Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok Pertemuan ke-13

“Pendidikan Bahasa Indonesia”

Nama Kelompok : Anggraini Risfara Wulandari (190421628811)


: Anisatus Solikhah (190421628829)
Program Studi : Pendidikan Akuntansi

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI

JURNAL KHUSUS PERUSAHAAN DAGANG

II. PEMBAHASAN

a. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Materi


Jurnal Khusus Perusahaan Dagang

Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran


sistematis mengenai pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan
strategi tertentu untuk membantu kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Barbara J.Duch (1996), model pembelajaran Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk melatih
siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah,
sehingga siswa dapat memperoleh konsep penting dari apa yang dipelajari dengan
ditandai dengan penggunaan masalah yang ada di dalam dunia nyata (Wijayanto,
2009:15).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan
model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan stimulus berupa
permasalahan atau kasus yang nyata dan respon dari peserta didik dalam
mengatasi permasalahan yang disajikan dari sebuah pembelajaran, dengan
diterapkanya metode PBL dalam pembelajaran akan membuat suasana belajar
didalam kelas menjadi lebih hidup dan interaksi antara guru dan siswa dapat
terjalin dengan baik.
PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan teori kognitif,
yang didalamnya terdapat teori belajar konstruktivisme. Menurut teori
konstruktivisme, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat
dikembangkan jika peserta didik mau melakukan, menemukan, dan
memindahkan pengetahuan yang ada dengan sendirinya.
Model pembelajaran ini digunakan oleh seorang guru untuk membuat
siswa agar terbiasa untuk berpikir kritis dan logis dalam mengatasi sebuah
masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir adalah
aktivitas yang melibatkan proses memanipulasi dan merubah informasi yang ada
dalam pikiran. Pada saat kita sedang berpikir : Kita dapat membentuk sebuah
konsep, kita dapat berpikir secara kreatif, mempertimbangkan sesuatu, membuat
keputusan, berpikir secara kritis dan memecahkan suatu masalah. Menurut
R.Ennis dalam Nitko dan Brookhart (2011:232): .....Critical thinking is
reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to belief or do...
Berpikir kritis bersifat reasonable dan berpikir reflektif yang difokuskan untuk
memutuskan dengan tepat apa yang harus dipercayai dan apa yang harus
dilakukan.
Implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/ High Order Thinking
Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang cocok jika
diterapkan pada K13. Dengan menggunakan model PBL akan membantu siswa
dalam memproses informasi yang sudah ada dibenaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Penerapan metode PBL pada materi jurnal khusus perusahaan dagang akan
sangat membantu siswa dalam memahami konsep dari materi jurnal khusus
perusahaan dagang. Telah kita ketahui bahwa materi jurnal khusus dalam
perusahaan dagang akan membuat siswa mengalami kebingungan dalam
mengelompokan jenis transaksi yang beragam dalam suatu perusahaan, maka dari
itu pemahaman mengenai konsep sangat dibutuhkan pada materi ini. Dengan
menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memahami
mengenai materi jurnal khusus perusahaan dagang dengan baik.
Penerapan metode PBL pada materi jurnal khusus perusahaan dagang
dalam pembelajaran terdapat 6 tahap, yaitu :
1. Orientasi Masalah
Pada tahap ini seorang guru menejelaskan tujuan pembelajaran dengan
metode PBL pada materi jurnal khusus perusahaan dagang, lalu seorang
guru menyajikan clue permasalahan yang akan dibahas, dapat
menggunakan media video atau pun media lainya yang menunjang. Hal ini
dapat menjadi stimulus pada para siswa dan seorang guru harus dapat
memotivasi siswa supaya aktif dalam proses pembelajaran.
2. Merumuskan Masalah
Pada tahap ini seorang siswa merumuskan permasalahan yang akan
diamati dalam materi jurnal khusus perusahaan dagang dengan meninjau
masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis
Pada tahap ini Siswa merumuskan pemecahan atau solusi dari
permasalahan yang telah dirumuskan pada tahap 2 sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan Data
Pada tahap ini siswa mencari informasi dan data yang relevan untuk
menunjang proses pemecahan masalah yang telah dirumuskan pada tahap
2, pada tahap ini siswa mencari data untuk memperkuat hipotesis yang
telah dirumuskan.
5. Menguji Hipotesis
Pada tahap ini siswa menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada
tahap 3 dan menyesuaiakan dengan informasi dan data yang telah dicari
pada tahap 4 sehingga pada tahap ini siswa mengelompokan data yang
dapat menunjang dan memperkuat hasil dugaan sementara.
6. Pemecahan Masalah.
Pada tahap ini Siswa memaparkan hasil yang sudah dilakukan sesuai
dengan rumusan masalah, pengujian hipotesis dan kesimpulan, pada tahap
ini siswa telah mengetahui bagaimana hasil dari penelitian yang telah
dilakukan dalam suatu permasalahan pada materi jurnal khusus perushaan
dagang, selesai melakukan semua tahap dalam metode PBL ini siswa dapat
mempresentasikan hasil yang diperoleh dalam bentuk laporan ataupun
video dan disampaikan dihadapan teman- temanya.
Setelah selesai melakukan pembelajaran guru wajib memberikan penguatan
mengenai materi jurnal khusus perusahaan dagang pada siswa, supaya siswa lebih
memahami dan tidak salah persepsi mengenai materi jurnal khusus perusahaan
dagang.

b. Keefektifan Penerapan Problem Based Learning pada Materi Jurnal


Khusus Perusahaan Dagang

Dalam pembelajaran menggunakan metode PBL (problem based learning)


ini peserta didik dituntut aktif sehingga dalam pembelajaran peserta didik mampu
mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan
masalah yang belum mereka temui. Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi
oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun
komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan diantaranya kurikulum,
sarana dan prasarana, guru, siswa, dan yang paling berperan aktif adalah
pemilihan metode pengajaran yang tepat. Seluruh komponen akan saling terkait
dalam mendukung tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diharapkan dan
diinginkan (Syaiful Djamarah, 2002:123).
Proses pembelajaran dengan model PBL (problem based learning) itu ada
beberapa tahapan yang harus dilalui peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran, yakni menerima permasalahan yang telah diberikan, menempatkan
diri dalam kelompok, melakukan diskusi menyelesaikan masalah yang dihadapi,
mempresentasikan hasil kerja, menanggapi, dan melaporkan hasil kerja. Dengan
demikian aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung tidak
hanya mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman saat diskusi, berani
mengungkapkan pendapat dan aktivitas lainnya baik secara mental, fisik, dan
sosial sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara sesuai daya kritis
mereka, sehingga sebagian tujuan pembelajaran akan terpenuhi.
Metode ceramah yang dipergunakan dalam pembelajaran akuntansi
menyebabkan siswa terpaku mendengarkan cerita dan betul-betul membosankan,
situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang
disampaikan bersifat akademik (book oriented) tidak mengacu pada masalah-
masalah kontektual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran
akuntansi menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini tampak pada rendahnya
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, prestasi belajar akuntansi juga
kurang memuaskan, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berfikir, proses pembelajaran dikelas diarahkan pada kemampuan menghafal
informasi. Dari kekurangan-kekurangan tersebut dinilai bahwa metode ceramah
dianggap kurang efektif dalam proses pembelajaran sehingga perlu alternatif
penggunaan metode lain yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih
menarik (Achmad Sugandi, 2004:9).
Dengan ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran PBL (problem
based learning) dapat mengubah kelas yang pasif menjadi aktif, siswa yang
pemalu menjadi pemberani, meski secara kuantitas belum sepenuhnya, tetapi
sudah dapat dikatakan metode ini berhasil karena telah terjadi perbaikan situasi
kondisi pembelajaran yaitu terjadinya peningkatan keaktifan dan kekritisan siswa.
Menurut Entwistle (1981) PBL selain melaksanakan deep approach dan surface
approach, juga memiliki strategi approach yaitu menekankan perolehan nilai
tertinggi, mengatur waktu, dan membagikan upaya agar dihasilkan efek terbaik.
Menjamin kondisi dan materi yang mencukupi untuk dipelajari, menggunakan
bahan ujian sebelumnya untuk meramalkan pertanyaan-pertanyaan, dan waspada
terhadap petunjuk penilaian. Berhasilnya model PBL (problem based learning)
bukan hanya dilihat melalui peningkatan hasil belajar saja tetapi berdasarkan pada
perubahan situasi belajar siswa dan kondisi belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan sebagai
upaya meningkatkan partisipasi belajar siswa, karena melalui pembelajaran ini,
siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai
apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui,
mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi, serta mengevaluasi hipotesisnya
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (William& Shelagh). Pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode PBL (problem based learning) dalam
pembelajaran pendidikan Akuntansi jurnal khusus perusahaan jasa bertujuan agar
siswa berlatih berani menyampaikan gagasan, ide atau pendapatnya, mengajukan
dan menggapi pertanyaan dalam pembelajaran. Artinya melalui PBL (problem
based learning) siswa dilatih untuk aktif an berani berbicara, sebagai modal sosial
dan kecakapan yang dibentuk melalui pendidikan agar siswa dapat berperan
dalam kehidupan bermasyarakat secara maksimal dan berkualitas sehingga secara
tidak langsung melalui PBL (problem based learning) terjadi proses penanaman
sikap dan perilaku kritis yang ditunjukkan melalui kemampuan menyampaikan
gagasan, ide atau pendapat.
Agar PBL itu bisa efektif jika diterapkan dalam pembelajaran maka perlu
menggunakan beberapa pendekatan diantaranya :
1) Kasus, yaitu yang awalnya memberikan sedikit informasi kepada siswa.
Kemudian “kasus” tersebut digunakan untuk mendemonstrasikan
informasi yang diberikan.
2) Pembelajaran berbasis “kasus”, yaitu dengan memulai pembelajaran
dengan memberikan kasus yang relevan dengan materi yang akan dibahas
terlebih dahulu.
3) Metode, yaitu memberikan “kasus”’ yang lengkap kepada siswa untuk
diteliti dan dipersiapkan bahan diskusinya pada pembelajaran berikutnya.
4) Berbasis kasus yang dimodifikasi, yaitu ketika siswa harus
mempresentasikan beberapa informasi dan diminta untuk menentukan
dalam bentuk tindakan atau keputusan yang mereka buat.
5) Berbasis masalah, yaitu siswa bertemu dengan klien dalam bentuk
simulasi yang mengkin terjadi inkuiri bebas.
6) Berbasis masalah dengan ruang lingkup tertentu (perluasan “kasus”), yaitu
perluasan metode berbasis masalah dan siswa diminta untuk
mempertimbangkan sumber yang mereka gunakan dalam pemecahan
masalah untuk mengevaluasi cara mereka berpikir secara lebih efektif
melalui masalah.
Karena PBL bersifat inkuiri terbuka, maka pembelajaran ini berujung
terbuka pula. Kemungkinan juga dapat melaksanakan PBL dengan membentuk
perpaduan dan saling keterkaitan secara bebas dengan project-based learning,
problem-solving learning, action and work-based learning.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Model PBL dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang memiliki


banyak kelebihan. Adapun Kelebihan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) menurut Sanjaya (2007) sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan model PBL akan menantang kemampuan siswa dan
dapat memberikan kepuasan pada siswa karena menemukan pengetahuan
baru.
2. Pembelajaran akan lebih bermakna jika menggunakan model pembelajaran
PBL karena dapat memahami isi pelajaran dengan baik. 
3. Dengan Pemecahan masalah akan meningkatkan aktivitas pembelajaran
pada siswa.
4. Dengan menggunakan model PBL siswa akan lebih mudah untuk
mentransfer pengetahuanya dalam memahami masalah di kehidupan nyata.
5. Model PBL dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui model PBL dapat merubah pola pikir siswa, bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya melatih kita untuk berpikir, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku saja. 
7. Siswa lebih menyukai Pemecahan masalah karena dianggap lebih
menyenangkan,
8. Dengan menggunakan model PBL siswa dapat mengembangkan
kemampuannya untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan
pengetahuan baru yang ia dapatkan. 
9. Dengan menggunakan model PBL akan membuat siswa berkesempatan
untuk mempraktekan pengetahuannya dalam dunia nyata.
10. Model PBL akan mengembangkan minat siswa untuk terus belajar.

Tidak hanya itu dengan menerapkan model pembelajaran PBL ini dapat
melatih siswa untuk peka terhadap permaslahan yang ada dan memiliki sifat sosial
yang bagus dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa
dapat berdiskusi dengan saling bertukar pendapatan dan dapat menghargai
pendapat dari orang lain.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga memiliki
beberapa kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan :
1) Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat
atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar model
pembelajaran ini cukup lama.
3) Apabila tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat, mereka harus
berupaya untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari. Dengan
begitu mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
(Sanjaya, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Nafiah, Yunin Nurun. 2014. Penerapan model problem-based learning untuk


meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Jurnal
Pendidikan Vokasi, Vol 4, Nomor 1, 125-143
dari:https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/2540/2098

KajianPustaka.com. (2017, 27 Agustus). Model Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL). Diakses pada 24 November 2020,
dari:https://www.kajianpustaka.com/2017/08/model-pembelajaran-problem-
based-learning.html

Scribd.com. (2015, 8 April). Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan


dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Diakses pada 24
November 2020
dari: https://www.scribd.com/doc/261256952/PBL-Model
Gurudigital.id. (2018, 20 Mei). Model Pembelajaran PBL : Pengertian Ciri-ciri
Kelebihan Kekurangan dan Langkah Lengkapnya. Diakses pada 24 November
2020 dari: https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciri-ciri-
kelebihan-kekurangan-langkah/

Djamarah, Syaiful. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Diakses pada 24 November 2020 dari : https://guruakuntansi.co.id/pengertian-
belajar-menurut-para-ahli/

Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK    
UNNES. Diakses pada 24 November 2020 dari : https://zakwaan-
priaji.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html

Entwistle, N. (1981). Gaya Belajar dan Mengajar. New York: John Wiley & Sons.
Diakses pada 24 November 2020 dari:
https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/ReferencesPapers
.aspx?ReferenceID=1457929

W. Schwartz, Richard, Michael B. Donnelly, David A. Sloan and William E.


Strodel. Residents' Evaluation of A Problem-Based Learning Curriculum In A
General Surgery Residency Program. The American Journal of Surgery. Volume
173, Issue 4, April 1997, Pages 338-341. Diakses pada 24 November 2020 dari:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S000296109600390X

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Stan- dar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana. Diakses pada 24 November 2020 dari:
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2007

Anda mungkin juga menyukai