TINJAUAN PUSTAKA
Tutor berfungsi sebagai pelatih kelompok yang menyediakan bantuan agar interaksi
siswa menjadi produktif dan membantu siswa mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah. Hasil dari proses pemecahan masalah itu adalah siswa membangun
pertanyaan-pertanyaan (isu pembelajaran) tentang jenis pengetahuan apa yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Setelah itu, siswa melakukan penelitian pada isu-isu pembelajaran yang
telah diidentifikasi dengan menggunakan berbagai sumber. Untuk ini siswa disediakan waktu
yang cukup untuk belajar mandiri. Proses PBL akan menjadi lengkap bila siswa melaporkan
hasil penelitiannya (apa yang dipelajari) pada pertemuan berikutnya. Tujuan pertama dari
paparan ini adalah untuk menunjukan hubungan antara pengetahuan baru yang diperoleh dengan
masalah yang ada di tangan siswa. Fokus yang kedua adalah untuk bergerak pada tahap
pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfer pengetahuan baru. Setelah
melengkapi siklus pemecahan masalah ini, siswa akan memulai menganalisis masalah baru,
kemudian diikuti lagi oleh prosedur analisis-penelitian-laporan.
Menurut Barrows and Tamblyn: terdapat beberapa karakteristik PBL (Warmada,2004)
diantaranya yaitu :
1. Kompleks, dalam mengorganisaikan fokus pembelajaran tidak ada satu jawaban yang
“benar” seperti keadaan nyata dalam kehidupan.
2. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi
kesenjangan dalam pembelajaran, dan mengembangkan pemecahan yang mungkin.
3. Siswa mengumpulkan informasi baru melalui pembelajaran yang diarahkannya sendiri
(self-directed learning)
4. Guru hanya sebagai fasilitator
5. Permasalahan diserahkan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam
profesinya.
Problem Based Learning dirancang dengan beberapa sasaran yang penting untuk membatu para
siswa dalam hal:
1. Membangun satu basis pengetahuan yang fleksibel dan luas
2. Mengembangkan strategi pemecahan masalah yang efektif
3. Mengembangkan, mengarahkan pembelajaran yang bermakna
4. Mengefektifkan kolaborasi
5. Memunculkan motivasi intrinsik untuk belajar
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya.
Jika ada siswa yang mengetahui artunya, segera menjelaskan kepada teman-teman yang lain. Jika
ada yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan
kelompok. Selanjutnya jika ada yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis
sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari
referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-
pilihan yang dipilih siswa. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator disinggung oleh siswa,
fasilitator mengusulkan dengan memberikan alasannya.
Pada akhir langkah ini siswa diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja
yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini maka
pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud bisa dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang relevan.
Tahap investigasi memiliki tujuan utama yaitu:
1. Agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
2. Informasi yang dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dpat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, siswa bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan
berbagai kegiatan.
Dalam pertemuan tersebut siswa akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan
pengetahuan telah mereka bangun.
Siswa juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan sehingga anggota kelompok lain
dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Proses pelaksanaan pembelajaran mandiri dapat dimulai seleksi alternatif dan pembagian
tugas sudah dilakukan. Setiap siswa melakukan pendalaman materi sesuai dengan tugas dalam
kelompok masing-masing. Pendalaman materi dapat dilakukan melalui referensi atau percobaan.
4. Pertukaran Pengetahuan (excange Knowledge)
Setelah mendapat sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi hasil pencapaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara siswa
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakuakan dengan ujian akhir semester, ujian tengah semester, kuis,
PR, dokumen, da laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran.
Menurut Arends, terdapat lima phase dalam sintaks model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning), yaitu dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa, lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Phase Kegiatan
3. Siswa
Peran siswa secara umum dalam proses belajar mengajar ber-PBL adalah:
Siswa mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok.
Berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Mengikuti dan menghadiri keseluruhan kegiatan proses belajar mengajar.
Menyelesaikan masalah.
Melakukan diskusi dalam kelompoknya.
Adapun keuntungan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
1. Cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
5. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Lebih menyenangkan dan disukai siswa serta mengembangkan minat untuk belajar.
7. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan untuk menyesuaikan
pengetahuan baru.
8. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
(Sanjaya, 2007)
(Sumber : www.geocities.com/davinpratama/lapkim/koloid.doc)
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan
sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem
koloid dari zat cair terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua
zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan kedalam dua bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi
emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks. Contoh emulsi
air dalam minyak : mayonaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat: jelly, mutiara
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan
kedalam campuran minyak dan air, maka akan diperoleh campuran stabil yang disebut emulsi
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem
koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.
5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan bersifat setengah kaku
disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorbsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu,
mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua gas
bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
(Sumber : www.geocities.com/davinpratama/lapkim/koloid.doc)
Gerak Brown
Gerak brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak brown. Gerakan ini terjadi karena benturan molekul-
molekul zat pendispersi pada partikel-partikel koloid.
Adsorbsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Beberapa partikel
koloid mempunyai sifat adsorbsi terhadap partikel atau ion senyawa lain. Penyerapan terhadap
ion positif atau ion negatif dari partikel koloid menyebabkan koloid bermuatan. Partikel koloid
mempunyai permukaan yang relatif luas, sehingga koloid juga mempunyai daya adsorbsi yang
besar. Dalam kehidupan sehari-hari sifat adsorbsi partikel digunakan untuk pemutihan gula pasir,
menjernihkan air,dll.
Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi
secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion penggangu. Pemisahan tersebut dilakukan
dengan cara menggantikan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran
semipermeable yang berfungsi sebagai penyaring. Memberan semipermeable ini dapat dilewati
cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
(Sumber : www.sistemkoloid.tripod.com)
Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang
kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini,
yaitu :
Cara mekanik (penggerusan)
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid
Cara busur bredig
Cara ini khusus untuk membuat sol logam dengan cara dispersi. Dua kawat logam yang
berfungsi sebagai elektroda dicelupkan ke dalam air, kemudian diberi loncatan listrik,
sebagian logam akan mendebu ke dalam air dalam bentuk partikel koloid.
Cara pemecahan
Partikel endapan dipecah dan dihaluskan menjadi partikel koloid dengan menambahkan
suatu elektrosit yang mengandung ion sejenis. Contoh sol Fe(OH) 3 dapat dibuat dengan
menambahkan FeCl3.
2.2. Kerangka Konseptual
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi itu adalah
hasil belajar atau akibat yang timbul setelah adanya proses belajar.
Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal yaitu sesuai dengan yang diharapkan
maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi pembelajaran yang dilakukan dalam
hal ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang didukung
penggunaan media.
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap yang berhubungan
dengan masalah tersebut dan memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Aspek penting
dalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan permasalahan tersebut
akan menentukan arah pembelajaran. Dalam penelitian ini pelaksanaan pemebelajaran ini
didukung oleh media peta konsep dan audiovisual (video).
Dengan penggunaan media tersebut akan memberikan pengalaman konkret dan menambah
gairah dan motivasi siswa untuk belajar. Dengan pembelajaran PBL yang didukung oleh media
peta konsep ataupun audiovisual diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa,
karena model pembelajaran ini berakar dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka punya sebelumnya (Prior
Knowledge). Dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Dan
hal ini akan memberikan keadaan belajar aktif kepada siswa. Apalagi pelaksanaan PBL ini
didukung oleh media yang dapat menambah gairah dan motivasi siswa untuk belajar.
Dengan demikian model pembelajaran PBL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya pada pokok bahasan sistem koloid. Penerapan model pembelajaran yang
didukung penggunaan media maupun metode pembelajaran yang tepat oleh guru akan dapat
menjadikan kegiatan pembelajaran semakin menarik sehingga anak didik akan termotivasi untuk
belajar.
Untuk itu dalam penelitian ini akan dilihat hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning yang didukung media peta konsep dan audiovisual
(video) pada pokok bahasan sistem koloid di kelas XI SMA