Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran
penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
disiplin ilmu dan penyelidikan siswa
berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna
dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun
baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
Penyelidikan autentik
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.
Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.
Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Sumber:
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.
Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Sumber:
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.
Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.
Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.
Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Sumber:
Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior
knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa: ”Model
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.
Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang
lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model
pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based
Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar
Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.
Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran berdasarkan
masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh
siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu,
atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau
pertanyaan.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
c. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video
maupun program komputer
e. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai
dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam
Nurhadi, 2004:111)
Tabel. Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistikyang diperlukan,
pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual maupun Guru mendorong siswa
kelompok untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
untuk mendapat penjelasan
pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
video, model dan
membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan
kelompoknya.
5 Menganalisa dan mengevaluasi proses Guru membantu siswa
pemecahan masalah melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam
proses-proses yang mereka
gunakan.
Model Pembelajaran
Course Review Horay
(CRH
Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemajuan
suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM).
Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Materi Aritmatika
Dari langkah-langkah pembelajaran diatas, dapat kita ketahui kekurangan dan kelebihan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
Kelebihan : Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada kepada siswa lain satu
kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikirannya secara spontanitas
sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan
menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu berfikir dengan cepat.
Kekurangan : Adanya kecurangan yang dilakukan siswa, dikarenakan posisi duduk yang
berkelompok sehingga guru tidak banyak mengontrol tiap kelompok, siswa merasa lebih
tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal masing-masing.
Jadi dalam pembelajaran modelCourse Review Horay (CRH), terdapat kesempatan yang
sama bagi setriap anggota kelompok untuk berhasil.Dukungan kelompok dalam belajar, dan
tanggung jawab individual digunakan untuk penampilan atau penentuan hasil akhir.
Secara kongkrit penerapan pembelajarab Course Review Horay, yakni sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar dengan lebih bermakna dengan cara
belajar secara berkelompok atau team;
2. Mengembangkan keterampilan dan kecepatan berfikir siswa;
3. Menciptakan kelompok belajar;
4. Melakukan penilaian dengan cara memperhatikan suatu kelompok yang sering mengatakan
horay.