PENDAHULUAN
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik
tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru
menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan
penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas
itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada
psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang
secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang
dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBL tersebut, baik disebabkan oleh
kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena
1
kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik. Berdasarkan
hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan
bagaiamana Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) ini untuk selanjutnya
diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya
kepada para guru tentang Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) ini yang
menurut Tan (2003) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntunan
abad ke 21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan
perhatiannya pada pengembangan dan invovasi dalam sistem pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik
lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
3
sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
4
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas
5
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa kelebihannya diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada. Disamping kelebihannya , model ini juga mempunyai
kelemahan, yaitu :
6
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari
di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
Menurut Pannen dkk., (2001) proses pembelajaran PBL biasanya mengikuti tahapan-tahapannya
seperti gambar dibawah ini
7
Gambar 2.1 Model The Problem Solving Wheel (Pannen dkk., 2001)
2. John Dewey
Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
8
3. David Johnson & Johnson, memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah.
Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan
memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan
membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
9
2.4 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning
Guru dalam PBM terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu :
a. Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada didunia nyata,
sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar ?
b. Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri,
dan belajar dengan teman sebaya ?
c. Dan bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecahan masalah yang
aktif ?
Guru dalam PBM juga memusatkan perhatiannya pada :
a. Memfasilitasi proses PBM, mengubah cara berpikir, mengembangkan keterampilan inquiry,
menggunakan pembelajaran kooperatif.
b. Melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah, pemberian masalah, pemberian alasan
yang mendalam, metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara sistem dan
c. Menjadi prantara proses penguasaan informasi, meneliti lingkungan informasi, mengakses
sumber informasi yang beragam, dan mengadakan koneksi.
Hal-hal yang harus berperan dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1. Menyiapkan Perangkat berpikir siswa
2. Menenekankan belajar kooperative
3. Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis masalah
4. Melaksanakan pembelajaran berbasis masalah
10
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pendekatan PBL berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang
berbeda dalam sebuah kelompok atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relevan, dan konteksual.
Penerapan PBL dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik pihak guru yang harus
berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Guru dituntut dapat memahami
secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBL dan menjadi penengah yang mampu merangsang
kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap terlibat teraktif secara pembelajaran siswa menyiapkan diri untuk
mengoptimalkan kemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan kooperative dalam setiap
tahap proses PBL.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa, salah
satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu ditingkatkan karena tantangan kehidupan masa
sekarang dan masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap orang secara
individual mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang relevan.
3.2.Saran
PBL harus diterapkan dalam pembelajaran karena menuntut kesiapan baik pihak guru sebagai
seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Dan guru diharuskan memiliki skill atau
kemampuan dan kreatifitas untuk bisa menjadi pendidik yang baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Rusman,M.PD. 2010. Model-Model Pembelajaran Problem-Based Learning.Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method Course.
Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP.
68-73
12