Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu media yang dapat membentuk
karakter seseorang menjadi lebih berpotensi dan berkualitas, sehingga
dengan adanya pendidikan manusia akan mengalami proses
pendewasaan diri dalam pengambilan keputusan masalah yang
dihadapi disertai rasa tanggung jawab yang besar. Indonesia,
merupakan salah satu negara yang mendukung perkembangan
pendidikan masyarakatnya sebagaimana dijabarkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya”.
Untuk mencapai hasil pendidikan seperti yang diharapkan dalam
undang-undang maka diperlukan adanya proses pembelajaran yang
dapat membentuk siswa berkarakter, bertakwa, mandiri serta dapat
berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Begitu pula dengan
motivasi belajar siswa, menurut Muhammad dalam (Erfan et al.,
2020)motivasi belajar merupakan faktor yang penting dalam
keberhasilan. proses belajar mengajar, karena keterampilan pendidik
dalam mengadakan variasi dalam proses pembelajaran menjadi tidak
kalah penting peranannya.
Salah satu tempat yang dapat mendukung proses pembelajaran
dengan situasi yang mendukung adalah lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah sebagai lingkungan formal memiliki beberapa
jenjang yaitu jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan pada jenjang sekolah dasar merupakan
hal yang sangat penting karena pendidikan pada jenjang ini akan
menunjang keberhasilan peserta didik pada jenjang berikutnya.

Metode berasal dari bahasa greeka-Yunani, yaitu metha (melalui


atau melewati), dan hodos (jalan atau cara). 1 Metode berarti jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode menurut Abd
AlRahman Ghunaimah adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai
tujuan pengajaran.2 Sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai
secara optimal.
Metode pembelajaran berbasis masalah sebuah pendekatan
pembelajaran diterapkan dengan alas an bahwa pembelajaran sangat
efektfi untuk disekolah dimana siswa dihadapkan pada permasalahan
dan dituntut untuk memecahkannya. Pembelajaran berbasis masalah
lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan pendekatan
pembelajaran tradisionl. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas
pendidikan, maka model pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran. Tidak sedikit peserta didik yang mengambil jalan pintas,
misalnya dengan mengomsumsi obat-obatan terlarang atau bahkan
bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan masalah.
model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat memberikan
latihan dan kemampuan setiap individu untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
Barrow dalam Barret (2005: 14) mendefinisikan pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang dihasilkan dari proses
bekerja menuju pemahaman resolusi masalah. Dalam proses
pembelajaran,pertama kali dihadapkan pada masalah. Sementara itu,
Daniel Tillman (2013: 3) berpendapat bahwa: Pembelajaran berbasis
masalah dapat digambarkan sebagai sebuah proses inkuiri yang
menyelesaikan pertanyaan, keingintahuan, keraguan, dan
ketidakpastian tentang fenomena yang kompleks dalam kehidupan.
Sebuah masalah adalah keraguan, kesulitan, atau ketidakpastian yang
mengundang atau membutuhkan beberapa jenis resolusi/pemecahan.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
adalah model pembelajaran yang lahir dari adanya perubahan yang
sangat mendasar disebabkan pergeseran pandangan dalam memahami
bagaimana peserta didik belajar. Belajar tidak lagi dipandang sebagai
proses menerima informasi untuk disimpan pada memori peserta didik
yang diperoleh melalui pengulangan praktek dan penguatan, namun
peserta didik belajar dengan mendekati setiap persoalan baru dengan
pengetahuan yang telah ia miliki, mengasimilasi informasi baru dan
membangun pengertian sendiri. (Nitta Puspitasari, 2011: 109).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Duch dalam Nitta Puspitasari
(2011) bahwa,
Ini mengandung arti bahwa pembelajaran berbasis masalah
merupakan metode pengajaran yang mempunyai ciri menggunakan
masalah nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar
berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan memperoleh
pengetahuan mengenai esensi konsep.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat berarti menjadi tema,
unit, atau isi sebagai fokus utama belajar. Pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
Jadi, Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kriris dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi Pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusidari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan
untuk mengikat peserta didik pada rasa ingintahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum
peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan[2]. Menurut Sheryl (dalam [3])
pembelajaran.
berbasis masalah sebagai metode pembelajaran, dibangun dengan
ide konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa.
Bila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, guru membantu
siswa fokus pada pemecahan masalah dalam konteksdunia nyata yang
akan mendorong siswa untuk memikirkan situasi masalah Ketika siswa
mencoba untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran ini
dilakukan melalui kerjasama siswa dalam kelompok-kelompok kecil,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
guru bertindak sebagai fasilitator dan menggunakan situasi kehidupan
nyata sebagai fokus pembelajaran. Siswa akan bekerja dalam
kelompok untuk memecahkan masalah nyata dan kompleks yang akan
mengembangkan pemecahan masalah keterampilan, penalaran,
komunikasi, dan keterampilan evaluasi diri melalui pembelajaran
berbasis masalah.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran
berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam
berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. [3] Pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pembelajar yang mandiri. Dari pengertian ini kita dapat mngetahui
bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk
perkembangan belajar siswa menumbuhkan pola berpikir kritis. PBL
dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang: (1) menangkap
minat siswa dengan menghubungkannya dengan issue di dunia nyata;
(2) menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajarsiswa
sebelumnya; (3) memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan
masalah; (4) membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat (multi-
staged method) untuk menyelesaikannya; dan (5) mengharuskan siswa
melakukan beberapa penelitian independent untuk menghimpun atau
memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah tersebut.
Pembelajaran mendasarkan pada masalah, maka pemilihan
masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk seharusnya
dipilih sedemikian hingga menantang minat siswa u
ntukmenyelesaikannya, menghubungkan dengan pengalaman dan
belajar sebelumnya, dan membutuhkan kerjasama dan berbagai strategi
untuk menyelesaikannya. Untuk keperluan ini, masalah open-ended
yang disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran. Model
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkankonsep-
konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini igunakan untuk mengikat peserta didik
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah
diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik.
Pembelajaran berbasis masalah pada intinya merupakan suatu
strategi pembelajaran yang diawali dengan penyajian adanya suatu
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian digunakan untuk
membuat atau merangsang peserta didik untuk belajar lebih lanjut.
Langkah-langkah (tahap-tahap) pembelajaran berbasis masalahyang
telah dikemukakan terlihat bahwapembelajaran berbasis masalah
padaintinya merupakan suatu strategi yangdigunakan guru dalam
membelajarkansuatu materi pokok (materi pelajaran) terkait dengan
kompetensi dasar yang dipilihnya dengan melalui pemberian masalah
kepada peserta didik untuk diselesaikannya.
B. Indentitas Masalah

1. Kemampuan berfikir kritis anak dalam pembelajaran berbasis masalah

Masih berada pada kategori rendah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “apakah metode pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik “

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis

peserta didik melalui metode pembelajaran berbasis masalah.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, akan memberikan manfaat diantaranya

Sebagai berikut:

1. Secara teoritias

Dengan menggunakan motode pembelajaran berbasis masalah akan

meningkatkan hasil berfikir ktitis peserta didik.

2. Secara praktis

Manfaat penelitiaan secara praktis ini masih bisa dipisahkan lagi

diantaranya:

a. Bagi siswa
Dengan metode pembelajaran berbasis masalah ini dapat meningkatkan

efektifitas kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah.

b. Bagi guru

Guru lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis

peserta didik dengan model pembelajaran berbasis masalah.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan yang dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran

berbasis masalah.

d. Bagi peneliti

Sebagai bahan referensi yang ingin mengkaji permasalahan yang relevan.


INSTRUMEN PENILAIAN BERFIKIR KRITIS

Penerapan metode berfikir kritis dalam berbasis masalah dalam pembelajaran

berfikir kritis ini sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran berfikir kritis

dalam berbasis masalah. Kemampuan berfikir kritis dalam berbasis masalah

Dimana instrumen yang cocok untuk mengukur kemampuan berfikir kritis anak

adalah tes objektif pilihan ganda. Tes yang di maksud berupa himpunan

pertanyaan yang harus di jawab, harus di tanggapi, atau tugas yang harus

dilaksanakan.

Kemampuan berfikir kritis dapat digunakan untuk menghadapi tantangan

kehidupan, salah satunya yaitu memecahkan masalah, masalah. Masalah tersebut

dapat berupa bentuk pemecahan masalah. Masalah tersebut dapat berupa bentuk

pemecahan soal pada mata Pelajaran. Mengukur kemampuan berfikir keritis

seseorang perlu menggunakan soal soal analisi dan evaluasi.

Instrument penelitian adalah alat yang dapat dgunakan untuk mengumpulkan data

penelitian. Instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.] Pilihan ganda

Dimana dalam soal pilihan ganda digunakan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuannya berfikir kritis dengan penerapan metode pembelajaran berbasis

masalah.

Anda mungkin juga menyukai