PENDAHULUAN
1
TUJUAN
URAIAN MATERI
204
3) Kolaborasi dan Komunikasi:
PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok atau tim.
Kolaborasi adalah kunci dalam proses PBL, karena siswa harus berbagi
informasi, pemikiran, dan ide-ide mereka. Ini membantu dalam pengembangan
keterampilan komunikasi, kerja tim, dan kemampuan untuk mendengarkan
sudut pandang lain.
4) Pembelajaran Mandiri:
6) Pendekatan Kontekstual:
Meskipun siswa memiliki peran aktif dalam PBL, seorang guru atau
fasilitator tetap hadir untuk memberikan panduan, mendukung siswa, dan
memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan efektif. Fasilitator juga dapat
memberikan umpan balik dan pertanyaan pemicu yang membantu siswa dalam
pemecahan masalah.
205
meningkat, dan yang paling penting adalah pengembangan keterampilan pemecahan
masalah itu sendri.
206
hanya mengejar jawaban yang benar, tetapi juga mengalami proses belajar
yang mendalam dan evaluasi yang berkelanjutan.
c. Permasalahan sebagai contoh, yaitu permasalahan yang merujuk pada
penggunaan situasi, isu, atau masalah dunia nyata sebagai titik fokus dalam
pembelajaran atau pendidikan. Ini adalah pendekatan yang digunakan dalam
metode pengajaran seperti Problem-Based Learning (PBL) atau berbagai
metode pembelajaran berbasis kasus. Tujuan utama dari penggunaan
permasalahan sebagai contoh adalah untuk membuat pembelajaran lebih
kontekstual, relevan, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran. Dalam pendekatan ini, masalah dunia nyata atau situasi
dilema menjadi landasan atau dasar dari pembelajaran. Siswa dihadapkan pada
masalah ini dan diberi tugas untuk menganalisis, memahami, dan mencari
solusi.
d. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan
untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas antara pemelajar
dan guru. Proses pembelajaran akan berlangsung ketika ada masalah yang
dijadikan contoh dan bahan belajarnya itu sendiri.
e. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar, yaitu masalah dijadikan alat
untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis. Permasalahan sebagai
fasilitas proses belajar adalah konsep yang melibatkan penggunaan
permasalahan atau kasus sebagai alat atau sarana untuk memfasilitasi dan
memandu proses pembelajaran. Dalam konteks ini, permasalahan digunakan
sebagai pemicu untuk memotivasi siswa, mengarahkan pemikiran mereka, dan
memberikan kerangka kerja untuk eksplorasi, pemecahan masalah, dan
pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran.
f. Permasalahan sebagai stimulus belajar, yaitu masalah merangsang pemelajar
untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data
yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif. Serta
Permasalahan sebagai stimulus belajar didefinisikan sebagai konsep yang
mengacu pada penggunaan masalah, situasi, atau tantangan sebagai stimulus
atau pemicu untuk memulai proses belajar. Dalam konteks ini, masalah atau
situasi yang dihadapi oleh siswa dijadikan titik awal dalam proses
pembelajaran, dan tujuan utamanya adalah untuk memotivasi siswa,
membangkitkan minat, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran.
207
dengan pembelajaran mandiri. Dalam model ini, siswa diberi tugas untuk
memecahkan masalah medis tertentu yang dihadapi seorang pasien. Mereka harus
bekerja sama dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan, mencari informasi,
dan merancang solusi. Salah satu aspek penting dari model PBL mereka adalah
bahwa informasi klinis diberikan kepada siswa hanya saat mereka membutuhkannya
dalam konteks pemecahan masalah tertentu, yang disebut dengan "pencarian
informasi yang dipicu" (triggered information seeking).
208
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik
saat proses pembelajaran.
3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan
masalah mengharuskan peserta
didik melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata.
209
video maupun program komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang
dihasilkan adalah berupa laporan.
210
5. Guru ingin agar peserta didik memahami apa yang dipelajari dengan
kehidupan nyata.
211
E. Proses Belajar Berbasis Masalah
212
F. Kelebihan dan Kekurangan Belajar Berbasis Masalah
Kelebihannya Belajar Berbasis Masalah:
213
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
d. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL cenderung lebih banyak
dari pembelajaran tradisional.
e. Perubahan peran pemelajar yaitu harus aktif & mandiri, bukan penerima
pasif dari informasi yang disampaikan guru.
f. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas formal pembimbing
& fasilitator, mengakibatkan ketidaknyamanan bagi guru, apalagi jika guru
sudah merasa nyaman & terbiasa dengan menggunakan ceramah.
g. Perumusan masalah yang baik merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilakukan.
LATIHAN
Jawaban :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
214
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
RANGKUMAN
215
Dalam Belajar Berbasis Masalah pemelajar akan terlibat sangat intensif,
sehingga motivasi untuk terus belajar & terus mencari tahu menjadi meningkat.
Semakin tinggi juga kebutuhan pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru.
TES FORMATIF
Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut Anda benar!
216
a. Meningkatkan kemampuan pemelajar untuk berinisiatif.
b. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan.
c. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika kelompok.
d. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas formal
pembimbing & fasilitator, mengakibatkan ketidaknyamanan bagi guru,
apalagi jika guru sudah merasa nyaman & terbiasa dengan menggunakan
ceramah.
e. Tumbuhnya hubungan pemelajar-fasilitator
217
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
5. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai fasilitas proses belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
6. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai stimulus belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
7. Apakah yang dimaksud dengan pemelajar sebagai kesatuan dan alat evaluasi?
218
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
219
c. Jika guru ingin agar peserta didik memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori
dengan kenyataan).
d. Manakala guru menginginkan agar peserta didik tidak hanya sekedar
dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
e. Jika guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
a. Fase 1 d. Fase 4
b. Fase 2 e. Fase 5
c. Fase 3
DAFTAR
http://guraru.org/guru-berbagi/apa-itu-problem-based-learning/
Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ
220
“Problem-based Learning”, (di akses dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning, tanggal 21
November 2017).
https://www.wawasanpendidikan.com/2016/01/Pengertian-Ciri-Ciri-Langkah-
Langkah-dan-Kelebihan-serta-Kekurangan-Model-Pembelajaran-
Problem-Based-Learning.html
221