Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PROYEK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL SEARCH


SOLVE CREATE AND SHARE PADA MATERI TURUNAN
FUNGSI ALJABAR

Disusun oleh :

1. Afrimafiska Septian Da Silva ( K1320002)


2. Ananda Putri Ardiestya ( K1320007)
3. Dian Nur Arifah ( K1320028)
4. Juniyati ( K1320044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
PENDAHULUAN

Salah satu tugas pendidik / guru dalam proses pembelajaran adalah


menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Salah satu cara untuk membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang
menyenangkan pula,yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik
dan senang mempelajari bahan ajar tersebut.
Berdasarkan definisinya, Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
(Pannen, 1995). Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan,
yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo
dan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar
haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah instruksional karena akan digunakan oleh
guru untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi
pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran
atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya (Ruhimat, 2011:152).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses
belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan
sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan
adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada siswa dan
tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.
Akan tetapi, masih banyak guru-guru yang menggunakan bahan ajar yang kurang
sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.Dimana isi dalam bahan ajar yang
digunakan tidak bermakna dan kurang bermanfaat apabila diajarkan kepada peserta didik,
seperti tidak melatih peserta didik untuk aktif, berpikir kritis dan kreatif.Tidak hanya itu,
desain bahan ajar yang monoton dan juga kurang menarik juga mempengaruhi peserta
didik sehingga peserta didik cenderung malas dalam mempelajari bahan ajar
tersebut.Untuk itu. perlunya dikembangkan sebuah bahan ajar yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik.Bahan ajar yang didalamnya memuat isi / konten /
permasalahan dimana Melatih peserta didik untuk berpikir kritis,kreatif dan aktif sehingga
tidak membuat siswa pasif dan selalu bergantung pada penjelasan guru saja.Selain itu,
juga ditambahkan desain bahan ajar yang menarik dengan warna yang tidak monoton agar
peserta didik tertarik dan semangat untuk mempelajarinya.
A. TAHAP DEFINE

Tahap ini untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat / kebutuhan-


kebutuhan di dalam proses pembelajaran dengan diawali untuk menentukan tujuan
pembelajaran dan batasan materi yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan.

1. Analisa awal-akhir
Masalah pokok yang terjadi ialah ketersediaan bahan ajar yang kurang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Bahan ajar yang digunakan ialah Bahan ajar cetak yang
biasanya berbentuk handout, buku, modul, dan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi
materi dan soal-soal latihan saja. Bahan ajar yang digunakan cenderung monoton,
tidak menarik dan sulit dipahami oleh siswa. Masalah ini penting karena dengan
melakukan pengembangan pada bahan ajar akan dapat membantu peserta didik dalam
memahami materi dengan baik, memotivasi peserta didik untuk belajar, berpikir aktif
dan kreatif.

Berdasarkan fakta,masalah ini belum sepenuhnya teratasi dengan baik.Masih


banyak sekolah-sekolah yang memakai bahan ajar seperti biasanya, bahan ajar yang
berisi materi dan kumpulan soal-soal latihan saja dimana dalam penggunaan bahan
ajar ini siswa tidak sepenuhnya terlibat aktif melainkan masih membutuhkan guru
dalam menjelaskannya sehingga peran siswa masih pasif dalam pembelajaran hal ini
kurang baik karena dapat membuat siswa kehilangan minat dan motivasi
belajar.Tidak membuat siswa mengembangkan kemampuan kognitifnya,kemampuan
berpikir kritis serta kemampuan problem solvingnya.

Dimana pada saat ini, pembelajaran yang diharapkan ialah pembelajaran yang
terfokus pada siswa ( student center) guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.
Maka untuk itulah diperlukan pengembangan bahan ajar yang sesuai yang berfokus
pada aktivitas siswa.Dimana Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar
yang tidak hanya memuat materi dan hanya latihan soal saja melainkan komponen2
lain yang belum ada di bahan ajar sebelumnya.Maka untuk itulah dikembangkan
bahan ajar dengan model search,solve,create and share(SSCS).

Model SSCS ini dikemukakan oleh Edward L. Pizzini beliau adalah seorang ahli
pendidikan dari pusat pendidikan ilmu pengetahuan Universitas IOWA.12 dalam
proses pembelajaran SSCS berpusat pada siswa dan siswa dilibatkan disetiap langkah
model pembelajarannya.Sehingga dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa,
membuat siswa saling berinteraksi dengan sesama serta menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam cara belajar siswa. Model SSCS ini terdiri dari 4 langkah yaitu :
1. Search Pada langkah ini siswa memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada
siswa, serta melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut, dan
menganalisis informasi sehingga terbentuk sekumpulan ide atau gagasan.
2. Solve Siswa menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi,
memilih metode untuk memecahkan masalah, serta mengumpulkan data dan
menganalisis masalah yang diberikan.
3. Create Siswa membuat solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih,
menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah, menampilkan hasil yang
sekreatif mungkin dan jika diperlukan siswa dapat menggunakan grafik, poster
atau model guna mendukung solusi dari permasalahan tersebut.
4. Share Siswa berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dan kelompok
lain atas temuan dari solusi masalah tersebut. Selanjutnya guru serta siswa lain
mengevaluasi solusi dari masalah yang telah diberikan.

Model berperan penting bagi siswa karena mendorong siswa untuk berpikir
lebih kritis, kreatif, mandiri. Dengan demikian, motivasi belajar siswa akan meningkat
dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.Berdasarkan uraian di atas,
dapat diasumsikan bahwa pengembangan bahan ajar dengan model SSCS
memungkinkan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan
membuat siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran.

Adapun komponen bahan ajar yang akan disajikan menggunakan model SSCS ini
antara lain sebagai berikut:
1. Identitas bahan ajar memuat judul, nama penyusun, nama dosen pembimbing, dan
instansi penulis.
2. Bagian KI, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi.
3. Bagian petunjuk penggunaan dan skema/peta konsep.
4. Tujuan pembelajaran
5. Materi Pembelajaran
6. Beberapa masalah kontekstual
7. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual tersebut dengan
langkah-langkah model sscs
8. Latihan soal
9. refleksi
10. Glosarium dan daftar pustaka
11. Tambahan disajikan dengan desain yang menarik dan bahasa yang mudah
dipahami

Dengan dikembangkan bahan ajar seperti diatas dapat mengatasi masalah pokok
siswa yakni bahan ajar yang disajikan tidak monoton, bahan ajar yang digunakan
menarik dan mudah dipahami siswa serta bahan ajar tersebut melatih siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran, mengembangkan kemampuan problem solving,
berpikir kritis serta kreatif.

2. Analisa peserta didik

Target siswa yang kami pilih yaitu siswa kelas 11 SMA, sesuai dengan materi
yang kami pilih yaitu turunan fungsi aljabar.
Remaja (adolescence) dapat didefinisikan sebagai transisi periode perkembangan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa; yang meliputi perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional).
Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional pada remaja terletak antara
rentang perkembangan fungsi-fungsi sosial, sampai pada proses berpikir abstrak yang
independen. Menurut beberapa ahli perkembangan, periode remaja terbagi menjadi
dua periode, yaitu periode remaja awal dan periode remaja akhir. Periode remaja awal
adalah periode perkembangan yang digambarkan secara umum sesuai dengan usia
sekolah siswa SLTP, dan periode remaja akhir mendekati usia periode siswa SMA ke
atas.
Sesuai deskripsi di atas remaja SMA itu masuk ke dalam proses berpikir abstrak
yang independen. Melalui model yang kami buat siswa akan menemukan sendiri
rumus melalui beberapa apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Melalui
model tersebut juga akan meningkatkan kreativitas, minat belajar, serta motivasi
siswa dalam memahami materi turunan aljabar tersebut.
Selain itu, remaja SMA memerlukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
nya dalam proses berpikir abstrak yang independen dan juga memerlukan bahan ajar
yang bisa dipelajari kapan saja dan dimana saja, dapat berbentuk cetak dan dapat juga
berbentuk e-book yang bisa dibuka menggunakan Handphone/smartphone.

3. Analisa Tugas
Analisa tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dikaji peneliti
untuk kemudian di analisis ke dalam himpunan keterampilan tambahan yang
mungkin diperlukan (Thiagarajan, dkk 1974).Kegiatan yang dilakukan pada analisis
tugas ini yaitu mengidentifikasi serta menyusun materi-materi yang akan dipelajari
secara sistematis. Materi yang akan digunakan pada bahan ajar adalah Turunan
Fungsi Aljabar ( Kelas 11 SMA). Adapun keterampilan yang diharapkan pada materi
ini antara lain :

a. Siswa dapat menjelaskan definisi turunan menggunakan limit fungsi.


b. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat turunan fungsi aljabar menggunakan
definisi turunan.

c. Siswa dapat menjelaskan penggunaan definisi dan sifat-sifat turunan dalam


menentukan turunan fungsi aljabar.
d. Siswa dapat menentukan turunan fungsi aljabar menggunakan definisi dan sifat-
sifat turunan.
e. Siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan turunan
fungsi aljabar.
Selain kelima keterampilan diatas untuk mencapai tujuan kognitif yang tertuang
dalam KD maka pembelajaran juga pasti ingin menguatkan kompetensi lain seperti
keterampilan maupun sikap, Untuk itu diberikan dua macam tugas pada bahan ajar ini
: Pertama, tugas kelompok dengan mengerjakan soal-soal kontekstual dengan
menggunakan langkah model SSCS. Kedua, tugas individu dengan mengerjakan
latihan-latihan soal secara mandiri serta mengisi lembar refleksi.Melalui tugas-tugas
ataupun latihan-latihan soal yang disediakan pada bahan ajar yang dikembangkan ini
diharapkan dapat melatih kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan kreatif terutama
dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan turunan fungsi aljabar.
4. Analisa Konsep
Analisa konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan serta disusun secara hierarkis. Analisis konsep yaitu memaparkan konsep-
konsep dari materi yang akan dibahas pada bahan ajar. Konsep yang dimuat dalam
bahan ajar ialah memahami masalah yang berkaitan dengan materi Turunan Fungsi
Aljabar.Adapun mengenai Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dikaji
ialah yang sesuai dengan kurikulum yang tercantum pada peraturan Permendikbud
Nomor 24 Tahun 2016, yaitu :

NO Kompetensi Dasar Indikator


3.8 Menjelaskan sifat-sifat turunan 3.8.1 Menjelaskan definisi turunan
fungsi aljabar dan menentukan
menggunakan limit fungsi
turunan fungsi aljabar
menggunakan definisi atau 3.8.2 Mengidentifikasi sifat-sifat turunan fungsi
sifat- sifat turunan fungsi.
aljabar menggunakan definisi turunan
3.8.3 Menjelaskan penggunaan definisi dan
sifat-sifat turunan dalam menentukan turunan
fungsi aljabar
4.8 Menyelesaikan masalah yang 4.8.1 Menentukan turunan fungsi aljabar
berkaitan dengan turunan menggunakan definisi dan sifat-sifat turunan
fungsi aljabar. 4.8.2 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan turunan fungsi aljabar

Pada bahan ajar ini, konsep yang akan diajarkan dibatasi dalam artian tidak semua
konsep dalam KD tersebut dimasukkan ke dalam bahan ajar. Adapun konsep yang akan
diajarkan antara lain :
a. Konsep mengenai definisi turunan menggunakan limit fungsi
b. Sifat-sifat turunan fungsi Aljabar
c. Konsep mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan turunan fungsi aljabar.
5. Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan pembelajaran, untuk mengkonversikan hasil yang telah
diperoleh pada langkah analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan
khusus. Berdasarkan hal diatas maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran yaitu
dengan menggunakan bahan ajar diharapkan :
1. Siswa dapat menjelaskan definisi turunan menggunakan limit fungsi dengan benar
melalui metode diskusi kelompok.
2. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat turunan fungsi aljabar menggunakan definisi
turunan dengan tepat melalui metode diskusi kelompok.
3. Siswa dapat menjelaskan penggunaan definisi dan sifat-sifat turunan dalam
menentukan turunan fungsi aljabar dengan benar melalui metode diskusi
kelompok.
4. Siswa dapat menentukan turunan fungsi aljabar menggunakan definisi dan sifat-
sifat turunan dengan benar melalui metode diskusi kelompok.
5. Siswa dapat menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan turunan
fungsi aljabar dengan benar melalui metode diskusi kelompok.
B. TAHAP DESIGN
1. Constructing Criterion- Referenced test

Buku ajar LKS dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran


SSCS, yang disusun sebagai seperangkat bahan ajar. Bahan ajar LKS dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi lebih
aktif proses pembelajaran. Adapun langkah pembelajaran terdiri dari search (mencari),
solve (memecahkan), create (membuat), dan share (membagi).
Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah angket dan tes. Penyusunan
instrumen tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan
sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan. Penyusunan instrumen angket ini
digunakan untuk mengetahui minat peserta didik untuk nantinya dikombinasikan
dalam bahan ajar yang dapat menarik perhatian siswa. Instrumen angket ini
menggunakan skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu 1 (sangat
kurang valid), 2 (cukup valid), 3 (valid) serta 4 (sangat valid). Langkah sebelum
masuk tahap pengembangan, pertama-tama peneliti mengevaluasi setiap tahapan.
Instrumen angket dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti, dengan menambah aspek
kontekstual. Tidak hanya angket validator ada pula angket respon pendidik dan angket
peserta didik yang memuat poin-poin yang telah disesuaikan sehingga dapat diketahui
seberapa menarik modul tersebut.

2. Media Selection (Pemilihan Media)


Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang
relevan dengan karakteristik materi dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Media
dipilih untuk menyesuaikan analisis peserta didik, analisis konsep dan analisis tugas,
karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi
dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna untuk membantu peserta didik dalam
pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan.
Berdasarkan hasil analisis Pada tahap sebelumnya yaitu define (pendefinisian)
disimpulkan bahwa pemilihan media yang sesuai materi dan karakter siswa kelas XI
SMA adalah media cetak berbentuk modul / lks dan media elektronik yang
memanfaatkan smartphone untuk mengakses materi seperti E-modul.
3. Format Selection (Pemilihan Format)
Pemilihan format dilakukan pada langkah awal. Pemilihan format dilakukan
agar format yang dipilih sesuai dengan materi pembelajaran. Pemilihan bentuk
penyajian disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Pemilihan format
dalam pengembangan dimaksudkan dengan mendesain isi pembelajaran, pemilihan
pendekatan, dan sumber belajar, mengorganisasikan dan merancang isi bahan ajar,
membuat desain bahan ajar. yang meliputi desain layout, gambar, dan tulisan.
Pada pemilihan format, bahan ajar ini disusun dengan format berupa :
a. Bahan ajar Berbentuk modul/LKS dengan format pdf yang dapat dicetak
(hardfile) atau dapat juga didistribusikan secara online (softfile).
b. Komponen/isi bahan ajar yang meliputi :
1. Identitas bahan ajar memuat judul, nama penyusun, nama dosen
pembimbing, dan instansi penulis.
2. Bagian KI, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi.
3. Bagian petunjuk penggunaan dan skema/peta konsep.
4. Tujuan pembelajaran
5. Materi Pembelajaran
6. Beberapa masalah kontekstual
7. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual tersebut
dengan langkah-langkah model sscs
8. Latihan soal
9. refleksi
10. Glosarium dan daftar pustaka
c. Pendekatan yang digunakan berupa saintifik learning dengan Model pembelajaran
search,solve,create and share (SSCS).
d. Untuk desainnya akan dibuat menggunakan aplikasi Canva agar lebih mudah dan
desain yang dihasilkan menarik.

4. Initial Design (Rancangan Awal)


Rancangan awal (initial design) yaitu bahan ajar dan media yang harus
dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Bahan ajar LKS yang telah dibuat oleh
peneliti kemudian diberi masukan oleh dosen pembimbing. Masukan dari dosen
pembimbing akan digunakan untuk memperbaiki bahan ajar LKS sebelum menjadi
produk jadi. Kemudian melakukan revisi setelah mendapatkan saran perbaikan dari
dosen pembimbing dan nantinya rancangan ini akan dilakukan tahap validasi. Berikut
ini adalah rancangan awal media bahan ajar:
Kegiatan ini merupakan proses merancang bahan ajar sesuai dengan struktur
penyusunan LKS yang ditetapkan oleh Depdiknas, yaitu:
a. Judul/identitas bahan ajar LKS yang dibuat adalah “Bahan Ajar LKS
Matematika dengan Model Pembelajaran Search Solve Create Share”.
b. Petunjuk belajar bertujuan untuk mempermudah siswa dalam penggunaan
bahan ajar LKS.
c. Kompetensi yang akan dicapai yaitu Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indikator yang akan dicapai dalam bahan ajar LKS.
d. Informasi pendukung adalah peta konsep dari materi yang akan dibahas dalam
bahan ajar LKS.
e. Informasi mengenai apersepsi pada sub-bab di setiap materi.
f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, tugas dalam bahan ajar LKS terdapat
di setiap sub-bab materi yang telah ditentukan, sedangkan langkah-langkah
kerja dalam bahan ajar LKS mengikuti langkah-langkah pada model
pembelajaran SSCS.
g. Penilaian, penilaian yang dimaksud merupakan soal evaluasi yang terdapat
diakhir bahan ajar LKS. Pada penilaian terdapat penilaian akhir, remedial, serta
pengayaan.
Bahan ajar LKS yang telah dibuat oleh peneliti kemudian diberi masukan oleh
dosen pembimbing. Masukan dari dosen pembimbing akan digunakan untuk
memperbaiki bahan ajar LKS sebelum menjadi produk jadi. Kemudian melakukan
revisi setelah mendapatkan saran perbaikan dari dosen pembimbing dan nantinya
rancangan ini akan dilakukan tahap validasi. Rancangan ini berupa Draft I dari Bahan
ajar LKS

Anda mungkin juga menyukai