Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya

Research and Development adalah metode penelitianyang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu.

Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat

analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan yang bersifat analisis

kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat

berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji

keefektifan produk tersebut.jadi penelitian dan pengembangan bersifat

longitudinal (bertahap bisa multy years). Sesuai dengan namanya Research

and Development dipahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan

research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan

untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna sedangkan

kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran. (Sugiono, 2011).

B. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan suatu seperangkat materi yang disusun

secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga dapat digunakan oleh

siswa dalam proses pembelajaran serta memudahkan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran.

7
8

Pratiwi (2014:6) menyatakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk bahan

yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan

proses pembelajaran dikelas”. Melengkapi pendapat Pratiwi, Menurut

Trisnaningsih (dalam Fadilah 2015:41) bahan ajar adalah “salah satu bentuk

dari kegiatan proses pembelajaran untuk memperbaiki atau meningkatkan

kualitas pembelajaran yang berlangsung”.

Yaumi (2013:244) menyatakan bahwa:

Bahan pembelajaran adalah seperangkat bahan yang disusun secara


sistematis untuk kebutuhan pembelajaran yang bersumber dari
bahan cetak, alat bantu visual, audio, video, multimedia, dan animasi
serta computer dan jaringan.

Berdasarkan uraian diatas maka bahan ajar merupakan suatu media

pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mempermudah dalam proses

pembelajaran. Selain dari mempermudah dalam proses pembelajaran,

bahan ajar juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

dengan cara bahan ajar yang dikembangkan oleh guru dapat disesuaikan

dengan karakteristik siswa sehingga siswa lebih mudah untuk memahami

materi pembelajaran.

C. LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik)

Lembar kerja peserta didik merupakan lembar kerja yang berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa

petunjuk, langkah untuk menyelesaikan tugas, suatu tugas yang

diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang

akan dicapainya. LKPD dalam proses belajar mengajar akan mempermudah

guru dalam proses belajar mengajar misalnya dalam mengubah kondisi

belajar yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.

LKPD juga dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya untuk dapat
9

menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam

kelompok serta dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa.

Astuti (2013:91) menyatakan bahwa “lembar kerja siswa (LKS)

merupakan panduan bagi siswa dalam memahami keterampilan proses dan

konsep-konsep materi yang sedang dan akan dipelajari”. Pendapat yang

berkaitan dengan pendapat Astuti, Rohaeti (2009:2) ,menyatakan bahwa

“LKS merupakan jenis handout yang dimaksudkan untuk membantu siswa

belajar secara terarah”.

Berdasarkan uraian diatas maka lembar kerja peserta didik

merupakan bahan ajar yang berisi materi dan tugas yang harus dikerjakan

oleh peserta didik agar melatih untuk menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses, serta dalam lembar kerja membantu peserta didik

memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajarinya melalui proses

kegiatan pembelajaran secara sistematis.

Menururt Budi setiawan (dalam Putri 2013:103) LKS adalah “sarana

pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan eksperimen,

demontrasi, diskusi, dan dapat juga digunakan sebagai tuntunan dalam

tugas kulikuler”.

Arafah (2012:48) menyatakan bahwa “LKS berisi lembar kegiatan

siswa dan soal-soal latihan, LKS juga memuat ringkasan materi. LKS

merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam

kegiatan belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat diatas maka lembar kerja peserta didik

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar yang dapat digunakan

sebagai panduan bagi siswa dalam proses pembelajaran karena dalam

lembar kerja peserta didik berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan

kegiatan secara terarah. Setiap lembar kerja peserta didik berisi meteri,
10

tujuan kegiatan, langkah kegiatan serta pertanyaan-pertanyaan yang akan

didiskusikan sehingga lembar kerja peserta didik dapat merangsang pikiran

siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Direktorat Pembinaan SMA (dalam Yasir 2013:81) menyatakan bahwa

Fungsi LKS itu sendiri yaitu sebagai memberikan kesempatan pada


siswa untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami untuk
melaksanakan tugas tertulis sehingga dapat mengoptimalkan
keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan penjelasan diatas maka lembar kerja siswa memiliki

fungsi yang akan lebih mempermudah peserta didik dalam memahami

materi, karena dalam lembar kerja peserta didik materi yang disajikan

ringkas serta berisi tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh peserta didik

sehingga peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran. Lembar kerja

peserta didik juga dapat membantu siswa mengembangkan konsepserta

mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran karena siswa

diberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri.

Adanya LKS yang inovatif menjadi harapan semua peserta didik,

karena dapat meciptakan proses pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan. Peserta didik akan lebih tertarik untuk membuka dan

membaca LKS sehingga memiliki rasa kecanduan untuk belajar. Maka dari

itu, terdapat beberapa langkah dalam menyusun LKS (lembar kerja siswa)

menurut menurut Diknas (dalam Prastowo 2014:212) yaitu:

1. Melakukan analisis kurikulum

2. Menyusun peta kebutuhan LKS

3. Menentukan judul LKS

4. Penulisan LKS

a. Merumuskan KD
11

b. Menetukan alat penilaian

c. Menyusun materi

d. Memperhatikan struktur bahan ajar

D. Model Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan sebuah

pembelajaran yang mengenalkan siswa terhadap sebuah masalah yang

berkaitan dengan materi yang akan dibahas dan siswa dituntut untuk

melakukan kegiatan yang mengarah pada pemecahan sebuah masalah.

Model pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan

pembelajaran yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia

nyata sehingga dari permasalah yang ada dapat melatih keterampilan siswa

dalam pemecahan masalah sekaligus siswa mendapatkan pengetahuan

konsep dari materi yang dibicarakan.

Wahyudi (2014:84) menarik kesimpulan sebagai berikut:

Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang


menuntut siswa mengembangkan keterampilan berfikir, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual, menumbuhkan kemampuan
kerja sama, dan mengembangkan sikap sosial.

Pendapat yang berkaitan dengan pendapat wahyudi,

Arends (dalam Danial 2010:2) menyatakan bahwa:

PBL merupakan suatu strategi pembelajaran dalam hal ini peserta


didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. PBL berfokus pada
tantangan yang membuat siswa dapat berfikir.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu

model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan dunia

nyata. Model Problem Based Learning dapat memberikan kesan yang

mendalam dan bermakna tentang apa yang mereka peroleh dalam


12

pembelajaran karena mereka belajar secara langsung bagaimana

memecahkan suatu permasalahan yang ada.

Hamruni (dalam Suyadi 2013:129) menyatakan bahwa:

PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan


menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah
itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, strategi pembelajaran

menggunakan PBL (Problem Based Learning) ini perlu dalam proses

pembelajaran karena strategi PBL ini melibatkan peserta didik dalam proses

pembelajaran agar lebih aktif, sehingga peserta didik mampu

mengembangakan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.

Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dimulai dengan

adanya permasalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, dalam

pembelajaran PBL ini siswa secara aktif dapat merumuskan masalah dan

mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka serta siswa dapat

mempelajari dan mencari materi yang terkait dengan masalah. Dalam

pembelajaran PBL siswa mampu mencari solusi dari suatu permasalah yang

ada (Amir,2010).

Trianto (2010:90) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model


pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan
pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata
dari permasalahan yang nyata.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan strategi pembelajaran

yang dikaitkan dengan masalah pada dunia nyata yang melibatkan siswa

dalam memecahkan suatu permasalahan melalui konsep dan materi

pembelajaran. Strategi ini juga untuk belajar berfikir kritis karena dalam
13

pembelajaran berbasis masalah ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk

pemecahan suatu masalah (Komalasri,2010).

Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka pembelajaran

Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang berdasarkan

permasalahan dalam dunia nyata yang dikaitkan dengan konsep materi

pembelajran serta siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut melalui metode ilmiah.

Hanafiah (2009:71) menyatakan bahwa:

Problem Based Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang


menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga
peserta didik dapat belajar berfikir kritis dalam melakukan
pemecahan masalah yang ditujukan untuk memperoleh
pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan ajar.

Pendapat yang berkaitan dengan pendapat Hanafiah,

Gunantara (2014:2) menyatakan bahwa

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang


melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata.model ini
menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat.
Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk dapat
mengembangkan cara berfikir kritis dan keterampilan berfikir yang
lebih tinggi.

Pendapat yang berkaitan dengan pendapat Gunantara,

Panen (dalam Rusmono 2012:74) menyatakan bahwa:

Dalam strategi pembelajaran dengan PBL, siswa diharapkan untuk


terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan
menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka strategi pembelajaran

Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang

dihadapkan dengan suatu permasalahan dalam dunia nyata yang harus

dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan siswa

memecahkan suatu permasalahan dengan cara mengidentifikasi suatu

permasalahan tersebut. Tujuan siswa belajar menggunakan permasalahan


14

dunia nyata yaitu agar siswa dapat memiliki kemampuan berpikir mulai dari

merumuskan suatu permasalahan, mengumpulkan fakta-fakta, membuat

pertanyaan, membuat suatu alternatif pemecahan masalahnya. Masalah

tersebut berasal dari guru, sehingga siswa hanya perlu menyelesaikannya

dan memperdalam pengetahuannya dalam memecahkan masalah

Setiap pembelajaran memiliki langkah-langkah yang berbeda untuk

melaksanakan tahapan pembelajarannya, khususnya yang berbasis

masalah. Langkah pembelajaran yang dimaksud termasuk dalam rancangan

pelaksanaan pembelajaran. Nur (dalam Rusmono, 2012) menyatakan bahwa

terdapat lima tahapan pembelajaran dengan strategi PBL, yakni:

1. Mengorganisasikan siswa kepada masalah

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

E. Karakter
Pendidikan karakter merupakan konsep dasar yang diterapkan dalam

pemikiran seseorang untuk menjadikan ahlak jasmani rohani maupun

budipekerti menjadi lebih baik, pendidikan karakter yang dilakukan untuk

membantu seseorang sehingga mampu memahami, memperhatikan, dan

melakukan nilai-nilai etika yang baik. Karakter sebagai cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja

sama. Pendidkan karakter haruslah ditanamkan sejak dinisehingga dapat

membentuk karakter seseorang menjadi lebih bernilai.


15

Adisusilo (2013:78) menyatakan bahwa:

Watak/karakter itu terkandung makna adanya sifat-sifat baik yang


melekat pada diri sesorang sehingga tercermin dalam pola pikir dan
pola tingkah lakunya. Watak seseorang dapat dibentuk, dapat
dikembangkan dengan pendidikan nilai.

Pendapat yang berkaitan dengan pendapat Adisusilo,

Samani (dalam Putri 2012:32) menyatakn bahwa:

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang


yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka karakter dapat

diartikan sebagai sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran dan perilaku

yang dimiliki oleh manusia sejak lahir dan yang membedakan seseorang dari

yang lainnya. Karakter dalam diri seseorang dapat dijadikan sebagai

landasan dalam bertindak dan berperilaku secara baik, sehingga

penanaman nilai-nilai karakter itu sangat perlu karna dapat merubah karakter

seseorang menjadi lebih baik.

Rakhmawati (2013:351) menyatakan bahwa “karakter merupakan

konsep psikologis yang terbentuk dari sifat desposisi seseorang yang

relative stabil serta diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang,

berpikir, bersikap dan bertindak”. Melengkapi pendapat Rakhmawati, Muslich

(2011:71) menyatakan bahwa “karakter itu berkaitan dengan kekuatan

moral, berkarakter ‘positif’, bukan netral. Jadi orang berkarakter adalah

orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif”.

Berdasarkan pendapat diatas maka nilai karakter jelas sangat

diperlukan dalam dunia pendidikan karena dengan ditanamkannya nilai

karakter kepada siswa maka secara tidak langsung akan dapat merubah

karakter siswa menjadi lebih baik atau positif.


16

Elfindri (2012:27) menyatakan bahwa “karakter berarti sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

orang lain tabiat dan watak”.

Karakter dapat menjadi suatu kebaikan untuk menanggapi situasi

dengan cara yang menurut moral baik. Karakter memiliki tiga bagian yang

saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku

moral. Agar tercipta karakter yang baik maka harus dapat mengetahui hal

yang baik juga dan melakukan kebiasaan dalam cara berpikir dan kebiasaan

dalam tindakan juga dilakukan dengan baik (Lickona,2013).

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka karakter merupakan sifat

yang berbeda yang ditunjukkan oleh setiap manusia seperti cara

menggunakan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk dan tindakan ataupun

tingkah laku.

Zubaedi (2011:191) menyatakan bahwa:

Pendidikan karakter adalah suatu penanaman nilai-nilai karakter


kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
ini.

Pendapat yang berkaitan dengan pendapat Zubaedi,

Saptono (2011:23) menyatakan bahwa:

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja


untuk mengembangkan karakter yang baik (goog character)
berlandaskan kebijakan-kebijakan inti (core virtus) yang secara
objektif baik bagi individu maupun masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pendidikan karakter

sangat penting bagi setiap individu karena dengan adanya pendidikan

karakter dapat meningkatkan dan memperkuat perilaku karakter yang baik

dari setiap individu. Nilai karakter yang baik akan mengembangkan perilaku
17

dan pikiran yang baik bagi setiap individu tersebut. Pendidikan karakter juga

akan melatih individu untuk melakukan hal-hal yang bersifat baik.

Anda mungkin juga menyukai