Pada kurikulum 2013 terdapat tiga model pembelajaran yang
menjadi andalan yang bisa mendukung aktivitas belajar mengajar. Ini didasari pada (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang memiliki visi agar siswa bisa berkembang dan mempunyai karakter saintifik, rasa ingin tahu dan perilaku sosial. Tiga model yang menjadi andalan pada kurikulum 2013 (K13) adalah, Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). A. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki tahapan sebagai berikut: 1. Orientasi peserta didik terhadap masalah Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru harus bisa memberikan motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih 2. Mengorganisasikan peserta didik Pada tahap ini, guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu peserta didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah yang ditemukan tersebut.. 3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta didik memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. Setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan, Dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat tentang kompetensi dasar yang dipelajari. B. Model Project-based Learning (PJBL)
Model Project-based Learning (PJBL) adalah model pembelajaran
yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain. Karakteristik yang tercakup dalam Project Based Learning (PJBL) antara lain: 1. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk; 2. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan; 3. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat; 4. Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan 5. Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan. Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PJBL): 1. Topik/materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/karya yang menarik; 2. Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja (satu peserta didik menghasilkan satu proyek); 3. Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan dalam 3-4 pertemuan); 4. Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara pada peningkatan hasil belajar; 5. Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di lingkungan sekitar. dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/sampah yang tidak terpakai agar menjadi bernilai guna; dan 6. Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan, dan menyampaikan produknya kepada orang lain. Dalam penerapan model pembelajaran yang telah diuraikan di atas, seorang guru hendaknya memahami cara menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Adapun tahapan penentuan model pembelajaran sebagai berikut: a. Memahami sintaks tiap model pembelajaran; b. Menganalisis konten/materi pembelajaran; c. Memahami konteks peserta didik; Jika peseta didik belum siap, perlu dibangun jembatan penghubung antara proses LOTS menuju HOTS. yaitu membangun skema pengetahuan awal dengan pengetahuan baru. 4. Mempersiapkan sebuah situasi nyata yang dapat menstimulasi proses berpikir tingkat tinggi dengan menciptakan dilemma. kebingungan, tantangan, dan ambiguitas dari permasalahan yang direncanakan akan dihadapi peserta didik; 5. Menentukan keterampilan yang akan digunakan untuk menghadapai situasi nyata tersebut; 6. Mempertimbangkan alokasi waktu pembelajaran; 7. Menentukan luaran (output) yang akan dihasilkan; dan 8. Menganalisis situasi, keterampilan, dan luaran dengan sintak model pembelajaran untuk menentukan model yang relevan. 3. Metode Discovery Learning
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran di kelas sbb: 1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar, Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. 2) Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. 3) Data Collection (Pengumpulan Data) Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 4) Data Processing (Pengolahan Data) Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. 5) Verification (Pembuktian) Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Untuk mendukung pembelajaran kurikulum 2013, model pembelajaran yang bisa dipertimbangkan untuk digunakan antara lain model pembelajaran : a. NHT (Number Head Together), b. TPS (Think Pair Share), c. TSTS (Two Stay and Two Stray), d. Jigsaw, e. Picture and Picture dan f. GI (Group Investigation). Model pembelajaran yang direkomendasikan harus membuat n siswa menjadi aktif dan hindari model pembelajaran yang memiliki basis hafalan dan ceramah karena cenderung menggiring siswa untuk pasif. Selain itu terdapat pembelajaran yang diperuntukan sesuai dengan karakteristik pada pendidikan kejuruan atau SMK yakni PBE Production Based Education. Setiap pembelajaran yang diimplementasikan tidak semuanya bisa sinkron dengan kompetensi dasar atau materi yang akan disampaikan. Sehingga guru diharuskan untuk bisa kritis dalam menentukan model pembelajaran. Selain itu guru juga harus bijak dalam merumuskan kompetensi dasar agar bisa kompatibel dengan model pembelajaran. Metode Pembelajaran Untuk mendukung aktivitas pembelajaran terdapat alat lain selain model dan pendekatan pembelajaran, yakni metode pembelajaran. Pengertian dari metode pembelajaran itu sendiri adalah cara yang dipakai untuk menerapkan strategi yang telah dibuat ke dalam bentuk aktivitas nyata dan efektif untuk sampai pada misi pembelajaran. Metode pembelajaran terdiri dari Metode: a. Diskusi b. Eksperimen c. Demonstrasi d. Simulasi Kesimpulan Setelah menguraikan apa saja alat yang bisa mendukung untuk proses belajar mengajar seperti metode, pendekatan dan model pembelajaran untuk kurikulum 2013 (K13). Kini saatnya guru untuk menentukan alat apa yang harus dipakai agar proses pembelajaran menjadi maksimal. Untuk melakukan hal tersebut guru harus bisa menganalisis dan berpikir secara kritis, maka dari itu guru harus memiliki kesadaran kreatif pada dirinya.
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar