan buku tersebut,
mengingat pendidik belum pernah menggunakan materi tayangan lain atau media lain
selama sistem pembelajaran. Demikian pula buku Bupena dilengkapi dengan gambar-
gambar, namun foto-fotonya membosankan sehingga kurang menarik bagi siswa.
Dengan demikian, untuk mengembangkan inspirasi dan minat siswa dalam belajar,
diperlukan materi tayangan imajinatif, salah satunya pamflet. Dimana materi peragaan
handout ini adalah materi representasi/mind plan inspirasi siswa materi ajar. Selain itu,
pamflet siswa untuk.

EndahTriSeptiani,TriJalmodanBertiYolida,“PenggunaanBahanAjarLeafletTerhadap
27

Hasil Belajar Siswa ”, (Sekripsi PendidikanBiologi,2014).


28
Falasifah,“PengembanganBahanAjarBerbentukLeafletBerbasisSejarahLokalDe
nganMateriPertempuranLimaHariDiSemarangPadaSiswaKelasIXIPSSMAN2Pemalang
Tahun Ajaran2013/2014”,(Semarang,UniversitasNegriSemarang, 2014),h.15-16.

15
D. Pembelajaran Bermanfaat
Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses komunikasi antara orang-orang dan
keadaan mereka saat ini yang mungkin dekat dengan rumah, realitas, ide, atau hipotesis.
Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi juga mengalami sehingga akan
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang. Belajar pada
dasarnya adalah sebuah kesempatan yang
Perilaku individu adalah kesempatan penyesuaian perilaku karena pengalaman
individu. Belajar adalah suatu proses pengerahan tenaga yang dilakukan oleh seorang
individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku lain secara keseluruhan, karena
keterlibatannya sendiri dalam hubungannya dengan iklim (Slameto, 1991:78).
Siswa akan memperoleh informasi dengan melakukan latihan belajar sendiri,
pengajar hanya sebagai fasilitator dalam mewujudkan sehingga siswa lebih dinamis
dalam belajar dan pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak. Pengajar bertanggung
jawab memberikan materi pembelajaran, namun siswalah yang berinteraksi dan
mengulasnya, sehingga siswa yang dinamis dan aturan latihan pembelajaran adalah
siswa (Sardiman, 2003: 99).
Dalam sistem pembelajaran, tugas instruktur sangat penting. Belajar tidak
dilakukan tanpa tujuan tetapi harus dengan usaha yang teratur sehingga proses
pengajaran dan pembelajaran terjadi. Hal ini mengandung pengertian bahwa belajar
adalah pekerjaan seorang pengajar untuk membawa peserta didik ke dalam sistem
pembelajaran baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tujuan tersebut akan
tercapai secara ideal apabila terjadi proses pendidikan dan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kondisi. kondisi
(Depdiknas, 2002: 124).
Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami ide-ide yang
menyusahkan dengan asumsi mereka membicarakan masalah tersebut dengan
temannya, sehingga pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang dianggap
pas terbantu melalui pembelajaran yang menyenangkan (Depdiknas, 2002: 124).
Kesiapan untuk berpartisipasi antar mahasiswa secara berkelompok pada
Pembelajaran akan berdampak pada siswa karena dapat menumbuhkan kapasitas yang
menyenangkan di antara siswa dalam menangani masalah yang ditemukan dalam
pembelajaran mereka.
Pembelajaran bermanfaat yang disebut pembelajaran kolaborasi bersama adalah
kerangka pengajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk membantu siswa
secara individu dalam tugas-tugas yang terorganisir, dalam kerangka ini instruktur
bertindak sebagai fasilitator (Untruth, 2002:12). Seperti yang ditunjukkan oleh Eggen
dan Kauchak (dalam Trianto 2007: 42), pembelajaran yang bermanfaat akan mengambil
sistem pengajaran yang mencakup siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ini menyiratkan bahwa pembelajaran yang bermanfaat akan menjadi
pembelajaran yang bergantung pada cara berpikir homo socius yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain, 1996:63). Untuk situasi ini
latihan mengajar dan belajar siswa di kelas yang menyenangkan adalah belajar bersama

16
dalam kelompok kecil.
Setiap perkumpulan terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademik yang berbeda-beda. Dalam penggunaan pembelajaran yang menyenangkan,
siswa akan belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami contoh, memeriksa dan merevisi jawaban dan latihan lain yang ditentukan
untuk mencapai hasil belajar yang paling ekstrim.
Kolaborasi siswa dalam arisan, khususnya metode yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi dari siswa yang cerdas kepada siswa yang kurang
bijaksana dan hal-hal yang dilakukan secara rutin akan sangat mempengaruhi prestasi
siswa. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki pilihan untuk mengelola kekhasan ini
dengan menerapkan mode pembelajaran
pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran yang menyenangkan serta
mendominasi dalam menyebabkan siswa memahami ide-ide yang merepotkan, model
yang menyenangkan juga berguna untuk membantu siswa dalam mengembangkan
kolaborasi.
Model yang membantu adalah menemukan yang mencakup komunikasi antar
siswa dalam menangani masalah khusus di setiap pertemuan dan saling menunjukkan
kepada siswa yang berbeda. Jadi dalam pembelajaran yang menyenangkan siswa
memainkan peran ganda, khususnya sebagai siswa atau sebagai pengajar.
Sejujurnya, banyak ilmuwan telah menunjukkan bahwa pengajaran teman lebih
menarik daripada pengajaran pendidik (Falsehood, 2002: 31). Hal ini karena
pengalaman dasar dan informasi siswa yang lebih mirip satu sama lain kontras dengan
skema instruktur. Falsehood (2002: 31) merekomendasikan bahwa ada lima komponen
dasar yang bermanfaat yang harus diterapkan, khususnya:
1) Hubungan positif
2) Kewajiban moral
3) Lebih dekat dan pribadi
4) Korespondensi antar individu
5) Penilaian sistem pengumpulan.
Pembelajaran yang bermanfaat dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat
bekerja dengan baik dalam kelompok, jadi siswa harus menunjukkan kemampuan yang
baik. Kemampuan membantu kapasitas untuk mengirimkan pekerjaan hubungan kerja
dan usaha. Pekerjaan koneksi kerja dapat dilakukan dengan membuat korespondensi
antara individu-individu kelompok, sedangkan pekerjaan tugas harus dimungkinkan
dengan membagi tugas antara individu-individu kelompok.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dapat
lebih mengembangkan pelaksanaan siswa pada tugas-tugas skolastik, mendominasi
dalam membantu siswa dengan memahami ide-ide yang sulit, dan membantu siswa
dengan menciptakan kemampuan penalaran yang menentukan. Pembelajaran yang
bermanfaat dapat memberikan keuntungan baik bagi mahasiswa angkatan bawah
maupun atas yang bekerjasama untuk melakukan tanggung jawab keilmuan (Trianto,
2007:44).

17
Pembelajaran yang menyenangkan sangat cocok digunakan untuk melatih
kemampuan partisipasi dan usaha bersama, seperti halnya kemampuan tanya jawab
(Ibrahim dalam Trianto, 2007: 45). Selain itu, Ahmadi (2005) : 63) menyusun bahwa:
Kelebihan koperasi adalah: (1) Melatih kemampuan keilmuan, (2) Siswa dilibatkan
secara langsung, (3) data perdagangan, (4) melatih korespondensi dan kemampuan
partisipasi. Kekurangan dari strategi yang disetujui (1) Informasi dasar tentang
pengembangan harus sesuatu yang sangat mirip, (2) Memerlukan sebagian besar hari,
(3) Bergantung pada persiapan instruktur dalam mempersiapkan percakapan, (4)
Memerlukan kapasitas pendidik untuk dengan susah payah mengendalikan pergaulan
siswa,
Model yang menyenangkan akan menciptakan iklim kontestasi dalam
pembelajaran. Setiap pertemuan pasti perlu menjadi luar biasa di antara pertemuan yang
berbeda. Model yang menyenangkan tidak setua belajar dalam kumpul-kumpul. Ada
komponen penting yang membantu yang mengenalinya dari pembagian pertemuan
tidak teratur. Model yang menyenangkan bergantung pada sedikit kerja pengumpulan,
sebagai lawan dari pembelajaran gaya lama.
Arends (dalam Trianto 2007: 47) menyatakan bahwa contoh pemanfaatan
pembelajaran yang bermanfaat memiliki sifat-sifat berikut:
1) Siswa bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan materi pembelajaran
2) Silaturahmi dibentuk dari mahasiswa yang memiliki kapasitas tinggi, sedang dan
rendah;
3) Jika memungkinkan, sekelompok individu berasal dari ras, masyarakat, kebangsaan,
orientasi seksual yang berbeda; dan
4) Hadiah lebih terfokus pada pengumpulan daripada orang.
Ibrahim (dalam Trianto 2007: 49) menyatakan bahwa pembelajaran yang
menyenangkan terbantu melalui enam tahapan/tahapan, seperti yang ditampilkan pada
tabel 2.1

18
E. Model Pembelajaran Think-Pair-Offer (TPS)
TPS adalah desain yang awalnya dibuat oleh Educator Forthright Lyman di
College of Meryland pada tahun 1981 dan dianut oleh banyak pencipta sebagai fitur
pembelajaran yang menyenangkan. Ada empat standar kerja TPS yang layak dengan
pembelajaran yang bermanfaat. Keempat standar kerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan positif di antara siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaat
dari siswa yang berbeda.
2. Kewajiban individu Setiap siswa bertanggung jawab atas pemikiran tersebut karena
akan diperkenalkan kepada temannya dan kepada seluruh kelas.
3. Kerjasama yang disesuaikan Setiap siswa akan memiliki kesempatan yang sama
untuk berbagi (menawarkan pendapat) dengan teman-temannya dan di seluruh kelas.
4. Asosiasi bersama
Semua siswa akan dinamis dalam menawarkan sudut pandang dan penyesuaian
untuk membuat tingkat kerjasama yang signifikan. Hal ini akan membuat realisasi
dinamis bila dibandingkan dengan strategi responsif yang umumnya dilakukan oleh
pendidik, di mana hanya beberapa siswa yang dinamis.

TPS adalah jenis pembelajaran bermanfaat yang dimaksudkan untuk mempengaruhi


desain asosiasi siswa untuk membuat penemuan yang menyenangkan yang dapat
bekerja pada otoritas dan kemampuan skolastik siswa. Sistem pembelajaran yang
digunakan di TPS
Hal ini dapat memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk berpikir,
bereaksi dan membantu satu sama lain. TPS menikmati manfaat yang kontras dengan
teknik tanya jawab, karena TPS memajukan sebagian penalaran secara bebas,
kewajiban dalam kumpul, berpartisipasi dengan kumpul-kumpul kecil, dan dapat

19
menyemarakkan iklim kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004: 67).
TPS dapat meningkatkan investasi mahasiswa. Siswa ditawari kesempatan
untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Menghitung waktu akan
memungkinkan siswa untuk mendorong balasan. Siswa sebenarnya ingin memberikan
jawaban yang lebih lama dan lebih relevan. Tanggapan yang tepat yang diajukan juga
telah dipikirkan dan dibicarakan. Siswa akan lebih mampu menghadapi tantangan dan
mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas dan karena mereka telah "berusaha"
dengan teman-teman mereka. Cara paling umum untuk melaksanakan TPS akan
membatasi munculnya latihan siswa yang tidak berlaku untuk pembelajaran karena
siswa harus memberikan pendapat mereka, terutama kepada rekan mereka.
Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan dalam TPS dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Berpikir
Instruktur mengajukan pertanyaan/masalah yang terkait dengan materi yang
baru saja dibahas, kemudian, pada saat itu, menawarkan kesempatan kepada semua
siswa untuk memikirkan jawaban yang tepat secara mandiri dalam satu saat;
2. Pencocokan
Jawaban-jawaban yang telah dianggap bebas, kemudian, kemudian diserahkan
kepada rekan-rekan mereka masing-masing (seatmates). Pada tahap ini, siswa dapat
mengomunikasikan pemikiran mereka, menambahkan pemikiran, dan menawarkan
balasan dengan rekan. Tahap ini berlangsung 4 menit;
3. (Berbagi)
Pendidik mengarahkan pertemuan untuk memperkenalkan efek samping dari
percakapan demikian. Sampai sekitar seperempat dari pertemuan menawarkan sudut
pandang. Pada tahap ini seluruh gathering dapat memperhatikan kesimpulan yang akan
disampaikan oleh agen masing-masing gathering. Pertemuan yang menawarkan sudut
pandangnya harus bertanggung jawab atas tanggapan dan penilaian yang diajukan.
Menjelang akhir percakapan pendidik memberikan materi tambahan yang belum
terungkap oleh kelompok percakapan.
Latihan yang singkat dan padat pada setiap tahap menyebabkan siswa benar-
benar merasa memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah mereka, ini memberikan
nilai yang baik, bahwa keterbatasan waktu adalah sesuatu yang dapat mendorong siswa
untuk memiliki pilihan untuk menyelesaikan tugas belajar mereka. Pembelajaran
menyenangkan tipe TPS juga dapat mengarahkan dan mengontrol kelas secara
keseluruhan, dan memungkinkan siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk
berpikir, bereaksi dan saling membantu. Selain itu, dengan pembelajaran
menyenangkan tipe TPS, siswa dapat memikirkan apa yang telah dijelaskan dan dialami
selama pembelajaran (Trianto, 2007: 61).

20
F. Pemahaman Ide
Dalam memahami gagasan ada dua hal yang harus diperjelas, yaitu pengertian
pengertian dan gagasan. Sesuai dengan referensi kata logis yang terkenal, pengertian
berasal dari kata “memahami” yang memiliki makna tanggap atau melihat secara
akurat. Dalam referensi Kata Besar Bahasa Indonesia, pengertian akan mendapatkan,
menilai, merenungkan, melihat, melihat dengan efektif (akan), lihai dan melihat dengan
tepat (tentang sesuatu).
Pengertian dipisahkan menjadi dua, khususnya pengaturan instrumental dan
kesepakatan sosial. Pengaturan instrumental adalah pemahaman siswa jika dalam
menangani masalah atau masalah mereka hanya perlu menggunakan metodologi
tertentu (lebih terbatas), misalnya, dalam memecahkan pertanyaan, siswa mengetahui
jawaban yang tepat tetapi setiap kali diminta untuk mengungkapkan cara menemukan
solusi. solusi mereka tidak bisa. Sementara pengaturan sosial adalah kesepakatan yang
berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada pengaturan instrumental, siswa dapat
menangani suatu masalah dan dapat mengungkapkan cara menangani masalah tersebut.
Pemahaman adalah ketika kita benar-benar memahami, kita dapat
mengklarifikasi, menguraikan, menerapkan, memiliki penilaian, mengidentifikasi,
memiliki informasi diri. konsekuensi dari sistem pembelajaran, apa yang telah disadari
siswa dapat diterapkan. Sementara itu, seperti yang ditunjukkan oleh Benjamin S
Sprout, pemahaman dicirikan sebagai kemampuan untuk mencerna materi atau materi
yang sedang dipertimbangkan.
Berdasarkan hipotesis ini, pemahaman dapat dicirikan sebagai seberapa banyak
siswa dapat memperoleh, menyimpan dan memahami materi atau menunjukkan materi
yang diberikan oleh pendidik kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami
dan mendapatkan apa yang mereka lihat, baca, wawasan, pasti mereka lihat. merasa
tergantung pada konsekuensi eksplorasi atau persepsi langsung yang dibuat dengan
menggunakan kata-kata Anda sendiri. Misalnya, pembenahan atau meringkas materi
pelajaran.35

31
IdaFiteriani, Op.Cit.
32
HasanSastraNegara,“MengembangkanKemampuanPemahaman,KoneksidanKomunika
si”, (Jurnal TerampilPendidikandanPembelajaranDasar,Vol. 2, No.1,Juni2015).
33
Lorin,Krathwohl:PustakaPelajar,2016),hal97

21
Sementara menurut Daryanto, kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi
tiga, yaitu:
1. Menerjemahkan(translation)
Pengertian penerjemahan di sini bukan hanya mengalihkan(translation) artidari bahasa
yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsiabstrak menjadi suatu
model, yaitu model simbolik untuk mempermudahorangmempelajarinya.
2. Menafsirkan (interpretasi)
Pentingnya penafsiran di sini bukan hanya sekedar memindahkan (penafsiran) arti
penting suatu bahasa ke dalam dialek lain.
3. Menguraikan (pemahaman)
Kapasitas ini lebih luas daripada menafsirkan, ini adalah kapasitas untuk mengetahui
dan memahami. Pemikiran mendasar dari korespondensi.
4. Ekstrapolasi
Agak tidak sama dengan mengartikan dan mengartikan, namun lebih tinggi sifatnya. Itu
meminta kemampuan ilmiah yang lebih tinggi.36
Pemahaman adalah tingkat kapasitas yang mengantisipasi bahwa seseorang
harus memiliki pilihan untuk memahami pentingnya atau gagasan, keadaan dan
kenyataan yang mereka ketahui.
Pemahamanmerupakanproses,perbuatandancaramemehami.Denganpemahaman
pesertadidikdimintauntukmembuktikanbahwaiamemahamihubunganyangsederhanadian
tara fakta-fakta atau konsep.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarahayat 31:
38
Al-Qur‟andanTerjemahan,SurahAl-Baqarahayat31,(Diponegoro,2015).
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda)seluruhnya,kemudianmengemukakannyakepadaParaMalaikatlaluberfirman:
"Sebutkanlahkepada-Kunamabenda-bendaitujikakamumamang benar orang-orang
yang benar!"(Q.S.Al-Baqarah :31).38
Bait di atas mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu, tidak cukup
hanya mendapatkan apa, bagaimana dan manfaat dari artikel tersebut, namun harus
memahami inti dari item tersebut. Di bidang intelektual menunjukkan derajat kapasitas
yang dicapai dari yang paling tereduksi hingga yang paling penting. Jadi bisa dikatakan
bahwa tingkat pemahaman lebih tinggi dari sekedar informasi. Pemahaman ide sangat
penting diberikan kepada siswa, baik pengajaran formal maupun non-formal.
Memahami ide akan membuatnya lebih mudah bagi siswa untuk melanjutkan ke tingkat
informasi yang lebih tinggi
Menurut Oemar Hamalik, idenya adalah kelas atau klasifikasi peningkatan
yang memiliki karakteristik umum.40 Perbaikan adalah item atau individu. Kami
mengekspresikan ide dengan merujuk "nama" seperti buku, perang, siswa, wanita
cantik, dan instruktur yang setia, dll. Banyak ide ini menyoroti kelas atau klasifikasi
peningkatan. Idenya sangat ekspansif. Ide adalah kotak struktur penalaran dan
merupakan konsekuensi mendasar dari pelatihan. Ide adalah alasan untuk siklus mental
yang lebih tinggi untuk mendefinisikan standar dan spekulasi. Untuk mengatasi suatu

22
masalah, siswa harus mengetahui prinsip-prinsip penting dan standar ini tergantung
pada ide-ide yang mereka peroleh.
Dengan demikian, ide dapat dicirikan sebagai sesuatu yang telah melekat pada
individu dan dibawa ke dalam sebuah ide, pemahaman, atau pemikiran. Seseorang yang
sudah memiliki ide berarti bahwa orang tersebut sudah memiliki pemahaman yang jelas
tentang sebuah ide, baik item substansial atau pemikiran teoritis.
Berdasarkan pengertian di atas, susunan teoritis dapat dicirikan sebagai
kemampuan siswa untuk memahami suatu gagasan atau kebenaran dan memiliki pilihan
untuk menangani suatu masalah atau masalah baik secara lisan maupun direkam
sebagai hard copy menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengubah pentingnya
sebuah ide.
Kemampuan menyusun angka adalah kemampuan siswa untuk menemukan dan
mengklarifikasi, menguraikan, menguraikan, dan menyelesaikan suatu ide angka
tergantung pada pengembangan wawasan mereka sendiri, tidak hanya menghafal.41
Untuk mengerjakan kesepakatan ini, instruktur perlu menekankan pembelajaran dalam
mendapatkan ide. Pengajar tidak hanya memberikan materi kepada siswa, namun
pendidik harus memberikan garis besar atau keterkaitan materi ajar yang akan diberikan
dengan keberadaan siswa. Misalnya, dalam mempelajari studi tentang kerangka
manusia. Kerangka manusia tidak dapat dilihat langsung oleh mata karena terletak di
dalam ditutupi oleh jaringan dan kulit.
Tujuan diberikan Deskripsi secara langsung dan bekerja dengan pemahaman
siswa, pentingnya penggunaan materi peragaan dapat membantu siswa dalam
memahami materi, misalnya seperti materi peragaan, pamflet tubuh manusia. dengan
pemanfaatan
Dalam menampilkan materi, siswa akan lebih memahami materi dengan lebih
efektif karena dalam materi peragaan ini terdapat Min planning yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan masalah yang belum terselesaikan dan bahasa yang
digunakan dalam materi peragaan ini singkat, jelas, dan mendasar sehingga lebih
mudah bagi siswa untuk mendapatkannya. .

34
TeachingandLearning(CTL)TerhadapPemahamanKonsepdanKemampuanPemecahan
MasalahDalamPembelajaranIPA-FisikadiMTSNegriNegar”,
(JurnalPascasarjanaUniversitasPendidikanGanesa,Vol. 03,2017).
35
ChairulAnwar,“Teori-TeoriPendidikanKlasikHinggaKontemporer
FormuladanPenerapannya DalamPembelajaran”,(Yogyakarta:IRCiSoD, 2017),h. 195.
Dalam ranah pendidikan, siswa sekolah dasar tidak dibingkai untuk menjadi

23
ahli dalam bidang logika, namun siswa dapat menguasai diri dan iklim di sekitarnya.
Hal ini dapat diperoleh baik melalui peningkatan kemampuan interaksi, perspektif
logis, kemampuan berpikir, dan otoritas ide-ide mendasar. Siswa yang normal setelah
melakukan pembelajaran di sekolah dapat memanfaatkan atau mengaitkan
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan asumsi siswa dapat
menggunakan dan berhubungan belajar bagaimana kehidupan mereka, itu berarti bahwa
siswa memahami penemuan yang telah diberikan.
Siswa akan lebih mudah mengingat materi yang diajarkan dengan asumsi
bahwa pembelajaran tersebut bermakna.43 Pengajar harus memiliki kemampuan dalam
berkreasi dan inovatif memikirkan bagaimana memberikan pembelajaran yang berarti
bagi siswa, seperti pemanfaatan teknik, prosedur, dan bahan ajar . Dengan asumsi
pembelajaran diberikan dalam lingkungan yang menyenangkan, siswa juga akan
berpikir bahwa lebih jelas topiknya. Oleh karena itu, pendidik dalam memberikan
pembelajaran harus menekankan mendapatkan ide, karena dengan memahami ide siswa
akan lebih mudah mengingat kembali materi yang diberikan.
Untuk memberikan gambaran yang nyata dan bekerja dengan pemahaman
siswa, pentingnya penggunaan materi peragaan dapat membantu siswa dalam
memahami materi, misalnya seperti materi peragaan, pamflet tubuh manusia. dengan
pemanfaatan
Dalam menampilkan materi, siswa akan lebih memahami materi dengan lebih
efektif karena dalam materi peragaan ini terdapat Min planning yang dapat memberikan
gambaran tentang keadaan masalah yang belum terselesaikan dan bahasa yang
digunakan dalam materi peragaan ini singkat, jelas, dan lugas sehingga memudahkan
siswa untuk mendapatkannya. .
Dalam ranah pendidikan, siswa sekolah dasar tidak dibentuk untuk menjadi ahli
dalam bidang logika, namun siswa dapat menyesuaikan diri dan iklim di sekitarnya. Hal
ini dapat diperoleh baik melalui peningkatan kemampuan interaksi, mental logis,
kemampuan berpikir, dan dominasi ide-ide mendasar. Siswa yang normal setelah
menyelesaikan pembelajaran di sekolah dapat memanfaatkan atau mengaitkan
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan asumsi siswa dapat
menggunakan dan berhubungan belajar bagaimana kehidupan mereka, itu berarti bahwa
siswa memahami penemuan yang telah diberikan.

Siswa akan lebih mudah dalam mengingat materi yang diajarkan dengan
asumsi pembelajaran tersebut bermakna.43 Pendidik harus memiliki kemampuan dalam
berkreasi imajinatif dan inovatif cara memberikan pembelajaran yang bermakna bagi
siswa, seperti pemanfaatan teknik, prosedur, dan materi pembelajaran. . Jika
pembelajaran diberikan dalam lingkungan yang indah, siswa juga akan berpikir bahwa
itu lebih jelas topiknya. Oleh karena itu, pengajar dalam memberikan pembelajaran
harus menekankan mendapatkan ide, karena dengan memahami ide siswa akan lebih
mudah mengingat kembali materi yang diberikan.
1. Manfaat Pemahaman Ide

24
Menginstruksikan yang menonjolkan pemahaman memiliki 5 manfaat, khususnya:
A. Pemahaman memberikan arti penting secara generatif dengan asumsi seseorang telah
merasakan suatu ide, kemudian, pada saat itu, informasi tersebut akan mendorong
pemahaman lain mengingat bergabungnya informasi yang dipindahkan oleh siswa
sehingga setiap informasi baru terhubung dengan informasi sebelumnya.
B. Kognisi mendorong memori, mengandung arti bahwa informasi yang sudah pasti
diketahui akan dikoordinasikan dan dihubungkan secara memadai dengan informasi
lain melalui penyusunan cetak biru.
1. Manfaat Pemahaman Ide

Menginstruksikan yang menonjolkan pemahaman memiliki 5 manfaat, khususnya:

A. Pemahaman memberikan arti penting secara generatif jika seseorang telah


mempersepsikan suatu gagasan, maka pada saat itu informasi tersebut akan mendorong
pemahaman yang lain karena terjalinnya informasi yang dipindahkan oleh siswa
sehingga setiap informasi baru terhubung dengan informasi sebelumnya.

B. Pengertian prods memory, mengandung pengertian bahwa informasi yang sudah


pasti diketahui akan dikoordinasikan dan dihubungkan secara memadai dengan
informasi lain melalui pengurutan garis-garis besar.

Daryanto, Op.Cit,h.106-107.
36

Tri Mulyani, “Penggunaan Alat Peraga Tiruan Untuk Meningkatkan Pemahaman


37

DanHasilBelajarIPASiswaKelasIIISLBD1YPACTahun2011/2013”,
(ProsidingSeminarNasionalPendidikanSurakarta,21November2015),ISBN978-979-
3456-52

25
C. Pemahaman mengurangi jumlah hal yang harus tersirat, bahwa tekstur yang
terbentuk antara satu informasi dan satu lagi dalam desain intelektual siswa yang
berkonsentrasi padanya dengan penuh kesepakatan adalah hubungan yang umumnya
baik.
D. Pemahaman memperluas gerakan belajar berarti memahami ide numerik akan
diperoleh oleh siswa yang secara efektif melacak kesamaan antara ide-ide yang berbeda
ini. Ini akan membantu siswa dengan memeriksa apakah ide tertentu dapat diterapkan
pada kondisi tertentu.
E. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa, menyiratkan bahwa siswa yang
memahami aritmatika dengan baik akan memiliki keyakinan positif yang juga akan
membantu kemajuan informasi.
Berdasarkan manfaat ini, memberikan penjelasan bahwa memahami ide itu
penting karena dapat membantu kemajuan informasi siswa. Memahami ide dapat
membantu siswa dengan menafsirkan ide dan menggunakan ide untuk menangani
masalah yang dilihat oleh siswa. Oleh karena itu, penting untuk menggarisbawahi
tingkat pemahaman gagasan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.

2. Ide Mendapatkan Pointer


Untuk dapat menentukan kemampuan siswa dalam memahami gagasan, penting
untuk mengarahkan evaluasi pemahaman gagasan pembelajaran melalui petunjuk.
Petunjuk dalam memahami ide adalah sebagai berikut:
A. Kapasitas untuk mengulang ide
Kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan
kepada mereka. Model: ketika siswa belajar, siswa dapat mengulangi pentingnya
ilustrasi.
B. Kapasitas untuk memerintahkan protes sesuai properti tertentu seperti yang
ditunjukkan oleh ide tersebut.
Kemampuan siswa untuk mengelompokkan suatu barang yang ditunjukkan
oleh jenisnya tergantung pada sifat-sifat yang terkandung dalam bahan tersebut. Model:
siswa memperoleh kemahiran dengan suatu materi dimana siswa dapat menyusun
artikel dari materi tersebut sesuai dengan sifat-sifat yang ada pada ide tersebut.
C. Kapasitas untuk menetapkan model dan bukan model
Kemampuan siswa untuk memiliki pilihan untuk mengenali model dan non-
contoh dari suatu materi. Model: siswa dapat memahami ilustrasi yang tepat dari suatu
materi dan dapat memahami model mana yang tidak akurat.
D. Kapasitas untuk mengkarakterisasi objek seperti yang ditunjukkan oleh properti
tertentu sesuai ide.
Kemampuan siswa untuk mengelompokkan benda yang ditunjukkan oleh
jenisnya tergantung pada sifat-sifat yang terkandung dalam bahan tersebut. Model:
siswa menjadi terbiasa dengan suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan suatu
item dari materi tersebut sesuai dengan sifat-sifat yang ada pada ide tersebut.

26
E. Kapasitas untuk menetapkan model dan bukan model
Kemampuan siswa untuk memiliki pilihan untuk mengenali model dan non-
contoh dari suatu materi. Model: siswa dapat memahami ilustrasi yang tepat dari suatu
materi dan dapat memahami model mana yang tidak akurat.
F. Kemampuan untuk memperkenalkan ide-ide dalam berbagai jenis prestasi
Kemampuan siswa untuk menggambarkan ide-ide secara berurutan secara numerik.
Model: ketika siswa mengulas di kelas, siswa dapat memperkenalkan/mengklarifikasi
suatu materi secara berurutan.
G. Kapasitas untuk mendorong keadaan fundamental atau memadai dari sebuah ide
Kemampuan siswa untuk menganalisis kondisi mana yang mendasar dan mana
yang merupakan prasyarat memadai yang diidentifikasi dengan ide material. Model:
siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang harus
dipersyaratkan atau langsung dan syarat-syarat yang tidak wajib harus ditiadakan.
H. Kapasitas untuk memanfaatkan, menggunakan, dan memilih metode tertentu
Kapasitas siswa untuk menangani masalah secara akurat seperti yang
ditunjukkan oleh metode. Model: dalam belajar, siswa harus memiliki pilihan untuk
mengatasi masalah secara akurat sesuai kemajuan yang tepat.
Berdasarkan tanda-tanda di atas, dapat dikatakan bahwa memahami ide bukan
hanya tentang cara memindahkan informasi tetapi bagaimana siswa dapat memahami
ide dari materi yang sedang diteliti. Sementara itu, menurut Susanto, kondisi
pemahaman dapat dikatakan sebagai berikut:
A. Pengertian adalah kemampuan untuk memperjelas dan menguraikan sesuatu, hal ini
mengandung arti bahwa seseorang yang telah memperoleh sesuatu atau memperoleh
persetujuan akan benar-benar ingin memperjelas dan memperjelas kembali apa yang
telah diperolehnya. Juga, seseorang yang telah merasakannya dapat memberikan
pemahaman atau menguraikan secara luas sesuai dengan kondisi yang melingkupi, dan
dapat berinteraksi dengan kondisi saat ini dan masa depan.

42
PramitaSylviaDewi,“PetaKonsepSebagaiPendukungPembelajaranDalamMemahami,
(Jurnal TerampilPendidikandanPembelajaranDasar,Vol.3, No.2,Desember2016).
43
SitiUlfaeni,HusniWakhyudindanHenryJanuarSaputra,“PengembanganMediaMonergi
SiswaSD”, (ProfesiPendidikanDasar, Vol. 4, No, 2Desember2017).
44
GandaRusmanMaulana,“PengaruhPenggunaanModelPembelajaranContextualTeachin
g And Learning Berbabtu Alat Peraga Terhadap Pemahaman Konsep IPA di Kelas V
MITMuhamadiyahSukarameBandarLampungTahunPelajaran2018/2019”,
(SkripsiFakultasTarbiyah Dan Keguruan, Jurusan PGMI UIN Lampung, Tahun2018).

27
B. Memahami bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya terbatas pada meninjau
pengalaman dan menciptakan apa yang telah direalisasikan. Namun dengan
pemahaman, siswa dapat menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan hal-
hal yang akan atau telah dipikirkan.
C. Memahami adalah sesuatu yang melampaui pengetahuan, karena pemahaman
mencakup interaksi mental yang kuat, dengan memahami itu sebenarnya ingin
memberikan penggambaran dan klarifikasi yang lebih inventif, tidak hanya
memberikan gambaran yang luas dan hanya dibungkus dengan kondisi saat ini.
D. Pemahaman adalah siklus yang lambat dimana setiap tahap memiliki kemampuan
sendiri-sendiri, misalnya mengartikan, menerapkan, mendobrak, menguraikan,
mengungkap, menggabungkan dan menilai.
Estimasi pemahaman ide juga harus dimungkinkan tergantung pada
kategorisasi ilmiah Sprout. Tanda-tanda pemahaman ide yang ditunjukkan oleh Sprout
adalah sebagai berikut:46
A. (Interpretation), yaitu membuat suatu interpretasi dari suatu ide teoritis menjadi
suatu model, misalnya citra menjadi suatu kepentingan. Kata kerja fungsional yang
digunakan adalah menguraikan, mendapatkan, mengubah, menunjukkan,
mencirikan, dan memperjelas sekali lagi.
B. Penerjemahan, khususnya kemampuan untuk memahami dan memahami prinsip
pemikiran dari suatu korespondensi, misalnya, diberikan garis, tabel, diagram, atau
gambar dan diuraikan. Kata kerja fungsional yang digunakan adalah menguraikan,
mengenali, memperjelas, dan menggambarkan.
C. (Ekstrapolasi), yang diakhiri dari sesuatu yang pasti diketahui. Kata-kata tindakan
fungsional yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas ini adalah bekerja,
menduga, menutup, meramalkan, dan ace.
Dilihat dari beberapa penggambaran penanda di atas, maka dapat dimaklumi bahwa
tanda pemahaman ide sains yang digunakan dalam tinjauan ini adalah penunjuk yang
dikemukakan oleh Sprout. Blossom menemukan bahwa informasi terapan menjadi
dasar pemikiran siswa dalam berkonsentrasi pada ilmu tambahan. Siklus intelektual
dalam kelas pemahaman seperti yang ditunjukkan oleh Blossom, khususnya
interpretasi, terjemahan, dan ekstrapolasi.

45
AhmmadSusanto,Op.Cit.,h. 7.
46
HamzahB.UnodanSatriaKoni,“BelajarDenganPendekatanPailkem”,
(Jakarta:BumiAksara,2015), h. 61

28
Kelebihan pointer dalam sistem pembelajaran adalah: 1) pengajar dapat
memilih materi, strategi, media, atau materi yang tepat, sesuai dengan kemampuan
yang telah ditentukan sebelumnya. 2) sebagai ajudan dan panduan bagi pendidik untuk
menyusun pertanyaan atau instrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan pedoman
keterampilan dan kompetensi esensial yang telah ditetapkan sebelumnya.47 Tanda
normal dari pencapaian siklus intelektual adalah C1-C3. Dimana petunjuk-petunjuknya
sesuai dengan tanda-tanda kesepakatan yang diterapkan siswa, untuk lebih spesifiknya
C1 mengulangi suatu gagasan, C2 menyajikan gagasan dalam berbagai jenis
penggambaran, dan C3 dapat menutup suatu gagasan.
Beberapa petunjuk yang digunakan dalam ulasan ini dapat ditemukan pada
tabel 2.1 di bawah ini:

Dengan melihat tanda-tanda di atas yang dikutip oleh Blossom, memudahkan


para ilmuwan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami materi contoh yang
telah diberikan dan membuatnya lebih mudah untuk mempersiapkan soal tes
pemahaman. Misalnya, mengomunikasikan kembali topik, pokok bahasan, atau isu
gagasan dengan menggunakan bahasa sendiri diingat untuk pemahaman interpretasi.
Siswa dapat menghubungkan hubungan antar komponen pesan umum dari suatu sistem,
termasuk pemahaman pemahaman. Siswa dapat mengkomunikasikan kapasitas di balik
pesan yang tertulis dalam sebuah pernyataan atau karangan, termasuk pemahaman
ekstrapolasi. Berdasarkan petunjuk-petunjuk tersebut, cenderung terlihat sejauh mana
kemampuan mahasiswa untuk memahami gagasan-gagasan dalam penemuan sains yang
telah diberikan. Memahami ide tersebut menyiratkan bahwa siswa dapat
mengungkapkan kembali apa yang telah mereka sadari baik secara lisan maupun
rekaman sebagai hard copy menggunakan bahasa mereka sendiri tanpa mengubah
makna pesan yang disampaikan.

G. Materi Pembelajaran IPA Dasar/MI


1. Sistem Rangka pada Manusia
Kerangka manusia terdiri dari tiga bagian, khususnya kepala, tubuh dan pelengkap.

A. Garis besar kepala


Kerangka kepala dikenal sebagai tengkorak. Kerangka tengkorak itu bulat, terbuat
dari tulang yang rata. Tulang-tulang ini bertemu untuk membentuk persendian
namun tidak dapat digerakkan.

29
B. garis tubuh
Tubuh manusia dapat berdiri tegak karena ada bagian tubuh yang membantunya.
Bagian tubuh ini adalah tulang. Tulang adalah bagian tubuh yang paling keras.
Tulang terdiri dari sel-sel hidup, mineral, dan sejenis protein. Mineral penyusun
tulang adalah kalsium dan fosfat. Kedua mineral ini menyebabkan masalah yang
masih harus diselesaikan dengan keras. Tulang mengandung semacam protein yang
disebut kolagen. Calogen merupakan zat yang membuat tulang memiliki sifat yang
cukup mudah beradaptasi. Ada 206 tulang dalam tubuh kita. Banyak tulang yang
saling berhubungan ini disebut kerangka.
Kerangka adalah perkembangan tulang yang membantu dan memastikan organ-
organ halus tubuh. Satu masalah yang masih harus diselesaikan terkait dengan sendi
(penjelasan). Kerangka kerangka yang terletak di dalam tubuh dan dijamin oleh kulit
dan otot dikenal sebagai endoskeleton.
A. Pekerjaan kerangka
Sistem yang kami miliki adalah sebagai berikut:
1) Memberi bentuk tubuh, memegang, dan memperbaiki tubuh.
2) Menutupi organ-organ dasar tubuh. Misalnya, otak besar dijamin oleh kerangka
kepala, paru-paru dan jantung dijamin oleh kerangka tubuh seperti tulang dada dan
tulang rusuk.
3) Tempat penyusunan trombosit merah, trombosit putih, dan trombosit. Ini terjadi di
garis tulang, sebagai posisi susunan sumsum merah.
4) Sebagai cara untuk gerakan menyendiri, karena tulang tidak benar-benar bergerak,
yang benar-benar berkembang adalah otot-otot yang melekat pada tulang.
5) Tempat penyambungan otot (skeletal muscle).
6) Penyimpanan mineral, terutama fosfor dan kalsium.

39
L. Muh. Zul,“Penguasaan Konsep IPA SiswaKelas V SD Pada Materi Rangka
Tubuh”, (Pros. Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM, Vol.2,No. 5,2017).
40
OemarHamalik,Op.Cit.,h.47.

30
3) Pelengkap rangka
Kerangka individu pengembangan berbentuk pipa dan terbagi. Konstruksi tulang
pelengkap terdiri dari dua, khususnya pelengkap atas dan pelengkap bawah.
Apendiks atas terdiri dari tulang lengan atas, ulna, tulang pinggul, tulang
pergelangan tangan, bagian tengah tangan, dan tulang jari. Sedangkan apendiks
bawah terdiri dari tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang betis, tulang kering,
tulang tungkai bawah, tulang telapak kaki, dan tulang jari kaki.

Dona Dinda Pratiwi, “Pembelajaran Learning Cycle 5E berbantu Geogebra


41

TerhadapKemampuan Pemahaman Konsep Matematis”,(Jurnal Al-Jabar IAIN Raden


Intan Lampung, Vol.7, No. 2,2016), h. 191-20

31
Kerangka manusia
1) Tulang pipih
Karena mereka level atau level, mereka disebut tulang level. Tulang sejajar mengisi
sebagai tempat untuk pengaturan trombosit. Di dalam tulang tingkat ada rongga
kecil yang berisi sumsum merah. Model menggabungkan tulang bahu, tulang dada,
tulang rusuk, panggul, dan tulang tengkorak.
1) Tulang pendek
Tulang pendek berbentuk bulat pendek. Di dalamnya hanya ada sedikit lekukan
yang sarat dengan sumsum merah. Modelnya adalah tulang pergelangan tangan,
tulang kaki bagian bawah, tulang belakang, dan tulang tempurung lutut.
2) Tulang pipa
Disebut tulang garis karena bentuknya seperti garis, melingkar dan di tengahnya
terdapat lubang yang sangat besar. Rongga dalam silinder tulang berisi sumsum
kuning. Sumsum kuning ini mengandung banyak lemak. Sumsum kuning dapat
mengisi sebagai simpanan makanan. Pada penutupan tulang silinder yang diperluas,
ada rongga kecil yang berisi sumsum merah. Kapasitas sumsum merah ini sebagai
blok struktur untuk trombosit. Ilustrasi tulang
Garis-garis tersebut adalah tulang lengan, femur, buku-buku jari, tulang kering, ulna,
dan tulang telinga.
4. Macam-macam tulang
Dilihat dari jaringan penyusunnya dan sifat-sifatnya yang sebenarnya, tulang
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
A. Ligamen, terbuat dari sel ligamen (kondrosit) dan mudah beradaptasi. Ligamen
umumnya ditemukan di hidung, daun telinga, sendi, ujung tulang rusuk, penutup
tulang dada, dan di antara tulang belakang.
B. Tulang asli, terbuat dari sel tulang matang (osteosit), keras, dan mengisi sebagai
penyusun kerangka kerangka.
5. Hubungan antar tulang (sendi)
Sendi adalah titik hubungan antara tulang yang membentuk kerangka tubuh.
Tulang harus dipelintir atau diputar di daerah persendian karena tulang yang sebenarnya
terlalu sulit untuk dipikirkan membungkuk tanpa patah. Tulang-tulang yang
membentuk tubuh kita berhubungan dengan persendian. Setiap sendi menghubungkan
dua tulang. Sendi mengizinkan masalah yang belum terselesaikan. Dengan persendian,
tubuh kita tidak sulit untuk digerakkan, dipelintir, ditumpangi, dipelintir, dan diporos.

Zainal Arifin, “Evaluasi


47
Pembelajaran, Prinsip,Teknik, dan Prosedur”,
(Bandung:Rosdakarya,2016),h.98

32
Sambungan tergantung pada kapasitasnya dibagi menjadi 4 jenis, untuk lebih
spesifik:
A. Sambungan pivot, pengembangan sambungan pivot, misalnya pivot pintu masuk.
Sambungan ini harus digerakkan satu arah. Model menggabungkan lutut, siku, dan
jari tangan dan kaki.
B. Sambungan kursi, sambungan sadel dapat digerakkan dengan dua cara (samping dan
depan). Misalnya, dasar ibu jari dan tulang utama pergelangan tangan.
C. Sebuah embel-embel berputar adalah sambungan antara ujung tulang yang dibentuk
bola dan tulang yang dibentuk mangkuk. Sambungan slug memungkinkan
pengembangan ke segala arah. Ilustrasi embel-embel yang berputar berada di antara
tulang lengan atas dan penyangga bahu.
D. Sendi berputar, sendi ini memungkinkan satu masalah yang masih harus diselesaikan
di sekitar tulang lain yang berfungsi sebagai hub. Sendi belokan terletak di
persimpangan vertebra serviks utama dan vertebra serviks kedua. Sendi putar
memungkinkan kepala untuk diputar. 48
H. Struktur
Masalah mendasar yang sering dilirik oleh pelatihan di sekolah adalah lemahnya
penguasaan materi oleh siswa, mengingat untuk mata pelajaran IPA. Pencapaian
dalam sistem pembelajaran ditopang oleh beberapa variabel, yaitu: kemudahan
dalam menampilkan materi, teknik dan pendekatan yang dilakukan oleh instruktur
dalam pembelajaran. Pendidik belum menjadi sumber informasi utama bagi siswa
sebagai fasilitator dasar, khususnya dengan membangun iklim belajar yang dapat
mendorong siswa untuk puas dan bersemangat untuk belajar.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pengajar adalah dengan berfluktuasi
menampilkan materi sebagai aset pembelajaran yang dapat menonjol bagi siswa untuk
memahaminya. Penggunaan pamflet sebagai bahan tayangan diandalkan untuk
membantu siswa dalam memahami topik. Pamflet disusun dari beberapa sumber belajar
dan dalam bahasa dasar yang mudah dipahami oleh siswa dan disematkan garis-garis
besar yang membantu topik untuk menarik minat siswa mengingat fakta bahwa dengan
menggunakan bahan ajar pamflet yang memberikan kebebasan untuk belajar. siswa
untuk lebih mudah memahami topik. Selanjutnya, pemanfaatan materi pamflet dalam
pembelajaran diandalkan untuk membangun dominasi gagasan yang dipelajari siswa.
Kewenangan gagasan ilmu dalam tinjauan ini sebagai yang diandalkan (variabel Y)
sedangkan yang otonom (variabel X) adalah pemanfaatan bahan ajar pamflet.

IreneMJA,dkk,“BukuPenilaianAutentikBUPENATemaOrganTubuhManusiaDa
48

nHewan”,(Jakarta:Erlangga,2014),h. 4-19.

33
Berikutnya adalah sistem ujian ini yang diperkenalkan sebagai gambar:
2.1 di bawah:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA KelasVMI


Masyariqul Anwar Dupa

Kelompokeksperimen Kelompokeksperimen

Menggunakan Menggunakanb
bahanajarleaflet ahanajarBUPENA
PemahamanKonsep

Pengaruh penggunaan bahan ajar


leafletterhadappemahamankonsepIPAKelasVM
IN
VMI Masyariqul Anwar Dupa
I. KemungkinanHipotesis Penelitian
1. Hipotesis Eksplorasi
Apakah ada pengaruh penggunaan materi pamflet dengan model pembelajaran yang ramah lingkungan
tipe TPS terhadap pemahaman gagasan IPA pada siswa Kelas V MI Masyariqul Anwar?
2. Hipotesis Terukur
Teori-teori yang dapat diukur dalam ulasan ini adalah:
Data:
H0 : Tidak ada pengaruh pemanfaatan materi pamflet dengan model pembelajaran yang menyenangkan tipe
TPS terhadap pemahaman ide IPA siswa MI Masyariqul Anwar Dupa
H1 : Ada pengaruh pemanfaatan materi pamflet model pembelajaran bermanfaat tipe TPS terhadap
pemahaman ide IPA siswa MI Masyariqul Anwar Dupa

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Investigasi audit uji dengan bentuk Evident Trial Plan (pemeriksaan unik).45 Analis membedah
apakah ada pengaruh Pamflet membantu model pembelajaran Think Pair Offer terhadap pemahaman
IPA pembelajaran pemikiran yang terdapat dalam eksploratif kelas. Kelas tes adalah kelas yang mencari
pengobatan dengan memanfaatkan materi flyer dan kelas kontrol yang memanfaatkan materi edukasi
Buku Pena.

34
dismilaritas interverstasi pada kedua kelompok perlakuan tersebut dapat dilihat dengan
melaksanakan posttest sesudah ilustrasi ditutup, tujuannya untuk mengenal pemikiran belajar siswa
kelas V setelah terbiasa memanfaatkan pembelajaran Think Pair Offer model dibantu oleh
Leafleat.

B. Rencana Penelitian
Jenis pengaturan tes yang tepat digunakan yaitu Pretest-Posttest Control Plan, dalam pengaturan ini
sebelum memulai perawatan, dua pertemuan sembarangan memilih (R), sesudah itu kelas yang tidak
ditetapkan menjadi kelas kontrol dan diberi ujian (pretest) buat menilai status tersembunyi (O1).
Sedangkan himpunan pengkajian diberikan perlakuan X dengan memanfaatkan materi leaflet dan kelas
pengaturan tiada diberikan materi bimbing Bupena. Sehabis perlakuan berakhir, kedua himpunan
tersebut diberikan ujian kembali seperti posttest (O2). Akibat perlakuan yaitu (O1:O2).

C. Setting Keseluruhan Pemeriksaan


1. Jangka Eksplorasi
Penyelidikan ini selesai atas bulan Desember–Januari 2021 di MI Masyariqul Anwar Dupa Tahun
Pelajaran 2021/2022.

2. Tempat Eksplorasi
Penyelidikan ini didorong di MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung atas semester bulat
tahun aliran 2021/2022.

D. Variabel
1. Komponen bebas (variabel bebas)
Variabel bebas (X) dari survei ini adalah pemanfaatan model pembelajaran Pamflet Berbantuan Think
Pair Offer.

2. Variabel bawahan (variabel bawahan)


Variabel terikat (Y) dari survei ini adalah pemahaman pemahaman siswa kelas V terhadap pemikiran
pembelajaran IPA.

35
Hubungan terikat antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Hubungan variable X dan Y

X Y

Data:
X: Model pembelajaran Think Pair Share dibantu oleh Leaflet.
Y : Memahami gagasan belajar siswa kelas V.
E. Teknik Pengambilan Sampel dan Pengambilan Sampel Penduduk
1. Penduduk
Populasi dalam tinjauan ini adalah seluruh siswa kelas V MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung
tahun ajaran 2021/2022, yang terdiri dari empat kelas, yaitu: VA, VB, VC, dan VD dengan jumlah siswa
terlampir:

45
Sugiyono,MetodePenelitianKuantitatif,Kualitatif,danR&D(Bandung:Alfabrta,2016),h. 114.45

3. Tehknik Pengambilan Sampela


a. Penyidik mengatur selembar kertas yang telah dipotong-potong.
b. Pakar menyusun identitas setiap kertas di atas kertas yang dipotong halus-halus.
c. Pemeriksa menempatkan kertas yang diciutkan ke dalam dudukannya dan kemudian mengocoknya.
d. Makalah prinsip yang keluar bagai kelas investigasi.
e. Makalah yang keluar kedua adalah kelas pengaturan.
3. Contoh
Tes eksplorasi terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VB sebagai kelas uji coba dan kelas VD sebagai kelas
pengaturan.

F. Cara Pengumpulan Data


Berisi menyelesaikan pemeriksaan tindakan uji ini, ragam informasi dibawa keluar melalui beberapa
tahapan, yaitu:
1. Tanya Jawab
Tanya Jawab adalah mengumpulkan data bersama mengacuhkan sebagian perbincangan menurut
perkataan untuk menyelidiki suatu hal. Silaturahmi digunakan buat meneliti sebagian kejadian yang
berangkaian atas kejadian pembelajaran. Dari pemutaran, master mendapatkan hasil tentang materi
36
yang ditampilkan dalam kerangka pembelajaran, Langkah-Langkah Pemenuhan Dasar (KKM)
tentang apa yang harus diperiksa, serta kredit siswa selama latihan pembelajaran.
2. Tes
Tes tersebut digunakan demi menakar kesadaran hipotetis siswa terhadap bahan yang telah
direnungkan. Ujian yang akan diberikan mendapatkan siswa adalah sebagai ujian menggambar
(kertas) dari 10 pertanyaan berhubungan bahan kerangka badan manusia. Ujian ini adalah ujian
terorganisir. Evaluasi ujian dikoordinasikan oleh efek samping yang dibuat siswa pada indikasi
pemahaman pemikiran mata pelajaran IPA.

3. Dokumentasi
Pengumpulan berisi survei ini digunakan demi mendapatkan data tentang jumlah esensial IPA
siswa kelas 5, demi memahami data tentang bentuk sekolah dan siswa, dan demi menangkap
lukisan maupun gambar demi konfirmasi ujian. Maka berisi audit ini, metodologi pengumpulan
data yang digunakan yaitu gathering, test, dengan pengolahan. Dengan demikian, pemahaman
pemikiran yang dinilai dalam audit ini merupakan poin ilmiah yang menggabungkan data (C1)
dengan kesadaran (C2).
Selain itu, pengarsipan digunakan demi akumulasi bahan pemeriksaan berbentuk lukisan-
lukisan implementasi kerangka pembelajaran dengan memakai pamflet yang menunjukkan materi
dengan hal-hal yang berkaitan melalui pemeriksaan.

G. Alat Pemeriksaan
Alat yang digunakan berisi audit ini yaitu masalah tes artikel yang terdiri dari 10 hal, yang
digunakan bagi menentukan derajat kesadaran siswa terhadap materi kerangka tubuh manusia. mengingat
indikasi pemahaman pikiran dalam materi kerangka tubuh manusia. Tes dibuat dengan mengandalkan
penanda urutan logis Sprout di ruang C1 dan C2. Bidang ini dipilih setelah berkonsentrasi pada
Kemampuan Esensial (KD) yang dicari untuk rencana pelatihan dan pedoman yang didasarkan pada
pemahaman konsep bahan kerangka tubuh manusia.
Berikutnya adalah organisasi pemikiran tes-pemahaman yang bergantung pada penanda dan bahan
dalam rencana badan manusia. celah atas bagan 3.3 di bawah ini:

Kisi-Kisi
Instrumen Masalah Ujian Uji Coba untuk MengetahuiPemahamanKonsep Belajar
Sebelum soal tes diujicobakan di kelas eksplorasi dan kelas kontrol, inkuiri yang terdiri dari 20 hal
dicoba di kelas eksternal untuk mengukur tingkat legitimasi dan ketergantungan inkuiri. Sejak saat itu,
pertanyaan yang sah harus digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman ide-ide siswa dalam materi
tubuh manusia.
Nilai intelektual siswa menjadi tergantung pada aturan penilaian pemahaman ide-ide yang belum benar-
benar mapan. Standar penilaian bisa dilihat atas bagan 3.4 di bawah ini:

37
H. Uji Coba Instrumental
Informasi yang digunakan berisi test analyzer layak lewat jenjang-jenjang yang disurvei sehingga
pengujian dapat dimanfaatkan dengan tepat. Instrumen tersebut pertama kali diujicobakan atas kelas yang
berbeda di sekolah atas jenjang yang persis dan akhirnya diberikan kepada mata pelajaran ujian.
1. Uji legitimasi instrumen
Keabsahan instrumen dalam tinjauan ini menggunakan pengujian legitimasi substansi dan
legitimasi benda. Untuk mengetahui efek samping dari uji legitimasi menggunakan resep koefisien
hubungan menggunakan item kedua.
rxy

Data:
rxy : Koefisien korelasi jarak faktor X dengan variabel Y N : Jumlah anggota ujian.
X : Angka produk tes.
Y : Latar-latar penghargaan setiap hari.
Langkah-langkah penting untuk arah independen:
Dalam hal rhitung > rtabel, instrumen atau benda pertanyaan dinyatakan sah.
Dalam hal rjumlah < rbagan, alat maupun masalah dinyatakan tiada sah. Standar keabsahan barang adalah
sebagai berikut:

Jadi pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan artikel dengan 20 pertanyaan. Setelah menguji 20
pertanyaan, 15 pertanyaan sah dapat digunakan, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14,15, 16, 17, dan
18.

2. Tes Keandalan Informasi


Uji konsistensi interior (ketergantungan) dikendalikan oleh koefisien Alpha Cronbach. Tes ini
menentukan konsistensi tanggapan responden terhadap instrumen eksplorasi. Nunnally membutuhkan
instrumen yang solid dengan asumsi memiliki koefisien Alpha Cronbach di atas 0,60.57 Untuk memastikan
keandalan menggunakan resep alfa, sebagai berikut:
Data
38
r11 : Kualitas tak tergoyahkan instrumen/koefisien alfa.
k : Jumlah hal/hal.
st2 : Fluktuasi total.
si2 : Fluktuasi mutlak setiap soal.
Standar penting untuk navigasi:
Andaikan rjumlah > rbagan, alat maupun masalah tersebut dikatakan reliabel.
Andaikan rjumlah < rbagan, alat maupun masalah tersebut dinyatakan tiada dapat dipercaya.
3. Tes Jenjang Masalah
File masalah berada di kisaran 0,00 dan 1,0. Sebuah pertanyaan dengan file 0,00 menunjukkan
bahwa pertanyaan itu terlalu merepotkan, sekali lagi, daftar 1,0 menunjukkan bahwa pertanyaan itu terlalu
sederhana. Untuk menentukan tingkat kesulitan alat eksplorasi hal-hal dapat menggunakan resep berikut:
P=
Data:
T: Indeks masalah.
B : Jumlah siswa yang menjawab pertanyaan secara efektif.
JS : Jumlah lengkap siswa yang lulus ujian

Anas Sudijono
mengungkapkan bahwa barang-barang tersebut disusun sedemikian rupa dengan asumsi tingkat kesulitan
barang-barang tersebut cukup (sedang). Oleh karena itu, untuk alasan pengumpulan informasi dalam ulasan
ini, digunakan hal-hal dengan aturan (sedang) yang memadai, khususnya dengan menghilangkan hal-hal
dengan kelas yang terlalu sederhana atau terlalu merepotkan.

4. Mengenali Tes Kapasitas


Kapasitas mengenali yaitu keahliaan satu benda uji buatan berlatih demi memiliki pilihan untuk
mengenali siswa yang berkapasitas tinggi dan siswa yang berkapasitas rendah sehingga lebih banyak
individu yang menjawab soal tersebut secara efektif, sedangkan siswa dengan kemampuan yang rendah
menjawab soal tersebut sampai batas tertentu. tidak dapat menanggapi pertanyaan secara akurat.
Sehubungan dengan penentuan daya pembeda setiap benda benda benda eksplorasi yaitu bagaikan
selanjutnya:
D= -

Bahan:
D:Kapasitas beda
BA: Banyaknya golongan atas yang menanggapi masalah itu atas akurat.BB:Banyaknya
kelompokbawahyangmenjawabsoalitudenanbenar.JA :Banyaknyapesertakelompok atas.
JB:Banyaknya pesertakelompokbawah.
PA:Proporsipeserta kelompok atas yang menjawab dengan benar (ingat,sebagai indeks kesukaran).

39
A. Teknik Penjabaran Kapasitas
Analisis Pemeriksaan informasi dimulai dengan menguji kebutuhan penyidikan, khususnya uji ordinaris
dan homogenitas. Kemudian, pada saat itu, lanjutkan dengan pengujian spekulasi.
1. Ujian Keharusan Ujian
A. Uji Normalitas
Spekulasi uji kewajaran adalah sebagai berikut:
1) Spekulasi
H0: Contoh informasi berasal dari masyarakat yang biasa beredar.
H1: Contoh informasi itu berasal dari masyarakat yang tidak biasa beredar.

2) Tingkat Besar = 5% (0,005)


Cara penggunaan uji keteraturan informasi eksplorasi adalah sebagai berikut:
1) Urutkan informasi contoh dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Tentukan Angka Zi dari setiap informasi atas resepnya

Zi=
Bahan:
Zi:Datatunggal
Xi:Datar-datardatatunggal
S:Simpanganbakudatatunggal
1) Memastika besar harapan bagi masing-masing angka Zi berdasarkantabelZi disebut atas f(Zi).
2) Mempertimbangkan gelombang komulatif dari masing-masing angka Zi disebutS(Zi).
3) Memastikan angka L0 atas mengumumkan f(Zi) – S(Zi) akhirnya ditentukannilai mutlaknya. capai yang
paling besar dengan bandingkan atas Ltdaritabellilifors.
4) Adapunkriteriapengujianadalahsebagaiberikut:
Tolak H0 jika L0> LtTerimaH0jikaL0<L
a. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas, dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakanuntuk mengetahui apakan
populasi penelitian mempunyai variasi atau
tidak.Ujihomogenitasyangdigunakanadalahujihomogenitasduavarianatauduafister,yaitu : 61

dimana

Keterangan:
F:Homogenitas
S12 :Variansterbesar
1
S2 2
:Variansterkecil
2
Mengenai standart tes kehomogenan bagi tes kehomogenan ini yaitu :H0diterima andaikan Fh≤ Ft,H0data
mempunyai versi sama
H0diterimajikaFh>Ft,H0 datatidakmemilikivarianhomogeny

40
b. UjiN-Gain
demi memandang disparitas yang diberikan pembelajaran jarak
kelaseksperimen1menggunakanBupenadengankelaseksperimen2denganmenggunakan model pembelajaran
TPS Berbantuan materi ajar leaflet, bahwa bisa memakai tes indikator Gainyangrumusnyasebagai berikut
Bahan:
G:N-gain
Spost: Angka PosttestSpre : Angka PretestSmax:SkorMaksimum

2. Uji Hipotestis
Hipotesis yang diselesaikan dalam ulasan ini adalah:
H0: Tidak ada pengaruh besar penggunaan Model Pembelajaran Berbantuan TPS dengan materi pamflet
terhadap pemahaman gagasan belajar siswa atas pokus pelajaran IPA kelas V.
H1: Ada akibat besar eksploitasi Model Pembelajaran TPS Berbantuan materi pamflet terhadap pemahaman
gagasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V.

Untuk menguji spekulasi digunakan resep langsung langsung diikuti atas tes-t atas persamaan beserta:
1) Jika t0 <, H0 diabaikan yang menunjukkan adanya pengaruh.
2) Dengan asumsi t0>ta, diakui H0 yang menyatakan tidak ada pengaruh.

Demi menguji akibat dari tinjauan, pencipta menggunakan pemeriksaan faktual, dengan alasan bahwa
informasi yang dikumpulkan adalah informasi kuantitatif atau informasi sebagai angka yang diperoleh dari
hasil tes dan dievaluasi untuk setiap s, kemudian, pada titik itu.
makarumusyangdigunakanuntukmenganalisisdatadalampenelitianinisebagaiberikut : 63
dengan

Keteranagan:
X1: Rata-rata dari kelompok percobaan.
X2: Rata-rata kelompok kontrol.
N₁ : Jumlah siswa dalam kelompok percobaan.
N₂ : Jumlah siswa dalam kelompok benchmark.
S₁ : Standar deviasi siswa kelompok percobaan.
S₂ : Standar deviasi siswa kelompok kontrol.
S : Gabungan simpangan baku.

41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil penelitian

1. Deskripsi Data Awal


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tes tertulis yang terdiri dari
20 soal dan angket untuk mengukur motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan
hasil kegiatan pembelajaran IPA peneliti. Berikut data hasil tesnya:
Tabel 4.1
Data Awal Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas V

Tabel 4.2
Kriteria Hasil Presentase Skor Angket
Motivasi Belajar Peserta Didik
Persentase yang diperoleh Keterangan

85% - 100% Sangat tinggi

70% - 85% Tinggi

55% - Sedang

40% - 55% Rendah

42
0% - 40% Sangat rendah

Dari data pada atas menerangkan output homogen-homogen motivasi belajar yg


menerangkan 55,7% dalam pengamatan awal tergolong rendah, menggunakan 13 siswa
mempunyai motivasi belajar sedang, & 7 siswa mempunyai motivasi belajar Rendah. Sehingga
bisa disimpulkan motivasi belajar siswa belum masuk kedalam kategori baik lantaran kurangnya
pencerahan kemauan pada belajar maka output belajar kurang maksimal.
Sedangkan buat mendeskripsikan mengenai berpikir kritis siswa pra penelitian kelas V pada MI
Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung Sebagai Berikut:
Tabel 4.3
Hasil Data Awal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Berdasarkan sumber data tersebut maka dapat dikemukakan gambaran berpikir kritis
peserta didik pada pembelajaran IPA pada pra penelitian yang dilakukan bahwa didapat hasil
nilai rata-rata peserta didik 45,6 Dengan ketentuan 1%. 12 peserta didik kemampuan berpikir
kritis sedang, dan 6 lainnya memiliki kemampuan berpikir sangat kurang.

B. Pembahasan
1. Deskripsi data siklus 1
a. Perencanaan siklus 1
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada
proses belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur
merupakan menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan
yg dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi &

43
panduan evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg
tercermin selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi
sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid
mengenai pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf
pemahaman siswa instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) & mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan
berbantuan Leafleat. Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran
siswa pada kelas.

b. Pelaksanaan siklus 1

Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.

2) Pertemuan ke-2 pada tanggal 22 Juli 2022


Pertemuan ke 2 dilaksanakan dalam lepas 22 Juli 2022. Kegiatan belajar berlangsung
selama 1x35 mnt. Pembelajaran dimulai dalam pukul 13.00-1400 WIB. Materi yg diajarkan dalam
rendezvous ke 2 ini merupakan Rangka Tubuh Manusia.
Pembelajaran dimulai menggunakan mengucapkan salam, berdoa, & mengabsen kehadiran
siswa. Setelah terselesaikan peneliti mengulang pelajaran kemarin & bertanya jawab buat
mengingatkan balik pelajaran yg telah. Setelah terselesaikan peneliti menaruh bahan ajar apa hari
ini, mengungkapkan Rangka Tubuh Manusia. Peneliti mengungkapkan materi lalu menaruh ketika
tanya jawab pada siswa apabila terdapat yg nir paham. Kemudian peneliti membagi siswa kedalam
gerombolan yg berjumlah 2 orang. Setelah membagi gerombolan pendidik memberi ketika buat
masing-masing gerombolan buat mendiskusikan output yg didapat. Setelah itu pendidik meminta
buat setiap perwakilan membicarakan hasilnya pada depan sahabat kelasnya & membuka
pertanyaan buat yg belum paham, sehabis terselesaikan pendidik mengulang lagi pertanyaan yg
belum dipahami siswa buat lebih tahu lagi.
Pada termin penutup, peneliti membimbing siswa buat menyimpulkan materi yg sudah
disampaikan. Kemudian diakhiri aktivitas pembelajaran peneliti melakukan penilaian buat
mengukur pemahaman siswa dalam materi yg diajarkan. Selanjutnya peneliti mengakhiri pelajaran
menggunakan berdoa & mengucapkan salam.
Pertemuan ke-tiga dalam lepas 23 Juli 2022
Pertemuan ketiga dalam daur pertama ini dilakukan dalam lepas 23 Juli 2022. Pemelajaran dimulai
dalam pukul 13.00-1400 WIB. Materi yg diajarkan dalam rendezvous ketiga ini merupakan
Hubungan antar tulang manusia (Persendian).
Pembelajaran dimulai menggunakan mengucapkan salam, berdoa, & mengabsen kehadiran siswa.
Setelah terselesaikan peneliti mengulang pelajaran kemarin & bertanya jawab buat mengingatkan
44
balik pelajaran yg telah. Pada rendezvous ketiga membahas materi sebelumnya menggunakan
singkat. Kemudian peneliti mengajukan tanya jawab buat mengingatkan balik pelajaran
sebelumnya. Kemudian peneliti memberikan lbr soal essay pada siswa, soal ini buat mengukur
sejauh mana berpikir kritis siswa pada tahu bahan ajar. Tes dalam daur 1 ini berjalan lancar.
Peserta didik penekanan mengerjakan soal.
Saat aplikasi peneliti berkeliling memantau siswa pada menuntaskan pertanyaan supaya nir
menjawab menggunakan asal. Awal aplikasi tes suasana tenang, nir terdapat siswa yg bersuara,
tetapi 10 mnt lalu suasana kelas sedikit gaduh, beberapa siswa bertanya dalam temannya. Peserta
didik yg telah terselesaikan eksklusif diberi angket.
Selanjutnya Peneliti memberikan lembaran angket buat siswa, angket bermanfaat buat mengukur
sejauh mana motivasi belajar & taraf pemahaman siswa pada pelajaran IPA. Setelah memberikan
lembaran angket peneliti mengungkapkan cara menjawab setiap buah pernyataan, output angket yg
diisi nir menghipnotis nilai yg dikerjakan & mengisi angket menggunakan sinkron & benar.

c. Observasi

1) Hasil data Observasi


Lembar observasi dibuat berdasarkan RPP yang dibuat dan digunakan untuk mencatat hasil
observasi selama proses pembelajaran. Saat melakukan proses pembelajaran di kelas, pendidik
mengoordinasikan situasi pembelajaran dan kesediaan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran seperti salam, do’a, pengecekan ketertiban siswa, dan kebersihan kelas. Selain itu,
persepsi dilakukan untuk melihat apakah pengetahuan awal siswa terhadap materi yang diberikan
relevan dengan materi yang disampaikan. Amati bagaimana perubahan sikap siswa dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan tangkap perubahan siswa pada setiap siklusnya.
Selama fase Observasi, penilaian motivasi belajar diturunkan dari perilaku setiap siswa pada
Lembar Observasi Pembelajaran, sesuai dengan Pedoman Penilaian Siswa. Kegiatan observasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan cara yang sama seperti pembelajaran dievaluasi di dalam kelas.

Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I
No Nama siswa Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata
-rata

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 1,5
1. Ardian Julianto √ √ √ √ 1,5
2. Ahzahra Tri Oktaria √ √ √ √ 2
3. Heni Pratiwi √ √ √ 2,25
4. M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 1.75
5. Salsabila Kuratun Ain √ √ √ √ 2
6. Putri Amalia √ √ √ √ 1.25
7. Amiratul M √ √ √ √ 2
8. Zahira Zahra √ √ √ √ 2.5
9. Sintiani √ √ √ √ 2.5
10. Patih Saddan √ √ √ √ 2
11. Adinda Debi Pricilia √ √ √ √ 1.75

Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I
12. Epi Ananda √ √ √ √ 2.5

45
13. Alsya Zivilia R √ √ √ √ √ 1
14. Raisya Alvaro √ √ √ √ √ 1
15. Citra Rama Dinda √ √ √ √ √ 2
16. Prabu Rapa √ √ √ √ 2
17. M.Dani √ √ √ √ 1.5
18. Nayra Apipa √ √ √ √ 2
19. Parid √ √ √ √ 1
20. Raisya Azzahra √ √ √ √ 2
Jumlah 33.5
Rata-rata 1.6
Kategori Kura
ng
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)

Berdasarkan tabel diatas kegiatan siswa memperoleh skor homogen-homogen yaitu 1.6
menggunakan kategori kurang. Peserta didik masih kurang aktif pada mengikuti pembelajaran.
Dan terdapat beberapa siswa yg bahagia mengobrol menggunakan sahabat kelompoknya. Aktivitas
belajar siswa tadi wajib lebih pada tingkatkan dalam daur II.
2) Aktivitas Pendidik Siklus I

Skor
No Aktifitas Pendidik
1 2 3 4
1. Apersepsi √
2. Penjelasan materi √
3. Memberikan pertanyaan
Interaktif √
4. Memberikan kesempatan
peserta didik untuk bertanya √
5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 1.9
Kategori Kurang

Berdasarkan tabel di atas aktifitas pendidik pada siklus I memperoleh rata-rata yaitu 1.9
masuk pada kategori kurang. Aktifitas pendidik tersebut harus lebih tingkatkan lagi pada siklus II.

3) Data hasil tes


Tes yang dilakukan pada akhir siklus I ini berupa tes dalam bentuk penilaian soal essay
yang berdasarkan indikator berpikir kritis peserta didik. Data hasil tes ini dihasilkan dari 10
butir soal essay yang sudah dikerjakan oleh peserta didik. Di bawah ini merupakan data hasil
46
tes kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus I. Berdasarkan analisis data tes evaluasi
pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 15
Rekapitulasi Hasil Penelitian Kemempuan Berpikir Kritis Belajar Peserta Didik
Siklus 1
No. Nama siswa Jumlah nilai Keterangan
1. Ardian Julianto 40 Sangat kurang
2. Ahzahra Tri Oktaria 43.3 Sangat kurang
3. Heni Pratiwi 70 Kritis
4. M. Nuzul Ramil 40 Sangat kurang
5. Salsabila Kuratun Ain 70 Kritis
6. Putri Amalia 50 Kurang kritis
7. Amiratul M 57 Kurang kritis
8. Zahira Zahra 37 Sangat kurang
9. Sintiani 43 Sangat kurang
10. Patih Saddan 70 Kritis
11. Adinda Debi Pricilia 67 Kurang kritis
12. Epi Ananda 63 Kurang kritis
13. Alsya Zivilia R 33 Sangat kurang
14. Raisya Alvaro 40 Sangat kurang
15. Citra Rama Dinda 63 Kurang kritis
16. Prabu Rapa 60 Kurang kriris
17. M.Dani 53 Kurang kritis
18. Nayra Apipa 62 Kurang kritis
19. Parid 53 Kurang
20. Raisya Azzahra 63 Kurang
Jumlah 2955
Rata-rata 54,2
Keterangan Kurang
Berdasarkan tabel di atas peroleh hasil tes berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPA
dengan rata-rata nilai 54,2% pada siklus I.

4) Data hasil angket


Angket diberikan pada akhir siklus I. berdasarkan hasil rata-rata hasil angket motivaisi
belajar peserta didik terhadap pelajaran IPA menggunakan model think pair share berbantuan
bahan bekas, belum mencapai indikator keberhasilan. Di bawah analisis angket motivasi belajar
peserta didik:

Table 16
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus I

47
No Nama siswa Jumlah presentase Keterangan
Skor

1. Ardian Julianto 87 62,1% Sedang


2. Ahzahra Tri Oktaria 82 58,5% Sedang
3. Heni Pratiwi 88 62,8% Sedang
4. M. Nuzul Ramil 99 70,3% Sedang
5. Salsabila Kuratun Ain 82 58,4% Sedang
6. Putri Amalia 77 55% Rendah
7. Amiratul M 71 50,3% Rendah
8. Zahira Zahra 77 55% Rendah
9. Sintiani 99 70,7% Sedang
10. Patih Saddan 103 73,5% Sedang
11. Adinda Debi Pricilia 72 51,4% Rendah
12. Epi Ananda 78 55,3% Rendah
13. Alsya Zivilia R 73 52,1% Rendah
14. Raisya Alvaro 79 56,6% Sedang
15. Citra Rama Dinda 108 77,9% Sedang
16. Prabu Rapa 77 55% Rendah
17. M.Dani 73 52,9% Rendah
18. Nayra Apipa 95 67,1% Sedang
19. Parid 94 67,9% Sedang
20. Raisya Azzahra 75 53,4% Rendah
Jumlah : 2955
Rata-rata : 59,8%
Keterangan : Kurang
Sumber: hasil penelitian siklus I
Berdasarkan tabel hasil angket di atas diperoleh motivasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPA dengan menggunakan model think pair share berbantuan Leafleat
sebesar 59,8lam kategori sedang. Sedangkan dalam peningkatan persentase indikator
motivasi berdasarkan angket dengan rincian sebagai berikut:
adanya hasrat dan keinginan belajar 62.67% sedang, adanya keinginan dan kebutuhan
dalam belajar 59% sedang, adanya harapan dan cita-cita dimasa depan 61,8% sedang,
adanya harapan dalam mengikuti pelajaran 60,6% sedang, menimbulkan adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar 57% sedang, adanya lingkungan belajar yang
kondusif 59% sedang.
Table 17
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Pra Siklus Dan Siklus I
No Nama Siswa Pra-siklus Siklus I Keterangan
1. Ardian Julianto 52 % 62,1% Meningkat
2. Ahzahra Tri Oktaria 50 % 58,5% Meningkat
3. Heni Pratiwi 60 % 62,8% Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 60 % 70,3% Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 55 % 58,4% Meningkat
6. Putri Amalia 55 % 55% Meningkat
7. Amiratul M 60% 65% Meningkat
8. Zahira Zahra 54% 70,7% Meningkat
9. Sintiani 62% 73,5% Meningkat
10. Patih Saddan 50% 52,3% Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 55% 55,1% Meningkat
12. Epi Ananda 52% 56,6% Meningkat
13. Alsya Zivilia R 60% 77,9% Meningkat
14. Raisya Alvaro 55% 57% Meningkat

Table 17
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Pra Siklus Dan Siklus I
15. Citra Rama Dinda 53% 77,9% Meningkat
16. Prabu Rapa 67% 69,1% Meningkat
17. M.Dani 60% 63% Meningkat
18. Nayra Apipa 53% 67,1% Meningkat
19. Parid 62% 67% Meningkat
20. Raisya Azzahra 60% 53,4% Meningkat
Sumber: hasil data dari pra penelitian dan penelitian
48
Survei pendahuluan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal
dan angket untuk mengukur motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil
kegiatan pembelajaran IPA peneliti. Berikut data hasil tesnya:
Dari data pada atas menerangkan output homogen-homogen motivasi belajar yg
menerangkan 55,7% dalam pengamatan awal tergolong rendah, menggunakan 13 siswa
mempunyai motivasi belajar sedang, & 7 siswa mempunyai motivasi belajar Rendah. Sehingga
bisa disimpulkan motivasi belajar siswa belum masuk kedalam kategori baik lantaran kurangnya
pencerahan kemauan pada belajar maka output belajar kurang maksimal.
Sedangkan buat mendeskripsikan mengenai berpikir kritis siswa pra penelitian kelas V
pada MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung Sebagai Berikut:
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Hasil penelitian diuraikan pada tahapan yg berupa daur-daur pelajaran yg dilakukan pada proses
belajar mengajar pada kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan pada 3 daur merupakan
menjadi berikut:
Penelitian tindakan kelas daur I dilaksanakan pada tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yg
dilakukan dalam daur I merupakan mempersiapkan instrumen berupa lbr observasi & panduan
evaluasi buat mengetahui motivasi belajar siswa yg bisa diamati melalui konduite yg tercermin
selama proses pembelajaran Anatomi Tubuh Manusia. Instrumen sudah divalidasi sang dosen ahli.
Membuat instrumen berupa lbr angket pendapat mengenai motivasi belajar murid mengenai
pelajaran IPA & contoh thik pair share & pula setiap soal buat mengukur taraf pemahaman siswa
instrumen sudah diuji validitas. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) &
mempersiapkan materi yg akan diajarkan, yaitu Anatomi Tubuh insan berbantuan Leafleat.
Membuat indera peraga yg dipakai buat membantu pada pembelajaran siswa pada kelas.
Lembar observasi dibuat berdasarkan RPP yang dibuat dan digunakan untuk mencatat hasil
observasi selama proses pembelajaran. Saat melakukan proses pembelajaran di kelas, pendidik
mengoordinasikan situasi pembelajaran dan kesediaan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran seperti salam, do’a, pengecekan ketertiban siswa, dan kebersihan kelas. Selain itu,
49
persepsi dilakukan untuk melihat apakah pengetahuan awal siswa terhadap materi yang diberikan
relevan dengan materi yang disampaikan. Amati bagaimana perubahan sikap siswa dari awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan tangkap perubahan siswa pada setiap siklusnya.
Selama fase Observasi, penilaian motivasi belajar diturunkan dari perilaku setiap siswa pada
Lembar Observasi Pembelajaran, sesuai dengan Pedoman Penilaian Siswa. Kegiatan observasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan cara yang sama seperti pembelajaran dievaluasi di dalam kelas.
Dari hasil perbandingan data di atas maka terlihar perbedaan meningkatnya peserta didik pada pra
penelitian tingkat rata-rata peserta didik hanya 55,7n tergolong rendah dengan hanya 13 peserta
didik memiliki motivasi belajar sedang dan 7 peserta lainnya rendah, hal ini terlihat saat
pembelajaran masih banyak peserta didik yang sibuk dengan urusan masing-maing, kurang
fokusnya dengan materi yang di ajarkan dan juga masih banyak nya peserta didik yang asik
mengobrol sehingga masih kurangnya motivasi belajar peserta didik. Namun di penelitian pada
sikluspertama ini terlihat sedikit tingkatan peserta didik dalam pelajaran meskipun rata-rata 59,8%
ini mengalami peningkatan dari setiap peserta didik.
Pada saat pembelajaran di siklus pertama ini peneliti menerapkan model pelajaran dan membuat
media berupa bahan bekas untuk menggambarkan materi yang diajarkan. Sehingga menarik
ketertarikan peserta didik dalam pelajaran dan memungkinkan peserta didik lebih termotivasi
dalam belajarnya.

d. Refleksi
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model think pair share berbantuan leafleat pada siklus
I, selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Setelah
melakukan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan dan melakukan
evaluasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa hambatan yang muncul saat pelaksaan yang
perlu dilakukan perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain:
1) Saat tenaga pendidik menjelaskan didepan kelas, sebagian peserta didik tidak memperhatikan
penjelasan guru.
2) Peserta didik sering menggunakan kesempatan diskusi untuk bercanda dengan teman, sehingga
mereka tidak dapat menyelesaikan lembar kerja tepat waktu.
3) Peserta didik masih belum terbiasa berdiskusi menggunakan model think pair share.
4) Motivasi peserta didik masih rendah, ini terlihat dari rata-rata persentase motivasi belajar
peserta didik siklus I adalah 59,8%, sehingga belum memenuhi indicator keberhasilan.
5) Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah, hal ini terlihat dari persentase
kemampuan berpikir kritis peserta didik sebesar 54,2 %, sehingga belum memenihi indikator
keberhasilan.
Berdasarkan hasil belajar serta refleksi yang dilakukan, maka untuk siklus II perlu diadakan
perbaikan dalam pembelajaran antara lain:
1) Tenanga pendidik memberikan perhatian dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik
yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan.
2) Pada siklus II, guru menganjurkan agar setiap peserta didik ikut mengerjakan tugas dan ikut
aktif dalam tugas kelompok.
3) Guru memperingatkan peserta didik untuk memperhatikan temannya yang berada didepan.
4) Memberikan motivasi pada peserta didik agar berperan serta aktif dalam menjawab dan
bertanya.

2. Deskripsi data siklus II


a. Perencanaan siklus II
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Tahapan-tahapan yang
dilakukan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi yang didapatkan pada siklus I, perencanaan
tindakan pada siklus II adalah dengan mempersiapkan instrumen berupa lembar observasi beserta
pedoman penilaian dan lembar angket pendapat peserta didik tentang motivasi belajar
50
menggunakan model think pair share. Instrumen yang digunakan sama dengan instrumen yang
digunakan pada tindakan siklus I. Peneliti berusaha bersikap lebih tegas terhadap peserta didik
yang gaduh.
Peneliti memanggil peserta didik yang membuat sumber gaduh supaya duduk di bagian depan,
selalin itu memisahkan tempat duduk peserta didik yang banyak mengobrol saat pelajaran. Peneliti
juga berusaha memberikan materi pelajaran dengan lebih santai dan bersahabat dengan peserta
didik agar dapat tercipta suasanan kelas belajar yang santai dan menyenangkan namun tetap
terfokus pada materi pelajaran. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
mempersiapkan materi pelajaran dengan bantuan media Leafleat. materi yang akan diberikan pada
siklus II adalah hubungan antar tulang manusia.
b. Pelaksanaan siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama seperti pada siklus I. Kegiatan
pada siklus II ini terdiri dari 3 kali. Kegiatan belajar menggunakan model think pair share dan
berbantuan Leafleat. Materi pembelajaran bersumber dari silabus kurikulum 2013. Pada tahap
tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun. Deskripsi
pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II yaitu pada pertemuan pertama pada tanggal
27 Juli 2022 sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1 pada tanggal 27 Juli 2022


Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2022. Kegiatan pembelajaran diawali
oleh peneliti dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama agar suasana
kelas menjadi lebih kondusif. Setelah itu peneliti memantau kehadiran siswa dengan cara
mengabsen peserta didik satu per satu. Peneliti membagikan. Peneliti memotivasi siswa agar
peserta didik lebih fokus dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah itu
peneliti menyampaikan apersepsi, kompetensi dasar dan tujuan yang ingin dicapai selama
pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru mengingatkan kembali tentang pelajaran kemarin.
Kemudian pembelajaran dimulai dengan guru menunjukan media yang menggambarkan
hubungan antar tulang manusia. guru menjelaskan materi pelajaran kemudian peserta didik
diminta untuk menganalisis bersama-sama mengenai sebuah alat peraga yang digunakan untuk
memberi kesimpulan apakah yang terjadi dari uji coba tersebut. Sesekali peneliti memberikan
pertanyaan kepada peserta didik mengenai pratek yang dilakukan. Setelah kegiatan mengamati
media, kemudian peneliti menjelaskan tentang materi lebih rinci.
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti tidak membatasi peserta didik untuk
bertanya. Setiap peserta didik yang mau bertanya ataupun dapat menjawab pertanyaan maka
akan mendapat penghargaan berupa tepuk tangan dari teman kelas. Guru menciptakan suasanan
belajar yang santai dan menyenangkan sehingga peserta didik menjadi nyaman belajar namun
tetap dalam fokus pembelajaran. Setelah peneliti menjelaskan materi, peneliti meminta peserta
didik untuk berkelompok berpasangan dan diberikan tugas mengenai materi yang disampaikan
kemudian mendiskusikan dengan teman kelompok, setelah diberi waktu peserta didik diminta
untuk menjelaskan hasil diskusi di depan kelas, dan teman yang lain untuk memperhatikan dan
memberikan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami.
Setelah guru menyampaikan seluruh kegiatan belajar, kemudian peneliti memberi sedikit
permainan untuk mencairkan suasana, dan memberikan hukuman kepada peserta didik yang
kalah dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang dipelajari. kemudian guru meminta
51
peserta didik untuk mengerjakan soal essay. guru memberikan waktu selama 20 menit kepada
siswa untuk mengerjakan tugas. Peneliti mengingatkan agar siswa mengerjakan tugas dengan
mandiri dan tenang. Setelah itu melakukan evaluasi secara singkat bersama-sama peneliti dan
seluruh siswa. Peneliti dan siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Peneliti
kemudian mengakhiri pembelajaran dengan berdoa bersama yang dilanjutkan dengan salam
penutup.

2) Pertemuan ke-2 pada tanggal 28 Mei 2022


Pada pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2022. Pada awal pembelajaran
peneliti mempersiapkan kelas agar suasana lebih kondusif sebelum pelajaran dimulai peneliti
mengajak peserta didik untuk berdoa bersama. Setelah berdoa bersama peneliti memantau
kehadiran Peserta didik dengan mengabsen peserta didik. Peneliti memotivasi peserta didik agar
siswa lebih fokus dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah itu peneliti
menyampaikan apersepsi, kompetensi dasar dan tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran.
Sebelum memulai pelajaran peneliti memimta peserta didik mengulang kembali materi
yang diajarkan sebelumnya dengan melakukan sesi tanya jawab. Setelah itu peneliti membuka
materi baru yang akan diajarkan menjelaskan Bagian-bagian rangka manusia menjadi 3 bagian.
Peneliti menjelaskan materi dengan membawa Leafleat untuk menjelaskan gambar tulang
rangka manusia dengan memberikan contoh yang sering dialami peserta didik sehari- harinya.
Setelah menjelaskna peneliti membagi peserta didik kedalam kelompok yang berjumlah dua
orang, dan memberikan tugas untuk didiskusikan didalam kelas.
Setelah peneliti memberikan waktu peserta didik diminta untuk setiap perwakilan
kelompok maju kedepan menjelaskan hasil diskusi yang diberikan. peneliti juga berkeliling dan
memperhatikan peserta didik yang lainnya agar tidak berisik untuk memperhatikan dan meminta
peserta lainnya bertanya jika belum ada yang paham dengan penjelasan temannya. Setelah itu
peneliti membagikan soal individu untuk menilai semana jauh pemahaman peserta didik dalam
pelajaran hari ini.
Pada tahap penutup, peneliti membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. Peneliti memberikan motivasi dalam belajar kepada peserta didik dan kemudian
pelajaran diakhiri dengan berdoa daan mengucapkan salam.

3) Pertemuan ke-3 pada tanggal 29 Juli 2022


Pada pertemuan ketiga pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2022. Pada jam
13.00-1400 WIB. Pada pertemuan ketiga. Kegiatan awal pada proses pembelajaran ini sama
seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya. Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan
salam, berdoa bersama memeriksa kerapihan berpakaian peserta didik. Kemudian membahas
materi sebelumnya dengan singkat.
Setelah itu, peneliti melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang sudah dijelaskan. Kemudian peneliti menerangkan materi yang akan
disampaikan, setelah itu peneliti membagi peserta didik dalam kelompok kecil dan meminta
mendiskusiskan tugas yang diberikan. Dan kemudian menjelaskannya kedepan teman lainnya.
Setelah itu peneliti meminta peserta didik untuk bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
peneliti.
Setelah itu diadakan tes tertulis dengan soal essay berjumlah 10 soal. Selama pengerjaan
soal peneliti memantau pengisian jawaban, karena diharapkan peserta didik mengerjakannya
52
dengan bersungguh- sungguh dan tidak menyontek dengan teman sebangkunya. Setelah peserta
didik mengerjakan soal, peneliti menggambil soal dan membagikan angket motivasi belajar
peserta didik terhadap pelajaran ilmu pengetahuan alam.

c. Observasi
1) Data hasil observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkatan kegiatan peserta didik dalam menerima
pelajaran dan tingkat pemahaman di kelas pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
bantuan model think pair share. Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Penilaian motivasi siswa berpedoman pada pedoman penilaian
motivasi belajar yang telah disusun. Sama pada siklus I sebelumnya, pada siklus II observasi
dilakukan oleh peneliti yang selaku sebagai guru. Kegiatan yang dilakukan oleh observer
sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I.

Tabel 18
Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus II
No Nama siswa Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata
-rata

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. Ardian Julianto √ √ √ √ 2.5
2. Ahzahra Tri Oktaria √ √ √ √ 2.75
3. Heni Pratiwi √ √ √ √ 3
4. M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 3
5. Salsabila Kuratun Ain √ √ √ √ 2.5
6. Putri Amalia √ √ √ √ 2.75
7. Amiratul M √ √ √ √ 2.5
8. Zahira Zahra √ √ √ √ √ 2.75
9. Sintiani √ √ √ √ 3.25
10. Patih Saddan √ √ √ √ 2.75
11. Adinda Debi Pricilia √ √ √ √ 3.25
12. Epi Ananda √ √ √ √ 3
13. Alsya Zivilia R √ √ √ √ 2.25
14. Raisya Alvaro √ √ √ √ 2
15. Citra Rama Dinda √ √ √ √ 2.5
16. Prabu Rapa √ √ √ √ 2.5
17. M.Dani √ √ √ √ 2.25
18. Nayra Apipa √ √ √ √ 2.75
19. Parid √ √ √ √ 2.25
20. Raisya Azzahra √ √ √ √ 2.75

53
Jumlah 53.25
Rata-Rata 2.66
Kategori Cukup

Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB) Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C) Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil observasi aktivitas peserta didik memperoleh
skor rata-rata yaitu 2.66 dengan kategori cukup. Dalam penilaian ini peserta didik sudah mulai
aktif mengikuti pelajaran dengan cukup baik. Peserta didik sudah lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran dan juga hanya sedikit yang mengobrol dengan teman sebangkunya.

2) Aktivitas Pendidik Siklus II

Tabel 19
Data Hasil Observasi Aktivitas Pendidik Siklus II
Skor
No Aktifitas Pendidik
1 2 3 4
1. Apersepsi √
2. Penjelasan materi √
3. Memberikan pertanyaan interaktif √
4. Memberikan kesempatan peserta
didik untuk bertanya √

5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
JUMLAH 27
RATA-RATA 2.7
KATEGORI CUKUP

Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
54
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)

Berdasarkan tabel diatas aktifitas pendidik pada siklus II memperoleh rata-rata yaitu 2.7
masuk pada kategori cukup. Dengan meningkatkan lagi pemahaman materi yang akan di ajarkan,
lebih memperhatikan peserta didik yang masih belum paham dan bermain-main selama pelajaran.

3) Data hasil tes


Tes yang dilakukan pada akhir siklus II ini berupa tes dalam bentuk penilaian soal essay
yang berdasarkan indikator berpikir kritis peserta didik. Data hasil tes ini dihasilkan dari 10
butir soal essay yang sudah dikerjakan oleh peserta didik. Yang kemudian dihitung rata-rata
hasilnya untuk mendapatkan perbandingan dari siklus sebelumnya. Dibawah ini merupakan data
hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus II. Berdasarkan analisis data tes
evaluasi pada akhir siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

Table 20
Rekapitulasi Hasil Penelitian Kemempuan Berpikir Kritis Belajar Peserta Didik Siklus II
No Nama Siswa Jumlah nilai Keterangan
1. Ardian Julianto 63.3 Kurang
2. Ahzahra Tri Oktaria 53 Kurang
3. Heni Pratiwi 75 Kritis
4. M. Nuzul Ramil 75 Kritis
5. Salsabila Kuratun Ain 60 Kurang
6. Putri Amalia 60 Kurang
7. Amiratul M 75 Kritis
8. Zahira Zahra 77 Kritis
9. Sintiani 60 Kurang
10. Patih Saddan 77 Kritis
11. Adinda Debi Pricilia 57 Kurang
12. Epi Ananda 77 Kritis
13. . Alsya Zivilia R 53 Kurang
14. Raisya Alvaro 60 Kurang
15. Citra Rama Dinda 80 Kritis
16. Prabu Rapa 63 Kurang
17. M.Dani 57 Kurang

55
18. Nayra Apipa 63 Kurang
19. Parid 80 Kritis
20. Raisya Azzahra 80 Kritis
Jumlah 12,93
Rata-rata 64,7
Siswa yang tuntas 8
Presentasi ketuntasan 40%

Berdasarkan tabel diatas di peroleh hasil tes berpikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran IPA dengan rata-rata nilai 64,7 pada siklus II, dengan ketuntasan presentase 40%. Yang
dimana hanya 8 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, sedangkan 12
peserta didik masih dalam kategori kurang. Namun peserta didik mengalami peningkatan dari
siklus sebelumnya.

Tabel 21
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus II
No Nama Siswa Jumlah Presentase Keterangan
skor

1. Ardian Julianto 111 79.2% Sedang


2. Ahzahra Tri Oktaria 114 81.4% Sedang
3. Heni Pratiwi 113 80.74% Sedang
4. M. Nuzul Ramil 107 76.4% Sedang
5. Salsabila Kuratun Ain 111 79.2% Sedang
6. Putri Amalia 105 75% Rendah
7. Amiratul M 114 81.4% Rendah
8. Zahira Zahra 107 76.4% Rendah
9. Sintiani 111 79.2% Sedang
10. Patih Saddan 105 75% Sedang
11. Adinda Debi Pricilia 108 77.1% Rendah
12. Epi Ananda 111 79.2% Rendah
13. Alsya Zivilia R 112 80% Rendah
14. Raisya Alvaro 106 75.7% Sedang

56
15. Citra Rama Dinda 120 85.7% Sedang
16. Prabu Rapa 114 81.4% Rendah
17. M.Dani 108 77.1% Rendah
18. Nayra Apipa 99 70.7% Sedang
19. Parid 116 82.8% Sedang
20. Raisya Azzahra 110 78.5% Rendah
Jumlah = 1572 %
Rata-rata = 79,6%
Keterangan = Tinggi

Sumber: hasil penelitian siklus II

Berdasarkan tabel hasil angket di atas, motivasi belajar IPA siswa dengan model think-pair-share
berbantuan Leafleat ditemukan sebesar 79,6lam dalam kategori tinggi.
Di sisi lain, proporsi indikator motivasi meningkat ketika kuesioner yang berisi informasi berikut
digunakan:
Kemauan untuk belajar dan kemauan untuk belajar adalah 79,4% lebih tinggi, Kemauan
untuk belajar dan perlu belajar adalah 77% lebih tinggi, Harapan untuk masa depan dan usaha
sedang, 78,1%. Harapan, mengambil pelajaran sedang 79%, kondusif untuk kegiatan belajar yang
menarik 81% tinggi, kehadiran lingkungan belajar 88% tinggi

Tabel 22
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siklus I Dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
1. Ardian Julianto 62,1% 79.2% Meningkat

2. Ahzahra Tri Oktaria 58,5% 81,4% Meningkat


3. Heni Pratiwi 70,3% 80,7% Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 58,4% 76,4% Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 55% 79,2% Meningkat
6. Putri Amalia 65% 75,2% Meningkat
7. Amiratul M 70,7% 81,4% Meningkat
8. Zahira Zahra 73,5% 76,4% Meningkat
9. Sintiani 52,3% 79,2% Meningkat
10. Patih Saddan 55,1% 75% Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 56,6% 77,1% Meningkat
12. Epi Ananda 77,9% 79,2% Meningkat
13. Alsya Zivilia R 57% 80% Meningkat
14. Raisya Alvaro 77,9% 75,7% Meningkat
15. Citra Rama Dinda 69,1% 85,7% Meningkat

57
16. Prabu Rapa 63% 81,4% Meningkat
17. M.Dani 67,1% 77,1% Meningkat
18. Nayra Apipa 67% 70,7% Meningkat
19. Parid 53,4% 82,8% Meningkat
20. Raisya Azzahra 70,3% 78,6% Meningkat
Rata-rata 60% 78,6%
Sumber: hasil penelitian siklusI dan siklus II
Dari hasil data perbandingan di atas siklus I dan siklus II terlihat jelas perbedaan
hasil yang didapat dari setiap peserta didik mengalami peningkatan motivasi belajar yang
cukup tinggi, dengan kata lain peserta didik sudah termotivasi dalam pelajaran namun
belum semua peserta didik memenuhi indikator keberhasilan. Peningkatan peerta didik
memang tidak terlalu tinggi namun memiliki peningkatan dari setiap peserta didik.
Dari beberapa peserta didik yang masih masuk kategori rendah ini sudah hampir
mencapai tinggi, karena prilaku peserta didik masih berubah secara bertahap untuk
meningkatkan motivasi belajarnya. Namun masih ada peserta didik yang masih belum
paham dan memiliki motivasi tinggi untuk menerima pelajara IPA yang diberikan. Namun
dengan adanya model think pair share ini peserta didik lebih semangat dalam
pembelajaran.

Tabel 23
Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus I Dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
1. Ardian Julianto 40 63,3 Meningkat

2. Ahzahra Tri Oktaria 43,3 53 Meningkat


3. Heni Pratiwi 70 75 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 40 75 Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 70 60 Meningkat
6. Putri Amalia 50 60 Meningkat
7. Amiratul M 57 75 Meningkat
8. Zahira Zahra 37 77 Meningkat
9. Sintiani 43 60 Meningkat
10. Patih Saddan 70 77 Meningkat
12. Adinda Debi Pricilia 67 57 Meningkat
12. Epi Ananda 63 77 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 33 53 Meningkat

58
14. Raisya Alvaro 40 60 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 63 80 Meningkat
16. Prabu Rapa 60 63 Meningkat
17. M.Dani 53 57 Meningkat
18. Nayra Apipa 62 63 Meningkat
19. Parid 53 80 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 80 Meningkat
Rata-Rata 54,2% 64,7%

Dari hasi pengolahan data dari siklus I ke siklus I mengalami peningkatan hal ini
terlihat dari perbandingan nilai peserta didik dalam mengerjakan tugas. Meski pada siklus
II ini masih ada peserta didik yang menyontek jawaban teman namun hal ini, dapat di atasi
peneliti saat pengerjaan peneliti berkeliling memperhatikan peserta didik agar mengerjakan
lebih kondusif. Di siklus pertama hanya masuk kategori sedang. Dengan jumlah 11 peserta
didik. Peningkatan ini terlihat di siklus II menjadi 64,7% dengan ketuntasan presentase
40%.

59
a. Refleksi
Refleksi merupakan langkah yang dilakukan setelah mengetahui hasil dan tindakan pada siklus II .
berdasarkan data yang ditampilkan di atas bahwa motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik
belum optimal. Berdasarkan pelaksanaan pada siklus II, maka perlu dilaksanakan perbaikan
kembali pada siklus III. Berdasarkan pengamatan pada siklus II diperoleh beberapa kekurangan
yang dijadikan bahan refleksi yaitu:
1) Terdapat peserta didik yang masih tidak mau berkenan untuk berpasangan dengan peserta
didik lain, ketika melakukan pembagian pasangan kelompok lainnya.
2) Peserta didik masih bingung, hal ini dikarenakan peserta didik masih belum terlalu memahami
model think pair share.
3) Masih adanya peserta didik yang belum berani menyampaikan hasil materinya,
4) Peserta didik masih kurang serius mengikuti kegiatan diskusi dan masih banyak peserta didik
yang mengobrol sehingga menyebabkan kelas menjadi biding.
Berdasarkan kekurangan pada siklus II, maka dilakukan rencana perbaikan yang disusun untuk
siklus III adalah sebagai berikut:
1) Memberika penjelasan kepada peserta didik, bahwa sebaiknya peserta didik tidak hanya
bekerja sama dengan teman sebangku tetapi juga dapat bekerja sama dengan teman satu kelas
lainnya.
2) Memberikan penjelasan lagi bagaimana prosedur model pembelajaran thik pair share
3) Peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berani menyampaikan hasik
diskusinya di depan kelas tanpa merasa malu atau takut, dan untuk teman-temannya untuk
tidak menertawakan temannya jika melakukan kesalahan.
4) Peserta didik diingatkan agar tidak mengobrol diluar materi pelajaran agar kelas menjadi
tenang sehingga pelajaran dapat berjalan lancar.

2. Deskripsi Data Siklus III


a. Tahap Perencanaan
Pada Siklus III dilaksanakan 3x pertemuan yaitu pada tanggal 1- 4 Agustus 2022. Dengan
alokasi waktu masing-masing 1x35 menit, dan diakhir pertemuan diadakan tes siklus.
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus II bahwa belum mencapai ketuntasan keberhasilan.
Pada tahap ini sama seperti di siklus sebelumnya, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran
yang akan digunakan ketika penelitian, seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar soal,
dan instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi guru dan peserta didik, lembar
angket motivasi peserta didik. Lembar observasi diberikan kepada wali kelas V selaku observer
untuk penilaian kepada peneliti selama pembelajaran, sedangkan observer untuk peserta didik
adalah peneliti yang dilakukan sekaligus dalam penyampaian materi.
b. Pelaksanaan tindakan III
1) Pertemuan ke-1 pada tanggal 1 Agustus 2022
Pada pertemuan ke-1 pada tanggal 1 Agustus 2022. Pada pertemuan pertama guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan membaca doa.
Kemudian guru mengecek kehadiran peserta didik dengan menyebut nama peserta didik satu-
persatu. Setelah mengecek kehadiran peserta didik peneliti mengondisikan kelas dengan
mengajak peserta didik dengan ice breaking beberapa tepukan bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi peserta didik sebelum belajar. Peneliti menyampaikan kegiatan pembelajaran, dan
model pembelajaran yang akan diigunakan, guru membuka dengan menanyakan peserta didik
60
tentang materi kemarin, apakah masih ingat atau tidak.
Peneliti menyampaikan materi tentang hubungan antar tulang manusi (Persendian).
Kemudian guru meminta peserta didik untuk duduk berpasangan sesui kelompok masing-
masing ddilanjutkan dengan prosedur pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah peneliti
membagi kelompok peserta didik diminta untuk memikirkan contoh-contoh yang terkait dalam
materi kemudian mendiskusikan tugas yang telah diberikan. Setelah diberi waktu peserta didik
diminta untuk membagikan hasil diskusinya didepan kelas. Peserta didik lainnya diminta untuk
memperhatikan dan bertanya kepada temannya jika ada yang tidak dipahami. Kemudian guru
memberika soal untuk memperkuat ingatan pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti
dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran secara bersamaan dan menutup pembelajaran
dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
2) Pertemuan ke-2 pada tanggal 02 Agustus 2022
Kegiatan inti dimulai dengan peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
dilanjutkan dengan membaca doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian peneliti mengecek
kehadiran peserta didik dengan mengabsen nama peserta didik satu- persatu. Kemudian peneliti
mengingatkan kembali tentang pelajaran kemarin, pembelajaran dimulai dengan guru
memberikan pertanyaan “mengapa tangan manusia bisa dilipat, kenapa kepala manusia bisa
diputar, kenapa jari-jari tangan kita dapat digerakan?”. Guru menyampaikan bahwa kita hari ini
akan melanjutkan pembelajaran rangka tubuh yang sebelumnya. Kemarin kita sudah
mempelajari rangka tubuh manusia, sekarang kita akan mempelajari hubungan antar tulang
manusia (Persendian).
Guru membagikan leafleat, kemudia meminta peserta didik mengamati bahan ajar leafleat
tentang hubungan antar tulang manusia. Guru menjelaskan materi hubungan antar tulang
manusia (Persendian) dan contoh bagian-bagian dari persendian.
Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti tidak membatasi peserta didik untuk
bertanya. Setiap peserta didik yang mau bertanya ataupun dapat menjawab pertanyaan maka
akan mendapat penghargaan berupa tepuk tangan dari teman kelas. Dalam pembelajaran
peneliti menciptakan suasanan belajar yang santai dan menyenangkan sehingga peserta didik
menjadi nyaman belajar namun tetap dalam fokus pembelajaran.
Setelah peneliti menjelaskan materi peneliti meminta peserta didik untuk berkelompok
berpasangan dan diberikan tugas mengenai materi yang disampaikan kemudian mendiskusikan
dengan teman kelompok, setelah diberi waktu peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil
diskusi di depan kelas dan mengambil kesimpulan dari hasil percobaan dan teman lain untuk
memperhatikan dan memberikan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami. Kegiatan pembelajaran
dilanjutkan dengan peneliti memberikan lembar soal essay berupa 10 butir soal untuk dikerjakan
oleh peserta didik. Kegiatan penutup dengan peneliti memberi kesimpulan materi yang telah
dipelajari dan peneliti meminta agar peserta didik tetap mengulang materi di rumah. Peneliti
mengakhiri proses pembelajaraan dengan mengucapkan salam.
3) Pertemuan ke-3 pada tanggal 03 Agustus 2022
Pertemuan ketiga berlangsung pada tanggal 03 Agustus 2022. Penelitian ini dilaksanakan
di kelas V. Kegiatan awal pada proses pembelajaran ini sama seperti kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama,
memeriksa kerapihan berpakaian peserta didik, serta memeriksa kebersihan kelas peserta didik.
Peneliti melakukan review mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya,
kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini.
61
Pada tahap selanjutnya peneliti mulai menjelaskan tentang materi pelajaran pada hari ini
yaitu Cara menjaga kesehatan rangka tubuh manusia. Setelah itu, peneliti melakukan tanya
jawab dengan peserta didik mengenai materi pembelajaran yang sudah dijelaskan. Peneliti
memberi contoh makanan 4 sehat 5 sempurna. Guru membagikan leafleat dan meminta peserta
didik mengamati bahan ajar leafleat tentang cara menjaga tulang manusia agar tetap sehat dan
kuat. Guru menjelaskan secara singkat mengenai cara menjaga kesehatan rangka tubuh manusia
yaitu dengan makan-makanan yang sehat, rajin berolahraga, dan menjaga postur tubuh yang
benar seperti cara duduk dan berdiri yang benar.
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok
diminta untuk menyebutkan macam-macam sayuran dan buah-buahan yang bermanfaat bagi
tulang manusia serta menjelaskan bagaimana posisi saat menulis, duduk, dan berdiri yang benar.
peneliti memainkan permainan, peserta didik yang kalah diminta untuk maju dan
mengulang kembali yang sudah dijelaskan peneliti. Setelah itu peneliti memberikan tugas soal
essay sebagai evaluasi dan penguatan pada pembelajaran yang dilaksanakan setelah peserta
didik selesai mengerjakan peneliti langsung memberikan angket motivasi belajar peserta didik.
Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan memberika motivasi akan pentingnya belajar dan
memberanikan diri untuk bertanya jika memang belum memahami. Peneliti dan peserta didik
bersama membaca doa, dan diakhiri dengan salam.
c. Observasi
1) Data hasil observasi
Observasi dilakukan ketika pelaksanaan kegiatan berlangsung. Pengamatan untuk peserta didik
dilakukan oleh peneliti sedangkan pengamat yang dilakukan observer guru kelas V digunakan
untuk mengetahuai proses pembelajaran yang dilakukan peneliti.

Tabel 24
Data Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus III
Keaktifan Perhatian Kedisiplinan Penugasan Rata –
No Nama Siswa Rata
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Ardian Julianto √ √ √ √ 3
2 Ahzahra Tri √ √ √ √ 3.25
Oktaria
3 Heni Pratiwi √ √ √ √ 3.5
4 M. Nuzul Ramil √ √ √ √ 3.75
5 Salsabila Kuratun √ √ √ √ 3
Ain

6 Putri Amalia √ √ √ √ 3
7 Amiratul M √ √ √ √ 3
8 Zahira Zahra √ √ √ √ 3.75
9 Sintiani √ √ √ √ 3.75
10 Patih Saddan √ √ √ √ 3.5
11 Adinda Debi √ √ √ √ 3.75
Pricilia

12 Epi Ananda √ √ √ √ 3.75


62
13 Alsya Zivilia R √ √ √ √ 3
14 Raisya Alvaro √ √ √ √ 3
15 Citra Rama Dinda √ √ √ √ 3.25
16 Prabu Rapa √ √ √ √ 3.75
17 M.Dani √ √ √ √ 3.25
18 Nayra Apipa √ √ √ √ 3.5
19 Parid √ √ √ √ 3.5
20 Raisya Azzahra √ √ √ √ 3.25
Jumlah 67.5
Rata-Rata 3.37
Kategori Baik
Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas, aktivitas peserta didik memperoleh skor rata rata yaitu 3.37
dengan kategori baik. Dengan begitu Peserta didik sudah mulai aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran dan lebih berani dalam menyampaikan pendapat dan memperhatikan pelajaran yang
berlangsung. Dalam penilaian observasi peserta didik ini di lihat dari bagai mana antusisas
mengikuti pelajaran dan juga ketertarikan baik menghargai pendapat teman dan juga penjelasan
yang diberikan kelompok lain. Dari 20 peserta didik sudah lebih dari setengah nya meningkat
dalam aktivitas pembelajaran. Hanya 3-4 peserta didik yang masih kurang dalam aspek penilaian
pembelajaran. Saat pengerjaan tugas sudah tidak saling mengganggu teman dan menyontek
jawaban teman sebangku lagi. Dan peserta didik fokus mengerjakan tugas yang diberikan.
2) Aktivitas Pendidik Siklus III
Tabel 25
Data Hasil Observasi Aktivitas Pendidik Siklus III
Skor
No Aktifitas Pendidik
1 2 3 4
1. Apersepsi √
2. Penjelasan materi √
3. Memberikan pertanyaan
Interaktif √

4. Memberikan kesempatan peserta


didik untuk bertanya √

5. Penguasaan kelas √
6. Kelantangan Suara √
7. Penggunaan media √
8. Menentukan evaluasi √
9. Menyimpulkan materi pelajaran √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 36
Rata – Rata 3.6
Kategori Baik

Keterangan:
Skor 4 : Sangat Baik (SB)
Skor 3 – 3.9 : Baik (B)
63
Skor 2 – 2.9 : Cukup (C)
Skor 1 - 1.9 : Kurang (K)
Berdasarkan tabel diatas aktifitas pendidik pada siklus III memperoleh rata-rata yaitu 3.6,
masuk pada kategori baik. Observasi ini dilakukan oleh tenanga pendidik selaku wali kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa.
3) Data hasil tes
Tes yang dilakukan pada akhir siklus III ini berupa tes dalam bentuk penilaian soal essay
yang berdasarkan indikator berpikir kritis peserta didik. Data hasil tes ini dihasilkan dari 10
butir soal essay yang sudah dikerjakan oleh peserta didik. Berikut ini merupakan data hasil tes
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada siklus III. Berdasarkan analisis data tes evaluasi
pada akhir siklus III diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 26
Rekapitulasi Hasil Penelitian Kemempuan Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus III
No Nama Siswa Jumlah nilai Keterangan
1. Ardian Julianto 73.3 Kritis
2. Ahzahra Tri Oktaria 86.6 Sangat kritis
3. Heni Pratiwi 93 Sangat kritis
4. M. Nuzul Ramil 90 Sangat kritis
5. Salsabila Kuratun Ain 85 Kritis
6. Putri Amalia 87 Kritis
7. Amiratul M 93 Sangat Kritis
8. Zahira Zahra 87 Sangat kritis
9. Sintiani 70 Kritis
10. Patih Saddan 87 Kritis
11. Adinda Debi Pricilia 70 Kritis
12. Epi Ananda 90 Kritis
13. Alsya Zivilia R 73 Kritis
14. Raisya Alvaro 77 Kritis
15. Citra Rama Dinda 87 Kritis
16. Prabu Rapa 93 Sangat kritis
17. M.Dani 83 Sangat kritis
18. Nayra Apipa 85 Sangat kritis
19. Parid 80 Kritis
20. Raisya Azzahra 87 Sangat kritis
Jumlah 1673%
Rata-Rata 84,9%
Siswa Yang Tuntas 17
Presentasi Ketuntasan 85%

64
Berdasarkan tabel di atas peroleh hasil tes berpikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran IPA dengan rata-rata nilai 84,9% pada siklus III, dengan ketuntasan presentase
85%.

Table 27
Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Siklus III
No Nama Siswa Jumlah Presentase Keterangan
Skor

1. Ardian Julianto 119 85% Tinggi


2. Ahzahra Tri Oktaria 120 85.7% Tinggi
3. Heni Pratiwi 106 75.7% Tinggi
4. M. Nuzul Ramil 127 90.7% Sangat tinggi
5. Salsabila Kuratun Ain 123 87.8% Tinggi
6. Putri Amalia 122 87.1% Tinggi
7. Amiratul M 113 80.7% Tinggi
8. Zahira Zahra 120 85.7% Tinggi
9. Sintiani 123 87.8% Tinggi
10. Patih Saddan 119 85% Tinggi
11. Adinda Debi Pricilia 132 94.2% Sangat tinggi
12. Epi Ananda 127 90.7% Sangat tinggi
13. Alsya Zivilia R 121 86.4% Tinggi
14. Raisya Alvaro 115 82.1% Tinggi
15. Citra Rama Dinda 120 85.7% Tinggi
16. Prabu Rapa 115 82.1% Tinggi
17. M.Dani 118 84.2% Tinggi
18. Nayra Apipa 134 95.7% Sangat tinggi
19. Parid 118 84.2% Tinggi
20. Raisya Azzahra 127 90.7% Sangat tinggi
Jumlah = 1725.7 %

Rata-rata = 86. 7%
Keterangan = Tinggi

Sumber: hasil penelitian siklus III


Berdasarkan tabel hasil angket di atas diperoleh motivasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPA dengan menggunakan model think pair share berbantu Leafleat sebesar
86,7% dalam kategori tinggi. Sedangkan dalam peningkatan persentase indikator motivasi
berdasarkan angket dengan rincian sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan belajar
83.75 % tinggi, adanya keinginan dan kebutuhan dalam belajar 87% tinggi, adanya harapan
65
dan cita-cita dimasa depan 87,7% tinggi, adanya harapan dalam mengikuti pelajaran 86,3%
tinggi, menimbulkan adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 83% tinggi, adanya
lingkungan belajar yang kondusif 86% tinggi. Dengan data ketuntansan 85% yang
mencapai indikator keberhasilan.

Tabel 28
Perbandingan Hasil Motivasi Belajar Siklus II Dan Siklus III
No Nama Siswa Siklus II Siklus III Keterangan
1. Ardian Julianto 79.2% Meningkat
85%
2. Ahzahra Tri Oktaria 81,4% 85.7% Meningkat
3. Heni Pratiwi 80,7% 75.7% Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 76,4% 90.7% Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 79,2% 87.8% Meningkat
6. Putri Amalia 75,2% 87.1% Meningkat
7. Amiratul M 81,4% 80.7% Meningkat
8. Zahira Zahra 76,4% 85.7% Meningkat
9. Sintiani 79,2% 87.8% Meningkat
10. Patih Saddan 75% 85% Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 77,1% 94.2% Meningkat
12. Epi Ananda 79,2% 90.7% Meningkat
13. Alsya Zivilia R 80% 86.4% Meningkat
14. Raisya Alvaro 75,7% 82.1% Meningkat
15. Citra Rama Dinda 85,7% 85.7% Meningkat
16. Prabu Rapa 81,4% 82.1% Meningkat
17. M.Dani 77,1 84,2 Meningkat
18. Nayra Apipa 70,7 95,7 Meningkat
19. Parid 82,8 84,2 Meningkat
20. Raisya A 78,6 90,7 Meningkat
Rata-Rata 78,6 86,7
Sumber: hasil penelitian siklus II dan siklus III
Dari tabel di atas, maka perubahan motivasi belajar peserta didik pada siklus III
sudah mencapai rata-rata indikator keberhasilah dengan 86,7%. Hal ini terlihat dari
besarnya perubahan motivasi belajar peserta didik yang mencapai pengitungan hasil ini
merupakan pengolahan data daari hail angket yang diisi oleh peserta didik. Banyaknya
peserta didik yang sudah menyadari apa saja yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran agar lebih kondusif. Peserta didiik lebih terkontrol oleh peneliti ssat
pembelajaran. Beberapa peserta didik yang biasa menjadi pembuat keributan di kelas sudah
dapat terkondisikan sehingga pelajaran dalam kelas nyaman.

66
Tabel 29
Perbandingan Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Siklus II Dan Siklus III
No Nama Siswa Siklus II Siklus III Keterangan
1. Ardian Julianto 63,3 Meningkat
73.3
2. Ahzahra Tri Oktaria 53 86.6 Meningkat
3. Heni Pratiwi 75 93 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 75 90 Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 60 85 Meningkat
6. Putri Amalia 60 87 Meningkat
7. Amiratul M 75 93 Meningkat
8. Zahira Zahra 77 87 Meningkat
9. Sintiani 60 70 Meningkat
10. Patih Saddan 77 87 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 57 70 Meningkat
12. Epi Ananda 77 90 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 53 73 Meningkat
14. Raisya Alvaro 60 77 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 80 87 Meningkat
16. Prabu Rapa 63 93 Meningkat
17. M.Dani 57 83 Meningkat
18. Nayra Apipa 63 85 Meningkat
19. Parid 80 81 Meningkat
20. Raisya Azzahra 80 87 Meningkat
Rata-rata 64,7% 83,8%

Dari data hasil perbandingan di atas, terlihat meningkatnya berpikir kritis peserta
didik dalam pelajara IPA dengan penerapan model think pair share menggunakan Leafleat.
Terlihat peserta didik senang dengan mengerjakan tugas bersama kelompok, dan berdiskusi
hasil kelompok masing-masing. Dalam penilaian berpikir kritis ini peserta didik diberi soal
esay dimana pertanyaan dibuat dari materi yang telah diajarkan. Disini peserta didik
diminta untuk mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan. Dalam pengerjaan
tugas peserta didik sudah mulai terbiasa mengerjakan tugas sendiri meski masih ada satu,
atau dua orang yang sedikit mengganggu temannya. Namun hal ini tidak membuat peserta
lain hilang konsen dalam pengerjaan tugas. Namun tidak semua peserta didik yang
meningkat langsung tetapi bertahap.

67
d. Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti pada akhir siklus III menunjukan bahwa
secara umum pembelajaran yang dilakukan pada siklus III berjalan sesuai dengan yang
direncaanakan. Berdasarkan pengamatan, antusias belajar peserta didik saat proses
pembelajaran IPA menggunakan model think pair share berbantu bahan bekas pada
siklus III lebih baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Ini terlihat dari
motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik telah berhasil mencapai kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran think pair share berbantuan
Leafleat baik pada siklus I-III menunjukan adanya aktivitas-aktivitas yang mencerminkan
peningkatan motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik. Untuk lebih lanjut berikut ini data
hasil penghitungan berdasarkan siklus I-III sebagai berikut:
1. Hasil observasi
Berdasarkan hasil yang disusun berdasarkan penilaian observasi yang telah disusun dengan
membuat aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas dan motivasi belajar. Berikut adalah
data observasi belajaar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Tabel 30
Data Hasil Observasi Belajar Peserta Didik Siklus I,II Dan III
Siklus Rata-rata
Peserta didik Pendidik
Siklus 1 1.6 2.7
Siklus II 1.9 3.37
Siklus III 2.66 3.6

Dari hasil data diatas terjadi peningkatan peserta didik dalam pembelajaran di kelas, hal ini
terlihat dari hasil rata-rata dari setiap siklus. Dan juga observasi pendidik yang dilakukan selama
penelitian mengalami peningkatan dan perbaikan dalam penyampaian materi di kelas.

68
Gambar 4.1

4 Hasil Data Observasi Peserta Didik Dan Pendidik


3.5
3.6
3.37
3

2.5 2.7 2.66

2 Peserta didik
1.9 pendidik
1.5
1.6
1

0.5

0
siklus I SIKLUS II siklus III

2. Hasil angket
Angket motivasi belajar peserta didik disusun untuk mengetahui
motivasi belajar peserta didik terhadap pelajaran IPA melalui model think
pair share berbantuan Leafleat. Angket ini terdiri dari beberapa penilaian.
Adapun hasil analisis persentase dan kriteria angket motivasi belajar peserta
didik terhadap pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

Tabel 31
Hasil Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus I-III
Siklus Rata-rata Kriteria
I 59,8% Sedang
II 78,6% Tinggi
III 86,7% Tinggi

Dari tabel di atas maka terlihat perubahan nilai rata-rata motivasi belajar peserta
didik berdasarkan angket. Kemudiant dapat disajikan juga dalam diagram
sebagai berikut:

Gambar 4.4

69
Diagram Hasil Angket Motivasi Peserta Didik

100%

80% 86,7%

78,6%
60%
59,8%
40%
Series 1

20%

0%

siklus I SIklus II Siklus III


Nilai rata-rata

Sumber: pengolahan data hasil penelitian

Grafik Hasil Rata-Rata Angket Motivasi Belajar

Dari data tabel dan diagram hasil analisis angket motivasi belajar ilmu
pengetahuan alam dengan penerapan model think pair share berbantuan Leafleat
siklus I yaitu 59,8% meningkat menjadi 78,6% paada siklus III namun belum
memenuhi indikator keberhasilan kemudian di siklus III naik meningkat menjadi
86,7%. Sedangkan peningkatan motivasi belajar setiap indikator berdasarkan
hasil penyebaran angket diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 32
Persentase Motivasi Belajar Peserta Didik Pelajaran IPA Berdasarkan Indikator
Pada Siklus I,II Dan III

Aspek Pertemuan siklus Keterangan

I II III
Adanya hasrat dan 61,6% 79,2% 83,7% Meningkat
keinginan belajar
Adanya dorongan dan 58% 78% 87% Meningkat
kebutuhan belajar
Adanya harapan dan cita- 60,8% 77,1% 87,7% Meningkat
Cita

70
Adanya harapan dalam 60,6% 77% 86,3% Meningkat
mengikuti pelajaran
Menimbulkan adanya 59% 80% 83% Meningkat
keinginan yang menarik
dalam belajar
Adanya lingkungan belajar yang
kondusif 56% 82% 85% Meningkat

Dari data tabel di atas, maka perubahan motivasi belajar peserta didik
berdasarkan angket motivasi belajar peserta didik dapat di sajikan dalam
diagram yang dibuat berdasarkan indikator dengan nilai rata-rata setiap jawaban
peserta didik sebagai berikut:

Gambar 4.5

100%
Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I,II, Dan III
90%
80%
70%
60%
50%
40% Siklus I
30% Siklus II
20% Siklus III
10%
0%

123456
Indikator Motivasi Belajar

Dari data tabel dan grafik diperoleh hasil analisis angket motivasi belajar
untuk setiap indikator motivasi belajar IPA siswa dengan menerapkan model
think-pair-share yang didukung oleh Leafleat selama siklus I sampai III
meningkat. Analisis angket motivasi belajar menunjukkan bahwa melalui model
Think Pair Share yang didukung oleh Leafleat, persentase motivasi belajar IPA
siswa meningkat sebesar 59,8% pada siklus I, 78,6% pada siklus II, dan

71
meningkat 86%, 7% . Sedangkan peningkatan motivasi untuk masing-masing
indikator berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data sebagai berikut:

a) 79,2% dengan izin tinggi dan 83,7% dengan kualifikasi tinggi ke-3.
b) Ada kebutuhan akan bantuan dan pembelajaran. Yakni, 58 kualifikasi rendah
pada siklus I, 78 pada siklus II dan 87,8 kualifikasi tinggi pada siklus III.
c) Adanya harapan dan cita-cita meningkat lagi menjadi 60,8% pada siklus I,
77,1% pada siklus II dan 87,8% pada siklus III.
d) Keinginan mengikuti ajaran meningkat menjadi 60,6% pada siklus I, 77%
pada siklus II, 86,3% pada siklus III.
e) Membangkitkan keinginan yang menarik pada siklus pertama dengan kondisi
rendah, kemudian pada siklus kedua menjadi 80n, dan pada siklus ketiga
meningkat menjadi 83D
f) Adanya lingkungan yang mendukung 56% pada siklus kedua, 82% pada
siklus II, dan meningkat menjadi 85 dengan kualifikasi tinggi pada siklus III.

3. HASIL UJIAN
Berdasarkan hasil tes lisan dan tulis berupa total 10 soal esai dari hasil soal ujian
untuk Siklus I, II dan III. Pelaksanaan tes dalam penelitian ini dijalankan pada
setiap akhir siklus. Berikut adalah tabel perbandingan hasil tes siklus.
Tabel 33
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Motivasi Belajar Siswa
No Nama siswa Pra Siklus Siklus Siklus Rata Keterangan
siklus 1 2 3 –
Rata
1. Ardian Julianto 52 87 79 85 75 Meningkat
2. Ahzahra Tri Oktaria 50 82 81 86 75 Meningkat
3. Heni Pratiwi 60 80 82 86 77 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 60 99 76 90 81 Meningkat
5. Salsabila Kuratun Ain 61 82 79 85 77 Meningkat
6. Putri Amalia 55 77 78 87 75 Meningkat
7. Amiratul M 60 71 81 81 73 Meningkat
8. Zahira Zahra 54 77 79 85 74 Meningkat
9. Sintiani 62 78 79 87 77 Meningkat
10. Patih Saddan 65 75 75 85 77 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 56 72 77 94 75 Meningkat
12. Epi Ananda 62 78 79 91 76 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 60 73 80 86 75 Meningkat
14. Raisya Alvaro 55 79 80 82 74 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 53 80 85 86 76 Meningkat
16. Prabu Rapa 67 77 81 82 77 Meningkat
19. Parid 62 82 94 95 84 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 75 78 90 95 Meningkat
Rata -Rata 57% 68% 75% 86%

Hasil tes untuk motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan


model think pair share berbantuan Leafleat meningkat, hal ini dapat dilihat dari
72
hasil tes dengan nilai rata-rata pada data awal 57 %, Siklus I 68% meningkat
menjadi 75% kemudian di siklus III Meningkat menjadi 86% dengan indikator
ketuntasan 70%.

Gambar 29
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Motivasi Belajar Siswa

Tabel 34
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Berpikir Kritis

73
No Nama Data Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata- Keterangan
siswa Awal rata

74
1. Ardian Julianto 40 45 63 Meningkat
73 54
2. Ahzahra Tri Oktaria 43 43 53 86 56 Meningkat
3. Heni Pratiwi 70 72 75 93 77 Meningkat
4. M. Nuzul Ramil 40 60 75 90 72 Meningkat
5. Salsabila Kuratun 65 70 60 85 71 Meningkat
Ain
6. Putri Amalia 50 50 60 87 62 Meningkat
7. Amiratul M 57 60 75 93 73 Meningkat
8. Zahira Zahra 73 75 77 87 71 Meningkat
9. Sintiani 61 70 72 75 70 Meningkat
10. Patih Saddan 46 70 77 87 70 Meningkat
11. Adinda Debi Pricilia 47 67 57 70 60 Meningkat
12. Epi Ananda 40 63 77 90 67 Meningkat
13. Alsya Zivilia R 48 70 78 83 70 Meningkat
14. Raisya Alvaro 60 80 85 90 79 Meningkat
15. Citra Rama Dinda 70 80 85 87 81 Meningkat
16. Prabu Rapa 68 78 87 93 82 Meningkat
17. M.Dani 70 73 89 95 82 Meningkat
18. Nayra Apipa 77 78 82 98 84 Meningkat
19. Parid 53 70 80 81 71 Meningkat
20. Raisya Azzahra 63 73 80 87 76 Meningkat
Rata-Rata 57% 68% 75% 87%

Hasil tes untuk Kemampuan Berpikir Kritis peserta didik dengan


menggunakan model think pair share berbantuan Leafleat meningkat, hal ini
dapat dilihat dari hasil tes dengan nilai rata-rata pada data awal 57 %, Siklus I
68% meningkat menjadi 75% kemudian di siklus III Meningkat menjadi 87%
dengan indikator ketuntasan 70%.

Gambar 30
Hasil Rata-Rata Perbandingan Tes Berpikir Kritis

75
D. Pengujian Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hipotesis perilaku yang diidentifikasi pada bab sebelumnya,
hipotesis perilaku adalah:
Hasil penerapan model thinking pair sharing menggunakan materi leaflet pada
tindakan siklus 1, 2 dan 3 berhasil digunakan Pembelajaran IPA Kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung im., terlihat pada hasil setiap akhir
siklus, meningkat menjadi 59% pada siklus I, 78,6% pada siklus II, dan 86,7%
pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa Kelas V MI Masyariqul Anwar
Dupa Bandar Lampung menjadi lebih proaktif dan memiliki motivasi dan
pemahaman yang tinggi.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan untuk menilai berpikir kritis siswa,
skor berpikir kritis naik menjadi rata-rata 54,2% pada siklus pertama, 83 pada
siklus ketiga, Kita dapat melihat bahwa metrik naik 70%. Setelah menerapkan
model Think Pair Share dan mengambil tindakan dengan dukungan Leafleat,
siswa menjadi lebih antusias mengikuti kelas sains. Siswa sangat aktif,
mendengarkan penjelasan guru. Pencarian harus berhasil. Pada Siklus III indeks
keberhasilan belajar tercapai dan pembelajaran perilaku kelas dapat
diselesaikan.

76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpualan
Berdasarkan rangkaian penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
oleh peneliti diperoleh hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada BAB sebelumnya bahwa aktivitas belajar peserta didik kelas V MI
Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung, aktif pada saat pembelajaran IPA
dengan menggunakan model think pair share berbantuan Leafleat. Kemudian,
adanya peningkatan motivasi belajar dan berpikir kritis peserta didik dengan
model think pair share berbantuan Leafleat pada mata pelajaran IPA serta
memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan ajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode think pair
share (TPS) berbantuan Leafleat dapat meningkatan hasil belajar IPA pada
peserta didik di MI Masyariqul Anwar Dupa Bandar Lampung.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti
memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
Tenaga pendidik perlu menerapkan model pelajaran think pair share yang
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan berpikir kritis peserta didik
lebih tinggi

2. Bagi peseta didik


Peserta didik perlu menumbuhkan keinginan untuk berhasil adalah
belajar agar motivasi dan berpikir kritis peserta didik terus meningkat
sehingga peserta didik senang jika dapat mengerjakan tugas yang
diberikan. Kemampuan peserta didik dalam berdiskusi kelompok perlu
ditingkatkan, agar peserta didik lebih percaya diri. Peserta didik hendaknya
tidak memberikan contekan bila ada yang ingin menyontek.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya berfokus pada kondisi kelas dan tidak
menyampaikan mengenai kondisi masing-masing peserta didik dalam kelas.
Oleh sebab itu, bagi peneliti selanjutnya diharabkan dapat dilakukan
penelitian yang tidak terlalu fokus ke kelas melaikan kepada setiap peserta
didik dan diharapkan tidak hanya memberikan kesempatan hanya beberapa
kelompok saja.

77
78

Anda mungkin juga menyukai