Anda di halaman 1dari 11

7

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan

perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk

kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau

sesuatu yang bersifat sementara. Perubahan tersebut dapat mencakup aspek

keterampilan maupun pengetahuan (Hanafy, 2014). Menurut Slameto (Hanafy,

2014) bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses pengalaman yang

diarahkan pada tujuan seperti melihat mengamati dan memahami sesuatu sehingga

mengalami perubahan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang

berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah suatu sistem

yang melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan saling

berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan (Pane dan Darwis Dasopang, 2017).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas pembelajaran adalah suatu proses


8

interaksi individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru.

Menurut Bhoke (Elita dkk, 2019) matematika bukan hanya sekedar

kumpulan rumus-rumus dan perhitungan saja, tetapi dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memecahkan berbagai masalah dan memenuhi

kebutuhan praktis. Menurut Elita dkk ada proses pembelajaran matematika perlu

diutamakan kemampuan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah

peserta didik akan didorong untuk berfikir secara intensif dan secara kreatif dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu kemampuan

pemecahan masalah diutamkan dan juga sangat berperan penting dalam

pembelajaran matematika.

2. Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Menurut (Yulianti & Gunawan, 2019) model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) adalah proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri pembelajaran

di mulai dengan pemberian masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata,

pembelajaran berkelompok aktif, merumuskan masalah dan mengidentifikasi

kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang

terkait dengan masalah dan solusi dari masalah tersebut. Rusman (2010)

menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang

menuntun dalam memecahkan masalah dengan lima langkah yaitu: Pertama,

mengorientasi siswa pada masalah. Kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar.

Ketiga, membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Keempat,


9

mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kelima, menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam PBL mengutamakan

proses pembelajaran di mana tugas guru harus fokus memantau siswa

memperoleh keterampilan dan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan

sebagai penyajian masalah dengan dialog pemecah masalah dan alat bantu belajar.

Selain itu guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan intelektual dan

pengembangan penelitian siswa.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Arends (2008:42), model pembelajaran berdasarkan masalah

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang penting bagi

peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan nyata,

mencoba membuat pertanyaan terkait masalah dan memungkinkan

munculnya berbagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan

2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran

berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (IPA, matematika,

sejarah), namun permasalahan yang diteliti benar-benar nyata untuk

dipecahkan. Peserta didik meninjau permasalahan itu dari berbagai mata

pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan

peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan


10

solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan

menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan membuat

prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan

percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan.

4. Menghasilkan produk dan mempublikasikan. Pembelajaran berdasarkan

masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam

bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah

yang mereka temukan

c. Tahap-tahap dalam Problem Based Learning (PBL)

Menurut Trianto dikutip dalam (Hakim dkk, 2016) sintak pembelajaran

berbasis masalah yaitu :

1. Tahap 1 : Orientasi peserta didik

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, hasil pada menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk

memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan

masalah yang dipilih

2. Tahap 2 : Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.
11

4. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil

Guru membantu peserta didik dalam hasil merencanakan dan

menyiapkan karya hasil yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Tahap 5 : Mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan hasil refleksi

atau evaluasi terhadap hasil penyelidikan mereka dan proses- proses hasil yang

mereka gunakan

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dapat dilihat berdasarkan kegiatan penilaian. Penilaian

dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat dikuasai siswa dengan baik. Selain itu penelitian penilaian juga diperlukan

untuk dijadikan sebagai umpan balik dalam rangka mengukur keberhasilan

mengajar guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Wulandari & Surjono (2013)

Hasil belajar adalah ukuran atau tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh

seorang siswa berdasarkan pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi

berupa tes dan biasanya diwujudkan dengan nilai atau angka-angka tertentu serta

menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil

belajar matematika merupakan salah satu indikator keefektifan pembelajaran

matematika. Hasil belajar matematika yang tinggi menunjukkan bahwa proses

belajar matematika tersebut efektif. Sebaliknya hasil belajar matematika rendah

menunjukkan indikasi ketidakefektifan proses belajar matematika. Banyak faktor

yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.


12

Zulkardi (Oktaviani dkk, 2020) menyatakan bahwa hasil belajar matematika

peserta didik yang rendah disebabkan oleh banyak hal, seperti kurikulum yang

padat, media belajar yang kurang efektif, strategi dan metode pembelajaran yang

dipilih oleh guru kurang tepat, sistem evaluasi yang buruk, kemampuan guru yang

kurang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, atau juga karena pendekatan

pembelajaran yang masih bersifat konvensional sehingga peserta didik tidak

banyak terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan berbagai faktor penyebab

rendahnya hasil belajar matematika tersebut dapat diasumsikan bahwa faktor

utama yang menyebabkan rendahnya mutu pembelajaran matematika karena

kurang tepatan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran dan kekurangan

maupun guru dalam memotivasi belajar siswa.

4. Kemampuan Akademik

Winarni (2006) mengatakan bahwa kemampuan akademik adalah

gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi

pelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal

untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks. Pada dasarnya

hampir semua sekolah memiliki masalah yang berhubungan dengan kemampuan

akademik siswanya (Umar & Widodo, 2022) .Kemampuan akademik yang

dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilan dalam menggunakan kognitif

tinggi atau berpikir kritis (Iqbal dkk, 2015). Hal ini juga didukung berdasarkan

penelitian Nasution (Iqbal dkk, 2015) yang mengatakan bahwa, apabila siswa

memiliki tingkat kemampuan akademik berbeda kemudian diberi pengajaran yang

sama maka hasil belajar akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya.
13

Menurut Azwar (1995), tingkat kemampuan akademik siswa dapat dilihat

atau diukur berdasarkan beberapa indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:

a) Nilai rapor

Dengan nilai rapor matematika, kita dapat mengetahui prestasi belajar

siswa. Siswa yang nilai rapornya baik dikatakan tingkat kemampuan akademiknya

tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan tingkat akademiknya rendah.

b) Indeks prestasi akademik

Indeks prestasi akademik adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam

bentuk angka atau simbol. Indeks prestasi dapat digunakan sebagai tolak ukur

prestasi belajar seseorang setelah menjalani proses belajar.

c) Angka kelulusan

Angka kelulusan merupakan suatu hasil yang diperoleh selama

melaksanakan suatu pendidikan dalam sekolah tertentu, dan hasil ini juga menjadi

indikator penting prestasi belajar.

d) Predikat kelulusan

Predikat kelulusan merupakan status yang disandang oleh seseorang dalam

menyelesaikan suatu pendidikan yang ditentukan oleh besarnya indeks prestasi

yang dimiliki.

e) Waktu tempuh pendidikan

Waktu tempuh pendidikan seseorang dalam meyelesaikan studinya

menjadi salah satu ukuran prestasi, yang menyelesaikan studinya lebih awal

menandakan prestasinya baik.


14

5. Pembagian Kelompok

Dalam penelitian ini menggunakan pengelompokan heterogen yang terdiri

dari 4-5 siswa. Menurut Lie (2010) Ada dua jenis pembagian kelompok yaitu:

a. Kelompok Homogen terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan yang

sama dalam satu kelompok.

b. Kelompok heterogen adalah kelompok yang dibentuk dengan

mempertimbangkan keragaman jenis kelamin latar belakang agama status

sosial ekonomi dan suku serta kemampuan belajar.

Pengelompokan dalam penelitian ini adalah pengelompokan heterogen, agar

siswa belajar dengan baik dan saling membantu. Adapun langkah-langkah dalam

pembentukan kelompok belajar siswa berdasarkan kemampuan akademik menurut

Lie adalah sebagai berikut :


15

Tabel 2. Langkah-langkah Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan


Akademik
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Mengurutkan
siswa Membentuk kelompok Membentuk kelompok
berdasarkan pertama berikutnya
kemampuan
akademis
1. Ani 1. Ani 25. Ani
2. David 2. David 26. David
3. – 3. – 27. –
4. – 4. – 28. –
5. – 5. – 29. –
6. – 6. – Citra Ani 30. – Yusuf David
7. – 7. – Kel.1 31. – Kel.2
8. – 8. – 32. –
9. – 9. – Dian Rini 33. – Slamet Basuki
10. – 10. – 34. –
11. Yusuf 11. Yusuf 35. Yusuf
12. Citra 12. Citra 36. Citra
13. Rini 13. Rini 37. Rini
14. Basuki 14. Basuki 38. Basuki
15. – 15. – 39. –
16. – 16. – 40. –
17. – 17. – 41. –
18. – 18. – 42. –
19. – 19. – 43. –
20. – 20. – 44. –
21. – 21. – 45. –
22. – 22. – 46. –
23. Slamet 23. Slamet 47. Slamet
24. Dian 24. Dian 48. Dian
Berdasarkan Tabel 2, langkah pertama yang dilakukan adalah

mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademik dimulai dari siswa yang

memiliki kemampuan akademik tinggi hingga siswa yang memiliki kemampuan

akademik rendah. Kemudian guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa

sesuai dengan model pembelajaranProblem Based Learning (PBL). Untuk

kelompok satu pada langkah-2 terdiri dari 4 anggota yaitu Ani (berkemampuan

tinggi), Citra dan Rini (kemampuan sedang) serta Dian (berkemampuan rendah).
16

Untuk kelompok dua pada langkah-3 terdiri dari 4 anggota yaitu David

(berkemampuan tinggi), Yusuf dan Basuki (berkemampuan sedang) serta Slamet

(berkemampuan rendah). Untuk kelompok selanjutnya dilakukan hal yang sama

hingga semua siswa mendapat kelompok. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa

setiap kelompok harus memiliki siswa yang bekemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Winda Rosita pada tahun 2019 dengan judul ‘‘Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hail Belajar Matematika

Siswa Kelas XI MIA SMAN 2 Pasaman Barat Kabupaten Pasaman Barat’’.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu model pembelajaran Problem

Based Learning dan melihat hasil belajar matematika siswa.

C. Kerangka Konseptual

Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan

belajar. Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai

oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan

kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dalam proses pembelajaran diperlukan

suatu model pembelajaran yang dapat menumbukan aktivitas siswa dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih dalam model PBL yaitu

pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan di awal pembelajaran yang


17

mendorong siswa untuk berfikir dengan mengumpulkan berbagai konsep konsep

yang telah mereka pelajari dari berbagai sumber untuk meningkatkan kemampuan

berfikir dan pemecahan masalah. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah

memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi dan menyelidiki permasalahan serta

mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu

pembelajaran dengan model PBL diyakini berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika. Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penelitian ini peneliti

menggunakan skema yang digambarkan pada Gambar 2.

Proses Pembelajaran
Matematika

Penerapan model Pembelajaran


Problem Based Learning
(PBL)

Hasil belajar matematika siswa

Gambar 1.Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang ada maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI

Kuliner SMK Negeri 3 Payakumbuh”.

Anda mungkin juga menyukai