PENDAHULUAN
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran. Namun, ada beberapa teori lain yang juga mendukung
PBL ini.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and
Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah
sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru
untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu
mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran ini berusaha membantu peserta didik menjadi pelajar mandiri dan
otonom. Melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan menggerakkan
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata
dan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Dalam jurnal KH Roh dari ERIC
Clearing House (USA, 2003), Problem-Based Learning (PBL) describes a learning
environment where problems drive the learning. That is, learning begins with a problem to be
solved, and the problem is posed is such a way that students need to gain new knowledge
before they can solve the problem. Rather than seeking a single correct answer, students
interpret the problem, gather needed information, identify possible solutions, evaluate
options, and present conclusions. Proponents of mathematical problem solving insist that
students become good problem solvers by learning mathematical knowledge heuristically.
Students' successful experiences in managing their own knowledge also helps them solve
mathematical problems well (Shoenfeld, 1985; Boaler, 1998). Problem-based learning is a
classroom strategy that organizes mathematics instruction around problem solving activities
and affords students more opportunities to think critically, present their own creative ideas,
and communicate with peers mathematically (Krulik & Rudnick, 1999; Lewellen & Mikusa,
1999; Erickson, 1999; Carpenter et al., 1993; Hiebert et al., 1996; Hiebert et al., 1997).
Dalam jurnal Iris De Loach Johnson dari Miami University, Oxford, Ohio, USA
mengatakan : The PBL process is cyclical (Edens, 2000, p. 56) and has at least three
phases: problem development (introductions and climate setting); working on the problem
(initiation of PBL events, inquiry, and investigation); and problem solution (problem followup and post-problem reflection).
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
Autentik
Jelas
Mudah dipahami
Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Bermanfaat
b. Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan
masalah,
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
ramalan,
Dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran Problem Based Learning ini
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep
utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang
berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata, skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.
Teori belajar yang paling melandasi PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning)
yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap, bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan
sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.
No Tahap
Tahap 1 :
1
Orientasi siswa pada masalah
Tahap 2 :
2
Tahap 3 :
3
Membimbing penyelidikan
individual atau kelompok
Tahap 4 :
4
Tahap 5 :
5
Alur proses Problem Based Learning dapat dilihat pada flowchart berikut.
a. Keuggula PBL
(1) Menantang kemampuan peserta didik serta memberi memberi kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
(2) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
(3) Membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
(4) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi secara tepat.
b. Kelemahan PBL
(1) Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
(2) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk
mencoba.
Kesimpulan
Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis
Masalah menggunakan
kecerdasan diri individu yang berada dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk
memcahkan masalah yang bermakna, relevan dan kontekstual.
Penerapan PBL dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus
berperan sebagai fasilitatir sekligus sebagai pembimbing. Guru di tuntut dapat memahami
secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBL dan menjadi penengah yang mampu
merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa harus sia untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapkan diri
untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir.
Masalah yang dibahas harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang
dan masa yang akan datang.