Disusun oleh :
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses
belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan
sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan
adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan
tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.
Akan tetapi, masih banyak guru-guru yang menggunakan bahan ajar yang kurang
sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.Dimana isi dalam bahan ajar yang
digunakan tidak bermakna dan kurang bermanfaat apabila diajarkan kepada peserta didik,
seperti tidak melatih peserta didik untuk aktif, berpikir kritis dan kreatif.Tidak hanya itu,
desain bahan ajar yang monoton dan juga kurang menarik juga mempengaruhi peserta
didik sehingga peserta didik cenderung malas dalam mempelajari bahan ajar
tersebut.Untuk itu. perlunya dikembangkan sebuah bahan ajar yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik.Bahan ajar yang didalamnya memuat isi / konten /
permasalahan dimana Melatih peserta didik untuk berpikir kritis,kreatif dan aktif sehingga
tidak membuat siswa pasif dan selalu bergantung pada penjelasan guru saja.Selain itu,
juga ditambahkan desain bahan ajar yang menarik dengan warna yang tidak monoton agar
peserta didik tertarik dan semangat untuk mempelajarinya.
A. TAHAP DEFINE
1. Analisa awal-akhir
Masalah pokok yang terjadi ialah ketersediaan bahan ajar yang kurang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Bahan ajar yang digunakan ialah Bahan ajar cetak yang
biasanya berbentuk handout, buku, modul, dan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi
materi dan soal-soal latihan saja. Bahan ajar yang digunakan cenderung monoton,
tidak menarik dan sulit dipahami oleh siswa. Masalah ini penting karena dengan
melakukan pengembangan pada bahan ajar akan dapat membantu peserta didik dalam
memahami materi dengan baik, memotivasi peserta didik untuk belajar, berpikir aktif
dan kreatif.
Dimana pada saat ini, pembelajaran yang diharapkan ialah pembelajaran yang
terfokus pada siswa ( student center) guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.
Maka untuk itulah diperlukan pengembangan bahan ajar yang sesuai yang berfokus
pada aktivitas siswa.Dimana Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar
yang tidak hanya memuat materi dan hanya latihan soal saja melainkan komponen2
lain yang belum ada di bahan ajar sebelumnya.Maka untuk itulah dikembangkan
bahan ajar dengan model search,solve,create and share(SSCS).
Model SSCS ini dikemukakan oleh Edward L. Pizzini beliau adalah seorang ahli
pendidikan dari pusat pendidikan ilmu pengetahuan Universitas IOWA.12 dalam
proses pembelajaran SSCS berpusat pada siswa dan siswa dilibatkan disetiap langkah
model pembelajarannya.Sehingga dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa,
membuat siswa saling berinteraksi dengan sesama serta menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam cara belajar siswa. Model SSCS ini terdiri dari 4 langkah yaitu :
1. Search Pada langkah ini siswa memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada
siswa, serta melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut, dan
menganalisis informasi sehingga terbentuk sekumpulan ide atau gagasan.
2. Solve Siswa menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi,
memilih metode untuk memecahkan masalah, serta mengumpulkan data dan
menganalisis masalah yang diberikan.
3. Create Siswa membuat solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih,
menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah, menampilkan hasil yang
sekreatif mungkin dan jika diperlukan siswa dapat menggunakan grafik, poster
atau model guna mendukung solusi dari permasalahan tersebut.
4. Share Siswa berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dan kelompok
lain atas temuan dari solusi masalah tersebut. Selanjutnya guru serta siswa lain
mengevaluasi solusi dari masalah yang telah diberikan.
Model berperan penting bagi siswa karena mendorong siswa untuk berpikir
lebih kritis, kreatif, mandiri. Dengan demikian, motivasi belajar siswa akan meningkat
dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.Berdasarkan uraian di atas,
dapat diasumsikan bahwa pengembangan bahan ajar dengan model SSCS
memungkinkan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
membuat siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran.
Adapun komponen bahan ajar yang akan disajikan menggunakan model SSCS ini
antara lain sebagai berikut:
1. Identitas bahan ajar memuat judul, nama penyusun, nama dosen pembimbing, dan
instansi penulis.
2. Bagian KI, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi.
3. Bagian petunjuk penggunaan dan skema/peta konsep.
4. Tujuan pembelajaran
5. Materi Pembelajaran
6. Beberapa masalah kontekstual
7. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual tersebut dengan
langkah-langkah model sscs
8. Latihan soal
9. refleksi
10. Glosarium dan daftar pustaka
11. Tambahan disajikan dengan desain yang menarik dan bahasa yang mudah
dipahami
Dengan dikembangkan bahan ajar seperti diatas dapat mengatasi masalah pokok
siswa yakni bahan ajar yang disajikan tidak monoton, bahan ajar yang digunakan
menarik dan mudah dipahami siswa serta bahan ajar tersebut melatih siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan kemampuan problem solving,
berpikir kritis serta kreatif.
Target siswa yang kami pilih yaitu siswa kelas 11 SMA, sesuai dengan materi
yang kami pilih yaitu turunan fungsi aljabar.
Remaja (adolescence) dapat didefinisikan sebagai transisi periode perkembangan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa; yang meliputi perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional).
Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional pada remaja terletak antara
rentang perkembangan fungsi-fungsi sosial, sampai pada proses berpikir abstrak yang
independen. Menurut beberapa ahli perkembangan, periode remaja terbagi menjadi
dua periode, yaitu periode remaja awal dan periode remaja akhir. Periode remaja awal
adalah periode perkembangan yang digambarkan secara umum sesuai dengan usia
sekolah siswa SLTP, dan periode remaja akhir mendekati usia periode siswa SMA ke
atas.
Sesuai deskripsi di atas remaja SMA itu masuk ke dalam proses berpikir abstrak
yang independen. Melalui model yang kami buat siswa akan menemukan sendiri
rumus melalui beberapa apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Melalui
model tersebut juga akan meningkatkan kreativitas, minat belajar, serta motivasi
siswa dalam memahami materi turunan aljabar tersebut.
Selain itu, remaja SMA memerlukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
nya dalam proses berpikir abstrak yang independen dan juga memerlukan bahan ajar
yang bisa dipelajari kapan saja dan dimana saja, dapat berbentuk cetak dan dapat juga
berbentuk e-book yang bisa dibuka menggunakan Handphone/smartphone.
3. Analisa Tugas
Analisa tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dikaji peneliti
untuk kemudian di analisis ke dalam himpunan keterampilan tambahan yang
mungkin diperlukan (Thiagarajan, dkk 1974).Kegiatan yang dilakukan pada analisis
tugas ini yaitu mengidentifikasi serta menyusun materi-materi yang akan dipelajari
secara sistematis. Materi yang akan digunakan pada bahan ajar adalah Turunan
Fungsi Aljabar ( Kelas 11 SMA). Adapun keterampilan yang diharapkan pada materi
ini antara lain :
Pada bahan ajar ini, konsep yang akan diajarkan dibatasi dalam artian tidak semua
konsep dalam KD tersebut dimasukkan ke dalam bahan ajar. Adapun konsep yang akan
diajarkan antara lain :
a. Konsep mengenai definisi turunan menggunakan limit fungsi
b. Sifat-sifat turunan fungsi Aljabar
c. Konsep mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan turunan fungsi aljabar.
5. Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan pembelajaran, untuk mengkonversikan hasil yang telah
diperoleh pada langkah analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan
khusus. Berdasarkan hal diatas maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran yaitu
dengan menggunakan bahan ajar diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan definisi turunan menggunakan limit fungsi dengan benar
melalui metode diskusi kelompok.
2. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat turunan fungsi aljabar menggunakan definisi
turunan dengan tepat melalui metode diskusi kelompok.
3. Siswa dapat menjelaskan penggunaan definisi dan sifat-sifat turunan dalam
menentukan turunan fungsi aljabar dengan benar melalui metode diskusi
kelompok.
4. Siswa dapat menentukan turunan fungsi aljabar menggunakan definisi dan sifat-
sifat turunan dengan benar melalui metode diskusi kelompok.
5. Siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan turunan
fungsi aljabar dengan benar melalui metode diskusi kelompok.
B. TAHAP DESIGN
1. Constructing Criterion- Referenced test