Oleh :
Khusnul Arisma : ( 143278420220012 )
Ciri khusus pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends model PBL memiliki karakteristik
sebagai barikut ini,
Pengajuan pertanyaan atau masalah
Mengajukan situasi kehiduupan nyata autentik, emnghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan
adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajara berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran IPA atau
matematika, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar -benar nyata agar dalam pemecahannya.
Penyelidikan autentik
Mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyeselesaian nyata terhadap
masalah nyata, mereka harus menganalisis dan menidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis,
dan membuat ramalan.
Menghasilkan produk dan memamerkannya
Menuntuk siswa untuk menghasilkan produk tententu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Kolaborasi
Dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berpikir.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh
adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk
dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
dan menjadi pembelajaran yang mandiri.
Prinsip-Prinsip dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah, Yaitu :
Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan pebelajar bekerja pada masalah dalam
kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan
sebagai konteks pembelajaran baru.Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan
perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.Permasalahan dihadapkan sebelum
semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah
tentang materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut.Hal inilah yang membedakan antara
PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya. Tutor berfungsi sebagai pelatih kelompok yang
menyediakan bantuan agar interaksi pebelajar menjadi produktif dan membantu pebelajar
mengidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Hasil dari proses
pemecahan masalah itu adalah, pebelajar membangun pertanyaan-pertanyaan (isu pembelajaran)
tentang jenis pengatahuan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah? Setelah itu, pebelajar
melakukan penelitian pada isu-isu pembelajaran yang telah diidentifikasi dengan menggunakan
berbagai sumber.Untuk itu pebelajar disediakan waktu yang cukup untuk belajar mandiri. Proses PBL
akan menjadi lengkap bila pebelajar melaporkan hasil penelitiannnya (apa yang dipelajari) pada
pertemuan berikutnya. Tujuan pertama dari paparan ini adalah untuk menunjukkan hubungan antara
pengetahuan baru yang diperoleh dengan masalah yang ada ditangan pebelajar.
Fokus yang kedua adalah untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat
kemungkinan transfers pengetahuan baru. Setelah melengkapi siklus pemecahan masalah ini,
pebelajar akan memulai menganalisis masalah baru, kemudian diikuti lagi oleh prosedur: analisis-
penelitian- laporan.
Tahapan- tahapan SPBM
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang 6 langkah SPBM yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secar kritis dari berbagai sudut
pandang.
Merumuskan hipotesis yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan
penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan sesuia rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM
yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa dilakukan dengan langkah-langkah :
Menyadari Masalah
Implemanatsi SPBM adalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus di
pecakan.Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjanagn atau gap yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.Biasanya melalui pertanyaan-pertanyaan.
Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi
kriteria sebagai berikut : Autentik, Jelas, Mudah dipahami, Luas dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan Bermanfaat.
Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, slanjutnya difokuskan pada
masalah apa yang pantas untuk dikaji..Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini
adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah.Siswa dapat memanfaatkan pengetahuanya untuk
mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah
yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka
merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan.
Mengumpulkan Data
Yaitu sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal
yang sangat penting. Sebab, menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan hipotesis yang
diajukan harus diajukan sesuai dengan data yang ada. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini
adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan
menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumplkan, akhirnya siswa mengumpulkan hipotesis mana yang diterima dan
mana yang ditolak kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan
menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang
dikaji.Disamping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan mengambil kesimpulan.
Menentukan pilihan penyelesaian
Merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan
memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada pilihannya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah sebagai
berikut: (Rusman, 2010).
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
David johnson dan jihnson mengemukakan ada 5 langkah model pembelajaran berbasis masalah
melalui kegiatan kelompok.
Mengidentifikasi masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu
koflik. Hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dala kegiatan ini guru bsa meminta
pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadi nya masalah serta menganalisis
berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil hingga pada
akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dilakukan sesuai dengan janis
penghambat yang diperkirakan.
Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi
kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan
argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
Menentukan dan menerapkan strategi piliham, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dapat dilakukan.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi
terhadap seluruh kegiatn pelaksanaan kegiatan sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap
akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Keunggulan dan Kelemahan SPBM
Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Pemecahan masalah ( problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
isi pelajaran.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan yata.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir,
dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-
buku saja.
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan diskusi siwa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Kelemahan
Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya :
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,
maka mereka tidak akan belajara apa yang mereka ingin pelajari.
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian,
dan percaya diri. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik pengajuan pertanyaan
atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disipli, penyelidikan autentik, menghasilka produk dan
memamerkannya dan kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Pemecahan masalah dalam pembelajaran berdasarkan masalah harus sesuai dengan langkah-langkah
metode ilmiah. Proses pemecahan masalah dalam problem based learning mengikuti 7 langkah yaitu
diantaranya (1)mengidentifikasi masalah dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada didalam skenario, (2)
menentukan masalah, (3) brainstorming, (4) menentukan tujuan pembeajaran yang akan dicapai, (5)
memilih solusi yang paling tepat sebagai penyelesaian masalah, (6) belajar mandiri, (7) setiap anggota
kelompok menjelaska hasl belajar mandiri mereka dan saling berdikusi.
Saran
Adapun beberapa saran dari penulis adalah sebagai berikut:
Bagi guru mata pelajaran Fisika, penerapan model pembelajaran Fisika berdasarkan masalah pada
proses pembelajaran di kelas, dapat membantu siswa untuk memahami materi secara lebih mudah
dengan cara berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok
Guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran Fisika.