Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Problem Based Learning (PBL)


Pada tahun 1920 ketika itu Celestine Freinet, seorang guru SD yang baru kembali dari
Perang Dunia I kembali kekampung halamannya di sebuah pedesaan di Barsur-loup di bagian
tenggara Perancis. Ia menderita cedera yang serius dan menyebabkannya tak bisa bernafas
panjang. Ia sangat ingin mengajar kembali di SD tetapi ia tidak sanggup untuk bersuara keras
dan lama. Sebagai gantinya ia menggunakan metode lain menggantikan metode tradisional
yang biasanya dianut ketika itu. Ia meminta murid-muridnya untuk belajar mandiri dan ia
hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL diperkenalkan. Sejarah PBL
modern dimulai pada awal tahun 1970 di Mc Master University Faculty of Health Science di
Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara.
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran berdasarkan pada
prinsip penggunaan kasus (masalah) sebagai titik pangkal untuk mendapatkan dan
mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru (Barrows, 1993).
Pada model PBL berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model
pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan
pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru
telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru
menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran
ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena
kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi
berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat
berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik
juga akan berkembang dalam bidang afektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi. Model PBL mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan

teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran. Namun, ada beberapa teori lain yang juga mendukung
PBL ini.

Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and
Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah
sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru
untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu
mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Problem Based Learning


Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dan
kolaboratif. Pembelajaran ini berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri. Pembelajaran berbasis
masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan
relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka tentang PBL, diantaranya:
o Tan (2000), Probelm Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
o Nurhadi (2004) mendefinisikan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang penting
dari materi pelajaran.
o Menurut Arends (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik
peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi, inkuiri dan memandirikan peserta didik.
Berdasarkan para ahli, disimpulkan bahwa Prolem Based Laerning adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehingga peserta didik dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, inkuiri, pemecahan
masalah dan mandiri.

Model pembelajaran ini berusaha membantu peserta didik menjadi pelajar mandiri dan
otonom. Melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan menggerakkan
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata
dan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Dalam jurnal KH Roh dari ERIC
Clearing House (USA, 2003), Problem-Based Learning (PBL) describes a learning
environment where problems drive the learning. That is, learning begins with a problem to be
solved, and the problem is posed is such a way that students need to gain new knowledge
before they can solve the problem. Rather than seeking a single correct answer, students
interpret the problem, gather needed information, identify possible solutions, evaluate
options, and present conclusions. Proponents of mathematical problem solving insist that
students become good problem solvers by learning mathematical knowledge heuristically.
Students' successful experiences in managing their own knowledge also helps them solve
mathematical problems well (Shoenfeld, 1985; Boaler, 1998). Problem-based learning is a
classroom strategy that organizes mathematics instruction around problem solving activities
and affords students more opportunities to think critically, present their own creative ideas,
and communicate with peers mathematically (Krulik & Rudnick, 1999; Lewellen & Mikusa,
1999; Erickson, 1999; Carpenter et al., 1993; Hiebert et al., 1996; Hiebert et al., 1997).
Dalam jurnal Iris De Loach Johnson dari Miami University, Oxford, Ohio, USA
mengatakan : The PBL process is cyclical (Edens, 2000, p. 56) and has at least three
phases: problem development (introductions and climate setting); working on the problem
(initiation of PBL events, inquiry, and investigation); and problem solution (problem followup and post-problem reflection).
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.

2. Unsur-unsur Problem Based Learning


Berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah telah menunjukkan ciri-ciri
pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan


Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau
ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting
dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata
yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai
macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (1997) pertanyaan dan masalah yang
diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :

Autentik
Jelas
Mudah dipahami
Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Bermanfaat
b. Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk

mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan

masalah,

mengembangkan

hipotesis

dan

membuat

ramalan,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),


membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
c. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip
debat, laporan, model fisik, video atau program komputer.
d. Kerjasama
Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu
sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks
dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
3. Teori Belajar yang Mendukung Problem Based Learning

Dalam perkembangannya, PBL dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori


perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Burner.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran


konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesutunya sendiri, dan berusaha dengan susah
payah dengan ide-idenya sendiri. Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling
penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

b. Teori Perkembangan Kognitif

Dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran Problem Based Learning ini
berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep
utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan
konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang
berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata, skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.

c. Teori Penemuan Jerome Bruner

Teori belajar yang paling melandasi PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning)
yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap, bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan
sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.

Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi secara


aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman, dan melakukan eksperimen - eksperimen yang mengizinkan mereka untuk
menemukan prisip-prinsip itu sendiri.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

No Tahap

Tingkah Laku Guru


a. menjelaskan tujuan pembelajaran

Tahap 1 :
1
Orientasi siswa pada masalah

Tahap 2 :
2

Mengorganisasikan siswa untuk


belajar

Tahap 3 :
3

Membimbing penyelidikan
individual atau kelompok

b. menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan


c. memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah.

membantu siswa mendefinisikan dan


mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut

a. mengumpulkan informasi yang sesuai dengan studi


pustaka
b. melaksanakan eksperimen atau demontrasi untuk
mendapatkan penjelasan
c. pemecahan masalah

Tahap 4 :
4

a. membantu siswa dalam merencanakan dan


menyiapkan karya/tugas

Mengembangkan dan penyajian


b. membantu siswa untuk berbagi tugas dengan
hasil karya/tugas
temannya

Tahap 5 :
5

membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap


Menganalisis dan mengevaluasi tugas-tugas mereka dan proses yang mereka gunakan
proses pemecahan masalah

Alur proses Problem Based Learning dapat dilihat pada flowchart berikut.

5. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

a. Keuggula PBL
(1) Menantang kemampuan peserta didik serta memberi memberi kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
(2) Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
(3) Membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
(4) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi secara tepat.

b. Kelemahan PBL
(1) Memerlukan waktu yang panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
(2) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk
mencoba.

Kesimpulan
Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis

Masalah menggunakan

kecerdasan diri individu yang berada dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk
memcahkan masalah yang bermakna, relevan dan kontekstual.
Penerapan PBL dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus
berperan sebagai fasilitatir sekligus sebagai pembimbing. Guru di tuntut dapat memahami
secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBL dan menjadi penengah yang mampu
merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa harus sia untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapkan diri
untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir.
Masalah yang dibahas harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang
dan masa yang akan datang.

6. Jurnal yang Menggunakan Problem Based Learning

Anda mungkin juga menyukai