DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... i
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)..................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 15
i
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Menurut John Dewey belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Pengalaman siswa yang
diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat berarti menjadi
tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar. (Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. ,2016)
Dari beberapa uraian mengenai pengertian PBL, dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan
suatu pendekatan maupun model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan
yang nyata. Ciri utama dari PBL adalah disuguhkannya masalah yang real dan siswa
diorganisasikan ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran
diharapkan siswa dapat menemukan inti permasalahan dan berpikir bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut dengan atau tanpa bimbingan dari guru. (Haerullah, A. H., &
Hasan, S. ,2017).
Pelajaran dan pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yang digambarkan
dalam Paul Eggen & Don Kauchak (2012) berikut ini.
Gambar di atas menjelaskan, yakni: Pertama, pelajaran berawal dari masalah dan
memecahkan masalah adalah fokus pelajarannya (Krajcik & Blumenfeld, 2006). Kedua, siswa
bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Ketiga, guru menuntun
upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi dukungan pengajaran lain saat siswa
berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut ketrampilan serta
pertimbangan yang professional untuk memastikan kesuksesan pelajaran. (Nurdyansyah, N., &
Fahyuni, E. F. ,2016)
Pembelajaran berbasis masalah tidak ditujukan untuk guru sebagai pemberi informasi
namun lebih memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman sendiri. Karena model
pembelajaran ini dirancang untuk proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Berbagai
pengembangan pengajaran problem based learning telah memberikan model pembelajaran ini
memiliki karakteristik yang dikembangkan oleh Barrow sebagai berikut: (Haerullah, A. H., &
Hasan, S. ,2017)
Secara rinci model pembelajaran problem based learning bertujuan untuk membangun
dan mengembangkan pembelajaran yang memenuhi tiga ranah pembelajaran (taxonomy of
learning domains). Pertama yaitu bidang kognitif (knowledges) yaitu terintegrasinya ilmu dasar
dan ilmu terapan. Adanya pemecahan masalah terhadap problem real secara langsung
mendorong siswa dalam menerapkan ilmu dasar yang ada. Kedua, yaitu bidang psikomotorik
(skills) berupa melatih siswa dalam pemecahan masalah secara saintifik (scientific reasoning),
berpikir kritis, pembelajaran diri secara langsung dan pembelajaran seumur hidup (life-long
learning). Ketiga yaitu bidang afektif (attitudes) yaitu berupa pengembangan karakter diri,
pengembangan hubungan antar manusia dan pengembangan diri berkaitan secara psikologis.
(Herminarto Sofyan W. K., 2017)
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan atau penentuan
masalah nyata dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi
dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki
banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk
mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak
terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan
cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk
memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi
sendiri untuk menyelesaikannya. Pada akhirnya adalah melihat kesimpulan hasil pembelajaran
yang dilaksanakan sehingga siswa dan guru mengetahui pencapaiannya. (Herminarto Sofyan W.
K., 2017)
Problem Based Learning (PBL) dalam perkembangannya lebih dikenal dengan Problem
Based Instruction (PBI). Adapun, tahapan-tahapan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction menurut Ismail (2002) dalam Widdihardi, Rachamadi (2004) dan Sudibyo (2002)
mengemukakan lima tahap yang dilakukan dalam Model Pembelajaran Problem Based
Instruction yaitu dimulai dengan memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah,
mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, siswa melakukan kegiatan penyelidikan guna
mendapatkan konsep untuk menyelesaikan masalah kemudian membuat karya atau laporan,
mempersentasikannya dan diakhiri dengan penyajian serta analisis evaluasi hasil dan proses.
Kelima langkah yang dilakukan dalam Model Pembelajaran PBI selengkapnya dapat dilihat pada
table berikut ini. (Haerullah, A. H., & Hasan, S. ,2017)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran secara jelas, memotivasi terhadap pelajaran, dan
menjelaskan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa. Guru memberikan penjelasan kepada
mereka tentang proses dan prosedur pembelajaran ini secara terperinci yang meliputi.
1. Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi,
akan tetapi lebih kepada belajar bagaimana menjadi pelajar yang mandiri dan percaya diri
2. Masalah atau pertanyaan yang diselidiki adalah masalah yang kompleks memiliki banyak
penyelesaian dan sering kali saling bertentangan. Selama penyelidikan siswa akan
didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
3. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang menyediakan bantuan, sedangkan siswa
berusaha untuk bekerja mandiri atau bersama temannya.
1. Pengumpulan data dan eksperimen. Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen yang sesungguhnya sampai mereka
benar-benar memahami dimensi-dimensi situasi masalah. Tujuannya adalah agar siswa
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
2. Berhipotesis, menjelaskan, dan memberikan pemecahan. Pada tahap ini,guru mendorong
siswa untuk mengeluarkan semua ide danmenerima sepenuhnya ide tersebut. Selanjutnya
guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa memikirkan kelayakan hipotesis dan
pemecahan mereka serta tentang kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan. Guru
secara terus-menerus menunjang dan memodelkan pertukaran ide secara bebas dan
mendorong mengkaji lebih dalam masalah tersebut jika dibutuhkan. Selain itu, guru juga
membantu menyediakan bantuan yang dibutuhkan siswa.
Dari berbagai hal tersebut dampak langsung yang dirasakan dari model pembelajaran Problem
Based Learning adalah
Dampak pengiring dirasakan dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah yaitu:
1) Mengembangkan karakter siswa antara lain dispilin, cermat, kerja keras, tanggung
jawab, toleran, santun, berani, dan kritis serta etis;
2) Membentuk kecakapan hidup pada diri siswa;
3) Meningkatkan sikap ilmiah; dan
4) Mampu membina
G. Prinsip reaksi, peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran, yaitu guru
mengorientasikan masalah pada masing-masing kelompok. Guru membimbing kerjasama tiap
kelompok untuk memastikan bahwa setiap kelompok mendiskusikan bagaimana cara
penyelesaian masalah. Setelah siswa menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah
diberikan pada setiap kelompok. Guru mengkoordinir siswa secara perwakilan untuk
menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban
yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing siswa,
guru memberikan soal evaluasi secara individual.( Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009)
Problem Based Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada
siswa untuk masing-masing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan.
Daya dukung yang tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan
nyaman. Ketersediaan sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru
harus mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat
prestasi siswa untuk acuan pembagian kelompok. (Amir, M Taufiq. 2012)
H. Sistem Sosial Peran Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
Sistem sosial yang terdapat dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning ini adalah
menghargai pendapat teman ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat
saat berdiskusi kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai teman dan
memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan anggota kelompoknya. ( Joyce, B.,
Weil, M., & Calhoun, E. 2009)
Dalam suatu uji coba terbatas diperoleh kecenderungan terjadinya peningkatan dalam setiap
pertemuannya. Hal ini berarti guru mampu menciptakan suasana belajar yang bebas, terbuka,
demokratis, dan positif. Siswa mampu menghormati orang lain, bekerja sama, memimpin, dan
menyampaikan pendapat dengan baik.
Sistem Sosial Peran Guru dan Siswa pada Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terjadi ketika ada komunikasi aktif antar siswa maupun antara siswa dengan guru.
Komunikasi dapat berupa guru mengapresiasi setiap jawaban siswa dan memotivasi untuk
berpikir dan bertanya dengan baik (fase 1), menginspirasi siswa untuk mengenali variabel
penelitian dalam peralatan, membuat rumusan masalah untuk investigasi, melakukan percobaan,
mengambil data dan menganalisis data (fase 2), guru membimbing siswa membuat argumentasi
(fase 3), menginspirasi siswa untuk mengeluarkan pendapat/ide-idenya melalui presentasi (fase
4), dan melibatkan siswa dalam evaluasi dan refleksi (fase 5). (Ertmer, Pegg y A. dkk, 2014)
I. Support System Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Daya dukung, bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa untuk masing-
masing kelompok. Bahan tersebut dapat berupa materi maupun soal latihan. Daya dukung yang
tidak kalah penting yaitu lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan
sarana dan prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan
instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa untuk acuan
pembagian kelompok ( Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009).
Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut: •
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran :
(Rahman, T. ,2018)
• Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
• Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
• Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
• Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
(matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
• Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
• Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
• Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
• Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya: (Widayati, N. S., & Muaddab, H.,2012).
PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
dalam menyajikan materi.
• PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya
dengan pemecahan masalah
• Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan
dalam pembagian tugas
• PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja
dalam kelompok.
• PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah
• PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat
menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada masalah bukan
konten materi
• Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok
secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik
• Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M Taufiq. 2012. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada
Media Group.
Ertmer, Pegg y A. dkk, 2014, “The Grand Challenge: Helping T eachers Learn/ Teach Cutting-
Edge Science via a PBL Approach”, Interdisciplinary Journal of Problem-Based
Learning/ Vol. 8 No. 1, 8-20
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of teaching. New Jearsey: Pearson
Education.
Madya, Suwarsih. 2003. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: UNY Press.
Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013..
Rahman, T. (2018). Aplikasi model-model pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas. CV.
Pilar Nusantara.