Anda di halaman 1dari 20

202

PENDAHULUAN
1

Halo Learnes! Problem-Based Learning merupakan salah satu contoh


metode pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang
berorientasi pada proses belajar peserta didik (Student Center). Metode ini
berfokus kepada suatu permasalahan baik yang nyata atau simulasi yang disajikan
untuk peserta didik. Lalu peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan
tersebut dengan melakukan serangkaian penelitian terhadap masalah tersebut
berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajari. Problem-Based Learning
dikenal juga sebagai suatu metode pendidikan aktif yang bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman mendalam, pemecahan masalah, dan keterampilan
belajar mandiri siswa. Metode ini sering digunakan dalam konteks pendidikan
tinggi dan sekolah-sekolah yang lebih maju. PBL berfokus pada penggunaan
masalah dunia nyata atau studi kasus sebagai pusat dari pengalaman belajar siswa.

TUJUAN

Setelah mempelajari materi “Problem-Based Learning” dalam bab ini,


Anda diharapkan mampu:

1. Mengetahui tentang Problem Based Learning.


2. Mengatahui tujuan dari Problem Based Learning.
3. Mengetahui ciri-ciri Problem Based Learning.
4. Mengetahui karakteristik Problem Based Learning.
5. Mengetahui proses pembelajaran pada Problem Based Learning.
6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari Problem Based Learning.

URAIAN MATERI

A. Pengertian Belajar Berbasis Masalah 203


Problem-Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Problem-Based Learning (PBL) atau Belajar Berbasis Masalah adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah atau
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai inti dari proses pembelajaran.
Metode ini didasarkan pada ide bahwa siswa akan belajar lebih efektif saat
mereka dihadapkan pada masalah yang nyata dan kompleks yang harus mereka
pecahkan. Dalam PBL, pembelajaran dimulai dengan menyajikan suatu masalah
yang menarik dan relevan kepada siswa, dan mereka bekerja sama untuk mencari
solusi untuk masalah tersebut. Metode ini berorientasi kepada Student Center
Learning. Definisi pendekatan belajar berbasis masalah (problem-based learning)
adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah mengendalikan proses belajar
mengajar. Dalam pengertian lain bahwa proses pembelajaran akan berlangsung
jika ada masalah yang perlu dipecahkan bersama.

Pada prakteknya, Problem-Based Learning berfokus kepada suatu


permasalahan baik nyata atau simulasi. Kemudian peserta didik diminta
memecahkan masalah tersebut dengan melakukan penelitian dan investigasi
berdasarkan teori, konsep dan prinsip yang dipelajarinya. Dimana Problem-Based
Learning (PBL) berfokus pada beberapa aspek penting yang mencakup
pemahaman mendalam, pemecahan masalah, kolaborasi, dan pembelajaran
mandiri. Berikut adalah fokus utama dari PBL dalam implementasinya:

1) Pemahaman Mendalam Konsep:

PBL bertujuan untuk memungkinkan siswa mencapai pemahaman yang


mendalam tentang konsep-konsep yang terkait dengan masalah yang sedang
dipelajari. Ini tidak hanya mencakup pemahaman konsep secara teoritis tetapi
juga bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan dalam konteks dunia nyata.

2) Pemecahan Masalah Aktif:

PBL menekankan pengembangan keterampilan pemecahan masalah siswa.


Siswa diajak untuk merumuskan pertanyaan, mencari informasi, menganalisis
data, merancang solusi, dan menguji strategi pemecahan masalah mereka
sendiri. PBL memungkinkan siswa untuk mengalami proses pemecahan
masalah yang nyata.

204
3) Kolaborasi dan Komunikasi:

PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok atau tim.
Kolaborasi adalah kunci dalam proses PBL, karena siswa harus berbagi
informasi, pemikiran, dan ide-ide mereka. Ini membantu dalam pengembangan
keterampilan komunikasi, kerja tim, dan kemampuan untuk mendengarkan
sudut pandang lain.

4) Pembelajaran Mandiri:

Dalam PBL, siswa diajak untuk menjadi pembelajar mandiri. Mereka


mengambil peran aktif dalam mencari informasi, mengelola waktu mereka, dan
mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif. PBL mendorong
kemandirian siswa dalam proses belajar.

5) Refleksi dan Metakognisi:

Siswa diajak untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka secara


teratur. Ini melibatkan evaluasi diri, pengenalan kekuatan dan kelemahan dalam
pemecahan masalah, serta perencanaan untuk meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah di masa depan. Metakognisi, atau pemahaman diri tentang
bagaimana mereka belajar, juga ditekankan dalam PBL.

6) Pendekatan Kontekstual:

Masalah yang disajikan dalam PBL seringkali memiliki konteks dunia


nyata. Ini membantu siswa melihat relevansi materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka.

7) Panduan oleh Fasilitator:

Meskipun siswa memiliki peran aktif dalam PBL, seorang guru atau
fasilitator tetap hadir untuk memberikan panduan, mendukung siswa, dan
memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan efektif. Fasilitator juga dapat
memberikan umpan balik dan pertanyaan pemicu yang membantu siswa dalam
pemecahan masalah.

Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang dinamis


dan menekankan pada pembelajaran yang aktif dan mendalam. Dalam prakteknya,
PBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan
intelektual dan sosial yang akan bermanfaat dalam kehidupan mereka di luar
lingkungan pendidikan formal. Sehingga akan ada pengembangan keterampilan
yang mendalam pada peserta didik seperti halnya keterampilan dalam berpikir
kritis, kerja sama tim, kemandirian dalam belajar, kemampuan berbicara yang

205
meningkat, dan yang paling penting adalah pengembangan keterampilan pemecahan
masalah itu sendri.

Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang titik awal


pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan kemudian dari
masalah ini peserta didik dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman baru. Masalah menjadi fokus stimulus dan
pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing.
PBL mempunyai banyak variasi, diantaranya terdapat lima bentuk belajar
berbasis masalah, sebagai berikut.

a. Permasalahan sebagai pemandu, yaitu konsep yang sangat relevan dalam


konteks Problem-Based Learning (PBL) atau Belajar Berbasis Masalah.
Dalam PBL, permasalahan digunakan sebagai alat atau pemandu utama dalam
proses pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran tidak dimulai dengan
penyampaian informasi atau konsep oleh guru, tetapi dengan penyajian suatu
masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Dimana pada basis ini masalah
menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
b. Pemelajar sebagai kesatuan dan alat evaluasi, yaitu masalah dijadikan setelah
tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan bagi
pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
Pemelajar sebagai kesatuan dan alat evaluasi juga merupakan konsep yang
relevan dalam Problem-Based Learning (PBL) atau Belajar Berbasis Masalah.
Dalam PBL, pemahaman dan kemampuan siswa dievaluasi sebagai bagian
integral dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berarti bahwa siswa tidak

206
hanya mengejar jawaban yang benar, tetapi juga mengalami proses belajar
yang mendalam dan evaluasi yang berkelanjutan.
c. Permasalahan sebagai contoh, yaitu permasalahan yang merujuk pada
penggunaan situasi, isu, atau masalah dunia nyata sebagai titik fokus dalam
pembelajaran atau pendidikan. Ini adalah pendekatan yang digunakan dalam
metode pengajaran seperti Problem-Based Learning (PBL) atau berbagai
metode pembelajaran berbasis kasus. Tujuan utama dari penggunaan
permasalahan sebagai contoh adalah untuk membuat pembelajaran lebih
kontekstual, relevan, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran. Dalam pendekatan ini, masalah dunia nyata atau situasi
dilema menjadi landasan atau dasar dari pembelajaran. Siswa dihadapkan pada
masalah ini dan diberi tugas untuk menganalisis, memahami, dan mencari
solusi.
d. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan
untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas antara pemelajar
dan guru. Proses pembelajaran akan berlangsung ketika ada masalah yang
dijadikan contoh dan bahan belajarnya itu sendiri.
e. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar, yaitu masalah dijadikan alat
untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis. Permasalahan sebagai
fasilitas proses belajar adalah konsep yang melibatkan penggunaan
permasalahan atau kasus sebagai alat atau sarana untuk memfasilitasi dan
memandu proses pembelajaran. Dalam konteks ini, permasalahan digunakan
sebagai pemicu untuk memotivasi siswa, mengarahkan pemikiran mereka, dan
memberikan kerangka kerja untuk eksplorasi, pemecahan masalah, dan
pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran.
f. Permasalahan sebagai stimulus belajar, yaitu masalah merangsang pemelajar
untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganlisis data
yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif. Serta
Permasalahan sebagai stimulus belajar didefinisikan sebagai konsep yang
mengacu pada penggunaan masalah, situasi, atau tantangan sebagai stimulus
atau pemicu untuk memulai proses belajar. Dalam konteks ini, masalah atau
situasi yang dihadapi oleh siswa dijadikan titik awal dalam proses
pembelajaran, dan tujuan utamanya adalah untuk memotivasi siswa,
membangkitkan minat, dan mendorong pemahaman yang mendalam tentang
materi pelajaran.

B. Tujuan Belajar Berbasis Masalah

Berdasarkan yang diungkapan Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977),


mengembangkan model PBL yang menggabungkan pemecahan masalah medis

207
dengan pembelajaran mandiri. Dalam model ini, siswa diberi tugas untuk
memecahkan masalah medis tertentu yang dihadapi seorang pasien. Mereka harus
bekerja sama dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan, mencari informasi,
dan merancang solusi. Salah satu aspek penting dari model PBL mereka adalah
bahwa informasi klinis diberikan kepada siswa hanya saat mereka membutuhkannya
dalam konteks pemecahan masalah tertentu, yang disebut dengan "pencarian
informasi yang dipicu" (triggered information seeking).

Menurut Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977, Belajar Berbasis


Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kedisiplinan dan
kesuksesan dalam hal:

a. Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan.


b. Aplikasi dan pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau yang akan
datang.
c. Pemikiran yang kreatif dan kritis.
d. Adopsi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi.
e. Apresiasi dari beragam cara pandang.
f. Kolaborasi tim yang sukses.
g. Identifikasi dalam mempelajari
kelemahan dan kekuatan.
h. Kemajuan mengarahkan diri sendiri.
i. Kemampuan komunikasi yang
efektif.
j. Uraian dasar-dasar atau argumentasi
pengetahuan.
k. Kemampuan dalam kepemimpinan.
l. Pemanfaatan sumber-sumber yang
bervariasi dan relevan.

Muslimin Ibrahim (2000:7) Pembelajaran berdasarkan masalah


tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada peserta didik, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah
dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Dari pengertian ini kita dapat
mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk
perkembangan belajar peserta didik, bukan untuk membantu guru

208
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik
saat proses pembelajaran.

C. Ciri-ciri Belajar Berbasis Masalah

Menurut Arends berbagai pengembangan pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik
sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah


Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran
disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna untuk peserta didik.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin


Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah-masalah
yang diselidiki telah dipilih
benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, peserta didik
meninjau masalah itu dari
banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan
masalah mengharuskan peserta
didik melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata.

4. Menghasilkan produk dan


memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut peserta didik
untuk menghasilkan produk tertentu
dalam karya nyata. Produk tersebut
bisa berupa laporan, model fisik,

209
video maupun program komputer. Dalam pembelajaran kalor, produk yang
dihasilkan adalah berupa laporan.

5. Kolaborasi dan kerja sama


Pembelajaran bersdasarkan masalah dicirikan oleh peserta didik yang
bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil.

D. Konsep dan Karakteristik Belajar Berbasis Masalah

Belajar Berbasis Masalah merupakan aktivitas individu dan kelompok.


Apabila dilakukan oleh individu, belajar berbasis masalah memberikan fasilitas
terhadap proses konstruksi pengetahuan. Jika dilakukan oleh kelompok,
konstruksi pengetahuan dilakukan secara bersama. Belajar Berbasis Masalah
memberikan kendali kepada pemelajar untuk belajar sesuai minat dan
perhatiannya.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:

1. Guru menginginkan peserta didik untuk menguasai materi secara penuh.


2. Guru bermaksud mengembangakan pemikiran yang rasional.
3. Guru menginginkan peserta didik untuk memecahkan masalah dan membuat
tantangan intelektual peserta didik.
4. Membuat peserta didik lebih bertanggung jawab.

210
5. Guru ingin agar peserta didik memahami apa yang dipelajari dengan
kehidupan nyata.

Karakteristik belajar berbasis masalah:

1. Belajar dimulai dengan satu masalah,


2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata
peserta didik,
3. Mengorganisasikan pelajaran seputar
masalah, bukan seputar disiplin
ilmu,
4. Memberikan tanggung jawab yang
besar kepada peserta didik dalam
membentuk dan menjalankan secara
langsung proses belajar mereka
sendiri,
5. Menggunakan kelompok kecil,
6. Menuntut peserta didik untuk
mendemonstrasi-kan yang telah
mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

211
E. Proses Belajar Berbasis Masalah

212
F. Kelebihan dan Kekurangan Belajar Berbasis Masalah
Kelebihannya Belajar Berbasis Masalah:

a. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep learning vs surface learning).


b. Meningkatkan kemampuan pemelajar untuk berinisiatif.
c. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan.
d. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika kelompok.
e. Pengembangan sikap “self-motivated”.
f. Tumbuhnya hubungan pembelajar-fasilitator.
g. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan.
h. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru
j. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik yang
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
k. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara
terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.

Kelemahannya Belajar Berbasis Masalah adalah :

a. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki


kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

213
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
d. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL cenderung lebih banyak
dari pembelajaran tradisional.
e. Perubahan peran pemelajar yaitu harus aktif & mandiri, bukan penerima
pasif dari informasi yang disampaikan guru.
f. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas formal pembimbing
& fasilitator, mengakibatkan ketidaknyamanan bagi guru, apalagi jika guru
sudah merasa nyaman & terbiasa dengan menggunakan ceramah.
g. Perumusan masalah yang baik merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilakukan.

LATIHAN

Buatlah contoh singkat penerapan problem-based learning dengan materi


tertentu!

Jawaban :

...........................................................................................................................

...........................................................................................................................
214
...........................................................................................................................

...........................................................................................................................
RANGKUMAN

Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang


berlandaskan pada paradigm konstruktivisme, yang berorientasi pada proses
belajar peserta didik (student centered learning).

Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan


(nyata atau simulasi) kepada peserta didik, kemudian peserta didik diminta
mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian & investigasi berdasarkan
teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple
perspective).

215
Dalam Belajar Berbasis Masalah pemelajar akan terlibat sangat intensif,
sehingga motivasi untuk terus belajar & terus mencari tahu menjadi meningkat.
Semakin tinggi juga kebutuhan pembimbingan yang harus dilakukan oleh guru.

TES FORMATIF

Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut Anda benar!

1. Apa sajakah kekuatan yang dimiliki oleh belajar berbasis masalah?


a. Pengembangan sikap “self-motivated”.
b. Pencapaian akademik pemelajar diragukan, jika ruang lingkup bidang
ilmu yang lebih dipentingkan daripada ketrampilan belajar & berpikir.
c. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL cenderung lebih banyak
dari pembelajaran tradisional.
d. Perubahan peran pemelajar yaitu harus aktif & mandiri, bukan penerima
pasif dari informasi yang disampaikan guru.
e. Perumusan masalah yang baik merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilakukan.

2. Apa sajakah kelemahan dari belajar berbasis masalah?

216
a. Meningkatkan kemampuan pemelajar untuk berinisiatif.
b. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan.
c. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika kelompok.
d. Perubahan peran guru dari penyaji informasi & otoritas formal
pembimbing & fasilitator, mengakibatkan ketidaknyamanan bagi guru,
apalagi jika guru sudah merasa nyaman & terbiasa dengan menggunakan
ceramah.
e. Tumbuhnya hubungan pemelajar-fasilitator

3. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai pemandu?


a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.

4. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai contoh?


a. masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.

217
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
5. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai fasilitas proses belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.
6. Apakah yang dimaksud dengan permasalahan sebagai stimulus belajar?
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.

7. Apakah yang dimaksud dengan pemelajar sebagai kesatuan dan alat evaluasi?

218
a. Masalah dijadikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan.
Tujuannya memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah.
b. Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi perhatian pemelajar.
Bacaan diberikan sejalan dengan masalah. Masalah menjadi kerangka
berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas.
c. Masalah dijadikan alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir
kritis.
d. Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan
mengumpulkan dan menganlisis data yang berkaitan dengan masalah dan
keterampilan metakognitif.
e. Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas
antara pemelajar dan guru.

8. Berdasarkan Barrows, Tamblyn (1980) dan Engel (1977), Belajar Berbasis


Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kedisiplinan dan
kesuksesan dalam hal?
a. Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan
b. Pengembangan ketrampilan & pengetahuan
c. Pengembangan ketrampilan interpersonal & dinamika kelompok
d. Tumbuhnya hubungan pemelajar-fasilitator
e. Pengembangan sikap “self-motivated”.

9. Berikut adalah hal yang bukan strategi pembelajaran dengan pemecahan


masalah adalah?
a. Manakala guru mengininkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual peserta didik.
b. Jika guru ingin mendorong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab.

219
c. Jika guru ingin agar peserta didik memahami hubungan antara apa yang
dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori
dengan kenyataan).
d. Manakala guru menginginkan agar peserta didik tidak hanya sekedar
dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
e. Jika guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.

10. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok adalah proses belajar


berbasis masalah yang termasuk sebagai fase?

a. Fase 1 d. Fase 4
b. Fase 2 e. Fase 5
c. Fase 3

Periksa jawaban Anda dan cocokkan dengan kunci jawaban.


Apabila Anda memperoleh nilai lebih dari 70, silakan melanjutkan ke
materi belajar selanjutnya.
Apabila Anda memperoleh nilai dibawah 70, Anda bisa mempelajari
kembali materi Problem Based Learning.

DAFTAR

http://guraru.org/guru-berbagi/apa-itu-problem-based-learning/

Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ

220
“Problem-based Learning”, (di akses dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning, tanggal 21
November 2017).

“Pengertian dan Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning”, (di


akses dari https://suaraguru.wordpress.com/2015/11/27/virtual-class-
sebagai-sarana-belajar-mandiri/, tanggal 21 November 2017).

https://www.wawasanpendidikan.com/2016/01/Pengertian-Ciri-Ciri-Langkah-
Langkah-dan-Kelebihan-serta-Kekurangan-Model-Pembelajaran-
Problem-Based-Learning.html

221

Anda mungkin juga menyukai