Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan usaha suatu kelompok masyarakat atau bangsa

untuk mengembangkan kemampuan generasi muda mengalami dan menghayati

nilai-nilai kebaikan dan kemudian hidup melalui pembinaan potensi dan

transpormasi budaya masyarakat. Sekolah sebagai wahana untuk melaksanakan

kurikulum berkewajiban untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar yang

melibatkan berbagai unsur/ semua komponen yang saling berkaitan dan sangat

berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Peningkatan mutu pendidikan akan

berhasil apabila ditunjang oleh beberapa komponen, diantaranya guru, siswa,

evaluasi belajar mengajar dan materi pembelajaran. Pendidikan di Indonesia

dewasa ini masih dalam kualitas yang rendah. Untuk menciptakan kualitas

pendidikan yang lebih baik maka perlu adanya berbagai tindakan yang

mendukung dalam pembelajaran di kelas. Terlebih lagi sekarang banyak faktor

yang menjadikan pelajar di Indonesia menjadi malas berlajar. Kemalasan inilah

yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu caranya

adalah dengan adanya inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran berarti suatu

perubahan baru yang ada kaitannya dengan suatu pembelajaran untuk mencapai

tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri tentunya ada suatu proses dimana guru atau

siswa saling berinteraksi untuk memberi atau menerima suatu informasi.

Hendaknya guru mampu mengembangkan metode belajar yang lebih

menggunakan otak, agar anak didik (siswa) mampu menggunakan otaknya dengan

lebih baik. Dengan demikian otak anak akan lebih berkembang jika terbiasa

dengan metode pembelajaran tersebut.


2

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa di pembelajaran di SMA Methodist Banda Aceh, sudah diterapkan model-

model pembelajaran. Model-model yang sering diterapkan oleh guru di kelas X-

SMA Methodist Banda Aceh adalah STAD, TPS, Jigsaw, dan Picure and Picture

Narasumber/guru mengatakan bahwa pada dasarnya kemampuan siswa-siswi

dalam menyerap dan mengikuti pembelajaran di SMA Methodist Banda Aceh

siswa lebih ditekankan dalam menguasai materi tanpa melatih keterampilan proses

sains. Siswa kurang mampu dalam melakukan praktikum, khususnya pada materi

sel hewan dan sel tumbuhan. Dalam penerapan model-model pembelajaran,

kendala yang paling sering dan umum yang dialami oleh narasumber adalah

siswanya yang kurang percaya diri ketika PBM berlangsung, serta waktunya yang

kurang sehingga kadang-kadang tidak semua tujuan pembelajaran tercapai. Untuk

kedepannya narasumber mengaku akan terus mengembangkan model-model

pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya. Selain itu guru belum

pernah mengembangkan LKPD berbasis praktikum.

Terdapat empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum sains: (1)

Pratikum membangkitkan motivasi belajar siswa. (2) Praktikum mengembangkan

keterampilan dasar melakukan eksperimen. (3) Praktikum menjadi wahana belajar

untuk pendekatan ilmiah. (4) Praktikum dapat menunjang materi pelajaran.

Kegiatan praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan teori

dan membuktikan teori (Rustaman, 2003). Setiap peserta didik perlu memiliki

keterampilan proses, baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, maupun dalam

kehidupannya sehari-hari. Menurut Budiarti (2009:14) alasan mengapa anak didik

perlu memiliki keterampilan proses, diantaranya: Keterampilan proses suatu cara

memecahkan masalah yang dihadapi dalam berbagai segi kehidupan yang relevan,

keterampilan ini mengembangkan cara anak didik untuk membentuk konsep


3

sendiri dan membantu belajar bagaimana mempelajari sesuatu. Membantu anak

didik untuk mengembangkan dirinya. Membantu anak didik memahami konsep

yang abstrak, dan untuk mengembangkan kreativitas anak didik

Praktek proses belajar biologi di sekolah sesuai dengan hakikat sains pada

kondisi ideal belum dapat diterapkan sepenuhnya. Berdasarkan observasi telah

ditemukan kendala antara lain aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif

belum tampak, interaksi antar siswa yang satu dengan siswa yang lainnya belum

berlangsung secara dinamis. Pembelajaran di sekolah hendaknya banyak

melibatkan siswa dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.

Penekanan pembelajaran harusnya difokuskan pada melatih keterampilan, sikap

dan pemahaman konsep. Menurut Hamalik (2009) aktivitas belajar siswa adalah

suatu hal yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang diperolehnya dari

pengamatan, pengalaman bekerja serta diskusi dengan rekan kerja. Fenomena

mengajar yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar

mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor dan kognitif siswa kurang. Siswa

jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa

menjadi pasif sehingga keterampilan proses sains siswa tidak berkembang.

Permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan adanya perubahan dalam

strategi pembelajaran. Peserta didik dalam belajar lebih terstruktur dan terarah

maka digunakan suatu model pembelajaran dan media pembelajaran seperti

LKDP berbasis guided inquiry . Model ini cocok diterapkan dalam pembelajaran

biologi khususnya pada materi sel hewan dan sel tumbuhan. Topik-topik materi

yang ada mengarah pada metode ilmiah. Siswa dilatih untuk menumbuhkan

kemampuan berfikir mandiri dan terlibat secara aktif pada pembelajaran mulai

dari tahap awal sampai tahap akhir sehingga memberi peluang kepada siswa untuk

lebih mempertajam gagasan. Pembelajaran berbasis lingkungan dapat memberi


4

pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dan lebih aktif

dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran biologi tidak harus dengan membaca dan menghafal, tidak

pula sekedar interaksi komunikasi materi dari guru kepada siswa (transfer

pengetahuan). Pembelajaran biologi harus dapat menciptakan interaksi langsung

antara siswa dengan menngunakan instrumen pembelajaran yaitu Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD). Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi bersama untuk melakukan

pengamatan atau praktikum secara bersama. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

merupakan salah satu contoh instrumen belajar biologi yang dapat dimanfaatkan

untuk menunjang pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin meneliti yang berjudul

“Analisis Permasalahan yang Terjadi dalam Pembelajaran Biologi Materi

Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan Di SMA Methodist Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

dapat diambil adalah:

1. Apa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran biologi di SMA Methodist

Banda Aceh?

2. Bagaimana rancangan inovasi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran

biologi di SMA Methodist Banda Aceh?


5

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuannya untuk

mengetahui:

1. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran biologi di

SMA Methodist Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui rancangan inovasi dalam mengatasi permasalahan

pembelajaran biologi di SMA Methodist Banda Aceh.


6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

2.1.1 Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) atau biasa disebut dengan Lembar

Kerja Siswa (LKS) merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang berperan

penting dalam pembelajaran. LKPD dan LKS merupakan dua hal yang sama yaitu

berupa lembar kerja yang harus dikerjakan oleh peserta didik atau siswa.

Menurut Prastowo (2012:204) LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak

yang berupa lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang

harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam hal ini tugas-tugas tersebut sudah

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.

Menurut Prastowo (2012: 205) dalam menyiapkan LKPD, ada beberapa

syarat yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Pendidik harus cermat ,serta memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk bisa membuat LKPD yang

bagus. Sebuah LKPD harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan tercapai

atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasi dan dipahami oleh

peserta didik.

LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar

kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas

pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu

Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Andi Prastowo, 2012: 204). Hal ini

sesuai dengan definisi LKPD menurut Trianto (2010: 111) Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) merupakan panduan peserta didik yang digunakan untuk

melakukan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan


7

semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan kegiatan penyelidikan atau

pemecahan masalah sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.

Menurut Depdiknas (2008: 13), LKPD (student worksheet) adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik biasanya berupa

petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dengan mengacu

Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapainya.

LKPD ini berfungsi sebagai sarana dan media pembelajaran yang berisi

pertanyaan-pertanyaan membimbing sebagai petunjuk/panduan untuk melakukan

kegiatan inkuiri. LKPD yang dikembangkan ini menggunakan pendekatan guided

inquiry yaitu pendekatan pembelajaran dengan melakukan guided

(pembimbingan) pada kelima kegiatan inkuiri. Kegiatan inkuiri yang disusun

terdiri atas perumusan masalah, penyusunan hipotesis dan prediksi, pengumpulan

data, analisis data, dan penyusunan kesimpulan. LKPD yang dikembangkan berisi

pertanyaan-pertanyaan divergen yang membimbing peserta didik dalam

melakukan kegiatan inkuiri.

Berdasarkan definisi LKPD di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk atau

langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan Kompetensi Dasar

dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.

2.1.2 Unsur Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Yunitasari (2013: 10) mengemukakan bahwa, unsur yang ada dalam

LKPD meliputi (1) judul, (2) petunjuk belajar, (3) indikator pembelajaran, (4)

informasi pendukung, (5) langkah kerja, serta (6) penilaian. Sedangkan, menurut

Widyantini (2013: 3), LKPD sebagai bahan ajar memiliki unsur yang meliputi (1)
8

judul, (2) mata pelajaran, (3) semester, (4) tempat, (5) petunjuk belajar, (6)

kompetensi yang akan dicapai, (7) indikator yang akan dicapai oleh peserta didik,

(8) informasi pendukung, (9) alat dan bahan untuk menyelesaikan tugas, (10)

langkah kerja, serta (11) penilaian.

Berdasarkan uraian pandangan mengenai unsur dalam LKPD tersebut,

pada penelitian ini disintesis bahwa LKPD yang akan dibuat dan dikembangkan

memuat unsur judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar, indikator, peta konsep,

alat dan bahan, langkah kerja dan tugas, dan penilaian.

2.1.3 Fungsi LKPD

Berdasarkan pengertian di atas LKPD memiliki beberapa fungsi. Menurut

Prastowo (2012:205) LKPD memiliki 4 fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai bahan ajar yang meminimalkan peran pendidik, namun lebih

mengaktifkan peserta didik.

2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah untuk memahami materi yang

diberikan;

3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta

4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Menurut Widjajanti (2008: 2) selain sebagai media pembelajaran LKPD

juga mempunyai fungsi lain, yaitu:

1. Merupakan alternative bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau

memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan

pembelajaran.

2. Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan

menghemat waktu penyampaian topik.


9

3. Dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai oleh

peserta didik.

4. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.

5. Membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar

mengajar.

6. Dapat membantu meningkatkan minat peserta didik jika LKPD disusun

secara rapi, sistematis mudah dipahami oleh peserta didik sehingga

menarik perhatian peserta didik.

7. Dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan

motivasi belajar dan rasa ingin tahu.

2.1.4 Langkah-Langkah Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD merupakan hal penting yang menunjang pembelajaran, maka dari

itu penyusunan LKPD harus dilakukan secara baik dan LKPD yang di susun harus

inovatif dan kreatif. Penyusunan LKPD harus memperhatikan langkah-langkah

dan kaidah penyusunan LKPD yang baik. Menurut Prastowo (2012: 212) langkah-

langkah dalam menyusun LKPD adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan

LKPD. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang

memerlukan bahan ajar LKPD. Materi yang digunakan ditentukan dengan cara

melakukan analisis terhadap materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang

diajarkan.

2. Menyusun peta kebutuhan LKPD

Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD

yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPD-nya. Menyusun peta
10

kebutuhan di ambil dari hasil analisi kurikulum dan kebutuhan yang diperlukan

dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis. Hal-hal yang biasa di analisis

untuk menyusun peta kebutuhan diantaranya, SK, KD, indikator pencapaian, dan

LKPD yang sudah digunakan.

3. Menentukan judul LKPD

Judul ditentukan dengan melihat hasil analisis standar kompetensi dan

kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau dari pengalaman belajar yang

terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi

sebuah judul LKPD. Jika kompetensi dasar tersebut tidak terlalu besar.

4. Penulisan LKPD

Dalam penulisan LKPD terdapat langkah-langkah yang harus

diperhatikan. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun

LKPD:

a) Merumuskan kompetensi dasar

Untuk merumuskan kompetensi dasar dapat dilakukan dengan melihat

pada kurikulum yang berlaku. Kompetensi dasar merupakan turunan

dari standar kompetensi. Untuk mencapai kompetensi dasar peserta

didik harus mencapai indikator-indikator yang merupakan turunan dari

kompetensi dasar

b) Menentukan alat penilaian

LKPD yang baik harus memiliki alat penilaian untuk menilai semua

yang sudah dilakukan. Penilain dilakukan terhadap proses kerja dan

hasil kerja peserta didik. Alat penilaian dapat berupa soal pilihan ganda

dan soal essai. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada kompetensi

peserta didik, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan

pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian


11

demikian pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan

hasilnya.

c) Menyusun materi

Sebuah LKPD di dalamnya terdapat materi pelajaran yang akan

dipelajari. Materi dalam LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar

yang akan dicapai. Ketika menyusun materi untuk LKPD ada beberapa

hal yang harus diperhatikan. Materi LKPD dapat berupa informasi

pendukung, gambaran umum mengenai ruang lingkup materi yang akan

dipelajari. Materi dalam LKPD dapat diambil dari berbagai sumber

seperti, buku, majalah, jurnal, internet, dan sebagainya. Tugas-tugas

yang diberikan dalam LKPD harus di tuliskan secara jelas guna

mengurangi hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik.

d) Memperhatikan struktur LKPD

Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam

penyusunan LKPD. Kita terlebih dahulu harus memahami segala

sesuatu yang akan kita gunakan dalam penyusunan LKPD, terutama

bagian dasar dalam penyusunan LKPD sebelum melakukan penyusunan

LKPD. Komponen penyusun LKPD harus sesuai apabila salah satu

komponen penyusun LKPD tidak sesuai maka LKPD tidak akan

terbentuk. LKPD terdiri dari enam komponen yaitu judul, petunjuk

belajar (petunjuk peserta didik), kompetensi yang akan dicapai,

informasi pendukung, tugas-tugas, dan langkah-langkah kerja serta

penilaian.
12

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

1. Kelebihan LKPD

Kelebihan LKPD yaitu:

a. LKPD dapat digunakan dalam pemberian tugas oleh guru.

b. Harga LKPD murah dan terjangkau sehingga semua peserta didik dapat

membelinya.

c. Materi dalam LKPD disampaikan secara singkat dan jelas.

2. Kekurangan LKPD

LKPD belum memenuhi syarat-syarat LKPD yang baik. LKPD yang baik

yaitu harus memenuhi syarat dikdaktik, konstruksi, dan teknik. Berikut

kekurangan LKPD yang digunakan:

1. Tugas-tugas yang terdapat dalam LKPD hanya berupa soal tanpa ada

contoh yang jelas.

2. LKPD kurang menarik sehingga peserta didik menjadi cepat bosan.

3. Hal tersebut menunjukan tidak terpenuhinya syarat dikdatik LKPD yang

baik.

4. LKPD belum sesuai dengan kurikulum, lalu antara materi dan tugas

terkadang tidak sesuai

2.2 Model Pembelajaran Guided Inquiry

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry

Model pembelajaran guided inquiry adalah model pembelajaran yang

dalam pelaksanaannya guru memberikan atau menyediakan petunjuk/bimbingan

yang luas terhadap peserta didik pada model pembelajaran inkuiri terbimbing

(guided inquiry) ini guru telah memberukan petunjuk petunjuk mengenai materi
13

yang akan diajarkan kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk tersebut dapat

berupa pertanyaan agar Peserta didik mampu menemukan atau mencari informasi

sendiri mengenai pertanyaan tersebut ataupun tindakan-tindakan yang diberikan

guru yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Pengerjaan ini

dapat dilakukan secra sendiri maupun kelompok (Wena, 2012:60).

Berbeda dengan jenis-jenis inkuiri yang lain, pada model pembelajaran

inkuiri terbimbing siswa hanya diberikan sebuah masalah, topik dan pertanyaan,

sedangkan prosedur serta analisis hasil dan pengambilan kesimpulan dilakukan

oleh peserta didik dengan bimbingan yang intensif dari guru. Pada tahap

permulaan penerapan inkuiri terbimbing diberikan banyak bimbingan terhadap

siswa, sedikit demi sedikit bimbingan dikurangi.

Seperti yang dikemukakan oleh Hudoyono (dalam Zuriyani, 2010) bahwa

dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan

memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan

untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun

siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi

pertolongan guru tetap diperlukan.

Menurut Sanjaya (2008:121) pembelajaran guided inquiry yaitu suatu

model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya

dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir

lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan


14

berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki

kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Model Guided Inquiry merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta, melainkan juga

dari menemukan sendiri. Dalam prosesnya, siswa tidak hanya berperan sebagai

penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut. Proses pembelajaran inkuiri

meliputi lima langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan (Darma,

2008:37).

2.2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Guided Inquiry

Menurut Triyanto (2007) menyebutkan langkah-langkah model

pembelajaran Guided Inquiry terdiri dari 5 tahap yaitu 1) perumusan masalah, 2)

menyususn hipotesis, 3) Mengumpulkan data, 4) Menganalisis data, dan 5)

menyimpulkan. Lebih jelasnya perhatikan Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran Guided Inquiry


No Fase Kegiatan Pembelajaran
1 Perumusan Menentukan masalah yang ingin didalami atau
masalah dipecahkan. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan
oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat
dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa.
Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari
seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan.
2 Menyusun Siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara
hipotesis tentang masalah itu. Inilah yang disebut dengan
hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas
atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba
membantu untuk memperjelas maksud lebih dahulu.
Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa
15

No Fase Kegiatan Pembelajaran


yang salah, tetapi cukup memperjelas maksdnya saja.
3 Mengumpulkan Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-
data banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis
mereka benar atau tidak. Untuk mengumpulkan data
siswa harus menyiapkan peralatan untuk pengumpulan
data dalam melakukan percobaan atau eksperimen.
4 Menganalisis Data yang sudah dikumpulkan
harus dianalisis untuk dapat membuktikan
data hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan
menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan,
dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan
dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam
suatu tabel.
5 Menyimpulkan Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis,
kemudian diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan
dengan hipotesis asal, apakah diterima atau tidak.

2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Guided Inquiry

Model Guided Inquiry memiliki kelebihan dibandingkan dengan model-

model pembelajaran lain. Kelebihan model Guided Inquiry

menurut Sahrul (2009:76) yaitu: 1) membantu peserta didik untuk

mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif,

2) peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat

dimengerti dan mengendap dalam pikirannya, 3) dapat membangkitkan motivasi

dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, 4) memberikan

peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat

masing-masing, dan 5) memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta

dengan peran guru yang sangat terbatas.

Selain kelebihan, pada pembelajaran Guided Inquiry terdapat pula

kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep

maupun teknis, kelemahan pembelajaran Guided Inquiry menurut Prambudi


16

(2010:89) yaitu 1) model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, 2) kadang-kadang dalam

mengimplementasikannya, memerlukan waktu yangpanjang sehingga sering guru

sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, 3) selama kriteria

keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi

pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
17

BAB III

METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA Methodist Banda Aceh. Waktu

penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 November s/d 23 November 2018.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dalam bentuk studi kasus. Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi

kasus dengan data-data yang dikumpulkan yang diperoleh dari observasi lapangan

tercatat dalam catatan lapangan, wawancara dan pengumpulan beberapa dokumen

yang diperlukan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu prosedur

penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen observasi yang penulis gunakan untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi disekolah yaitu dengan menggunakan instrumen

wawancara.

3.4 Subjek Penelitian

Adapun sabjek yang penulis pilih sebagai narasumber dalam penelitian ini

adalah guru mata pelajaran Biologi berjumlah 1 orang guru serta 5 orang siswa

SMA Methodist Banda Aceh. Hal ini disebabkan karena penelitian berdasarkan

kualitatif dengan cara mengumpulkan data informasi.


18

3.5 Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa :

a. Observasi

Observasi dilaksanakan dalam bentuk studi kasus dengan data-data yang

dikumpulkan yang diperoleh dari observasi lapangan tercatat dalam catatan

lapangan, wawancara dan pengumpulan beberapa dokumen yang diperlukan.

b. Wawancara

Penyusunan laporan dilakukan setelah observasi lapangan berlangsung.

Pengumpulan data dalam studi kasus ini dilakukan dari beberapa narasumber,

seperti kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata pelajaran Biologi dan siswa di

SMA Methodist Banda Aceh.

c. Dokumentasi

Pencatatan dan dokumentasi seluruh data yang diperoleh dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

1. Hasil observasi dicatat dalam catatan lapangan.

2. Wawancara didokumentasikan dengan kamera.


19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Wawancara

Adapun analisa data yang dilakukan di SMA Methodist Banda Aceh

melalui wawacara dengan guru Biologi dan siswa. Ada beberapa permasalahan

dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sehingga mempengaruhi rendahnya

hasil belajar siswa dan kurangnya keterampilan proses sains siswa, yaitu:

1. Hasil wawancara dengan Guru Biologi sebagai berikut:

1) Keadaan siswa dalam proses pembelajaran masih terlihat pasif dan siswa

juga terlihat bosan.

2) Guru sudah menggunakan beberapa model pembelajaran seperti model

STAD, TPS, Jigsaw, dan Picure and Picture tapi paling dominan dengan

metode konvensional.

3) Guru sering mengalami kendala dalam proses pembelajaran saat

menggunakan model pembelajaran yaitu siswa masih juga terlihat pasif.

4) Guru belum pernah menggunakan model-model pembelajaran yang bersifat

pratikum dan mengembangkan LKPD sendiri seperti salah satunya LKPD

berbasis guided inquiry pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhan.

5) Guru lebih menekankan pada penguasaan konsep namun jarang melibatkan

siswa dalam proses keterampilan proses sains.

6) Waktu pembelajaran masih tergolong kurang sehingga tidak tercapai tujuan

pembelajaran
20

2. Hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut:

1) Siswa kurang senang dalam belajar biologi dan siswa merasa bosan,

dikarenakan siswa hanya belajar berfokus pada materi yang ada di buku.

2) Siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran biologi, karena siswa

banyak menghafal bahasa ilmiah.

3) Siswa kurang termotivasi terhadap penyampaian materi biologi oleh guru.

4) Guru jarang menggunakan LKPD dan model-model pembelajaran yang

inovatif sehingga bagi siswa pembelajaran biologi sangat membosankan.

5) Siswa merasa sulit dalam memahami materi biologi, dan siswa terasa

menghayal dalam mempelajari materi biologi.

6) Siswa jarang melakukan pratikum secara langsung, salah satunya pada

materi sel hewan dan sel tumbuhan, siswa jarang diajak mengamati

langsung sel hewan dan sel tumbuhan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di SMA Methodist Banda

Aceh khusunya pada mata pelajaran biologi kelas X IPA guru masih jarang

mengembangkan LKPD sendiri dan menggunakan model-model pembelajaran

interaktif. Metode ceramah masih menjadi favorit oleh guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran walaupun sebenarnya kurikulum 2013 sudah berlaku, oleh

sebab itu kurikulum 2013 masih kurang efektif terjalani. Karena metode ceramah

yang masih dipakai dalam kegiatan pembelajaran maka siswa menjadi cepat

bosan, minat siswa menurun untuk belajar sehingga menyebabkan tingkat

ketuntusan belajar tidak tercapai. Ketuntasan hasil belajar khususnya pada materi

jaringan tumbuhan masih kurang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu nilai 65 belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Hal
21

ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan guru lebih di domisili

oleh pembelajaran konvensional. Suasana demikian cenderung membuat siswa

diam dan pasif di tempat duduk karena hanya mendengar dan menerima materi

dari guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada

umumnya kurang termotivasi untuk bertanya kepada guru, apalagi siswa yang

berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan malas dalam mengemukakan

pertanyaan atau pendapat.

Salah satu hasil wawancara yang penulis dapatkan dari guru mata pelajaran

biologi di SMA Methodist Banda Aceh.“Salah satu penyebab siswa mengalami

kesulitan belajar karena kurangnya keterampilan proses sains siswa terhadap

pembelajaran biologi sehingga mempengaruhi hasil belajar. Kesulitan yang

dialami siswa dikarenakan guru yang hanya menerapkan metode ceramah dan

jarang menerapkan model-model pembelajaran inovatif sehingga membuat siswa

pasif dan cenderung tidak bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar.

Instrumen pembelajaran yang tidak mendukung juga menjadi salah satu

penghambat dalam kesulitan belajar, seperti kurangnya instrument berupa LKPD

yang digunakan untuk dapat menunjang proses belajar mengajar. Guru dan siswa

juga jarang melakukan pratikum secara langsung seperti salah satunya pada materi

sel hewan dan sel tumbuhan, guru tidak pernah membawa siswa ke lingkungan

untuk mengamati secara langsung. Guru hanya menggunakan buku paket dalam

proses pembelajaran pada materi dunia tumbuhan, sehingga keterampilan proses

sains siswa pada aspek mengamati, mengajukan pertanyaan, merencanakan

penyelidikan, mengklasifikasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan masih

kurang”.

Hasil wawancara yang penulis dapatkan dari siswa SMA Methodist Banda

Aceh: “Pada dasarnya siswa memang tidak terlalu menyukai dengan mata
22

pelajaran biologi, karena anggapan mereka biologi itu salah satu mata pelajaran

pelajaran yang sulit dipenuhi dengan banyak bahasa ilmiah. Dari anggapan ini

maka timbul kesulitan belajar siswa. Guru yang kurang menggunakan metode

serta media pembelajaran juga mejadi salah satu pemicu bahwa siswa

mengganggap biologi itu membosankan. Materi sel hewan dan sel tumbuhan

merupakan salah satu materi yang sulit di pahami oleh siswa, dikarenakan siswa

hanya belajar memahami materi dari buku, jadi siswa terasa menghayal dalam

proses belajar , siswa tidak ditempat secara langsung untuk dapat memahami yang

sebenarnya dengan melakukan praktikum dan pengamatan langsung sel hewan

dan sel tumbuhan. Hal tersebut mengakibatkan siswa mengalami penurunan minat

karena kurang memahami materi,sehingga berdampak pada rendahnya hasil

belajar serta kurangnya keterampilan proses sains siswa”.

Pengaruh rendahnya hasil belajar dan kurangnya keterampilan proses sains

disebabkan oleh kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mata pelajaran

biologi. Dimana kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta

didik yang ditandai dengan adanya hasil belajar yang rendah atau dibawah

normalyang telah ditetapkan.


23

BAB V

RANCANGAN PENGEMBANGAN INOVASI

5.1 Rancangan Inovasi

Salah satu cara untuk mengatasi permasalah di SMA Methodist Banda Aceh

tersebut maka diperlukan suatu pengembangan inovasi dalam proses pembelajaran

berupa Instrumen dan model pembelajaran inovatif. Proses pembelajaran tersebut

yaitu dengan menggunakan LKPD dan model guided inquiry. Salah satu model

pembelajaran yang digunakan adalah guided inquiry. Proses pembelajaran yang

akan dikembangkan yaitu dengan menggunakan LKPD berbasis guided inquiry.

Pembelajaran dengan LKPD berbasis guided inquiry diharapkan dapat

menciptakan suatu proses pembelajaran dan suasana belajar yang menyenangkan

bagi peserta didik khususnya siswa kelas X IPA pada materi sel hewan dan sel

tumbuhan. Peserta didik dapat termotivasi dan memacu aktivitas serta saling

membantu dalam tim untuk menguasai materi pembelajaran guna mencapai hasil

belajar yang maksimal serta berkembangnya keterampilan proses sains siswa pada

saat melakukan pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan.

Melalui pembelajaran LKPD berbasis guided inquiry suasana belajar

terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat

membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam

mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam

membahas materi pembelajaran.

Mun (2012) Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran

dengan model guided inquiry memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai

dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik

melaluiinvestigasi. Sehingga model ini sangat cocok memanfaatkan media


24

lingkungan sekolah dalam proses peningkatan hasil belajar siswa yang

sebelumnya jauh dari yang diharapkan. Proses pembelajaran ini juga dapat

mengembangkan keterampilan proses sains siswa pada aspek mengamati,

mengajukan pertanyaan, merencanakan penyelidikan, mengklasifikasi,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan meningkat.

Pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media

pembelajaran merupakan suatu proses pembelajaran yang memberikan

pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa termotivasi, aktif, kreatif,

inovatif, mandiri, bertanggung jawab untuk dirinya dan tetap menjaga kelestarian

lingkungannya.

3.2 Hasil Inovasi

1. Menyusun LKPD berbasis guided inquiry pada sel hewan dan sel tumbuhan di

kelas X IPA SMA Methodist Banda Aceh (termuat dalam lampiran).

2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dari pengembangan LKPD

berbasis guided inquiry dilakukan sesuai dengan kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup pada RPP (termuat dalam lampiran).

3. Guru dapat mengimplementasikan LKPD berbasis guided inquiry pada tahun

ajaran berikutnya.

4. LKPD berbasis guided inquiry diharapkan mampu meningkatkan keterampilan

proses sains siswa.


25

BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari permasalahan di SMA Methodist Banda Aceh yang telah

penulis lakukan adalah:

1. Keterampilan siswa perlu dikembangkan seperti keterampilan proses sains

siswa.

2. Sejumlah keterampilan yang diperlukan siswa dalam memperoleh suatu

pengetahuan belum dikembangkan dengan maksimal.

3. Guru dapat menerapkan LKPD berbasis guided inquiry untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa pada materi sel hewan dan sel tumbuhan.

4. Guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran seperti menggunakan

model pembelajaran inovatif, menggunakan media, dan mengembangkan

LKPD berbasis praktikum.

6.2 Saran

Berdasarkan dari hasil observasi pada pembelajaran Biologi di SMA

Methodist Banda Aceh, penulis menyarankan agar guru dapat menggunakan

LKPD berbasis praktikum agar siswa terlibat secara langsung dan aktif dalam

proses pembelajaran dan mampu melakukan pengamatan, pengklasifikasian,

pengukuran, pengkomunikasian, peramalan dan penginferensial.


26

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.

Dharma, Surya. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta :


Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan
Nasional.

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:


Diva Press.

Rustaman, N. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Sahrul.2009. Model – Model Pembelajaran.Bandung : Alfabeta.

Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Bandung: Kencana.

Trianto. 2010. Mendesain Model Penbelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta:


Kencana, Pranada Media Group.

Triyanto, S. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto.2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wena. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriyani, Elsy. 2012 Penerapan Model Simulasi Pada Diklat Guru Mata
Pelajaran IPA MI.

Anda mungkin juga menyukai