Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pentingnya PBL

Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun


suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut
diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas
mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah
yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada siswa merupakan
masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang
dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang
dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman.

Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan


masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya,
kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari
permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya siswa
dituntut pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang
berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang
ada dilingkungannya.

Dalam ruang lingkup pembelajaran berbasis masalah, siswa berperan sebagai seorang
professional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut
pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut untuk
menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. Pembelajaran berbasis masalah membuat
perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak
hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi
melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan
membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003), ciri utama pembelajaran berbasis


masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik.
multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam
pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk
memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

Menurut Ratumanan (diakses dari http://nsant.student.fkip.uns.ac.id/), pembelajaran


berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks.

Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada masalah


sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa diajak untuk memecahkannya. Melalui
pembelajaran semacam itu siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan.
Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan alasan dari
gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan, gagasan itu akan terjadi interaksi dan
pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya
sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.

Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan Problem Based Learning ini
memiliki beberapa arti, diantaranya :

1. Menurut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis,
berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.
2. Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa
pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa,
dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
3. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model berbasis masalah
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah.
4. Ratnaningsih, 2003: menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep
pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran.

B. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

ProblemBased Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).  Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM
merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara
simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti
bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu
permasalahan sehari-hari.PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono,
2004).

Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan


bahwa PROBLEM BASED LEARNING (PBL) merupakan metode pembelajaran yang
mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Sehingga dapat
diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai
sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapanPBL.

Pembelajaran berbasis masalah(PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak


berpikir yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang
terkait dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika
bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang
proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan
gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah
yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari.

Masalah adalah suatu situasi atau kondisi (dapat berupa issu/pertanyaan/soal) yang
disadari dan memerlukan suatu tindakan penyelesaian, serta tidak segera tersedia suatu
cara untuk mengatasi situasi itu. Pengertian tidak segera dalam hal ini adalah bahwa pada
saat situasi tersebut muncul, diperlukan suatu usaha untuk mendapatkan cara yang dapat
digunakan semestinya. 

Bell (1981:310) memberikan defenisi masalah sebagai: situasi yang dapat


digolongkan sebagai masalah bagi seseorang adalah: bahwa keadaan ini disadari, ada
kemauan dan merasa perlu melakukan tindakan untuk mengatasinya dan melakukannya,
serta tidak segera dapat ditemukan cara mengatasi situasi tersebut. Di dalam matematika,
suatu pertanyaan atau soal akan merupakan suatu masalah apabila tidak terdapat
aturan/hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau
menyelesaikannya  (Hudojo, 1988). Hal ini berarti bahwa suatu soal matematika akan
menjadi masalah apabila tidak segera ditemukan petunjuk pemecahan masalah berdasarkan
data yang terdapat dalam soal.

Sebuah pertanyaan yang merupakan masalah bagi seseorang apabila masalah tersebut
bersifat: 1. Relatif,  tergantung situasi dan kondisi seseorang yang menghadapinya, 2.
Tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan prosedur rutin tetapi masih
memungkinkan orang tersebut untuk menyelesaikannya melalui seleksi data informasi dan
organisasi konsep yang dimilikinya, 3. Dapat dimengerti, artinya suatu pertanyaan pada
bidang tertentu akan merupakan masalah hanya bagi mereka yang mempelajari atau
berkecimpung pada bidang tersebut (Cahya, 2006: 201). Pemecahan masalah adalah suatu
proses yang mempunyai banyak langkah yang harus ditempuh oleh seseorang dengan
menggunakan pola berfikir, mengorganisasikan pembuktian yang logik dalam mengatasi
masalah.

Ciri-ciri utama Problem Based Learning adalah meliputi:

1.      Pemberian pertanyaan atau masalah.

2.      Siswa secara individual maupun kelompok dihadapkan pada masalah untukdicari
pemecahannya.

3.      Masalah berhubungan dengan dunia siswa. Masalah yang diberikan kepada siswa
hendaknya berkaitan erat dengankehidupan siswa sehari-hari sehingga masalah
tersebut tidak asing bagisiswa, karena hal ini akan memotivasi siswa untuk mencoba
mencaripemecahannya.

4.     Memberikan siswa tanggung jawab utama untuk membentuk dan


mengarahkanpembelajarannya sendiri.

5.      Menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.

6.      Menuntut siswa untuk menampilkan hasil dari setiap penyelesaian masalahyang
ditemukan.
C. UNSUR-UNSUR PBL

Berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah telah menunjukkan ciri-ciri


pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.

1.   Pengajuan masalah atau pertanyaan

Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau


ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata yang
autentik , menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah
yang diajukan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut.

2. Autentik

Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada
berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

3. Jelas

Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru
bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

4. Mudah dipahami.

Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah
disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

5. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.


Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya
masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan
waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut
harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

6. Bermanfaat.

Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa
sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang
bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan
masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

7. Penyelidikan autentik

Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari


penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

8. Menghasilkan produk/ karya dan memamerkannya

Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu


dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip
debat, laporan, model fisik, video atau program komputer (Ibrahim & Nur, 2000:5-7 dalam
Nurhadi, 2003:56)

9. Kerjasama

Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu
sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

D. Kelebihan  Model Pembelajaran Problem Based Learning


 Wee dan Kek dalam Amir (2010:32) mengemukakan beberapa keunggulan model
pembelajaran Problem Based Learning, sebagai berikut:

1.      Punya keaslian seperti di dunia kerja.

2.      Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. Masalahyang


dirancang, dapat membangun kembali pemahaman pebelajar ataspengetahuan yang
telah didapat sebelumnya. Jadi, sementara pengetahuanpengetahuanbaru didapat, ia
bisa melihat kaitannya dengan bahan yangtelah ditemukan dan dipahaminya
sebelumnya.

3.      Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. Metakognitifartinya


mencoba berefleksi seperti apa pemikiran kita atas satu hal. Pebelajar menjalankan
proses Problem Based Learning sembari mengujipemikirannya, mempertanyakannya,
mengkritis gagasannya sendiri,sekaligus mengeksplor hal yang baru.

4.      Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Dengan rancanganmasalah


yang menarik dan menantang, pebelajar akan tergugah untukbelajar. Bila relevansinya
tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya pebelajar akan terangsang rasa ingin tahunya
dan bertekad untukmenyelesaikan masalahnya. Diharapkan, pebelajar yang tadinya
tergolongpasif bisa tertarik untuk aktif.

 Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Disamping kelebihan, Problem Based Learning juga memiliki kelemahan di antaranya:

1.      Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaanbahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akanmerasa enggan untuk
mencoba.
2.      Keberhasilan model pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untukpersiapan.

3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalahyang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang merekaingin pelajari.

E. Langkah–langkah Dalam Proses Pembelajaran PBL

Tabel sintaks untuk Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Kegiatan Tingkah Laku Guru


1 Mengorientasikan siswa Guru menginformasikan
kepada masalah tujuan-tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan
logistik penting,
memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah yang
mereka pilih sendiri.
2 Mengorganisasikan Guru membantu siswa
siswa untuk belajar menentukan dan mengatur
tugas-tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah itu.
3 Membantu penyelidikan Guru mendorong siswa
mandiri maupun untuk mengumpulkan
kelompok informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen, mencari
penjelasan dan solusi.
4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa
menyajikan hasil karya dalam merencanakan dan
serta memamerkannya menyiapkan hasil karya
yang sesuai seperti
laporan, rekaman video,
dan model serta
membantu mereka berbagi
karya mereka.
5 Menganalisis dan Guru membantu siswa
mengevaluasi proses untuk melakukan refleksi
pemecahan masalah atas penyelidikan mereka
dan proses-proses yang
mereka gunakan
                                                                          
Menurut Polya (Syaban:2009), ada empat langkah dalam
menyelesaikan masalah yaitu:

         Memahami Masalah


Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan: apa yang
diketahui,apa yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi
(syarat) apa yangharus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli
dalam bentuk yang lebihoperasional (dapat dipecahkan).
         Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari
ataumengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki
kemiripandengan sifat yang akan dipecahkan, mencari pola atau
aturan, menyusunprosedur penyelesaian.
         Melaksanakan rencana
Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah
dibuatpada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian
         Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalis dan mengevaluasi
apakahprosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar,
apakah adaprosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang
dibuat dapatdigunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau
apakah prosedur dapatdibuat generalisasinya.

F. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning


DalamPembelajaran Matematika

Pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning meliputi


kegiatan, yaitu:

 Tahap – 1: Mengorientasi siswa pada masalah


Pada kegiatan ini guru memulai pelajaran dengan memberikan
salampembuka, mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang
lalu, memotivasisiswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan model pembelajaranyang akan dijalani. Pada kegiatan
ini guru mengajukan permasalahan yangberkaitan dengan
kehidupan sehari–hari sesuai dengan materi yang diajarkan
misalkan materi tentang persamaan kuadrat, melalui pemberian
Lembar Kegiatan Siswa.Selain itu gurujuga meminta siswa untuk
mempelajari masalah tersebut dan menyelesaikannyasecara
berkelompok.
Contoh permasalahan:
         Umur Nisa 4 tahun lebih tua dari Maulana. Jumlah kuadrat umur
mereka adalah 136.
a.       Bagaimanakah bentuk persamaan yang terjadi?
b.      Tentukanlah berapa umur mereka masing-masing!

 Tahap -2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Dalam tahap ini, pertama guru meminta siswa untuk berkelompok
sesuaidengan kelompoknya masing-masing.Pembagian kelompok
dapat dilakukanberdasarkan kesepakatan bersama antar siswa dan
guru.Membimbing siswa untukaktif dalam pembelajaran,
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungandengan
masalah tersebut.

 Tahap -3: Membantu siswa memecahkan masalah


Pada tahap ini, siswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah
secarabebas dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa
mengumpulkan datadan melaksanakan eksperimen aktual hingga
mereka benar-benar mengertidimensi situasi permasalahannya.
Tujuannya adalah agar siswa mampumengumpulkan informasi
yang cukup yang diperlukan untuk mengembangkandan menyusun
ide-ide mereka sendiri.Untuk itu guru harus lebih banyak
tahutentang masalah yang diajukan agar mampu membimbing
siswa dan memecahkan masalah.
 Langkah -1: Memahami Masalah
Mengarahkan siswa mengamati soal dan mengerti apa yang
diminta dalamsoal. Siswa berdiskusi dengan pasangannya
bagaimana cara menyelesaikanpermasalahan yaitu dengan cara:
  Menuliskan apa yang diketahui dalam soal.
  Menuliskan apa yang ditanya dalam soal.
Contoh:
  Diketahui: Umur Nisa 4 tahun lebih tua dari umur Maulana
  Jumlah kuadrat umur mereka = 136
  Ditanya:
a.       Bentuk persamaan
b.      Umur Nisa dan Maulana

 Langkah -2: Merencanakan penyelesaiannya


Strategi yang digunakan menggunakan kalimat terbuka
  Setiap kelompok mengilustrasikan masalah yang ada pada contoh
tersebut.
  Siswa menentukan variabel yang dapat digunakan untuk
menyelesaikanmasalah ke model matematika.
  Kemudian membuat masalah ke dalam model matematika.
Misalkan:
umur Maulana = x dan umur Nisa = y
Sehingga model matematikanya y = 4 + x

 Langkah -3: melaksanakan masalah sesuai rencana


  Mengarahkan siswa dalam menetapkan konsep yang telah
dipelajari untuk menyelesaikan masalah berdasarkan model
matematika.
  Melakukan penyelesaian masalah.
Misalnya:
Jumlah kuadrat = y2 + x2 = 136
(4 + x)2 + x² = 136
16 + 8x + x2 + x2 = 136
2x2 + 8x – 120 = 0
x2 + 4x – 60 = 0
Bentuk persamaan yang terjadi adalah x2 + 4x – 60 = 0
Untuk mengetahui umur Maulana dan Nisa, terlebih dahulu
diselesaikanpersamaan x2 + 4x – 60 = 0, dengan cara
memfaktorkan:
x2 + 4x – 60 = 0
(x – 6)(x + 10) = 0
x– 6 = 0 atau x + 10 = 0
x = 6 atau x = -10 (Tidak Memenuhi)
sehingga diperoleh umur :
Maulana = x = 6 tahun
Nisa = y = 4 + x
= 4 + 6 = 10 tahun

  Langkah -4: melakukan pengecekan kembali terhadap semua


langkah yang dikerjakan
Dengan melihat kembali dari langkah 1 sampai 3, maka
pemecahan masalah disimpulkan guru apakah semua langkahnya
sudah benar.
Memasukkan nilai x = 6 dan nilai y = 10 ke persamaan
y2 + x2 = 136
10² + 6² = 136
100 + 36 = 136
136 = 136 (benar)
Sehingga dapat disimpulkan semua langkah dan jawabannya
sudah benar.

 Tahap-4: Mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan


masalah
Pada tahap ini guru memilih secara acak kelompok yang mendapat
tugasuntuk mempresentasikan hasil diskusinya, serta memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan membantu
siswa mengalami kesulitan.Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil
sementara pemahaman danpenyusunan siswa terhadap materi yang
disajikan.

 Tahap -5: Menganalisis dan mengevaluasi proses


pemecahan masalah
Pada tahap ini guru membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasiproses pemecahan masalah yang telah mereka kerjakan.
Sementara itu siswamenyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan
yang dilampaui pada tahappenyelesaian masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Cahya, Antonius. 2006. Pemahaman Dan Penyajian Konsep Matematika Secara


Benar dan Menarik. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. 

Duch, J.B. 1995. What is Problem Based Learning? (online). Tersedia:


http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html. (diakses 1 Mei 2015)

Hudojo, Herman. 1977. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK. 


Mumun,Syaban.(2009). Menumbuh Kembangkan Daya Matematis.(online)

Tersedia http://educare.efkipunla.net/index.php?option=com_content&task=vi

(diakses 1 Mei 2015).

Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton Univercity Press.

Suradijono, SHR. 2004. Problem Based Learning: Makalah Seminar Penumbuhan


Inovasi Sistem Pembelajaran : Pendekatan Problem Based Learning Berbasis ICT
(Information and Communication Technology), 15/5/2004: Yogyakarta.

UU.SISDIKNAS no. 20 tahun 2003. 2009. tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Sinar Grafika.

Zulkarnaini, 2011.Strategipembelajaranmatematikakontemporer.
Jakarta: JICA
Bell. 1981. Teaching and Learning Mathematichs. Dubuque Lowo: Win.C. Broom
Company Publisher.

Anda mungkin juga menyukai