Anda di halaman 1dari 20

Home » Model » Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan

Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah


dan Kelebihan serta Kekurangan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
— Model
wawasanpendidikan.com; berbagai Model Pembelajaran telah dijelaskan sebelumnya
seperti: Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Model Pembelajaran Cooperatif tipe
Make a Match, Model Pembelajaran Snowball Throwing, Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Index Card Match, Model Pembelajaran
Problem Posing hingga Model Pembelajaran konvensional. Kali ini sobat pendidikan akan
melanjutkan pembahasannya mengenai salah satu model pembelajaran yaitu Model
Pembelajaran Problem Based Learning. Model Pembelajaran ini akan dijelaskan secara rinci
mulai dari Pengertian, Jenis, Langkah-Langkan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem
Based Learning

A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang
penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran
penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
disiplin ilmu dan penyelidikan siswa
berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna
dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun
baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

B. Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)


Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan


masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.

 Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik


untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

 Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu


dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.

 Kolaborasi dan kerja sama


Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

C. Langkah-Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:

 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

 Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.

 Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.

 Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

 Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat

 Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.
 Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

D. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)


Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai
berikut:

 Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
 Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
 Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

E. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya:

 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
 Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Sumber:

 M. Taufiq Amir (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Jakarta: Media Group
 Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
 Wina sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group

Home » Model » Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan


Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah


dan Kelebihan serta Kekurangan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
— Model
wawasanpendidikan.com; berbagai Model Pembelajaran telah dijelaskan sebelumnya
seperti: Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Model Pembelajaran Cooperatif tipe
Make a Match, Model Pembelajaran Snowball Throwing, Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Index Card Match, Model Pembelajaran
Problem Posing hingga Model Pembelajaran konvensional. Kali ini sobat pendidikan akan
melanjutkan pembahasannya mengenai salah satu model pembelajaran yaitu Model
Pembelajaran Problem Based Learning. Model Pembelajaran ini akan dijelaskan secara rinci
mulai dari Pengertian, Jenis, Langkah-Langkan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem
Based Learning

A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang
penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran


penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
disiplin ilmu dan penyelidikan siswa
berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna
dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun
baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

B. Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)


Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan


masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.

 Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik


untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

 Menghasilkan produk dan memamerkannya


Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.

 Kolaborasi dan kerja sama

Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

C. Langkah-Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:

 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

 Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.

 Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.

 Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

 Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
 Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.

 Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

D. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)


Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai
berikut:

 Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
 Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
 Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

E. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya:

 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
 Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Sumber:

 M. Taufiq Amir (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Jakarta: Media Group
 Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
 Wina sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group

Home » Model » Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Kelebihan serta Kekurangan


Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah


dan Kelebihan serta Kekurangan Model
Pembelajaran Problem Based Learning
— Model
wawasanpendidikan.com; berbagai Model Pembelajaran telah dijelaskan sebelumnya
seperti: Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Model Pembelajaran Cooperatif tipe
Make a Match, Model Pembelajaran Snowball Throwing, Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Index Card Match, Model Pembelajaran
Problem Posing hingga Model Pembelajaran konvensional. Kali ini sobat pendidikan akan
melanjutkan pembahasannya mengenai salah satu model pembelajaran yaitu Model
Pembelajaran Problem Based Learning. Model Pembelajaran ini akan dijelaskan secara rinci
mulai dari Pengertian, Jenis, Langkah-Langkan dan Kelebihan Model Pembelajaran Problem
Based Learning

A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang
penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. Problem Based Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran


penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
disiplin ilmu dan penyelidikan siswa
berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan
Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna
dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun
baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berpikir tingka tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Dengan Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui
proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
lagi.

Jadi Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

B. Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)


Menurut Arends berbagai pengembangan pengajaran Problem Based Learning (PBL) telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan


masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.

 Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukann penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

 Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu


dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang dihasilkan adalah berupa laporan.

 Kolaborasi dan kerja sama

Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

C. Langkah-Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah
membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang
dikenal dengan proses tujuh langkah:

 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah.
Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara
memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

 Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang
terjadi di antara fenomena itu.

 Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah),
dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan
dalam tahap ini.

 Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan;
mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah
upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

 Memformulasikan tujuan pembelajaran


Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan
mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan
dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat

 Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan
kemana hendak dicarinya.

 Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

D. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)


Pembelajaran Problem Based Learning atau berdasarkan masalah memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai
berikut:

 Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
 Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
 Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan
cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
 Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru
 Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
 Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

E. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut
diantaranya:

 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
 Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Sumber:

 M. Taufiq Amir (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Jakarta: Media Group
 Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
 Wina sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group
 Model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Seperti yang diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa: ”Model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior
knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.


 Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa: ”Model
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”.

Model pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada model pembelajaran yang
lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) : ”Model
pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based
Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar
Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.

 Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran berdasarkan
masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah:

 a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

 Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh
siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu,
atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau
pertanyaan.

 b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

 Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.

 c. Penyelidikan autentik.

 Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

 d. Menghasilkan produk atau karya.

 Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video
maupun program komputer

 e. Kolaborasi.

 Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan
yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang disajikan.

 Pada Model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai
dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam
Nurhadi, 2004:111)

 Tabel. Sintaks Model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistikyang diperlukan,
pengajuan masalah,
memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3 Membimbing penyelidikan individual maupun Guru mendorong siswa
kelompok untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
untuk mendapat penjelasan
pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
video, model dan
membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan
kelompoknya.
5 Menganalisa dan mengevaluasi proses Guru membantu siswa
pemecahan masalah melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam
proses-proses yang mereka
gunakan.

Model Pembelajaran
Course Review Horay
(CRH
Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemajuan
suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM).

Efektifitas pembelajaran oleh guru profesional adalah faktor utama dalam


peningkatan mutu pendidikan tersebut. Guru sebagai pendidik dengan tugas utama yaitu
mendidik, mengajar, membingbing,mengarahkan dan mengevaluasi peserta didik
membutuhkan peningkatan profesional secara terus menerus. Oleh karena itu pembaharuan
pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa (Slameto,
2003:hal 97).
Di sebagian SMP khususnya kelas VII masih banyak ditemukan kasus dimana siswa
kurang siap dalam mengikuti pelajaran khususnya bidang studi matematika. Siswa datang
kesekolah tanpa bekal pengetahuan tentang materi yang akan dibahas dikelas. Siswa hanya
datang kesekolah untuk bertemu dengan teman-temannya dan bermain bersama tanpa
memperdulikan pengetahuannya.
Untuk menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak agar berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan belajarnya, maka diperlukannya metode yang tepat dalam pembelajaran
yang membuat anak mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh gurunya. Salah satu
alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah Course Review Horay (CRH) .
Dengan diterapkannya teknik pembelajaran CRH maka akan mengubah anggapan
bahwa pelajaran matematika tidak akan lagi membosankan.
Model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju
model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi
pembelajaran yang tersusun rapih untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna
mencapai tujuan pembelajaran.Oleh karena itu, perkembangan model-model pembelajaran
sangat begitu cepat tersebar luas didunia pendidikan.

Pengertian model pembelajaran CRH


Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah Suatu
metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan
nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011) Model
pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian
pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya,
yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung
berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course
Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji
pemahaman siswa dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu
menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''.
Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang
dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model
pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam
kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model
pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh
kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan
pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu
atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan
jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak ‘horay’ atau
menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak hanya
menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review
Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning
to live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik
(Suprijono, 2010).
Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).

HakikatPembelajaran CRH pada Bidang Studi Matematika


Pendekatan Course Review Horay dalam pembelajaran matematika, berusaha untuk
menguji sampai dimana pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang berkompetisi untuk
mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dengan menjawab benar pertanyaan dari
guru yang dibacakan secara acak. Dengan demikian siswa mampu berfikir lebih cepat dan
memiliki motivasi dalam diri mereka masing-masing.
Pembelajaran melalui metode ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif di antara sesama
siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan mengembangkan ketrampilan
bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup
berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada
matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal (Latifa Rachmawati : 2009).

Tujuan Pembelajaran model Course review Horay (CRH) :


1. Meningkatkan kinerja siswa dalammenyelesaikan tugas akademik;
2. Siswa dapat belajar dengan aktif;
3. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan
latar belakang dan perbedaan cara pandang penyelesaian masalah;
4. Mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay(CRH);

Prinsip Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)


Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru.
Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif
belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya
kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi
dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan tertentu yang
relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga pembelajaran akan sejalan
dengan perencanaan awal pembelajaran;
2. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi
penggunaan model pembelajaran CRH ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan.
Karena dalam menggunakan model pembelajaran CRH ini memerlukan keluwesan, spontan
sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu :
a. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
b. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay (CRH)


Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun kelebihannya
masing-masing.
1. Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
 Pembelajaran lebih menarik;
Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa akan lebih bersemangat
dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan
games ataupun simulasi lainnya.
 Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran;
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau simulasi yang diberikan
guru kepada peserta didiknya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
 Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, dengan begitu siswa
tidak akan merasakan jenuh yang bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang
dijelaskan oleh guru.
 Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode yang digunakan oleh
guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model
pembelajaran course review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama
anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
 Adanya komunikasi dua arah;
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih
siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan
menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru
dan siswa.

2. Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)


 Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan horey. Oleh karena itu,
nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana
siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
 Adanya peluang untuk berlaku curang.
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek
ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-kelompok yang menjawab horey, sehingga
peluang adanya kecurangan sangat besar

Langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH)


Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam menggunakan model
pembelajaran course review horay adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi aritmatika sederhanadengan tanya jawab;
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam satu kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan
kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak
yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan
siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak horay atau menyanyikan yel-
yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay
9. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh
horay.
10. Penutup

Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada Materi Aritmatika

Untuk melaksanakan pembelajaran Course Review Horay (CRH), guru perlu


melakukan persiapan yang memadai, agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar
sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut.
Kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model CRH yaitu untuk
menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang
spesifik, yaitu: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2).
Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4).
Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi
dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).
Penerapan model pembelajaranCourse Review Horay (CRH)untuk meningkatkan
hasil pemahaman siswa pada materi pecahan adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa
senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan metodepembelajaran klasik, kemudian
siswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu siswa
agar melakukan transisi secara efisien sehingga pembelajaran dapat dimulai dengan
segera.
4. Membuat kartu atau lembaran kertas.
Untuk menguji pemahaman siswa,guru menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran kertas
yang diserahkan kepada guru yang nantinya akan diisi nomor, kemudian dikembalikan pada
tiap-tiap kelompok;
5. Guru membacakan soal aritmatika sederhana.
Guru akan membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu
atau kertas yang nomornya disebutkan guru.
6. Mendiskusikan soal-soal aritmatika.
Setelah pembacaan soal dan jawaban yang telah ditulis oleh sisawa didalam kartu atau
lembaran kertas, guru dan siswa mendiskusikan soal aritmatika yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang jawaban benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasarkesepakatan dari kelompoknya masing-masing;
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .
9. Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak mengatakan horay.
10. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing;
11. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal peluanng;
12. Guru memberikan kuis.

Dari langkah-langkah pembelajaran diatas, dapat kita ketahui kekurangan dan kelebihan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
Kelebihan : Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada kepada siswa lain satu
kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikirannya secara spontanitas
sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan
menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu berfikir dengan cepat.
Kekurangan : Adanya kecurangan yang dilakukan siswa, dikarenakan posisi duduk yang
berkelompok sehingga guru tidak banyak mengontrol tiap kelompok, siswa merasa lebih
tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal masing-masing.
Jadi dalam pembelajaran modelCourse Review Horay (CRH), terdapat kesempatan yang
sama bagi setriap anggota kelompok untuk berhasil.Dukungan kelompok dalam belajar, dan
tanggung jawab individual digunakan untuk penampilan atau penentuan hasil akhir.

Secara kongkrit penerapan pembelajarab Course Review Horay, yakni sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar dengan lebih bermakna dengan cara
belajar secara berkelompok atau team;
2. Mengembangkan keterampilan dan kecepatan berfikir siswa;
3. Menciptakan kelompok belajar;
4. Melakukan penilaian dengan cara memperhatikan suatu kelompok yang sering mengatakan
horay.

Anda mungkin juga menyukai