Anda di halaman 1dari 42

Tugas Individu

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD


“ Tugas 10”

OLEH :
NAMA : NURUL HIKMA
NIM : A1G119014
KELAS : A.4

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
MODEL PEMBELAJARAN PBL (Problem Based Learning)

1. Pengertian Model Pembelajaran PBL Problem Based Learning

Model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan suatu


pembelajaran berlandaskan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat
pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka mahir dalam memecahkan masalah,
serta memiliki strategi belajar sendiri dan kemampuan dalam berpartisipasi di dalam tim.
Proses pembelajaran pada model pembelajaran PBL menggunakan pendekatan
yang lebih sistematik guna memecahkan sebuah problem dan menghadapi tantangan yang
kemungkinan besar bakal menghadang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begini,
nantinya siswa diharapkan siap dan terlatih untuk menghadapi problematika dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) adalah instruksional
yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, mewujudkan kerjasama yang baik
dalam kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan agar
rasa ingin tahu serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran bisa
terpancing dan terpacu.
Jadi, model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning (PBL) dapat kita
katakan sebagai model pembelajaran yang mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai guna
menghadapi suatu problem yang ada.

Model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning memiliki perbedaan


penting dengan pembelajaran penemuan (discovery learning). Sebab, pembelajaran
penemuan didasarkan atas pertanyaanpertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan
penyelidikan siswa.

Prinsip model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan
masalah kehidupan nyata, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan
melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang
diperlukan dalam memecahkan masalah.

2. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning


Kelebihan Model Pembelajaran PBL
Setiap model pembelajaran yang diterapkan tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Beberapa kelebihan yang didapatkan ketika menerapkan
model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut :

▪ Pemecahan masalah sangat efektif digunakan untuk memahami isi pelajaran.

▪ Pemecahan masalah akan mendobrak dan menantang kemampuan siswa serta


memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

▪ Pemecahan masalah menjadikan aktivitas pembelajaran siswa lebih meningkat.

▪ Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengetahui bagaimana menstansfer


pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

▪ Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan


barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

▪ Siswa menjadi lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan


sekitarnya.
Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran PBL juga memiliki beberapa
kekurangan, berikut ini beberapa kekurangan yang sepertinya nampak dalam penerapan
model pembelajaran berbasis proyek.

▪ Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa dipecahkan.
▪ Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan agar model pembelajaran ini
cukup lama.
▪ Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat kenapa mereka harus berupaya
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
3. Tujuan model pembelajaran problem based learning

Tujuan PBL Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah ada tiga, yaitu membantu
siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah,
memberi kesempatan kepada siswa mempelajari pengalaman-pengalaman dan peranperan
orang dewasa, dan memungkinkan siswa meningkatkan sendiri kemampuan berpikir
mereka dan menjadi siswa mandiri. Adapun tujuan PBL menurut Rusman (2010: 238)
yaitu penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan
pemecahan masalah. PBL juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih
luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolaborasi dan belajar tim,
dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

Trianto (2010: 94-95) menyatakan bahwa tujuan PBL yaitu membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar
peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan
dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pengajaran
berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan melalui
pengalaman-pengalaman pembelajaran hands-on (Jacobsen et al, 2009: 249), sehingga
pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh PBL terhadap kemampuan kognitif C3, C4, C5 dan C6 berdasarkan
keterampilan pemecahan masalah persoalan fisika siswa.

4. Manfaat Problem Based Learning (PBL)

Menurut Trianto, manfaat PBL yaitu “dapat membantu siswa mengembangkan


keterampilan berfikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa
dan menjadi pebelajar yang mandiri”.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa


melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang
beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan
membuat laporan.
Menurut M. Taufiq Amir, PBL memiliki beberapa manfaat antara lain:

a. menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar,

b. meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan,


c. mendorong untuk berpikir,

d. membangun keterampilan soft skill,

e. membangun kecakapan belajar,

f. memotivasi siswa belajar.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL


Perlu diketahui bahwa Model pembelajaran PBL nanti bisa dijalankan jika
pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan.
Siswa pun harus diberikan pemahaman mengenai konsep pembelajaran ini. Memulai
model pembelajaran ini harus diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil
yang menjalankan 7 langkah berikut:
 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas (Pemaparan
Konsep dan Materi)
Di sini setiap anggota harus memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat
dari cara memandang yang sama sehubungan dengan istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
 Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa
yang terjadi di antara fenomena itu.

 Menganalisis masalah

Setiap anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki
anggota tentang masalah. Nantinya terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang
tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.

 Menata gagasan secara sistematis

Bagian yang sudah berhasil dianalisa kemudian diperhatikan sejauh mana


keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana
yang bertentangan, dan sebagainya.

▪ Memformulasikan tujuan pembelajaran


Kelompok nantinya merumuskan tujuan pembelajaran. Sebab, kelompok sudah tahu
pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan
pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat

▪ Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya
tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan ke mana akan dicari.

▪ Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

Dari informasi baru yang didapatkan, kita diskusikan kembali dengan kelompok
untuk kemudian dari semua yang sudah dibahas disusun menjadi suatu laporan. Laporan bisa
berupa laporan tertulis, video, maupun karya fisik.

 Mempresentasikan / Memamerkan Hasil Laporan

Setelah semua selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan


hasil kerja kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA

https://gurudigital.id/model-pembelajaran-pbl-pengertian-ciriciri-kelebihan-
kekurangan-langkah/
MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)

Menurut Gulo (dalam Al-Tabani, 2014: 78) menyatakan strategi inkuiri berarti
suatu rangkaian kegatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Al-Tabani (2014: 147) inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketersmpilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri.

2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry learning


Menurut Al-Tabani (2014: 82), model inkuiru masalah memiliki kelebihan dan
kekurangan yaitu:

Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry yaitu :

1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan


aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.
2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya mereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
ata rata-raa. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry yaitu :


1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan slit di implementasikan.

3. Tujuan model pembelajaran inquiry learning

Tujuan utama pembelajaran melalui model


Inquiry Based Learning ini adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

4. Manfaat model pembelajaran inquiry learning

manfaat pembelajaran inquiry, yakni kapabilitas siswa dalam berpikir untuk


merumuskan masalah dan solusinya bisa berkembang, mental akan lebih terlatih,
mengembangkan pemikiran kritis, meningkatkan daya nalar, mendorong pemikiran
mandiri,rasa ingin tahu menjadi besar, kemampuan siswa dalam nilai akademik bisa
meningkat.

5. Langkah Inquiry Learning


Landasan dari langkah-langkah atau sintak model pembelajaran inquiry berasal
dari Sutikno (2014: 83).

1. Orientasi. Langkah yang bertujuan agar siswa bisa sadar dengan permasalahan dan
bisa mendefinisikan masalah yang menjadi pokok penelitian, langkah orientasi bisa
juga disebut masa pengenalan dan adaptasi.
2. Rumusan Masalah. Langkah ini terdiri dari pengenalan tentang apa yang harus
diselesaikan permasalahan yang ada di lapangan.
3. Rumusan Hipotesis. Bagian ini dimanfaatkan untuk arahan pada saat melaksanakan
penelitian, merupakan ranah untuk mengambil dugaan sementara.
4. Definisi. Adalah penjabaran dari pengertian yang terkandung dalam hipotesis.
5. Eksplorasi. Dilaksanakan untuk mengkaji fakta dan informasi dalam rangka untuk
memverifikasi data yang telah ditemukan untuk dianalisis.
6. Pembuktian. Langkah yang digunakan untuk mengoleksi berbagai data tentang
permasalahan dan koneksi antar data sehingga bisa ditarik hakikat hipotesis atau
kesimpulan.
Selain langkah di atas terdapat pula, opsi langkah lain. Berikut merupakan empat
langkah pembelajaran berbasis inkuiri:

1. Kembangkan pertanyaan yang ingin dijawab siswa. Minta siswa untuk


mengembangkan pertanyaan masalah dengan cara penyelidikan lebih lanjut, meminta
saran siswa lain dan mencari kutipan dari sumber buku atau hal lain.
2. Riset atau meneliti topik. Guru bisa memberikan masukan berupa sumber terpercaya
mengenai topik yang sedang didalami siswa. Selain itu guru juga bisa memberikan
metode penelitian apa saja yang cocok untuk masalah yang sedang dihadapi siswa.
3. Minta siswa untuk mempresentasikan apapun yang sudah mereka pelajari. Ini berguna
agar siswa lebih bisa mendalami masalah, karena dengan mempresentasikan apa yang
sudah dipelajari, secara tidak sadar mereka akan lebih paham dengan materi atau
masalah.
4. Minta siswa untuk melakukan refleksi. Refleksi ini bisa berpikir mengenai apa saja
yang telah berhasil dan apa yang belum berhasil dilakukan. Inilah metakognisi
berjalan, yakni berpikir tentang berpikir. Minta siswa untuk fokus pada bagaimana
mereka belajar daripada apa yang mereka pelajari.
DAFTAR PUSTAKA

What is Inquiry Based Learning (EBL)? Centre for Excellence in


Enquiry-Based Learning. University of Manchester. Retrieved
October 2012

Schwab, J. (1960) Inquiry, the Science Teacher, and the Educator.


The School Review © 1960 The University of Chicago Press
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

1. Pengertian model pembelajaran discovery learning

Menurut Hamdani Discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip, dimana proses mental tersebut adalah
mengamati, menjelaskan, mengelompokan, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Hosnan mengemukakan model pembelajaran discovery learning adalah suatu


model untuk mengembangkan cara siswa belajar aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, sehingga hasil yang diperoleh lebih bermakna, tahan lama dan tidak
mudah dilupakan siswa.

Menurut Jerome Bruner penemuan ( Discovery ) adalah suatu proses, suatu jalan
cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan
tertentu.5 Pada dasarnya discovery learning tidak jauh berbeda dengan pembelajaran
inquiry, namun pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sehingga siswa tidak harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian.

Hanafiah dalam buku Konsep Strategi Pembelajaran mengemukakan bahwa


Discovery Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Sebagaimana pendapat Jerome Bruner yang dikutip Lefancois dalam Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaaan, bahwa:
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the
student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to
organize it him self”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
discovery learning adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning

Hosnan mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery learning yakni


sebagai berikut:

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan


dan proses-proses kognitif.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan

bekerja sama dengan yang lain .

e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.

f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

g. Melatih siswa belajar mandiri.

h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir. 16 Hosnan,

Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran


Hosnan mengemukakan beberapa kekurangan dari model discovery learning
yaitu :

a. Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang
umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing,

b. Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas.

c. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

3. Tujuan Model Discovery Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang diungkapkan
Bell dalam Hosnan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan model discovery di
antaranya:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan.

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan
yang diberikan.

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.

d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama


yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang
lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilanketerampilan,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang
baru.
Adapun tujuan model pembelajaran Discovery menurut Azhar adalah:

a. Kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis, analisis
dan logis).

b. Membina dan mengembangkan sikap ingin lebih tahu.

c. Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

d. Mengembangkan sikap, keterampilan murid dalam memutuskan sesuatu secara tepat


dan obyektif

4. Langkah Persiapan Model Discovery Learning

Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan oleh guru sebelum melakukan proses


pembelajaran yakni sebagai berikut :

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya


belajar, dan sebagainya)

3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan
sebagainya untuk dipelajari peserta didik

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

http://repository.stitradenwijaya.ac.id/369/3/Bab%202.pdf
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
1. Pengertian Pendekatan Matematik Realistik (PMR)

Pengertian dan Langkah-langkah Pendekatan Matematik Realistik (PMR) –


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Menurut Rusman (2014: 380) menyatakan bahwa “Pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.”
Menurut Sanjaya (Rusman 2014: 380) menyatakan bahwa
“Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan
merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau
objek kajian.
Pendidikan matematika realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan pendidikan
matematika yang diadopsi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah
dikembangkan di Nedherland sejak tahun 1970 (Van Den Heuvel-Panhuizen,1999).
Sekitar tahun 1971, Freudenthal (1905-1990) memperkenalkan suatu pendekatan terbaru
dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal dengan nama Realistic
Mathematcs Education (RME) dalam bahasa Indonesianya pendekatan matematika
realistik (PMR), anggapan Han Frudenthal (1905-1990) bahwa matematika adalah
kegiatan manusia (Fitrah, 2016: 92).
Menurut Wirama dkk (2014: 2) pendekatan matematika realistik kelas matematika
bukan tempat memindah matematika dari guru kepada siswa menemukan kembali ide
dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Mengaitkan
pangalaman hidup nyata anak dengan ide-ide matematika kedalam pembelajaran dikelas
penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.
Wewe (2016: 26) menyatakan bahwa “Pendekatan matematika realistik adalah
aktivitas nyata yang dilakukan dalam kegiatan seharihari berdasarkan aplikasi
matematika.” Menurut Susanto (Fitrah, 2016: 92) Pendektan Matematika Realistik
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada
siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan
secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang
berorientasi pada hal-hal yang real (nyata).
2. Kelebihan dan kekurangan pendekatan matematika realistik Kelebihan
pendekatan matematika realistik menurut
Suwarsono(Romauli, 2013: 5) sebagai berikut:
1. Pendekatan matematika realistik memberi pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
(kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
2. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa matemtika adalah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam
bidang tersebut.
3. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal
dan tidak harus sama antara orang yang satu dan orang yang lain.
4. Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan
suatu yang utama, dan untuk mempelajari matematika harus mempelajari proses itu
dan harus berusaha untuk menjalani sendiri konsep-konsep matematika.

Sedangkan kekurangan dari pendekatan matematika realistik adalah sebagai


berikut:

1. Membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal


yang tidak mudah untuk dipraktekkan.
2. Sebagai contoh siswa tidak lagi mempelajari barang yang sudah jadi, tetapi siswa
dengan keaktifan sendiri mengkontruksi konsep-konsep matematika.
3. Dibutuhkan cara yang beragam.
4. Upaya guru mendorong siswa agar dapat menemukan cara

3. Tujuan pendekatan matematika realistic


Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
serbagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan perenyataan
matematika
c. Memecahkan masalahyang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, meyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitui memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah, (KTSP Depdiknas 2008: 135) 2. Konsep Bang

4. Manfaat pendekatan matematika realistic


Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suwangsih dan Tiurlina (2009: 135) bahwa
terdapat lima strategi utama dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik:
a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai
sumber dan sebagai terapan konsep matematika;
b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-
simbol;
c. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi
konstruktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri (yang
mungkin menjadi algoritma, rule, atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa
dari level matematika informal menuju matematika formal;
d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matyematikanya; dan e.
‘intertwinning’ (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan
5. Langkah-langka pendekatan matematika realistic
Menurut Fitrah (2016: 97) langkah-langkah pendekatan matematika realistik dapat
diuraikan sebagai berikut:
 Memahami Masalah Kontekstual
Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami
masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian yang kurang atau belum dipahami siswa, maka
siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskan kepada temannya yang belum
paham.
 Menyelesaikan Masalah Kontekstual
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek
matematika yang ada pada masalah yang dimaksud , dan memikirkan strategi pemecahan
masalah.
 Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban

Guru membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut untuk berkerja sama
mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu
(negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).
DAFTAR PUSTAKA

https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkahpendekatan-matematik-
realistik-pmr/
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

1. Pengertian model pembelajaran problem solving


Problem adalah situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang konfrontasikan
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan Problem Solving adalah upaya
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi
tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick,1996:65).3 Menurut Tan
(2003:229) Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam Problem Solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan. Dalam bukunya Frame of Mind, Gardner mengatakan bahwa
kecerdasan seseorang tiba-tiba tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat
dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal yaitu : pertama, kebiasaan seseorang
menyelesaikan masalahnya sendiri (Problem Solving) yang kedua, kebiasaan seseorang
menciptakan produkproduk baru yang punya nilai budaya (creativity). Gambaran tersebut
sebenarnya merupakan proses menuju cerdas yang dimaksud oleh Gardner sebagai
kebiasaan “ Problem Solving “. Munif Chatib “Gurunya
Manusia” (2010:133). 4
2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem solving
Kelebihan model Problem Solving
a. Merupakan pemecahan masalah yang bagus untuk memahami isi pelajaran
b. Dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk pengetahuan baru
bagi siswa.
c. Meningkatkan aktifitas siswa pembelajar
d. Membantu bagaimana mentransfer siswa pengetahuan mereka memahami untuk
masalah dalam kehidupan nyata.
e. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
f. Memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan Model Problem Solving :
a. Pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama dalam segi persiapan.
b. Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai masalah kepercayaan
bahwa yang sulit dipelajari untuk dipecahkan, maka mereka tidak mau untuk
Mencoba.
c. Masalah yang diangkat dan cara membuat problem tidak efektif.
d. Kurang nya kesiapan guru untuk berkolaborasi dalam memecahkan.
3. tujuan model pembelajaran problem solving
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin
heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Ibrahim dan Nur
(2002:242) mengemukakan tujuan PBM secara rinci, yaitu :
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata
c. Menjadi para siswa yang otonom.

4. manfaat model pembelajaran problem solving


Problem solving akan menjadi skill yang sangat dibutuhkan di masa depan, bukan
sekadar kemampuan menyelesaikan masalah saja. Problem solving adalah sebuah pola
pikir atau mindset yang akan membawa secara tidak langsung untuk berpikir positif dan
solutif. Di Era Digital yang sangat dinamis ini butuh penyikapan yang tak biasa, terutama
menangani hal-hal yang secara tiba-tiba akan menjadi suatu permasalahan.
Problem solving pada dasarnya menjelaskan dan mengidentifikasi seluruh masalah
dan efeknya menghasilkan semua solusi. Ini harus dilakukan dalam waktu yang lebih
singkat, untuk menggunakan skill ini dengan terstruktur tentu kamu harus bisa berpikir
rasional dan kritis dalam waktu yang bersamaan. Mulai dengan menggunakan
pengalaman yang di alami untuk memudahkan menemukan solusi alternatif.
5. langkah –langkah model pembelajaran problem solving Langkah-langkah
Pembelajaran Problem Solving menurut John Dewey dalam wina sanjaya
( 2006:217 ) :
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah menentukan masalah yang di pecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/3878/5/Bab%202.pdf
MODEL PEMBELAJARAN CTL

1. Pengertian model pembelajaran CTL

Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa CTL adalah
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CTL

Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual

1. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.


6. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kelkurangan model pembelajaran kontekstual

1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM

3. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.

4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan


intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

8. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.

3. Tujuan model pembelajaran CTL


1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan
atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
2. Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar
menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis
dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
5. Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan
bermakna
6. Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu
aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari
7. Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat
menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan
informasi itu miliknya sendiri.
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuandan-strategi.html
4. Manfaat model pembelajaran CTL
Memahami pembelajaran Konteks tualmanfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Kontekstual hanyalah strategipembelajaran. Seperti halnya
strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan
agarpembelajaran berjalan lebih produktif danbermakna. Pendekatan konstektual dapat
dijalankan tanpa harusmengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
5. langkah-langka model pembelajaran CTL
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
• Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna. ...
• Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic.
• Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
• Menciptakan masyarakat belajar.
• Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-danstrategi.html

http://ardhaphys.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajarankontekstual.html
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING

1. Pengertian model pembelajaran problem possing

Pengertian Model Problem Posing Awal mula perkembangan model pembelajaran


problem posing ini yang menurut Suryanto dalam Thobroni dan Mustofa (2012 : 351)
mengatakan bahwa : Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di
tahun 1997 oleh Lyn D. English dan awal mulanya diterapkan pada mata pelajaran
matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
Model problem posing ini merupakan suatu gambaran pelaksanaan pembelajaran
yang mengharuskan siswa berperan aktif karena pada model ini siswa harus mampu
mengajukan suatu permasalahan atau soal dan mereka secara mandiri dapat menjawab
soal tersebut. Adapun pengertian model pembelajaran problem posing menurut pendapat
beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Thobroni dan Mustofa (2012 : 343)
mengatakan bahwa :
Problem posing berasal dari dua kata yaitu “Problem” dan “Posing”. “Problem”
berarti masalah dan “Posing” berarti mengajukan atau membentuk. Dengan demikian,
problem posing dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan siswa
untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.
2. kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem possing
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing Menurut Thobroni
dan Mustofa (2012 : 349) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem posing
yaitu sebagai berikut :
a) Kelebihan
1. Mendidik siswa berpikir kritis;
2. Siswa aktif dalam pembelajaran;
3.Belajar menganalisis suatu masalah;
4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
b) Kelemahan
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak;
2.Tidak bisa digunakan di kelas-kelas rendah;
3.Tidak semua siswa terampil bertanya.
Berdasarkan pemaparan di atas, kelebihan model problem posing adalah pada saat
proses pembelajaran siswa lebih aktif, siswa dapat menganalisis suatu masalah dan
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dengan menyelesaikan soal tentang materi
yang diajarkan. Sedangkan kelemahan model problem posing memerlukan waktu cukup
banyak, tidak bisa digunakan pada kelas rendah dan siswa mengalami kesulitan dalam
membuat pertanyaan jika tidak menguasai materi pembelajaran.
3. Tujuan dan Manfaat model Pembelajaran Problem Posing
Menurut pendapat beberapa ahli yang dikutip oleh Tatag dalam Thobroni dan
Mustofa (2012 : 349), mengatakan bahwa model problem posing dapat :
a) Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pelajaran
sebab ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan
dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah;
b) Membentuk siswa bersikap kritis dan kreatif;
c) Mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yang berkembang dan
fleksibel;
d) Mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya;
e) Mempertinggi kemampuan pemecahan masalah sebab pengajuan soal memberi
penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar;
f) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar;
g) Memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran;
h) Memudahkan siswa dalam memahami pelajaran;
i) Membantu memusatkan perhatian pada pelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
problem posing ini memiliki banyak tujuan dan manfaat dalam proses pembelajaran
apabila diterapkan pada siswa sehingga model ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi
guru untuk pemilihan model pembelajaran yang efektif.
4. langkah –langkah model pembelajaran problem possing
Model problem posing ini merupakan pola yang menggambarkan proses
pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dengan pemberian
tugas pengajuan soal atau masalah yang mengacu pada penyelesaian masalah oleh siswa
secara mandiri. Model pembelajaran ini dapat dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Adapun langkah – langkah model problem posing menurut beberapa ahli
berikut :
Menurut paparan Suryosubroto (2009 : 212) pelaksanaan tindakan dalam proses
pembelajaran dengan model problem posing yang dilakukan dalam kelas yaitu:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran;
2) Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada para siswa;
3) Guru membagi siswa kedalam kelompok;
4) Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dibuatnya dalam problem posing I;
5) Pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang lainnya.
Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan kepada kelompok 2
untuk dijawab dan di kritisi, tugas kelompok 2 diserahkan kepada kelompok 3, dan
seterusnya hingga kelompok 5 kepada kelompok 1;
6) Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang
siswa terima dari kelompok lain;
7) Setiap jawaban ditulis pada lembar problem posing II atau lembar jawaban;
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan pertanyaan yang telah
dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi pada kelompok lain
menarik diantara kelompokkelompok baik secara eksternal maupun internal
menyangkut pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk
mengatasi pertanyaan-pertanyaan bersangkutan.
Pendapat lain menurut Shoimin (2014 : 134) langkah-langkah model pembelajaran
problem posing adalah sebagai berikut :
a) Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga
untuk memperjelas konsep sangat disarankan;
b) Guru memberikan latihan soal secukupnya;
c) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan siswa yang
bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara
kelompok;
d) Pada pertemuan berikutnya secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal
temuannya didepan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif
berdasarkan bobot soal yang diajukan siswa;
e) Guru memberikan tugas rumah secara individual.
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.unsil.ac.id/678/6/11.%20BAB%202.pdf
MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


Sudrajat (2010, hal.5) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Zaini (2008, hal.56) menjelaskan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan
strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan
sekaligus mengajarkan kepada orang lain
Sudrajat (2008, hal.1) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
2. kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Saputra (2011, hal.32) beberapa kelebihan dan Kekurangan dari penerapan model
jigsaw tersebut, diantaranya :
1. Kelebihan Penerapan Model Jigsaw
1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki
kemampuan belajar yang berbeda.
2) Menerapkan bimbingan sesama teman.
3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.
4) Memperbaiki kehadiran.
5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6) Sikap apatis berkurang.
7) Pemahaman materi lebih mendalam.
8) Meningkatkan motivasi belajar
2. Kekurangan Penerapan Model Jigsaw
1) Jika guru tidak meningkatakan siswa dalam menggunakan keterampilan–keterampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing, maka dikhawatirkan kelompok akan macet.
2) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulakan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam
diskusi.
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu untuk merubah posisi sehingga akan
menimbulakan gaduh. 3. tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Hamalik (2005, hal.125) menyatakan bahwa tujuan belajar adalah sejumlah hasil
belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang
umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
Tujuan penilaian hasil belajar terbagi menjadi 2:
1. Tujuan umum:
a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik
b. memperbaiki proses pembelajaran
c. sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa Tujuan penilaian hasil
belajar terbagi menjadi 2:
2. Tujuan umum:
a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik
b. memperbaiki proses pembelajaran
c. sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
4. manfaat model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Ada beberapa manfaat yang dapat penulis simpulkan dari deskripsi tentang model
pembelajaran jigsaw, di antara manfaatnya adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan kemampuan diri tiap individu


 Saling menerima kekurangan terhadap perbedaan individu yang lebih besar
 Konflik antar pribadi berkurang
 Sikap apatis berkurang
 Pemahaman yang lebih mendalam
 Motivasi lebih besar
 Hasil belajar lebih tinggi
 Retensi atau penyimpanan lebih lama
 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
 Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan
keteransingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
5. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Berikut merupakan langkah – langkah pembelajaran dengan teknik jigsaw menurut
Thohari (2011, hal.18).
a. Orientasi Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar
mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model belajaran
ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara untuk memperoleh
gambaran keseluran dari konsep. (Bisa juga pemahaman konsep ini menjadi tugas yang
sebelumya harus sudah dibaca di rumah).
b. Pengelompokan Misalkan dalam kelas ada 29 Siswa, yang kita tahu
kemampuan akuntansinya dan sudah dirangking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam
bagi 25% (Rangking 1- 5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik,
25% selanjutnya (rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) Rendah.
Selanjutnya kita akan mermbaginya menjadi 5 group (A –E) yang isi tiap-tiap groupnya
heterogen dalam kemampuan akuntansi, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok
sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang, dan indek 4
untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, .... ,A4
group A dari kelompok rendah). Tiap group akan berisi
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
Group E {E1, E2, E3, E4}
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita
berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeknya Kelompok 1 {A1, B1, C1,
D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2 ,E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 ,E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4 ,E4}
DAFTAR PUSTAKA
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi, Dan Implementsainya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran KTSP,
Jakarta: (Bumi Aksara, 2011)
http://repository.unpas.ac.id/15664/5/Bismillah%20BAB%20IIsistematika
%20baru.pdf
MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

1. Pengertian model pembelajaran project based learning


Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat
dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Untuk memperoleh informasi dan
mengembangkan konsep-konsep sains, siswa belajar tentang bagaimana membangun
kerangka masalah, mencermati, mengumpulkan data, danmengorganisasikan masalah,
menyusun fakta, menganalisis data, dan menyusun argumentasi terkait pemecahan
masalah, baik secara individual maupun dalam kelompok
Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran
yang berdasarkan kontruktivisme dan mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar
serta terlibat pemecahan masalah yang kontekstual.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
a. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
 terjadi interaksi yang dinamis diantara pendidik dengan peserta didik, peserta didik
dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik.
 Peserta didik memiliki keterampilan mengatasi masalah.
 Peserta didik memiliki kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
 Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent.
 Peserta didik memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
 Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung
dengan masalah.
 Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi
dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran Berbasis Masalah ini membutuhkan
waktu yang relatif lama.

3. tujuan Model Problem Based Learning

Pembelajaran BerbasisMasalah tidak dirancang untuk membantu guru


memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends (2008:70)
bahwa :
“Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah,belajar peranan orang
dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas
kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri”.
Jadi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah tugas guru adalah merumuskan tugas-
tugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugastugas pelajaran.

4. manfaat Model Problem Based Learning

Adapun manfaat dari Pembelajaran Berbasis-Masalah diantaranya sebagai berikut:


 Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) akan terjadi
pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Artinya belajar tersebut ada pada konteks
aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa
berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.
 Dalam situasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning), siswa
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan
sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis, sehingga masalah-masalah dalam
aplikasi suatu konsep atau teori akan mereka temukan sekaligus selama pembelajaran
berlangsung.
 Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa, motivasi internal untuk
belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam belajar kelompok

5. langkah-langkah Model Problem Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning sebagaimana yang


dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation terdiri dari:
a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial

Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan suatu
investigasi mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing pengetahuan,
tanggapan, kritik dan ide peserta didik mengenai tema proyek yang akan diangkat.
b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
c. Membuat jadwal aktifitas

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Me-monitoring perkembangan proyek peserta didik.
Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
peserta didik pada setiap proses.
e. Penilaian hasil kerja peserta didik

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar,


berperan dalam mengevaluasi kemajuan masingmasing peserta didik, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Evaluasi pengalaman belajar peserta didik

Pada akhir proses pembelajarannya, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudh dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu amupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenintan.ac.id/1914/4/BAB_II2_EDIT.pdf
https://kangtofa.wordpress.com/2016/02/03/tujuan-dan-manfaat-pembelajaran-
berbasis-masalah/

Anda mungkin juga menyukai