Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Gereja adalah persekutuan orang-orang yang mengimani Yesus

Kristus(Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti) yang mengandung

kendala–kendala atau batasan–batasan yang dapat diterjemahkan dalam

bentuk hubungan antara Allah dan Manusia, (Siswanto, 2005:65). Gereja

mempunyai hubungan secara hori zontal dan Partikal. Sifat-sifat gereja banyak

digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah

metode pendekakatan kekeluargaan, konukasi sosial dan lain-lain.(dipelajari

pada jenjang yang lebih tinggi)

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, khusus pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Kodi Utara

masih mengalami kesulitan khususnya pada pokok bahasan program Gereja

Sebagai Persekutuan Umat Allah itu terkait materi prasyarat dan

menerjemahkan soal cerita ke dalam bentuk model Pendidikan Agama Katolik

yang menyebabkan hasil belajar siswa/i rendah. Hal ini tampak pada saat

penulis melakukan tes awal terhadap siswa/i kelas X IPA di SMA Negeri 1

Kodi Utara. Dari KKM yang ditentukan sebesar 75, tidak ada satupun siswa

yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 (≥ 75) dengan nilai rata-

rata 23, 33 dari jumlah 36 siswa/i. Rekapitulasi nilai tes awal siswa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini (nilai tes awal siswa dapat dilihat pada lampiran

03).

1
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Tes Awal Siswa

No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase (%) Rata-rata


Kelas
1 ≥ 75 Tuntas 0 0% 23, 33
2 ˂ 75 Tidak Tuntas 36 100 %
Sumber: Data olahan Peneliti.
Berdasarkan kesulitan-kesulitan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kesulitan utama untuk pokok bahasan program linear adalah terkait materi

prasyarat dan kemampuan siswa/i dalam menerjemahkan dan menyelesaikan

soal cerita ke dalam bentuk model matematika, yang berakibat pada rendahnya

hasil tes siswa/i dan diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

Untuk mengantisipasi masalah ini, guru perlu menemukan suatu model

pembelajaran yang dapat membantu siswa/i dalam menyelesaikan soal–soal

berbentuk masalah, (Nurhadi, 2004: 56 dalam Hermeliyati, 2016:25) agar

dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok

bahasan program linear mata pelajaran matematika.

Untuk itu, peneliti memilih pendekatan pembelajaran dengan melibatkan

siswa secara aktif dengan pola pembelajaran berpusat pada siswa (student

center) yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa akan belajar suatu konsep dan

prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-

kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai dengan model PBL yaitu cara

2
memecahkan masalah (proses) dan jawaban terhadap masalah (produk)

(Suyatno, 2009: 9) dalam (Pasaribu, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan meneliti tentang “

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada Materi Program

Linear untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA

Negeri 1 Kodi Utara”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan model Problem Based Learning

(PBL) pada materi program linear agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan hasil belajar melalui

penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada materi program linear

siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara.

D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, memberikan suasana belajar yang lebih variatif dan kondusif

sehingga pelajaran tidak hanya disampaikan dengan metode konvensional,

dan diharapkan hal ini membawa dampak pada peningkatan hasil belajar

siswa.

3
2. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran yang lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran

yang diharapkan.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik

bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan

belajar mengajar yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah.

4. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman terhadap kegiatan

belajar mengajar dan permasalahannya serta menjadi bahan rujukan untuk

tindakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)


1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas

belajar mengajar (Soekamto dalam Shoimin, 2014: 23). Adapun Arends

(dalam Shoimin, 2014: 23) menyatakan, “The term teaching model refers to a

particular approach to instruction that includes its goals, sintax, envirinment,

and management system”. Artinya, istilah model pengajaran mengarah pada

suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan,

dan sistem pengelolaannya. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,

dan teknik pembelajaran.

Menurut Duch model Problem Based Learning(PBL) atau

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang

bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta

didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta

memperoleh pengetahuan, (Shoimin, 2014: 130). Finkle dan Torp (1995)

5
menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem

pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah

dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para

peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari

yang tidak terstruktur dengan baik, (Shoimin, 2014: 130). Dua definisi di atas

mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan suasana pembelajaran

yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Jadi, model Problem

Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik

untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

materi pelajaran (Shoimin 2013: 130).

2. Ciri-Ciri Model Problem Based Learning (PBL)


Ciri-ciri model PBL menurut Arends (Pasaribu, 2015) adalah sebagai

berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan

akademik tertentu, PBL mengorganisasikan pengajaran di sekitar

pertanyaan dan masalah yang dua-dua secara sosial penting dan secara

pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan

autentik (nyata), menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan

adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.

b. Berfokus pada keterkaitan antara disiplin.

6
Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah

yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam

pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

Jadi masalah yang diajukan dalam PBL hendaknya mengaitkan berbagai

disiplin ilmu.

c. Penyelidikan autentik.

PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari

penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis

dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat

ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan

kesimpulan.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.

PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk

karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk

penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu juga dapat berupa

laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata

tersebut dapat didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lainnya.

e. Kolaboratif.

PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya,

paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

f. Guru sebagai fasilitator

7
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun

begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan

mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.

3. Langkah-Langkah Model Problem Based Learning (PBL)


a. Orientasi siswa pada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

yang dipilih.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dll).

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalahnya.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membentuk siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan (Shoimin,

2014: 131).

8
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)
Menurut Shoimin, (2014: 132) model PBL memiliki beberapa kelebihan,

diantaranya:

a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuam memecahkan masalah dalam

situasi nyata.

b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui

aktivitas belajar.

c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban

siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam

kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching.

Selain memiliki kelebihan PBL juga memiliki kelemahan, (Shoimin, 2014:

132) diantaranya :

9
a. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru

berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk

pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan

pemecahan masalah.

b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi

akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hasil diartikan sesuatu

yang diadakan, dibuat, dijadikan dan sebagainya oleh usaha, pikiran, tanam-

tanaman, tanah sawah, ladang hutan dan sebagainya. Sedangkan, belajar

diartikan berusaha, berlatih untuk mendapatkan ilmu/pengetahuan (Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia).

Menurut Tirtarahardja dkk., (2005: 51) belajar diartikan sebagai

aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, tertumpu pada kemampuan

diri belajar di bawah bimbingan pengajar. Menurut pengertian secara

psikologi belajar merupakan perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Jadi, hasil belajar adalah suatu proses usaha yang telah dicapai

seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai suatu pengalaman seseorang tersebut dengan

lingkungannya (Slameto, 2003: 57) dalam penelitian PTK (Pasaribu, 2015)

10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan atau pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu

pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh siswa setelah melakukan

kegiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai bentuk perolehan

belajar siswa yang dinilai setelah siswa melalui proses belajar mengajar suatu

pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu. Hasil belajar juga merupakan

kemampuan atau pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan,

keterampilan, tingkat keberhasilan, serta perolehan belajar siswa setelah

melakukan kegiatan belajar mengajar tentang pokok bahasan tertentu di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes (Pasaribu,

2015).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah,

yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Pasaribu, 2015).

Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Menurut Bloom, yang dimaksud dengan ranah kognitif adalah segala

upaya yang menyangkut aktivitas otak. Dalam ranah kognitif terdapat enam

jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang tertinggi yakni

pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis (analysis), sintetis (syinthesis) dan penilaian

(evaluation).

2. Ranah Afektif

11
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat digunakan untuk

meramalkan penguasaan kognitif orang tersebut. Ranah afektif ini

digolongkan menjadi lima katagori, yakni recciving yaitu menerima atau

memperhatikan, responding yakni menanggapi, valuing yakni menilai atau

menghargai, organization yakni mengatur dan mengorganisasikan,

characterization by value complex yakni karakterisasi dengan suatu nilai atau

nilai kompleks.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Ada enam ranah psikomotorik, yakni gerak

refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan ekspresif interpretatife (Bloom dalam Sudjana,1991:34).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi

(Rusman, 2012) meliputi faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima

tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan

sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima

pelajaran.

2) Faktor Psikologis

12
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini mempengaruhi hasil

belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi integensi (IQ), perhatian,

minat, bakat, motifasi, kognitif dan daya nalar siswanya.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan

ini dapat meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam

misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang

yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya berbeda suasana belajar

dengan belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang

cukup mendukung untuk bernafas lega.

2) Faktor instrumental

Faktor instrumen adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumen dapat

berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan. Faktor instrumen ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

C. Konsep Program Linear


1. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah suatu sistem

(gabungan dua atau lebih) pertidaksamaan linear yang memuat dua variabel

dan masing-masing variabel itu berderajat satu. Himpunan penyelesaian dari

sistem pertidaksamaan linear dua variabel merupakan irisan atau interseksi

13
dari himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear yang terdapat pada sistem

pertidaksamaan itu. Dalam bentuk grafik pada bidang koordinat, himpunan

penyelesaian itu berupa daerah yang dibatasi oleh garis-garis dari sistem

persamaan linearnya (Siswanto, 2005:60).

2. Model Matematika dan Program Linear


Program linear atau biasa disebut juga sebagai optimasi linear

merupakan suatu program yang bisa dipakai untuk memecahkan masalah

mengenai optimasi. Di dalam masalah optimasi linear, batasan–batasan atau

kendala–kendalanya bisa kita terjemahkan ke dalam bentuk sistem

pertidaksamaan linear. Nilai–nilai peubah yang memenuhi suatu sistem

pertidaksamaan linear berada pada suatu himpunan penyelesaian yang

mempunyai beragam kemungkinan penyelesaian. Dari berbagai kemungkinan

penyelesaian tersebut terdapat sebuah penyelesaian yang memberikan hasil

paling baik (penyelesaian optimum). Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

masalah optimasi linear adalah untuk mengoptimumkan (memaksimalkan atau

meminimumkan) sebuah fungsi f. Fungsi f ini disebut dengan fungsi sasaran,

fungsi tujuan atau fungsi objektif.

Pertidaksamaan linear juga dapat digunakan untuk memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari–hari. Hal ini dapat dilakukan dengan

memodelkan masalah menjadi model matematika. Jadi, model matematika

merupakan suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu masalah ke

dalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan, pertidaksamaan

atau fungsi.

14
Untuk menyelesaikan sistem persamaan, pertidaksamaan atau fungsi

dapat mengikuti langkah berikut :

a. Ubah masalah tersebut ke dalam model matematika yaitu dengan membuat

tabel, fungsi pembatas dan fungsi tujuan. Tabel di sini untuk

mempermudah membaca data. Fungsi pebatas/kendala yaitu beberapa

pertidaksamaan linear yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

Fungsi tujuan/objektif yaitu suatu fungsi yang berhubungan dengan tujuan

yang akan dicapai. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan dengan f(x, y) = ax

+ by atau z = ax + by.

b. Lukislah daerah penyelesaian dari fungsi pembatasnya.

c. Tentukan koordinat–kordinat titik ujung daerah penyelesaian. Jika belum

ada gunakan bantuan eliminasi dari perpotongan 2 garis.

d. Ujilah masing–masing titik ujung daerah penyelesaian.

e. Tentukan nilai terbesar/terkecilnya sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. (Siswanto, 2005:65).

3. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif


a. Fungsi Objektif ax + by
Tujuan yang hendak dicapai dalam suatu model matematika

dinyatakan dalam bentuk persamaan z = ax + by. Bentuk ax + by yang hendak

dioptimumkan (dimaksimumkan atau diminimumkan) tersebut dinamakan

fungsi objektif. Dengan kata lain, fungsi objektif dalam program linear adalah

fungsi z = ax + by yang hendak ditentukan nilai optimumnya.

Contoh:

1) Sistem pertidaksamaan linear dua variabel

15
2x + y ≤ 30

2x + 3y ≤ 50

x ≥ 0, y ≥, dengan x, y € C

Fungsi objektif: memaksimumkan z = x + y.

b. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Objektif

Untuk menentukan nilai optimum fungsi objektif, digunakan metode

grafik yang terdiri atas dua macam cara, yaitu metode uji titik sudut dan

metode garis selidik.

1) Metode Uji Titik Sudut

Dengan metode ini, nilai optimum dari bentuk objektif z = ax + by

ditentukan dengan menghitung nilai-nilai z = ax + by pada setiap titik sudut

(titik verteks) yang terdapat pada daerah himpunan penyelesaian

pertidaksamaan linear dua variabel. Beberapa nilai yang diperoleh itu,

kemudian dibandingkan. Nilai yang paling besar merupakan nilai maksimum

dari z = ax + by, sedangkan nilai yang paling kecil merupakan nilai minimum

dari z = ax + by.

2) Metode Garis Selidik ax + by = k


Menentukan nilai optimum suatu fungsi objektif dengan menggunakan

a
Garis-garis tersebut mempunyai gradien yang sama, yaitu m = - .
b

Dengan demikian, garis-garis tersebut merupakan garis-garis yang sejajar.

Apabila digambarkan, sebagian dari garis-garis tersebut terletak pada daerah

penyelesaian pertidaksamaan linear (daerah feasibel) dan salah satu

diantaranya melalui titik optimum.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka rancangan

penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Kemmis dan Mc. Taggart (1988) PTK adalah studi yang dilakukan untuk

memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri yang dilaksanakan secara

sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. Dengan demikian, PTK

sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, serta memperbaiki kondisi di mana praktik

pembelajaran tersebut dilakukan (Tim PGSM, 1999).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian bertempat di SMA Negeri 1 Kodi Utara Jln. Kerepengge

Kabupaten, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada saat semester ganjil pada tahun

ajaran 2020/2021.

17
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/i Kelas X IPA yang

berjumlah 15 orang siswa terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 6 orang

siswa perempuan SMA Negeri 1 Kodi Utara.

D. Prosedur Penelitian
Menurut model Kemmis dan Mc Taggart dalam Taniredja dkk (2013:

24), alur penelitian itu terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu (1) perencanaan

(planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing) dan (4)

refleksi (reflecting). Adapun model tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

Perencanaan I

Refleksi I Siklus 1 Pelaksanaan I

Pengamatan I

Perencanaan II

Refleksi II Siklus II Pelaksanaan II

Pengamatan II

Gambar 3.1: Model Kemmis dan Mc Taggart


(Sumber: Taniredja dkk, 2013: 24)

18
SIKLUS I
1. Perencanaan
a. Menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk menentukan

materi yang diajarkan dengan model PBL.

b. Pembuatan perangkat pembelajaran yang diperlukan (silabus dan RPP)

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Menyusun instrumen tes untuk setiap siklus.

2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah merujuk pada skenario

pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran dengan model

PBL. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model PBL terdiri atas

beberapa tahap, yaitu:

a. Kegiatan Pembukaan

1) Guru mengucapkan salam, menyiapkan siswa untuk belajar.

2) Melakukan apersepsi yaitu dengan cara memberikan pertanyaan tentang

materi terdahulu yang masih ada kaitannya dengan materi yang akan

diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Kegiatan Inti

1) Orientasi siswa pada masalah, guru menjelaskan materi tentang program

linear (materi awal). Dalam hal ini guru tidak secara penuh menjelaskan

19
tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga siswa ikut

berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar materi tentang program

linear, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing pengalaman individu/kelompok, guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok dibagikan LKS yang telah

disediakan oleh guru.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membimbing siswa

dalam merancang dan membuat laporan hasil karya kelompok sesuai

dengan LKS yang telah diberikan guru. Perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang telah dilaksanakan.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan

mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa

membahas penyelesaian masalah.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran

secara bersama-sama .

2) Guru memberikan tes formatif untuk menilai ketercapaian indikator hasil

belajar kognitif.

3) Guru memotivasi dan penguatan kepada siswa tentang pentingnya belajar

terus setiap waktu.

4) Salam penutup.

20
3. Pengamatan
Peneliti mengamati selama proses belajar, pada lembar observasi

aktivitas siswa memberikan skor 1-5, sedangkan untuk data kinerja guru

diamati oleh observer (guru mata pelajaran) diperoleh dengan melingkari salah

satu angka 1–5.

4. Refleksi
Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk menganalisis

kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal–hal

yang dianalisis adalah hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan kinerja guru.

Analisis tersebut sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai

acuan untuk menentukan langkah–langkah lebih lanjut dalam rangka

mencapai tujuan PTK. Hasil analisis juga digunakan sebagai bahan

perencanaan pada siklus berikutnya dan membuat rencana tindakan baru agar

menjadi lebih baik lagi.

SIKLUS II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh peneliti dan guru untuk

mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam

pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

1. Perencanaan
Perencanaan siklus II ini dengan membuat rencana pembelajaran

secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya

berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II ini, peneliti melakukan

perencanaan dengan langkah–langkah sebagai berikut:

21
a. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi pada proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan pada siklus I.

b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran di siklus II berdasarkan

hasil refleksi pada siklus I.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas.

d. Menyiapkan susunan skenario pembelajaran yaitu rencana perbaikan

pembelajaran.

2. Tindakan
Siklus II ini dilakukan tindakan atau perlakuan, berdasarkan rencana

pembelajaran dari hasil refleksi pada siklus I.

3. Pengamatan
Peneliti mengamati dan meniliai selama proses belajar, pada lembar

observasi aktivitas siswa memberikan skor 1-5, sedangkan untuk data kinerja

guru diamati oleh observer (guru mata pelajaran) diperoleh dengan melingkari

salah satu angka 1–5.

4. Refleksi
Peneliti melaksanakan refleksi terhadap siklus ke II dan menganalisisnya

untuk menemukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Jenis Data
1. Jenis Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi yang diperoleh dari hasil

22
observasi pembelajaran di kelas. Data hasil observasi yang akan diambil

adalah aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru pada saat

pembelajaran berlangsung. Sedangkan, data kuantitatif diperoleh dari data

hasil belajar, yakni hasil belajar melalui tes tertulis.

2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh langsung oleh penulis yaitu dari

guru matematika (Penulis) dan siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan

penelitian tindakan kelas adalah:

1. Teknik Non Tes

Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data yang bersifat

kualitatif. Teknik non tes dilaksanakan pada saat proses pembelajaran

berlangsung untuk mengamati dan menilai aktivitas siswa yang dilakukan oleh

peneliti itu sendiri dan kinerja guru yang dilakukan oleh seorang observer

(guru mata pelajaran) melalui lembar observasi yang disediakan. Cara

pengisian nilai pada lembar observasi yaitu dengan memberikan checklist atau

mengisi nilai pada kolom skor sesuai dengan kriteria.

2. Teknik Tes

Tes adalah semua perangkat latihan yang diberikan oleh guru untuk

mengetahui tingkat keberhasilan kognitif siswa selama pembelajaran. Teknik

tes dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Teknik tes

dilakukan untuk memperoleh data nilai siswa berupa angka yang telah

23
dilaksanakan pada akhir setiap siklus dalam pembelajaran matematika melalui

penerapan model PBL.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan metode

analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif sebagai berikut.

1. Data Deskriptif Kualitatif

Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas

belajar siswadan aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran

berlangsung. Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu Observasi.

Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan

persentase. Metode deskriptif dengan persentase dimaksudkan untuk

mengetahui aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru selama

pembelajaran dilakukan dengan lembar observasi. Data aktivitas diperoleh

berdasar sikap yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Data

nilai aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dari setiap siklus akan

dianalisis (Slameto, 2001: 189).

Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu observasi aktivitas

mengajar guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui

penerapan model PBL.

a. Kinerja Guru
Analisis lembar observasi untuk mengetahui peningkatan aktivitas

mengajar guru. Kemudian dianalisis menggunakan analisis persentase. Untuk

analisis persentase menggunakan rumus sebagai berikut:

24
R
NK = x 100
SM

Keterangan :

NK= nilai kinerja guru yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh

SM= skor maksimum

100= bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 12).

Tabel 3.1 Kategori Kinerja Guru

No Skor Interval Nilai Kategori


1 5 80 – 100 A (Sangat Baik)
2 4 70 – 79 B (Baik)
3 3 60 – 69 C (Cukup)
4 2 50 – 59 D (Kurang)
5 1 0 – 49 E (Sangat Kurang)
(Purwanto, 2008: 78).
b. Aktivitas Siswa
Analisis lembar observasi untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar

siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis persentase. Untuk analisis

persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

R
NA = x 100
SM

Keterangan :

NA= nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa


SM= skor maksimum
100= bilangan tetap

25
(Purwanto, 2008: 112).

Berdasarkan nilai aktivitas siswa secara umum akan diketahui kategori

aktivitas siswa sesuai kriteria berikut.

Tabel 3.2 Kategori Aktivitas Siswa

No Skor Interval Nilai Kategori


1 5 80 – 100 A (Sangat Baik)
2 4 70 – 79 B (Baik)
3 3 60 – 69 C (Cukup)
4 2 50 – 59 D (Kurang)
5 1 0 – 49 E (Sangat Kurang)
(Purwanto, 2008: 78)
2. Deskriptif Kuantitatif
Deskriptif kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai

kemajuan hasil belajar peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan

materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang

dikerjakan siswa pada siklus I. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik

deskriptif untuk menemukan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal

dengan rumus sebagai berikut:

a. Menghitung nilai hasil belajar kognitif siswa secara digunakan rumus :

R
NK = x 100
N

Keterangan :

NK = nilai siswa (nilai yang dicari)

R = jumlah skor/item yang dijawab benar

N = skor maksimum dari tes

100= bilangan tetap

26
(Purwanto. 2008: 112).

b. Menghitung nilai rata–rata seluruh siswa

x=
∑X
∑N
Keterangan :

x = nilai rata – rata kelas

∑X = jumlah semua nilai siswa

∑N = jumlah siswa

(Aqib, dkk. 2009: 40)

c. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara

klasikal digunakan rumus :

K=
∑ x x 100 %
N

Keterangan :

K = ketuntasan belajar klasikal

∑X = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75

N = jumlah siswa

100 = bilangan tetap

( Aqib, dkk. 2009: 41).

Analisis ini dilakukan pada tahap refleksi. Hasil analisis ini

digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya,

sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki pembelajaran.

27
Tabel 3.3 Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Kognitif Siswa (%)
No Interval Nilai Kategori
1 80 – 100 A (Sangat Baik)
2 70 – 79 B (Baik)
3 60 – 69 C (Cukup)
4 50 – 59 D (Kurang)
5 0 – 49 E (Sangat Kurang)
( Purwanto, 2008: 78).
Berdasarkan persentase yang dicapai, akan diketahui tingkat

keberhasilan belajar siswa secara klasikal sesuai kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Belajar Siswa Secara Klasikal


No Skor Tingkat Keberhasilan Kategori
1 5 80% - 100% Sangat Tinggi
2 4 70% – 79% Tinggi
3 3 60% - 69% Sedang
4 2 50% – 59% Rendah
5 1 0% - 49% Sangat Rendah
( Aqib. dkk. 2009: 41).

H. Indikator Keberhasilan Penelitian


Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa pada pokok

bahasan program linear pelajaran matematika dapat mencapai nilai lebih tinggi

dari kriteria ketuntasan minimal (KKM=75) SMA Negeri 1 Wewewa Utara.

Jadi, keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari

jumlah siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM 75)

75 % dari jumlah keseluruhan siswa yang ada di kelas dan peningkatan nilai

rata-rata siswa pada setiap siklusnya.

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara pada pokok bahasan

Gereja Sebagai Persekutuan Orang yang mengimani Kristus. Penelitian ini

berlangsung dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap yang

mencakup perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi

awal dengan melakukan tes awal (tindakan pra siklus) kepada siswa/i kelas X

IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara. Adapun hasil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pra Siklus
Pada tanggal 15 November 2022 (jam 3-4) diadakan tes awal untuk

mengetahui kemampuan siswa/i kelas X IPA terhadap pokok bahasan program

linear. Soal-soal tes awal berupa materi yang berhubungan dengan pokok

bahasan yang akan diajarkan yaitu materi Gereja sebagai persekutuan yang

yang mengimani Kristus dan menentukan nilai optimum fungsi objektif.

Dari hasil tes awal tersebut terlihat bahwa dari 36 orang siswa, tidak

ada satupun siswa yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 (KKM)

dengan nilai rata-rata 23, 33 (nilai tes awal dapat dilihat pada lampiran 03).

29
Hal ini yang menyebabkan hasil belajar khususnya pokok bahasan program

masih tergolong rendah.

Berdasarkan hasil tes awal tersebut, diputuskan untuk menerapkan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam mengajarkan

pokok bahasan program linear pada kelas X IPA untuk meningkatkan hasil

belajar matematika khususnya pokok bahasan program linear.

2. Hasil Penelitian Siklus I


Siklus I terdiri dari empat kali pertemuan yaitu 3 x 45 menit untuk

penyajian materi dan 2 x 45 menit untuk mengadakan tes siklus I yakni pada

hari/tanggal jumat 17, Sabtu 18, Senin 20, dan Selasa 21 November 2022.

Secara garis besar proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan

mengikuti langkah-langkah penerapan model PBL sebagai berikut: orientasi

siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar (tahap

pembentukan kelompok), membimbing pengalaman individual/kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pembelajaran  siklus I merupakan tindakan yang pertama dalam

penelitian ini. Kegiatan pembelajaran ini sangat menentukan kegiatan

pembelajaran berikutnya karena hasil dan analisis reflektif pada siklus I akan

dijadikan dasar untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

Dalam kegiatan ini juga dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran yang telah

dirancang sebelumnya. Untuk mengamati dan menilai aktivitas guru (peneliti)

selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan oleh seorang observer

30
(guru mata pelajaran), sedangkan untuk mengamati dan menilai aktivitas

siswa dilakukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan lembar observasi yang

telah tersedia. Secara umum tahap yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan
Setelah ditetapkan dan disepakati untuk menerapkan model Problem

Based Learning (PBL) pada pokok bahasan program linear, maka kegiatan

selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan oleh peneliti

selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil konsultasi antara

peneliti dengan guru kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara. Kegiatan dalam

siklus I adalah sebagai berikut:

1) Merencanakan penerapan model PBL dalam proses pembelajaran pada

siklus I.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada

model PBL.

3) Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal-soal tes, lembar observasi

aktivitas guru dan siswa, dan lembar kerja siswa (LKS).

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disusun yaitu menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada pokok

bahasan program linear.

Adapun skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pertemuan Pertama Siklus I

31
Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat,

tanggal 17 November 2021 (jam 1-2) dengan alokasi waktu 3 x 45 menit.

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian

mempersiapkan siswa untuk belajar.

2) Guru melakukan apersepsi yaitu menanyakan materi SMP tentang

pertidaksaman linear dua variabel yang ada kaitannya dengan materi yang

dipelajari.

3) Guru menginfomasikan materi yang dipelajari.

4) Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5) Guru menjelaskan tentang model Problem Based Learning yang akan

digunakan selama pembelajaran berlangsung.

b) Kegiatan Inti

Penerapan model Problem Based Learning.

1) Orientasi siswa kepada masalah.

Guru menjelaskan materi tentang pertidaksamaan linear dua variabel.

Dalam hal ini guru tidak secara penuh menjelaskan tetapi guru juga

melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif

dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar.

32
Guru menjelaskan penggunaan media LKS dan mendefinisikan tugas

yang akan dikerjakan siswa. Guru membagi siswa secara heterogen ke dalam

5 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa perkelompok. Guru membagikan

LKS (pertidaksamaan linear dua variabel) yang telah disediakan kepada setiap

kelompok, seperti tampak pada gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1: Diskusi kelompok pada Pembelajaran Siklus I


Gambar 4.1 menunjukkan kelompok diskusi sedang mengerjakan LKS

(pertidaksamaan linear dua variabel).

3) Membimbing pengalaman individu/kelompok.

Guru membimbing siswa dalam merancang dan membuat laporan hasil

diskusi kelompok sesuai dengan LKS yang diberikan. Guru juga memberikan

penjelasan kepada siswa yang kurang paham terhadap masalah dalam LKS,

seperti tampak pada gambar 4.2 di atas

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.


Setelah mendapatkan penyelesaian masalah, dua kelompok yang

menjadi perwakilan dari 5 kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas dan kelompok lain mendengarkan. Setelah itu kelompok lain

dapat memberikan pertanyaan, apabila ada yang tidak dipahami, LKS siklus I

33
LKS, seperti gambar 4.4 berikut:

Gambar 4. 4 Jawaban siswa dari LKS siklus I


Gambar 4.4 menunjukkan kesalahan jawaban siswa dalam proses

penyelesaian soal LKS yaitu pada penentuan titik potong garis 2x + 3y = 6.

Penyebab kesalahan penentuan titik potong karena kelompok ini sudah

menggunakan persamaan yang berbeda dengan persamaan dalam soal. Selain

itu, hasil dari nilai yang diperoleh dari metode substitusi berbeda dengan hasil

dalam tabel. Akan tetapi dalam menentukan titik potong menggunakan tabel

dan melukiskan daerah penyelesaian pada bidang Cartesius, kelompok ini

benar. Kesalahan ini terjadi karena siswa belum menguasai cara menentukan

daerah himpunan penyelesaian dalam bentuk grafik pada bidang koordinat

yang dibatasi oleh garis-garis dari sistem persamaan linearnya (Siswanto,

2005: 60).

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Setelah presentasi selesai, guru melakukan evaluasi dari hasil presentasi

kelompok tentang proses pembelajaran pada pertemuan pertama, di mana

siswa masih kurang teliti dalam menentukan titik potong garis jika

menggunakan metode eliminasi karena terdapat hasil yang berbeda dari

metode substitusi dengan hasil dalam tabel.

Guru juga memberikan kesimpulan bahwa dalam menentukan titik

potong sebuah garis jika menggunakan pemisalan langsung dalam tabel

maupun menggunakan metode substitusi akan mendapatkan hasil yang sama

34
dari soal-soal diskusi kelompok yang telah dipresentasikan oleh tiap-tiap

kelompok.

c) Kegiatan Akhir

1) Guru Melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami

siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan sesuai

tujuan pembelajaran.

3) Guru memotivasi dan memberikan penguatan kepada siswa tentang

pentingnya belajar terus setiap waktu.

4) Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan salam penutup.

2. Pertemuan Kedua Siklus I


Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua pada hari Sabtu tanggal

18 November 2017 (jam 1-2) dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Adapun

kegiatan–kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian

mempersiapkan siswa untuk belajar.

2) Guru memberikan apersepsi untuk mengingat kembali materi pada

pertemuan sebelumnya tentang pertidaksamaan linear dua variabel yang

ada kaitannya dengan materi yang dipelajari.

3) Guru menginfomasikan materi yang dipelajari.

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b) Kegiatan Inti

35
Penerapan model Problem Based Learning.

1) Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan materi tentang merancang model matematika dari

masalah program linear. Dalam hal ini guru tidak secara penuh menjelaskan

tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga siswa ikut

berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar.

Guru menjelaskan penggunaan media LKS dan mendefinisikan tugas yang

akan dikerjakan siswa. Guru membagi siswa secara heterogen ke dalam 5

kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa perkelompok. Guru membagikan

LKS (merancang model matematika dari masalah program linear) yang telah

disediakan kepada setiap kelompok.

3) Membimbing pengalaman individu/kelompok.

Guru membimbing siswa dalam merancang dan membuat laporan hasil

diskusi kelompok sesuai dengan LKS yang telah diberikan. Guru juga

memberikan penjelasan kepada siswa yang kurang paham terhadap masalah

dalam LKS.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Setelah mendapatkan penyelesaian masalah,dua kelompok yang menjadi

perwakilan dari 5 kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya di depan

kelas dan kelompok lain mendengarkan. Setelah itu kelompok lain dapat

memberikan pertanyaan, apabila ada yang tidak dipahami, seperti gambar 4.5

berikut:

36
Gambar 4.5 Jawaban siswa dari LKS Siklus I.
Gambar 4.5 menunjukkan jawaban siswa yang dapat menyelesaikan

masalah dari soal program linear dengan benar, yaitu pembuatan tabel

matematika untuk membentuk model matematika. Siswa tersebut memisalkan

variabel x sebagai roti jenis A dan variabel y sebagai roti jenis B. Selain itu,

siswa juga membuat model matematika dengan benar berdasarkan tabel

matematika. Pemisalan yang tepat dari masalah program linear akan

menentukan pembuatan model matematika dengan benar. Sedangkan pada

beberapa kelompok diskusi lain terdapat kesalahan yang hampir sama yaitu

dalam pembuatan tabel matematika untuk pembuatan model matematika,

seperti gambar 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban akhir akan salah

pula. Oleh karena itu, kesalahan jawaban siswa tersebut dalam penelitian

Syafik (2013) yang menyatakan bahwa siswa kesulitan dalam menyelesaikan

soal cerita salah satu penyebabnya adalah kurangnya keterampilan siswa

dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam Pembelajaran Agama

Katolik dan Budi Pekerti, kesulitan yang paling menonjol dalam

menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan dalam memahami soal dan dalam

membuat model pembelajaran.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.


Setelah presentasi selesai, guru melakukan evaluasi bahwa dalam

merancang model matematika dari masalah program linear, hal pertama yang

harus dilihat yaitu variabel dan konstanta yang terdapat dari soal cerita

tersebut. Jika terdapat nilai konstanta yang belum setara harus dikonversikan

agar tepat dan benar dalam pembuatan model matematika dan juga

37
memberikan kesimpulan dari hasil yang telah dipresentasikan oleh tiap-tiap

kelompok.

c) Kegiatan Akhir
1) Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami

siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan sesuai

tujuan pembelajaran.

3) Guru memotivasi dan memberikan penguatan kepada siswa tentang

pentingnya belajar terus setiap waktu.

4) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup.

3. Pertemuan Ketiga Siklus I


Pelaksanaan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 20 November 2022 (jam 3-4) dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian

mempersiapkan siswa untuk belajar.

2) Guru memberikan apersepsi menanyakan materi tentang merancang

model dari masalah program linear yang masing ada kaitannya dengan

materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

3) Guru menginfomasikan materi yang dipelajari.

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti
Penerapan model Problem Based Learning.

38
1) Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan materi tentang menentukan nilai optimum fungsi

objektif (nilai minimum dan maksimum) dengan menggunakan metode uji

titik pojok. Dalam hal ini guru tidak secara penuh menjelaskan tetapi guru

juga melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif

dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar.

Guru menjelaskan penggunaan media LKS dan mendefinisikan tugas

yang akan dikerjakan siswa. Guru membagi siswa secara heterogen ke dalam

5 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa perkelompok. Guru membagikan

LKS (menentukan nilai optimum fungsi objektif) yang telah disediakan

kepada setiap kelompok. Masing-masing siswa mengerjakan soal bersama

teman kelompoknya. Kemudian mendiskusikan pemecahan masalah dan

menemukan hasil dari permasalahan tersebut. Pada LKS ini siswa diharapkan

dapat menemukan sendiri jawabannya dengan berdiskusi bersama teman

kelompok yang sudah dibentuk, seperti tampak pada gambar 4.7 di bawah ini:

Gambar 4.7 Proses diskusi kelompok.

39
3) Membimbing pengalaman individu/kelompok

Guru membantu serta membimbing tiap-tiap kelompok dalam

memecahkan masalah yang disediakan dalam LKS dan memberikan beberapa

penjelasan kepada siswa yang kurang paham terhadap masalah dalam LKS.

4) Memamerkan hasil diskusi atau karya


Setelah mendapatkan penyelesaian masalah, dua kelompok menjadi

perwakilan dari 5 kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas dan kelompok lain mendengarkan. Setelah itu kelompok lain

dapat memberikan pertanyaan, apabila ada yang tidak dipahami, seperti

gambar 4.8 berikut:

Gambar 4.8 Jawaban siswa membuat grafik penyelesaian.


Gambar 4.8 menunjukkan jawaban siswa yang dapat mengerjakan

penyelesaian dari soal program linear dengan benar yaitu membuat grafik

penyelesaian dengan menentukan titik potong sebuah garis dan titik potong

dua garis dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi. Pembuatan

grafik penyelesaian akan menentukan titik-titik pojok mana saja yang terdapat

pada daerah himpunan penyelesaian yang akan digunakan dalam menentukan

nilai fungsi objektif menggunakan metode uji titik pojok.

Langkah berikutnya adalah siswa menentukan nilai fungsi objektif

Gambar 4.9 Jawaban siswa menentukan nilai fungsi objektif


Gambar 4.9 menunjukkan jawaban siswa yang dapat mengerjakan

penyelesaian dari soal program linear yaitu menentukan nilai fungsi objektif

dengan menggunakan metode uji titik pojok dengan benar, agar dapat

menentukan keuntungan maksimum yang dapat diperoleh seorang pedagang.

40
nilai maksimum menggunakan metode uji titik pojok. Kesalahan ini

disebabkan penentuan salah satu titik pojok (40, 0) yang tidak berada pada

daerah himpunan penyelesaian tetapi dipilih, sehingga mengakibatkan

kesalahan dalam menentukan nilai maksimum. Kesalahan siswa tersebut

karena kurangnya kemampuan siswa dalam penentuan titik-titik pojok yang

berada pada daerah himpunan penyelesaian (Siswanto, 2005: 70).

5) Memberikan kesimpulan/evaluasi
Setelah presentasi selesai, guru melakukan evaluasi dari hasil

presentasi kelompok yaitu tentang beberapa kesalahan yang dibuat siswa dari

jawaban LKS dan memberikan kesimpulan tentang mengatasi kesulitan yang

dialami dari LKS berdasarkan hasil-hasil diskusi yang telah dipresentasikan

oleh tiap-tiap kelompok.

c) Kegiatan Akhir
1) Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yamg dialami

siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan sesuai

tujuan pembelajaran.

3) Guru memotivasi dan memberikan penguatan kepada siswa tentang

pentingnya belajar terus setiap waktu.

4) Guru menginformasikan kepada siswa/i pada pertemuan berikut hari

Selasa, tanggal 21 November 2017 (jam ke 1-2) akan diadakan tes hasil

belajar untuk siklus I.

5) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup.

41
c. Observasi
Dalam tindakan siklus I, observasi dilaksanakan selama proses

pembelajaran yang meliputi observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas

belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah tersedia. Sedangkan

hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siklus I.

1) Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

Data hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I dengan

menerapkan model PBL diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas mengajar antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Mengajar Guru


Kinerja Guru Siklus I Kategori
Jumlah Skor Perolehan 107 Cukup
Nilai rata-rata 66, 88 Cukup
Sumber: Data olahan Peneliti.
Tabel 4.1 menunjukkan aktivitas mengajar guru siklus I dengan nilai yang

diperoleh dari indikator yang tersedia pada lembar observasi adalah 66, 87 dan

dapat dikategorikan cukup (hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus I

dapat dilihat pada lampiran 12). Untuk melihat lebih jelas rekapitulasi hasil

observasi aktivitas mengajar guru siklus I, maka perhatikan gambar 4.12

diagram rekapitulasi hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus I berikut

ini:

42
Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Menga-
jar Guru Siklus I
Siklus I

107

66, 88

Jumlah skor
Nilai Rata-rata

Gambar 4.12 Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Siklus I.

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I


Data analisis aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model PBL

pada siklus I diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

belajar siswa antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I


Aktivitas Siswa Siklus I Kategori
Jumlah Skor Perolehan 37 Cukup
Nilai Rata-rata Aktivitas 52, 86 Cukup
siswa
Sumber: Data olahan Peneliti.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa siklus I berada

dalam kategori kurang dengan jumlah skor perolehan sebesar 37 dengan nilai

rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 52, 86 (hasil observasi

aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 13). Untuk melihat lebih jelas

rekapitulasi hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus I, maka perhatikan

43
gambar 4.13 diagram rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa siklus I

berikut ini:

Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa


Siklus I
Siklus I

52, 86
37

Jumlah Skor
Nilai Rata-rata

Gambar 4.13 Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa


Siklus .
3) Nilai Tes Siklus I
a) Gambaran Umum Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Tes
Berdasarkan hasil tes tertulis, pada bagian ini akan diuraikan gambaran

umum kesalahan siswa. Soal program linear untuk siklus I dalam penelitian ini

terdiri dari 1 butir soal yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang merupakan

langkah–langkah penyelesaian soal tersebut. Setelah tes dilakukan, setiap

lembar jawaban siswa dikoreksi, yaitu dengan membandingkan jawaban siswa

dengan kunci jawaban yang telah disiapkan.

Pada soal nomor 1 ini kesalahan siswa tidak terletak pada pemahaman

makna soal, karena siswa mampu membuat apa yang diketahui dan ditanya

pada soal, melainkan kesalahan dalam membuat model matematika. Ada siswa

yang salah dalam membuat pertidaksamaan dan salah dalam penempatan

44
variabel dari soal dan ada pula siswa yang membuat pertidaksamaan tetapi

bukan berdasarkan tabel matematika yang ada. Kesalahan ini dilakukan oleh 5

orang dari 36 siswa. Selanjutnya, dalam proses menyelesaikan model

matematika, terdapat 15 siswa yang melakukan kesalahan pada saat

mengeliminasi variabel, menggambar grafik himpunan penyelesaian sistem

pertidaksamaan dan salah pada saat perhitungan. Kesalahan yang paling

dominan dilakukan yaitu kesalahan dalam menentukan nilai maksimum

menggunakan metode uji titik pojok. Hal ini yang menyebabkan siswa salah

dalam menyatakan jawaban akhir sehingga tidak sesuai dengan permintaan

soal. Banyaknya siswa yang melakukan kesalahan ini adalah 24 orang dari 36

siswa. Kesalahan-kesalahan jawaban siswa tersebut sejalan dengan penelitian

Malau dalam Sri Irawati (2014) yang mengatakan penyebab siswa kesulitan

dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat dilihat dari beberapa hal

antara lain; kurangnya pemahaman atas materi prasyarat maupun materi pokok

yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa matematika, keliru menafsirkan

atau menerapkan rumus, salah perhitungan, kurang teliti dan lupa konsep.

b) Gambaran Kesalahan Siswa Berdasarkan Hasil Tes


Agar terlihat jelas dimana letak kesalahan dan penyebab kesalahan

dalam menyelesaikan soal–soal program linear, maka disajikan beberapa

kesalahan siswa terpilih dalam menjawab soal tes.

(1) Kesalahan dalam membuat model matematika


Gambar 4.14 Jawaban siswa soal tes siklus I.
Gambar 4.14 menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa terletak

45
pada hasil belajar siswa melalui model pembelajaran PBL masih belum

menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah-masalah yang dihadapi

antara lain:

1) Aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sebagian besar masih

pasif.

2) Pada siklus I baru beberapa siswa yang berani menjawab pertanyaan yang

dilontarkan oleh guru dan mengemukakan pendapat.

3) Kerjasama dan keaktifan dalam kelompok perlu lebih ditingkatkan.

4) Hasil tes siswa belum mencapai ketuntasan kelas yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu

perlu dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa revisi yang

didasarkan pada refleksi siklus I. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi

pada siklus I, maka guru akan mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahan

yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar sesuai dengan indikator

keberhasilan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan hasil belajar siswa

minimal 75% dari keseluruhan jumlah siswa.

Rencana perbaikan yang akan dilakukan peneliti dan guru mata

pelajaran sebagai observer untuk pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

1) Guru akan mempelajari lebih jauh dan memahami skenario pembelajaran

siklus II

46
2) Menjelaskan kembali materi tentang model matematika dan cara

menentukan nilai optimum fungsi objektif, selain menggunakan metode

uji titik pojok tetapi juga menggunakan metode garis selidik.

3) Guru harus lebih maksimal dalam membimbing diskusi kelompok belajar.

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa sehingga tidak menganggap

materi yang diajarkan itu paling sulit.

5) Guru harus bisa membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

6) Hasil siswa belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu

dilakukan siklus II.

3. Hasil Penelitian Siklus II


Siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan yaitu 4 x 45 menit untuk

penyajian materi dan 2 x 45 menit untuk mengadakan tes siklus II yakni pada

hari/tanggal Jumat 24, Sabtu 25 dan senin 27 November 2022. Secara garis

besar proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan mengikuti

langkah-langkah penerapan model PBL sebagai berikut: orientasi siswa pada

masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar (tahap pembentukan

kelompok), membimbing pengalaman individual/kelompok, mengembangkan

dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Pembelajaran  siklus II merupakan tindakan kedua atau kegiatan

lanjutan dari silkus I karena pada siklus I hasil belajar matematika belum

mencapai tujuan dari penelitian ini. Selama pembelajaran berlangsung, ada

observer (guru mata pelajaran) yang mengamati dan menilai aktivitas guru,

sedangkan untuk mengamati dan menilai aktivitas siswa dilakukan sendiri

47
oleh peneliti sesuai dengan lembar observasi yang telah tersedia. Secara umum

tahap yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan

siklus I masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan hasil diskusi antara peneliti dengan observer dimana terlihat

beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan

oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu

diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai beikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada

model PBL dengan indikator merumuskan model matematika dari masalah

program linear, menentukan nilai optimum dari fungsi objektif dan

menafsirkan solusi dari masalah program linear.

2) Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal tes siklus II, lembar

observasi aktivitas guru dan siswa, dan LKS.

b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah

disusun yaitu menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada pokok

bahasan program linear. Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan

pada tahap ini adalah sebagai berikut:

48
1) Pertemuan Pertama Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan hari

Jumat, tanggal 24 November 2022 (jam 3-4) dengan alokasi waktu 2 x 45

menit.

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian

mempersiapkan siswa untuk belajar dan memberi motivasi kepada siswa.

2) Guru menginformasikan nilai  yang dicapai siswa pada tes siklus I dengan

maksud untuk memotivasi siswa agar dalam menjawab soal tes siklus II

harus lebih berhati-hati, teliti, dan hasilnya lebih baik lagi dari tes siklus I.

3) Guru melakukan apersepsi berupa mengulang dan mengingat kembali

materi pelajaran yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya pada

siklus I.

4) Guru menginfomasikan materi yang dipelajari.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Penerapan model Problem Based Learning.

1) Orientasi siswa kepada masalah

Guru memberikan penjelasan tentang materi menerjemahkan soal cerita ke

dalam bentuk model matematika dan menentukan nilai optimum fungsi

objektif dengan menggunakan metode uji titik pojok. Dalam hal ini guru tidak

49
secara penuh menjelaskan tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan

siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar.

Guru menjelaskan penggunaan media LKS dan mendefinisikan tugas yang

akan dikerjakan siswa. Guru membagi siswa secara heterogen ke dalam 5

kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa perkelompok. Guru membagikan

LKS (menerjemahkan soal cerita ke dalam bentuk model matematika dan

menentukan nilai optimum fungsi objektif dengan menggunakan metode uji

titik pojok) yang telah disediakan kepada setiap kelompok. Setiap kelompok

mendiskusikan pemecahan dari soal tersebut. Suasana kelas semakin baik.

Kerjasama antar siswa terjalin lebih baik dan interaksi antar siswa pun

berjalan lancar.

3) Membimbing pengalaman individu/kelompok.

Guru membimbing siswa dalam merancang dan membuat laporan hasil

diskusi kelompok sesuai dengan LKS yang telah diberikan. Saat kegiatan

kelompok sedang berlangsung, seperti biasa guru membimbing dan

mengamati aktivitas siswa di setiap kelompok dengan cara berkeliling dengan

maksud jika ada kelompok yang kurang paham dan mendapatkan kesulitan

guru langsung membimbingnya.

4) Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Setelah mendapatkan penyelesaian masalah, dua kelompok yang

menjadi perwakilan dari 5 kelompok yang akan mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas dan kelompok lain mendengarkan setelah itu dapat

50
memberikan pertanyaan, apabila ada yang tidak dipahami. Waktu

pembelajaran siklus II ini pun digunakan sesuai dengan rencana. Siswa dan

guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempersentasikan

hasil dari diskusinya. Kemudian menilai dan memberikan poin kepada siswa

dan kelompok yang terbaik. Siswa pun merasa lebih dihargai oleh teman-

temannya dan semangat dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

Adapun hasil jawaban siswa yang benar pada gambar 4.20 berikut:Gambar

4.20 Jawaban siswa dari LKS siklus II

Gambar 4.20 menunjukkan jawaban siswa dapat menyelesaikan

langkah pembuatan model Pembelajaran Agama Katolik dengan benar.

Jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa telah menulis variabel yang

digunakan untuk pemisalan dalam pembuatan model matematika dengan

benar. Secara matematis jawaban ini menunjukkan bahwa siswa telah

menguasai kemampuan mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Iman

(Kiswanto, 2016).

Langkah berikutnya adalah menentukan titik potong

Gambar 4.21 Jawaban siswa dari LKS siklus II.


Gambar 4.21 menunjukkan jawaban siswa dalam menentukan titik

potong sebuah garis dan titik potong dua buah garis dengan benar. Secara

matematis, jawaban ini menunjukkan bahwa siswa telah menerapkan metode

gabungan eliminasi dan substitusi. Sehingga siswa mampu melakukan

perhitungan dengan teliti dan menghasilkan perhitungan yang benar.

Langkah berikutnya adalah menentukan daerah penyelesaian


Gambar 4.22 Jawaban siswa dari LKS siklus II.

51
Gambar 4.22 menunjukkan jawaban siswa dalam menggambar daerah

penyelesaian dengan benar. Secara matematis, jawaban ini menunjukkan

bahwa siswa telah menguasai konsep grafik dan menentukan daerah himpunan

penyelesaian (Siswanto. 2005: 60).

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai objektif dari titik-titik pojok


Gambar 4.23 Jawaban siswa dari LKS siklus II.
Langkah berikutnya adalah membuat kesimpulan

Gambar 4.24 Jawaban siswa dari LKS siklus II.


Gambar 4.24 menunjukkan jawaban siswa dalam menentukan

kesimpulan akhir dari soal dengan benar. Jawaban dari kelompok tersebut

dikerjakan dengan teliti sehingga memperoleh jawaban yang tepat.

Secara matematis, keseluruhan jawaban LKS dari setiap kelompok

telah mampu membuat model matematika dari masalah program linear,

mampu menentukan titik-titik dari fungsi kendala, mampu menggambar grafik

dengan daerah penyelesaian, mampu memilih dan menggunakan metode untuk

menentukan titik potong dua garis kendala, dan mampu melakukan

perhitungan dengan benar sehingga dapat menentukan titik dan nilai optimum

dari soal yang diberikan. Dengan kata lain, penyelesaian soal dari setiap

kelompok tidak terdapat kesalahan. Hal tersebut sesuai dengan Kilpatrick, dkk

dalam Yulianti (2015) kecakapan matematis yang penting yang harus dimiliki

siswa yaitu kompetensi strategis (strategic competence) yang meliputi

kemampuan merumuskan masalah, menyajikan masalah, dan menyelesaikan

masalah matematika. Jika siswa tidak mampu merumuskan atau menyajikan

52
masalah yang dihadapi maka siswa akan merasa kesulitan dalam

menyelesaikan permasalahan tersebut.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.


Setelah presentasi selesai, guru melakukan evaluasi dari hasil

presentasi kelompok tentang proses pembelajaran pada pertemuan ini bahwa

setiap kelompok telah menyelesaikan LKS berdasarkan langkah-langkah

penyelesaian dengan benar.

Guru juga memberikan kesimpulan dari hasil yang telah

dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok, bahwa dalam menyelesaikan soal-

soal dalam program linear agar dapat menggunakan langkah-langkah

penyelesaian soal dengan benar.

c) Kegiatan Akhir

1) Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami

siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan sesuai

tujuan pembelajaran.

3) Guru memotivasi dan memberikan penguatan kepada siswa tentang

pentingnya belajar terus setiap waktu.

4) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup.

2) Pertemuan Kedua Siklus II


Pelaksanaan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 25 November 2022 (jam 1-2) dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

53
a) Kegiatan Awal

1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian

mempersiapkan siswa untuk belajar, memberikan motivasi kepada siswa.

2) Guru menginfomasikan materi yang dipelajari.

3) Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti
Penerapan model Problem Based Learning.

1) Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan materi tentang menentukan nilai optimum fungsi

objektif dengan menggunakan metode garis selidik. Dalam hal ini guru tidak

secara penuh menjelaskan tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan

siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Mengorganisasikan siswa untuk siap belajar.

Guru menjelaskan penggunaan media LKS dan mendefinisikan tugas

yang akan dikerjakan siswa. Guru membagi siswa secara heterogen ke dalam

5 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang siswa perkelompok. Guru membagikan

LKS (menentukan nilai optimum fungsi objektif dengan menggunakan metode

garis selidik) yang telah disediakan kepada setiap kelompok. Setiap kelompok

mendiskusikan pemecahan masalah dari soal tersebut. Suasana kelas semakin

baik. Kerjasama antar siswa terjalin lebih baik dan interaksi antar siswa pun

berjalan lancar.

3) Membimbing pengalaman individu/kelompok.

Guru membimbing siswa dalam merancang dan membuat laporan hasil

diskusi kelompok sesuai dengan LKS yang telah diberikan. Saat kegiatan

54
kelompok sedang berlangsung, seperti biasa guru membimbing dan

mengamati aktivitas siswa di setiap kelompok dengan cara berkeliling dengan

maksud jika ada kelompok yang kurang paham dan mendapatkan kesulitan

guru langsung membimbingnya.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Setelah selesai mendiskusikan pemecahan masalah guru memanggil

salah satu kelompok secara acak (mewakili lima kelompok) untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain

mendengarkan dan siap mengajukan pertanyaan apabila ada yang belum

dipahami. Waktu pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II ini pun

digunakan sesuai dengan rencana. Siswa dan guru memberikan penghargaan

kepada kelompok yang mempersentasikan hasil dari diskusinya. Guru menilai

dan memberikan poin kepada siswa dan kelompok yang terbaik. Siswa pun

merasa lebih dihargai oleh teman-temannya dan semangat dalam mengikuti

proses kegiatan belajar mengajar.

5) Memberikan kesimpulan/evaluasi

Setelah presentasi selesai, guru melakukan evaluasi dari hasil

presentasi kelompokdan memberikan kesimpulan terhadap hasil-hasil diskusi

yang telah dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok.

c) Kegiatan Akhir

1) Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yamg dialami

siswa dalam proses pembelajaran.

55
2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan sesuai

tujuan pembelajaran.

3) Guru memotivasi dan memberikan penguatan kepada siswa tentang

pentingnya belajar terus setiap waktu.

4) Guru menginformasikan kepada siswa/i pada pertemuan berikut hari Senin

tanggal 27 November 2022 (jam 1-2) akan diadakan tes hasil belajar untuk

siklus II.

5) Guru menutup pelajaran dengan memberikansalam penutup.

c. Observasi
Dalam tindakan siklus II, observasi dilaksanakan selama proses

pembelajaran yang meliputi observasi terhadap aktivitas mengajar guru dan

aktiviats belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang tersedia. Sedangkan

hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa pada

pertemuan terakhir siklus II.

1) Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II


Data hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus II dengan

menerapkan model PBL diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas mengajar guru sebagai berikut:

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Mengajar Guru


Siklus II Kategori
Jumlah Skor Perolehan 145 Sangat baik
Nilai rata-rata 90, 63 Sangat baik
Sumber: Data olahan Peneliti.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa aktivitas mengajar guru pada siklus II

dalam menggunakan langkah-langkah model PBL sangat memuaskan. Hal ini

dibuktikan dari hasil pengamatan observer diperoleh nilai 90, 62 sesuai

56
dengan indikator yang tersedia pada lembar observasi sehingga dikategorikan

sangat baik (hasil observasi aktivitas mengajar guru siklus II dapat dilihat

pada lampiran 22). Untuk melihat lebih jelas hasil observasi, maka perhatikan

gambar 4.25 diagram rekapitulasi hasil observasi aktivitas mengajar guru

siklus II di bawah ini:

Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Mengajar


Guru Siklus II
Siklus II

145

90, 63

Jumlah Skor
Nilai Rata-rata

Gambar 4.25 Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru


Siklus II
2) Nilai Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Data analisis aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model PBL

pada siklus II diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

belajar siswa pada siklus II sebagai berikut:

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil ObservasiAktivitas Belajar Siswa Siklus II


Siklus II Kategori
Jumlah Skor Perolehan 53 Sangat baik
Nilai rata-rata 75, 71 Sangat baik
Sumber: Data olahan Peneliti.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa siklus II berada

dalam kategori baik dengan skor yang diperoleh sebesar 53 dengan nilai rata-

57
rata aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 75, (hasil observasi aktivitas

belajar siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 23). Untuk melihat lebih

jelas hasil observasi, maka perhatikan gambar 4.26 diagram rekapitulasi hasil

observasi aktivitas belajar siswa siklus II berikut ini:

Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar


Siswa Siklus II
Siklus II

75, 71

53

Jumlah skor
Nilai Rata-rata

Gambar 4.26 Diagram Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

3) Nilai Tes pada Siklus II


Soal program linear pada siklus II dalam penelitian ini terdiri dari 2

butir. Dimana butir soal nomor 1 terdiri dari beberapa pertanyaan yang

merupakan langkah-langkah penyelesaian soal tersebut, Sedangkan butir soal

nomor 2 berbeda dengan butir soal nomor 1 dimana soal nomor 2 hanya terdiri

dari satu pertanyaan yaitu menentukan nilai maksimum dengan menggunakan

garis selidik. Setelah tes dilakukan, setiap lembar jawaban siswa dikoreksi

yaitu dengan membandingkan jawaban siswa dengan kunci jawaban yang

telah disiapkan.

58
a) Soal Nomor 1
Pada soal nomor ini kesalahan siswa sudah banyak yang diatasi,

terbukti jumlah siswa yang melakukan kesalahan untuk keseluruhan langkah-

langkah penyelesaian soal nomor 1 sangat sedikit. Kesalahan pertama yang

ditemukan adalah kesalahan siswa dalam membuat model matematika, salah

dalam penempatan variabel dari soal yang mengakibatkan pula melakukan

kesalahan dalam pembuatan model matematika. Kesalahan ini terdapat 3

orang dari 36 siswa. Terdapat 5 orang siswa yang melakukan kesalahan

menyelesaikan model matematika, yaitu pada saat mengeliminasi variabel,

membuat grafik penyelesaian, menentukan nilai maksimum sampai dengan

membuat kesimpulan. Kesalahan-kesalahan jawaban siswa tersebut sejalan

dengan penelitian Malau dalam Sri Irawati (2014) mengatakan penyebab

siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat dilihat dari

beberapa hal antara lain; kurangnya pemahaman atas materi prasyarat maupun

materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa matematika,

keliru menafsirkan atau menerapkan rumus, salah perhitungan, kurang teliti

dan lupa konsep. Agar terlihat jelas dimana letak kesalahan dan penyebab

kesalahan dalam menyelesaikan soal–soal program linier, maka disajikan

beberapa kesalahan siswa terpilih dalam menjawab soal tes.

59
(1) Kesalahan Dalam Membuat Model Pembelajaran Agama katolik
Gambar 4.27 Jawaban siswa dari soal tes siklus II.

Gambar 4.27 menunjukkan jawaban siswa yang salah dalam

menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal. Mengakibatkan

penempatan variabel dari soal cerita ke dalam tabel matematika salah

(tertukar). Seharusnya konstanta 20 pada kolom colt baris kursi lipat berada

pada kolom truk baris meja lipat dan konstanta 40 pada kolom truk baris meja

lipat berada pada kolom colt baris kursi lipat. Kesalahan dalam penempatan

variabel di sini yang mengakibatkan kesalahan dalam membuat model

matematika yang berakibat pula pada kesalahan pada langkah selanjutnya.

Sejalan dengan Fatimah (2015) mengatakan bahwa kesulitan pada bagian ini

terjadi karena siswa kurang mampu mengidentifikasi jenis soal sehingga siswa

melakukan kesalahan saat mengerjakan soal seperti siswa hanya mampu

membuat permisalan terhadap data yang diketahui namun siswa tidak mampu

mengubah data tersebut menjadi model matematika.

(2) Kesalahan Membuat Grafik Penyelesaian

Gambar 4.28 Jawaban siswa dari soal tes siklus II

Gambar 4.28 menunjukkan kesalahan siswa dalam membuat grafik

penyelesaian. Siswa tidak mampu menyederhanakan bentuk pertidaksaman

pada model matematika sebelum menentukan titik potong sebuah garis

sehingga memudahkan dalam penentuan titik potong garis dan menggambar

himpunan penyelesaian. Ada pula kesalahan yang dilakukan siswa yaitu

konstanta yang tertukar pada sumbu X dan sumbu Y yang berakibat salah

60
menggambar himpunan penyelesaian pada bidang Cartesius. Kesalahan siswa

ini sejalan dengan Fatimah (2015) mengatakan kesulitan pada bagian ini

terjadi karena pada tahap awal dalam mengerjakan soal siswa tidak

mengerjakan secara tuntas sehingga siswa tidak mendapatkan titik-titik potong

terhadap sumbu koordinat x dan y. Penyebab kesalahan karena siswa belum

mampu menguasai konsep dalam membuat grafik serta siswa belum tahu hal

apa saja yang dibutuhkan untuk membuat suatu grafik. Kesalahan siswa

tersebut terkait materi prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk mempelajari

program linear. Misalnya sistem persamaan dan pertidaksamaan linear dua

variabel (Indonesian Digital Journal of mathematics and Education,

2015:145).

(3) Kesalahan Menentukan Nilai Minimum


Gambar 4.29 Jawaban siswa dari soal tes siklus II

Gambar 4.29 menunjukkan kesalahan jawaban siswa dalam

menentukan nilai minimum. Siswa salah dalam menentukan titik pojok dari

grafik penyelesaian yang mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan untuk

menentukan nilai minimum. Kesalahan yang dilakukan siswa tersebut relevan

dengan penelitian Wulandari (2017) yang mengatakan melakukan kesalahan

konsep yakni dalam menentukan nilai minimum. Penyebab kesalahan karena

siswa kurang aktif dalam bertanya dan mengerjakan soal secara mandiri.

(4) Kesalahan Menyimpulkan


Gambar 4.30 Jawaban siswa dari soal tes siklus II.

Gambar 4.30 menunjukkan kesalahan jawaban siswa dalam membuat

kesimpulan akhir yang salah. Kesalahan menyimpulkan disini berkaitan

61
dengan kesalahan dalam menentukan nilai minimum yang mengakibatkan

siswa salah dalam membuat kesimpulan akhir dari soal. Relevan dengan

penelitian Kurniawan (2017) mengatakan kesimpulan dalam soal cerita

matematika akan berhasil jika proses pengerjaan dari awal sampai akhir benar

atau bisa dikatakan jika siswa bisa membaca, memahami,

menstransformasikan dan memproses dengan benar.

b) Soal Nomor 2
Pada soal nomor 2 ini, kesalahan siswa terletak pada bagian akhir yaitu

pada menentukan kesimpulan akhir dengan memperoleh nilai maksimum yang

ditentukan menggunakan metode garis selidik. Dari 36 orang siswa tidak ada

satupun siswa yang mampu menentukan dengan tepat kesimpulan akhir.

Berdasarkan analisis lembar jawaban siswa, penyebab kesalahan dominan

adalah siswa kurang teliti dalam menentukan titik terjauh dari grafik

penyelesaian agar dapat menghitung nilai maksimum dari soal tersebut.

Kesalahan siswa/i tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini:

(1) Kesalahan Membuat Grafik Penyelesaian

Gambar 4.31 Jawaban siswa dari sol tes siklus II


Gambar 4.31 menunjukkan kesalahanjawaban siswa dalam membuat

menggambar grafik. Kesalahan membuat grafik disini berkaitan dengan siswa

yang hanya membuat garis tanpa memperhatikan titik potong garis yang

benar. Kesalahan siswa tersebut relevan dengan penelitian Dian Novitasari

(2016) yang mengatakan hal ini disebabkan karena rendahnya pemahaman

62
siswa terhadap konsep menggambar grafik sehingga siswa tidak mampu

menggambar grafik dengan benar.

(2) Kesalahan Menyimpulkan


Gambar 4.32 Jawaban siswa dari soal tes siklus II

Gambar 4.32 menunjukkan kesalahan jawaban siswa dalam membuat

kesimpulan akhir. Jawaban akhir atau kesimpulan dari soal nomor 2 ini sangat

mudah dengan menggunakan metode garis selidik, hanya dilihat dari garis

selidik yang berada paling kanan atau paling atas pada daerah himpunan

penyelesaian menunjukkan nilai maksimum atau garis selidik yang berada

paling kiri atau paling bawah pada daerah himpunan penyelesaian

menunjukkan nilai minimum dari titik O (0, 0) (Siswanto, 2005: 74). Hal ini

relevan dengan penelitian Kurniawan, (2017) yang mengatakan kesimpulan

dalam soal cerita matematika akan berhasil jika proses pengerjaan dari awal

sampai akhir benar atau bisa dikatakan jika siswa bisa membaca, memahami,

menstransformasikan dan memproses dengan benar.

Data hasil belajar matematika khususnya pokok bahasan program

linear diperoleh melalui tes pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis

yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa pada setiap siklus,

secara keseluruhan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II


Siklus Siklus II Kategori Jumlah T TT
Siswa
JumlahNilai 2762
Nilai Rata-rata 76, 72 Baik 36 30 6
Ketuntasan 83, 33 % Sangat

63
Belajar baik
Sumber: Data olahan Peneliti.

Tabel 4.6 menunjukkan nilai hasil belajar siswa pada Siklus II dari 36

orang siswa terdapat 30 orang siswa yang tuntas dengan memperoleh nilai di

atas KKM (75) dan 6  orang siswa tidak tuntas yang memperoleh nilai di

bawah KKM (75). Secara keseluruan ketuntasan klasikal kelas yaitu 83,33 %

yang dapat dikategorikan sangat baik dan telah mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II sebesar 22, 19% dan telah mencapai indikator keberhasilan

penelitian yang ditetapkan (nilai hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat

pada lampiran 25). Untuk melihat lebih jelas nilai hasil belajar siswa, dapat

dilihat pada gambar 4.33 diagram hasil belajar siswa siklus II berikut:

Diagram Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

76, 72
83, 33

30
6
i
i la s
an n ta as )
t tu t
ra un (%
a– wa m
t
la
s
t sis lu ke
Ra h e
m
la
wab as
an
Ju t
sis t un
h
m
la Ke
Ju

Gambar 4.33 Diagram Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

d. Refleksi

64
Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas

dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir

pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II

sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini berdasarkan hasil

diskusi antara peneliti dengan observer (guru mata pelajaran) dimana terlihat

bahwa pembelajaran dengan menerapkan model PBL sudah mendapat hasil

yang lebih baik, meskipun masih ada enam orang siswa yang belum mencapai

KKM, akan tetapi siswa tersebut sudah terlihat aktif dalam melibatkan diri

dalam pelaksanaan tindakan dalam kelompok.

Jika dilihat dari hasil tes belajar siswa pada tindakan siklus II, yang

telah mencapai KKM dengan perolehan nilai ≥ 75 sebesar 83, 33%. Dengan

kata lain telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yaitu

ketuntasan hasil belajar minimal 75% siswa yang tuntas secara klasikal.

Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan RPP

dengan dua siklus tindakan dan tidak perlu dilanjutkan ke Siklus berikutnya.

B. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam

dua siklus dimana siklus I terdiri dari empat kali pertemuan dan siklus II

terdiri dari tiga kali pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

dengan menerapkan model problem based learning pada pokok bahasan

program linear. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IPA SMA Negeri 1

Kodi Utara. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA SMA

Negeri 1 Kodi Utara yang berjumlah 15 orang siswa.

65
Dari penelitian yang dilakukan pada siklus I memperlihatkan hasil

evaluasi yang diperoleh masih jauh dari menggembirakan karena tingkat

ketuntasan yang diperoleh siswa secara klasikal masih cukup jauh dari standar

keberhasilan belajar yang ditetapkan yaitu ketuntasan klasikal 75% dari

jumlah keseluruhan siswa. Ketuntasan secara klasikal yang hanya mencapai

61, 11% dengan jumlah siswa yang tuntas 22 orang dan 14 orang siswa belum

tuntas.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan PTK pada siklus I

belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan.

Hasil refleksi memperlihatkan bahwa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi

adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil tes

siswa belum mencapai ketuntasan kelas yang ditetapkan.

Dengan berpedoman pada hasil refleksi tersebut, maka pembelajaran

pada siklus II lebih diarahkan agar guru lebih sistematis dalam mengelolah

pembelajaran dengan penerapan model PBL dan memahami faktor yang

menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II.

Dengan perbaikan tersebut, maka pada akhir siklus II indikator

keberhasilan sudah dapat tercapai, dan hasilnya memperlihatkan sebuah

peningkatan yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil analisis yang menunjukkan

bahwa secara klasikal, persentase ketuntasan mencapai 83, 33% dengan

jumlah siswa yang tuntas 30 orang siswa dan siswa yang tidak tuntas 6 orang

siswa. Adapun perbandingan nilai hasil belajar siswa siklus I dan siklus II,

66
lembar observasi siswa siklus I dan siklus II dan lembar aktivitas guru pada

siklus I dan siklus II sebagai berikut;

1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II antara lain

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil dan Persentase Ketuntasan Klasikal


Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Siklus I Kategori Siklus II Kategori Peningkatan
Jumlah 2478, 28 2762 283.72
Nilai
Nilai 68, 84 cukup 76, 72 baik 7, 88
Rata-rata
Ketuntasa 61, 11 % cukup 83, 33 % sangat 22, 19 %
n Belajar baik
Sumber: Data olahan Peneliti.
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat perbandingan hasil belajar siswa pada

siklus I dan siklus II. Pada siklus I, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) ada 12 orang siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 61,

11 % dan siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan klasikal 14 orang

siswa, sedangkan dalam pelaksanaan siklus II ada peningkatan hasil belajar

siswa, siswa yang mencapai KKM dari 15 siswa pada siklus I meningkat

menjadi 30 dengan persentase ketuntasan klasikal 83, 33 % dan siswa yang

tidak mencapai KKM 6 orang siswa pada siklus II. Untuk melihat lebih jelas

perbandingan, maka perhatikan gambar 4.34 diagram perbandingan hasil

belajar siswa siklus I dan siklus II berikut ini:

67
Diagram Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
Siklus II
Siklus I Siklus II Peningkatan

76, 72
83, 33
68, 84

7, 88 30 61, 11
22, 19

22 6
14

Rata-rata nilai
Jumlah yang
Tuntas Jumlah yang
Tidak Tuntas Ketuntasan
Kelas (%)

Gambar 4.34 Diagram Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus

2. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus


Perbandingan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I dan Siklus II

antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Perbandingan Hasil Observasi Belajar Siswa Siklus I dan
Siklus II
Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Peningkatan
Jumlah skor Perolehan 37 53 16

Nilai Rata-rata Aktivitas 52, 86 75, 71 22,85


Siswa
Kategori Nilai cukup Sangat baik
Sumber: Data olahan Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa perbandingan hasil

observasi belajar siswa siklus I memperoleh jumlah skor 37 dengan nilai rata-

rata 52, 86 dengan kategori cukup. Sedangkan hasil observasi belajar siswa

siklus II memperoleh jumlah skor 57 dengan nilai rata-rata 75, 71 dengan

kategori baik. Untuk melihat lebih jelas perbandingan, dapat dilihat pada

68
gambar 4.35 diagram perbandingan aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus

II berikut ini:

Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I


dan Siklus II
Siklus I Siklus II Peningkatan

75, 71
53
1652, 86 22, 85
37
Peningkatan
Siklus II
Siklus I
Jumlah skor Nilai Rata-rata

Gambar 4.35 Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan


Siklus II.
3. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan
Siklus II
Perbandingan hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I dan

Siklus II antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Observasi Mengajar Guru Siklus I dan


Siklus II
Kinerja Guru Siklus I Siklus II Peningkatan
Jumlah skor Perolehan 107 145 38
Nilai Rata-rata 66, 88 90, 63 23, 75
Kategori Nilai cukup Sangat baik
Sumber: Data olahan Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa perbandingan hasil

observasi mengajar guru siklus I memperoleh jumlah skor 107 dengan nilai

rata-rata aktivitas guru 66, 88 dengan kategori cukup. Sedangkan hasil

69
observasi mengajar guru siklus II memperoleh jumlah skor 145 dengan nilai

rata-rata aktivitas mengajar guru 90, 63 dengan kategori sangat baik. Untuk

melihat lebih jelas perbandingan, dapat dilihat pada gambar 4.36 diagram

perbandingan aktivitas mengajar guru siklus I dan siklus II berikut ini:

Diagram Perbandingan Aktivitas Mengajar Guru Siklus I


dan Siklus II
Siklus I Siklus II Peningkatan

145

107 90, 63

38
66, 88 23, 75

Peningkatan
Siklus II
Siklus I
Jumlah Skor Nilai Rata-rata

Gambar 4.36 Diagram Perbandingan Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan


Siklus II.

Berdasarkan hasil observasi dan tes akhir siklus II (post test),

pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai dengan model PBL

yaitu cara memecahkan masalah (proses) dan jawaban terhadap masalah

(produk) (Suyatno, 2009: 9).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem

Based Learning (PBL) pada pokok bahasan program linear dapat

meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara.

70
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan

dengan tujuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem

Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

program linear di Kelas X IPA SMA Negeri 1 Kodi Utara. Hasil belajar siswa

secara keseluruan pada siklus I sebesar 61, 11% sedangkan pada siklus II

mengalami peningkatan menjadi 83, 33% dan telah mencapai indikator

ketuntasan klasikal minimal (75%) serta mengalami peningkatan dari siklus I

ke siklus II yaitu sebesar 22, 19%.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penggunaan

model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pembelajaran matematika pada pokok bahasan program linear di

SMA. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada:

1. Guru: Sebagai bahan refleksi bagi guru matematika maupun calon guru

matematika dalam menjalankan kegiatan pembelajaran matematika dengan

menerapkan model PBL sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

2. Siswa: Sebagai bahan informasi, dan motifasi bagi siswa untuk

memperbaiki cara belajar serta dapat menumbuhkan kreatifitas berpikir

dan kerja sama, saling berinteraksi sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

71
3. Peneliti: Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

menggunakan model PBL dalam kegiatan pembelajaran pada materi pokok

yang lain.

4. Sekolah: Setelah keberhasilan penelitian ini yaitu penerapan model PBL

dalam pembelajaran matematika khususnya pokok bahasan program linear

akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah untuk meningkatkan

hasil belajar siswa di dalam kegiatan belajar di kelas.

72
DAFTAR PUSTAKA

 Ali Hamzah, Muhlisrarini. 2004. Perencanan dan Strategi


Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja wali Pers.
 Alwi Idrus. 2014. Panduan Implementasi Kurikulum 2013
untuk pendidik dan tenaga Pendidikan. Jakarta : Saraz
Publishing.
 Anisah Basleman, 2011, Teori Belajar Orang

Dewasa, Bandung : Remaja Rosda karya

 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. Bandung : Reneksa Cipta.
 Bruner, JeromeS.,1966. Towarda Theory of

Instruction, Cambridge : Harvard University.

 BurtonG WandIngold. 1989. Â-caroten: anUsual


 Type of Lipid Oxidation. J.Sci, 22:569-573
 Cahyo, Agus. N. 2013. Panduan Aplikasi teori-teori Belajar
Mengajar Teraktual dan terpopuler. Jogjakarta : Diva Press.
 Gilbert A. Churchil. 1991. Marketing Research
Metodological Foundations. New York : The Dryden Press.

73
74

Anda mungkin juga menyukai