metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan
siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain
yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
B.Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk
mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. metode problem solving memberikan beberapa
manfaat antara lain :
a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam
mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri
b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa
kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau
keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif
d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif –
mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan
1.Merumuskan masalah
2.Menelaah masalah
4.Pembuktian hipotesis
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. keunggulan model pembelajaran
problem solving yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif,
memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah
lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan
sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan metode pembelajaran yang lain.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Model Pembelajaran Problem Solving", Klik
untuk baca:
https://www.kompasiana.com/riyaniimas/552ad246f17e619145d623dd/model-pembelajaran-problem-
solving
Project based learning adalah model pembelajaran yang didasarkan pada proyek, di mana siswa
dihadapkan dengan masalah yang ada di dunia nyata yang dianggap bermakna, kemudian
bertindak secara kolaboratif untuk menciptakan solusi dari masalah tersebut.
Pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran menjadi sesuatu yang lebih “hidup” bagi
siswa. Siswa Bapak dan Ibu Guru akan mengerjakan proyek dalam waktu tertentu, di mana
mereka terlibat langsung dalam proses pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan kompleks.
Gold Standard sebagai salah satu model Project Based Learning. (Foto dari pblworks.org)
Siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui presentasi atau produk
yang dihasilkan untuk publik secara nyata. Selain itu, project based learning juga dapat
mengembangkan pengetahuan konstan yang mendalam serta keterampilan berpikir yang kritis,
kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi.
1. Pelaksanaannya bermula dari masalah atau keinginan pribadi atau yang dimiliki secara
kolektif. Dari permasalahan yang ditemukan, lalu dibuat sebuah perencanaan proyek
untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.
2. Melibatkan riset sesuai dengan topik agar dapat menentukan masalah dan penyelesaian
yang tepat. Dalam tahap ini, siswa Bapak dan Ibu Guru melakukan penelitian sesuai
dengan proses yang sudah dirancang untuk mendapatkan informasi, melakukan evaluasi,
dan melihat kembali apakah riset yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana
sebelumnya.
3. Diadakan untuk mencari solusi yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Pemecahan masalah yang didapat menjadi hasil pembelajaran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Menggunakan kerangka kerja yang berisi masalah yang dirasakan, tantangan seperti apa
yang ditemukan, lalu kesempatan, dan bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
5. Ada jadwal yang memayungi proyek sehingga proses pembelajaran tetap terorganisir
meskipun berfokus pada siswa.
7. Dilakukan evaluasi setelah proyek selesai agar kedepannya hasilnya bisa digunakan
kembali atau diperbaiki.
Project based learning membantu siswa untuk belajar dan aktif secara mandiri. Meskipun begitu,
Bapak dan Ibu Guru tetap melakukan pemantauan secara berkala terhadap progres belajar dan
proyek yang dilakukan siswa. Kekurangannya, bisa saja siswa menjadi tidak produktif karena
Bapak dan Ibu Guru tidak selalu ada mendampingi siswa. Bimbingan yang dilakukan secara
berkala membuat siswa memiliki kesempatan untuk tidak melaksanakan tugas atau proyek yang
telah diberikan, dan hanya akan mengerjakan ketika guru melakukan pemantauan.
Dalam penerapannya, siswa lebih sering dibagi ke dalam kelompok untuk melakukan sebuah
proyek. Hasilnya, kegiatan ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam berhubungan dan
berkomunikasi dengan siswa lain. Namun jika proyek dilakukan secara daring, siswa akan
merasa jenuh berinternet karena ada batasan-batasan tertentu yang tidak bisa mereka lakukan.
Selain itu, pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk berkonsultasi secara
langsung dengan guru ketika ingin mengkonfirmasi apakah proyek yang mereka lakukan telah
sesuai dengan perencanaan. Tapi, prosesnya bisa saja justru menimbulkan kebingungan antara
guru dan siswa. Guru tidak bisa memantau secara langsung sampai mana proses belajar siswa,
sementara siswa tidak bisa yakin apakah hal yang dipelajarinya benar atau tidak.
Hal yang paling utama dari project based learning adalah siswa mengetahui dan memahami
konteks yang ada di dunia nyata karena permasalahannya pun berawal dari lingkungan sekitar.
Mereka dapat mencari solusi dari permasalahan yang ada. Sayangnya, kendali guru dalam
pembelajaran berbasis proyek sangat kecil karena siswa memang difokuskan untuk belajar
mandiri.
Project based learning tidak hanya membantu siswa untuk aktif dan mandiri dalam
pembelajaran namun juga menciptakan pemahaman yang lebih mendalam. Menurut teori
Kognitif dan Konstruktivistik yang disampaikan oleh Jean Piaget, perkembangan kognitif
seseorang sebagian besar ditentukan oleh penanganan obyek dan interaksi aktif dengan
lingkungan. Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif, teori konstruktivistik Piaget
menyampaikan bahwa pengetahuan akan lebih bermakna jika dicari dan ditemukan sendiri oleh
siswa, terutama sejak mereka kecil. Siswa akan lebih memahami suatu pengetahuan ketika
mereka merasakannya secara langsung melalui indera dan didasarkan pada pengalamannya
sendiri.
Siswa bisa memahami pengetahuan lebih dalam ketika menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
(Foto dari Freepik)
Sejalan dengan pembelajaran berbasis proyek, pengetahuan yang siswa dapatkan lebih berfokus
pada proses bagaimana memperolehnya dibandingkan bagaimana mereka mengingat
pengetahuan tersebut. Karena itu untuk mendukung proses perkembangan kognitif dalam
pandangan konstruktivisme, Bapak dan Ibu Guru bisa menerapkan project based learning dalam
kelas. Melalui metode pembelajaran ini, Bapak dan Ibu Guru menjadikan pengetahuan bermakna
dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan mencari solusi
dari pemikirannya sendiri, serta mengarahkan siswa untuk menerapkan solusi yang ditemukan
dalam belajar dan di kehidupan nyata.
Teori Vygotsky yang berfokus pada aspek sosial pembelajaran juga memiliki kaitan
dengan project based learning. Menurutnya, interaksi sosial dapat memicu pengembangan ide-
ide baru dan memperkaya intelektualitas siswa. Interaksi yang berlangsung dengan orang dewasa
atau teman sebaya mampu membuat siswa belajar lebih efektif.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pembelajaran berbasis proyek lebih banyak
menekankan pada kegiatan berkelompok. Melalui interaksi siswa dengan teman atau
kelompoknya, perkembangan intelektual siswa bisa didapat dengan lebih cepat. Dalam Zona
Perkembangan Terdekat atau Zona of Proximal Development yang disampaikan Vygotsky,
terdapat dua tingkat perkembangan yang berbeda. Pada tingkat perkembangan aktual, siswa bisa
mempelajari dan meningkatkan pengetahuannya atas upaya mereka sendiri. Lalu pada tingkat
perkembangan potensial, siswa dapat mencapai perkembangan intelektual dengan bantuan orang
lain salah satunya teman mereka sendiri.
Pertama, mulailah dengan sebuah pertanyaan mendasar. Pertanyaan harus dibuat dengan fokus
melibatkan siswa Bapak dan Ibu Guru dan mengacu pada topik dalam kehidupan nyata yang
berusaha untuk diselesaikan. Contohnya, apa saja yang terjadi di kelas atau di komunitas sekitar,
lalu pilih pertanyaan tentang masalah yang berdampak dan memiliki makna dalam kehidupan
siswa.
Kedua, rancang sebuah proyek. Dari hasil pertanyaan yang diajukan dan masalah yang ditemui,
buatlah sebuah rancangan proyek. Proyek tersebut harus bisa mendukung pertanyaan dan
masalah yang ada, serta harus sesuai dengan kurikulum atau capaian pembelajaran yang
diinginkan. Contohnya dalam materi elektromagnetik, Bapak dan Ibu Guru bisa rancang proyek
pembuatan bel listrik sederhana. Tentukan kompetensi dasar, topik, dan indikator yang ingin
dicapai dari penugasan proyek ini.
Kelima, buatlah penilaian dari hasil proyek yang dilakukan siswa. Penilaian di sini meliputi
umpan balik, keberhasilan siswa dalam memenuhi standar pembelajaran, serta melihat sejauh
mana proyek tersebut berdampak pada pemahaman dan kemajuan siswa dalam belajar.
Terakhir, lakukan evaluasi dari pengalaman proyek. Di akhir pembelajaran, Bapak dan Ibu Guru
bersama siswa melakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat hasil proyek. Sejauh mana
proyek dapat mencapai tujuan pembelajaran dan apakah metode pembelajaran berbasis proyek
ini bisa diterapkan di pembelajaran selanjutnya.
Lihat Referensi
Baca Juga Artikel Lainnya
FacebookTwitterWhatsAppLinkedInLine
Guru
Metode Belajar
Pembelajaran Berbasis Proyek
Project Based Learning
Zenius Untuk Guru
ZenRu
Zenius untuk Guru
Zenius untuk Guru (ZenRu) adalah sahabat para guru Indonesia dalam mengajar dan
mengembangkan keterampilan diri.
Post navigation
Previous Post