Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... i
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)..................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 15

i
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)

Matakuliah Eksplorasi Model Pembelajaran merupakan matakuliah teori dan praktik


yang terintegrasi. Target dari matakuliah ini salah satunya adalah mahasiswa calon guru Fisika
mampu memahami berbagai teknik, strategi, metode, pendekatan dan model pembelajaran di
kelas Fisika. Mahasiswa diwajibkan melakukan simulasi mengajar (peer teaching) pada akhir
perkuliahan dengan disertai penyususnan perangkat pembelajaran maupun media yang sesuai
dengan karakteristik materi ajar. Adapun materi ajar diambil dari salah satu topik yang dibahas
dalam bidang studi fisika.

Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang di dalamnya menekankan


pada adanya masalah yang akan diselesaikan. Apabila model pembelajaran ini dikolaborasikan
dengan peer teaching maka dimungkinkan mahasiswa akan memahami berbagai model
pembelajran dan terampil menerapkannya di kelas sesungguhnya. Problem pada kolaborasi ini
dapat berupa penyusunan perangkat pembelajaran dan media peraga yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan. Oleh karena itu, meneliti penerapan kolaborasi Problem-
Based Learning dan Peer Teaching dalam perkuliahan Eksplorasi model Pembelajaran.
Kolaborasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang model
pembelajaran dan keterampilan mengajar calon guru Fisika (Physics teacher candidate).

Menurut Arends, berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah


memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar
pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru
bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh
materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.
5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru
sebagai pembuat masalah.
6. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan
berbagai disiplin ilmu.

Berdasarkan keterangan diatas kelompok kami menyepakati henak mengambil model


PBL dalam melaksanakan praktek Peer Teaching karena dengan model ini kelompok kami
melihat ada banyak alas an untuk memilih model ini. Berdasarkan karakteristik diatas sudah
menjabarkan lebih dari satu alasan penggunaan model PBL/PBM dalam praktek yang akan di
laksanakan.

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem Based


Learning yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dalam
kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan
masalah. PBL dapat juga diartikan sebagai model pembelajaran berdasarkan masalah. Ibrahim
(2000) menyatakan bahwa PBM merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang
kemudian digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah,
dan termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. (Haerullah, A. H., & Hasan, S. ,2017)

Menurut John Dewey belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Pengalaman siswa yang
diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat berarti menjadi
tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar. (Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. ,2016)

Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan


masalah sebagai fokus untuk mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, materi, dan
pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino & Ciccheilli, 2005).

Beberapa pendapat mengenai PBL diantaranya adalah :

 “PBL is an instructional strategy in which students actively resolve complex problems in


realistic situations” (Glazer, 2001).
 “PBL is both a familiar teaching approach and a dramatic innovation that transforms the
classroom experience for students and teachers. Working in groups, students confront a
tangible problem -- medical diagnosis, legal dispute, policy proposal, ethical dilemma --
to resolve” (Kurt Burch, 1995).
 “PBL, at its most fundamental level, is an instructional method characterized by the use
of “real world” problems as a context for students to learn critical thinking and problem
solving skills, and acquire knowledge of the essential concepts of the course” (Duch,
1995).
 “PBL is an instructional methodology that uses real-world contexts for in-depth
investigations of a subject matter. PBL activities start with an ill-structured problem that
serves as a springboard to team engagement” (Chris Kreger).
 “PBL is an educational approach in which complex problems serve as the context and the
stimulus for learning. In PBL classes, students work in teams to solve one or more
complex and compelling “real world” problems” (Major, Claire.H dan Palmer, Betsy,
2001)

Dari beberapa uraian mengenai pengertian PBL, dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan
suatu pendekatan maupun model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan
yang nyata. Ciri utama dari PBL adalah disuguhkannya masalah yang real dan siswa
diorganisasikan ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran
diharapkan siswa dapat menemukan inti permasalahan dan berpikir bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut dengan atau tanpa bimbingan dari guru. (Haerullah, A. H., &
Hasan, S. ,2017).

B. Karakteristik Model Pembelajarab Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pelajaran dan pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yang digambarkan
dalam Paul Eggen & Don Kauchak (2012) berikut ini.
Gambar di atas menjelaskan, yakni: Pertama, pelajaran berawal dari masalah dan
memecahkan masalah adalah fokus pelajarannya (Krajcik & Blumenfeld, 2006). Kedua, siswa
bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Ketiga, guru menuntun
upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi dukungan pengajaran lain saat siswa
berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut ketrampilan serta
pertimbangan yang professional untuk memastikan kesuksesan pelajaran. (Nurdyansyah, N., &
Fahyuni, E. F. ,2016)

Pembelajaran berbasis masalah tidak ditujukan untuk guru sebagai pemberi informasi
namun lebih memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman sendiri. Karena model
pembelajaran ini dirancang untuk proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berbagai
pengembangan pengajaran problem based learning telah memberikan model pembelajaran ini
memiliki karakteristik yang dikembangkan oleh Barrow sebagai berikut: (Haerullah, A. H., &
Hasan, S. ,2017)

1. Learning is student-centered Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan


kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya
sendiri..
2. Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang disajikan
kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah
memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya
nanti.
3. New information is acquired through self-directed learning Dalam proses pemecahan
masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan
prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik
dari buku atau informasi lainnya.
4. Learning occurs in small groups Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam
usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penetapan tujuan yang jelas.
5. Teachers act as facilitators. Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas
siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai (Min Liu, 2005).

Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut : (Nurdyansyah,


N., & Fahyuni, E. F. ,2016)

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah : Artinya, pembelajaran berdasarkan masalah


mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Pertanyaan dan masalah
yang diajukan haruslah memenuhi kriteriasebagai berikut.
a. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa
dari pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dan tidak menimbulkan masalah
baru.
c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami dan
dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya masalah tersebut mencakup
seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan
sumber yang tersedia dan didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
e. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir memecahkan masalah
siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. : Artinya, meskipun pengajaran berbasis
masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmuilmu
sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar- benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik : Artinya, pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah
nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan
membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. : Pengajaran berbasis masalah
menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
5. Kolaborasi. : Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yangbekerja satu sama
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

C. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan utama model pembelajaran problem based learning bukanlah penyampaian


sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan
berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Problem based learning juga
dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik.
Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik
berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk
menyelesaikan masalah.

Secara rinci model pembelajaran problem based learning bertujuan untuk membangun
dan mengembangkan pembelajaran yang memenuhi tiga ranah pembelajaran (taxonomy of
learning domains). Pertama yaitu bidang kognitif (knowledges) yaitu terintegrasinya ilmu dasar
dan ilmu terapan. Adanya pemecahan masalah terhadap problem real secara langsung
mendorong siswa dalam menerapkan ilmu dasar yang ada. Kedua, yaitu bidang psikomotorik
(skills) berupa melatih siswa dalam pemecahan masalah secara saintifik (scientific reasoning),
berpikir kritis, pembelajaran diri secara langsung dan pembelajaran seumur hidup (life-long
learning). Ketiga yaitu bidang afektif (attitudes) yaitu berupa pengembangan karakter diri,
pengembangan hubungan antar manusia dan pengembangan diri berkaitan secara psikologis.
(Herminarto Sofyan W. K., 2017)

D. Pinsip Model Pembelajaran Problem Based Learning

Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan atau penentuan
masalah nyata dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi
dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki
banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk
mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak
terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan
cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk
memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi
sendiri untuk menyelesaikannya. Pada akhirnya adalah melihat kesimpulan hasil pembelajaran
yang dilaksanakan sehingga siswa dan guru mengetahui pencapaiannya. (Herminarto Sofyan W.
K., 2017)

Prinsip dasar impelementasi problem based learning adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran bersifat student-centered yang aktif.


2) Pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok kecil dan semua anggota kelompok
memberikan kontribusinya secara aktif.
3) Diskusi dipicu oleh masalah yang bersifat integrasi interdisiplin yang didasarkan pada
pengalaman/kehidupan nyata
4) Diskusi secara aktif merangsang mahasiswa untuk menggunakan prior knowledge.
5) Siswa terlatih untuk belajar mandiri dan diharapkan dapat menjadi dasar bagi pembelajaran
seumur hidup.
6) Pembelajaran berjalan secara efisien, karena informasi yang dikumpulkan melalui belajar
mandiri sesuai dengan apa yang dibutuhkannya (need to know basis).
7) Feedback dapat diberikan sewaktu tutorial, sehingga dapat memacu mahasiswa untuk
meningkatkan usaha pembelajarannya;
8) Latihan keterampilan diberikan secara paralel.

E. Sintaks Model Pembelajarab Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Problem Based Learning (PBL) dalam perkembangannya lebih dikenal dengan Problem
Based Instruction (PBI). Adapun, tahapan-tahapan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction menurut Ismail (2002) dalam Widdihardi, Rachamadi (2004) dan Sudibyo (2002)
mengemukakan lima tahap yang dilakukan dalam Model Pembelajaran Problem Based
Instruction yaitu dimulai dengan memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah,
mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, siswa melakukan kegiatan penyelidikan guna
mendapatkan konsep untuk menyelesaikan masalah kemudian membuat karya atau laporan,
mempersentasikannya dan diakhiri dengan penyajian serta analisis evaluasi hasil dan proses.
Kelima langkah yang dilakukan dalam Model Pembelajaran PBI selengkapnya dapat dilihat pada
table berikut ini. (Haerullah, A. H., & Hasan, S. ,2017)

Fase-fase Tingkah laku guru


Fase 1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Membimbing penyelidikan individual Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
maupun kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil Guru membantu siswa dalam merencanakan
karya dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses Guru membantu siswa untuk melakukan
pemecahan masalah refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan.

Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran secara jelas, memotivasi terhadap pelajaran, dan
menjelaskan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa. Guru memberikan penjelasan kepada
mereka tentang proses dan prosedur pembelajaran ini secara terperinci yang meliputi.

1. Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi,
akan tetapi lebih kepada belajar bagaimana menjadi pelajar yang mandiri dan percaya diri
2. Masalah atau pertanyaan yang diselidiki adalah masalah yang kompleks memiliki banyak
penyelesaian dan sering kali saling bertentangan. Selama penyelidikan siswa akan
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
3. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang menyediakan bantuan, sedangkan siswa
berusaha untuk bekerja mandiri atau bersama temannya.

Tahap 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pembelajaran ini membutuhkan pengembangan keterampilan siswa. Oleh karena itu,


mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan penyelidikan mereka dan tugas-tugas
pelaporan, yang meliputi.

1. Kelompok belajar, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar. Pembelajaran ini


harus disesuaikan dengan tujuan yang ditetapkan guru untuk proyek tertentu.
2. Perencanaan kooperatif, setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah dan telah
membentuk kelompok belajar, guru dan siswa harus menyediakan waktu yang cukup untuk
menyediakan sub pokok bahasan yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal
waktu.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual/kelompok


Membimbing proses penyelidikan dapat dilakukan secara mandiri maupun kelompok.
Teknik penyelidikannya meliputi.

1. Pengumpulan data dan eksperimen. Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen yang sesungguhnya sampai mereka
benar-benar memahami dimensi-dimensi situasi masalah. Tujuannya adalah agar siswa
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
2. Berhipotesis, menjelaskan, dan memberikan pemecahan. Pada tahap ini,guru mendorong
siswa untuk mengeluarkan semua ide danmenerima sepenuhnya ide tersebut. Selanjutnya
guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa memikirkan kelayakan hipotesis dan
pemecahan mereka serta tentang kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan. Guru
secara terus-menerus menunjang dan memodelkan pertukaran ide secara bebas dan
mendorong mengkaji lebih dalam masalah tersebut jika dibutuhkan. Selain itu, guru juga
membantu menyediakan bantuan yang dibutuhkan siswa.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah


dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari.

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka, di


samping keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama
tahap ini, guru meminta siswa untuk melakukan membangun kembali pemikiran dan aktifitas
mereka selama tahap-tahap pembelajaran yang telah dilewatinya. (Nurdyansyah, N., & Fahyuni,
E. F. ,2016)

F. Dampak Langsung dan Dampak Pengiring Model Pembelajaran Problem Based


Learning
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja
kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa
seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang
berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. (Ramadhani, 2020)

Dari berbagai hal tersebut dampak langsung yang dirasakan dari model pembelajaran Problem
Based Learning adalah

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan mengatasi


masalah,
2) Meningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif
3) Belajar peranan orang dewasa dan menjadi pebelajar yang mandiri

Dampak pengiring dirasakan dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah yaitu:

1) Mengembangkan karakter siswa antara lain dispilin, cermat, kerja keras, tanggung
jawab, toleran, santun, berani, dan kritis serta etis;
2) Membentuk kecakapan hidup pada diri siswa;
3) Meningkatkan sikap ilmiah; dan
4) Mampu membina

G. Prinsip reaksi, peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)

Sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran, yaitu guru
mengorientasikan masalah pada masing-masing kelompok. Guru membimbing kerjasama tiap
kelompok untuk memastikan bahwa setiap kelompok mendiskusikan bagaimana cara
penyelesaian masalah. Setelah siswa menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah
diberikan pada setiap kelompok. Guru mengkoordinir siswa secara perwakilan untuk
menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban
yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing siswa,
guru memberikan soal evaluasi secara individual.( Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009)
Problem Based Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada
siswa untuk masing-masing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan.
Daya dukung yang tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan
nyaman. Ketersediaan sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru
harus mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat
prestasi siswa untuk acuan pembagian kelompok. (Amir, M Taufiq. 2012)

H. Sistem Sosial Peran Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)

Sistem sosial yang terdapat dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning ini adalah
menghargai pendapat teman ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat
saat berdiskusi kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai teman dan
memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan anggota kelompoknya. ( Joyce, B.,
Weil, M., & Calhoun, E. 2009)

Dalam suatu uji coba terbatas diperoleh kecenderungan terjadinya peningkatan dalam setiap
pertemuannya. Hal ini berarti guru mampu menciptakan suasana belajar yang bebas, terbuka,
demokratis, dan positif. Siswa mampu menghormati orang lain, bekerja sama, memimpin, dan
menyampaikan pendapat dengan baik.

Sistem Sosial Peran Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terjadi ketika ada komunikasi aktif antar siswa maupun antara siswa dengan guru.
Komunikasi dapat berupa guru mengapresiasi setiap jawaban siswa dan memotivasi untuk
berpikir dan bertanya dengan baik (fase 1), menginspirasi siswa untuk mengenali variabel
penelitian dalam peralatan, membuat rumusan masalah untuk investigasi, melakukan percobaan,
mengambil data dan menganalisis data (fase 2), guru membimbing siswa membuat argumentasi
(fase 3), menginspirasi siswa untuk mengeluarkan pendapat/ide-idenya melalui presentasi (fase
4), dan melibatkan siswa dalam evaluasi dan refleksi (fase 5). (Ertmer, Pegg y A. dkk, 2014)
I. Support System Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Daya dukung, bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa untuk masing-
masing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan. Daya dukung yang
tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan
sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan
instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa untuk acuan
pembagian kelompok ( Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009).

J. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajarab Berbasis Masalah (Problem


Based Learning)

Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut: •
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran :
(Rahman, T. ,2018)

• Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
• Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
• Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
• Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
• Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
• Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
• Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya: (Widayati, N. S., & Muaddab, H.,2012).

 PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
dalam menyajikan materi.
• PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya
dengan pemecahan masalah
• Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan
dalam pembagian tugas
• PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja
dalam kelompok.
• PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah
• PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat
menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada masalah bukan
konten materi
• Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok
secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik
• Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M Taufiq. 2012. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada
Media Group.

Ertmer, Pegg y A. dkk, 2014, “The Grand Challenge: Helping T eachers Learn/ Teach Cutting-
Edge Science via a PBL Approach”, Interdisciplinary Journal of Problem-Based
Learning/ Vol. 8 No. 1, 8-20

Haerullah, A. H., & Hasan, S. (2017). MODEL & PENDEKATAN PEMBELAJARAN


INOVATIf (Teori dan Aplikasi).

Herminarto Sofyan, W. K. (2017). PROBLEM BASED LEARNING DALAM KURIKULUM


2013. Yogyakarta: UNY Press 2017.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of teaching. New Jearsey: Pearson
Education.

Madya, Suwarsih. 2003. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: UNY Press.

Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013..

Rahman, T. (2018). Aplikasi model-model pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas. CV.
Pilar Nusantara.

Ramadhani, A. (2020). KEEFEKTIFAN MODEL THINK PAIR SHARE DANPROBLEM BASED


LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI BERBANTUAN
MEDIA VIDEO BERTEMA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS X SMA.
Semarang: Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
Widayati, N. S., & Muaddab, H. (2012). 29 Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Anda mungkin juga menyukai