Anda di halaman 1dari 7

Nama : Icha Tiara Melisa

NPM : 2011060396
Kelas : Biologi D/5
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran

Tugas Strategi Pembelajaran Biologi


1. Model Pembelajaran
2. Deskripsi Terkait Model Pembelajaran yang di pilih
3. Analisis Model Pembelajaran dan Hakikat sains

Jawab :

1. Model pembelajaran
A. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran ini sangat efektif dalam upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar
mengajar, karena pada pembelajaran serta diharapkan menggunakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, mengasah kekompakan dan kerja sama kegiatan pembelajaran siswa
dituntut untuk berperan aktif dalam dalam sebuah tim/kelompok.

Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun, model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari
lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran banyak kegunaannya mulai dari perencanaan pembelajaran dan
perencanaan kurikulum sampai perancangan bahan-bahan pembelajaran, termasuk
program-program multimedia. Menurut Udin, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas


pembelajaran. Menurut Trianto model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Jadi model
pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman.
B. Ciri- ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode
dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut
menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu rasional
teoretis yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai), tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar itu dapat tercapai.

Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dapat dikenali secara umum sebagai berikut:
1. Memiliki prosedur yang sistematik. Jadi, sebuah model mengajar merupakan
prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada
asumsi-asumsi tertentu.
2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar menentukan tujuan-
tujuan khusus hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa secara rinci dalam bentuk
unjuk kerja yang dapat diamati. Apa yang harus dipertunjukkan oleh siswa setelah
menyelesaikan urutan pengajaran disusun secara rinci dan khusus.
3. Penetapan lingkungan secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik
dalam model mengajar. Ukuran keberhasilan. Menggambarkan dan menjelaskan
hasil-hasil belajar dalam bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa
setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajaran.
4. Interaksi dengan lingkungan. Semua model mengajar menetapkan cara yang
memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan.

C. Manfaat Model pembelajaran


Manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran. Karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut,
serta tingkat kemampuan siswa.

A. Bagi Guru

a. Kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.


Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab langkah-langkah yang
akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai,
kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada.
b. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran.
c. Memudahkan untuk melakukan analisis terhadap perilaku siswa secara personal
maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.
B. Bagi Siswa

a. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran.


b. Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh.
c. Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif.

Implementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang


Standar Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran yang diharapkan dapat
membentuk perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga
model tersebut adalah:

1. model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning),

2. model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL),

3. model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning/PJBL).

Selain 3 model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, guru juga
diperbolehkan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan
model pembelajaran yang lain, seperti Cooperative Learning yang mempunyai berbagai
metode seperti: Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-
Share (TPS), Example not Example, Picture and Picture, dan lainnya

Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning) adalah


memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan, dan inferensi. Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund
”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep
atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya (Roestiyah, 2001:20).

Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery Learning:

 Pemberian rangsangan (stimulation)

 Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)

 Pengumpulan data (data collection)


 Pengolahan data (data processing)

 Pembuktian (verification)

 Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

Karakteristik Model Discovery Learning Adapun ciri utama belajar menemukan, yaitu:

1. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan,


danmenggeneralisasikan pengetahuan;
2. berpusat pada peserta didik;
3. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Kelebihan Model Discovery Learning

Kelebihan Discovery Learning model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki


kelebihan dan kekurang yang berdeda pula, kelebihan discovery learning yakni:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan


dan proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan).

Kelemahan Model Discovery Learning


Kelemahan Discovery Learning disamping kelebihan dalam menggunakan model
pembelajaran, tentunya akan memiliki kekurangan pula dalam aspek yang lain, berikut
kekurangan model pembelajaran discovery learning:
1. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar bagi siswa
yang kurang pandai akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir, mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya
akan menimbulkan frustasi.
2. Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau jika berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Sintaks Model Discovery Learning


Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning) adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan. Proses Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi.
Proses di atas disebut cognitive process.

Langkah kerja (sintak) model Discovery Learning dalam pembelajaran penyingkapan/


penemuan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian rangsangan (stimulation);


2. Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement);
3. Pengumpulan data (data collection);
4. Pengolahan data (data processing);.
5. Pembuktian (verification); dan
6. Menarik simpulan/generalisasi (generalization).

2. Analisis Model dan Hakikat Sains

Penyesuaian model belajar yang sesuai dengan materi pelajaran sangat berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar. Seperti pada pendidikan mata pelajaran biologi yang
banyak berorientasi pada penumbuh sikap ilmiah dan wawasan serta keterampilan proses
sangat besar hubungannya dalam pemilihan metode dan hasil. Lingkungan anak
menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri, maka sebagai anak
“young scients” (penelitian muda) mempunyai rasa keingintahuan (coriosity) yang tinggi.

Keharusan bagi guru untuk menggunakan model Discovery Learning dengan berbasis
masalah dalam pendekatan pembelajaran demi membina keingintahuan anak.
Memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk mengajukan keragaman pertanyaan
seperti terhadap objek dan peristiwa yang ada di alam, mendorong siswa untuk berpikir
secar kritis, membuat siswa untuk lebih mandiri, agar siswa saling memberi keterampilan
dan pengalaman serta pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya atau dalam bentuk
makna baru. Hakikat pembelajaran sains yang didefenisikan sebagai ilmu tentang alam
yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan imu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah
ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan
empiris dan kegiatan analitis. Bentuk ilmu sains sebagai produk, antara lain: fakta-
fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori sains.
b. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami
pengetahuan tentang alam. Karena sains merupakan kumpulan fakta dan konsep,
maka sains membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan
digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami sains disebut dengan
keterampilan proses sains (science process skills). Keterampilan Proses Sains (KPS)
meliputi kegiatan:
1) Mengamati, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui
penerapan dengan indera berdasarkan kegiatan yang dilakukan.
2) Menafsirkan, yaitu keterampilan untuk menganalogikan suatu eksperimen dengan
konsep yang ada.
3) Mendiskusikan, yaitu keterampilan untuk dapat bekerjasama tim untuk membahas
permasalahan.
4) Menganalisis, yaitu kemampuan untuk dapat menganalisis permasalahan
berdasarkan keterampilan mengamati yang telah dilakukan.
5) Menyimpulkan hasil penelitian, yaitu keterampilan untuk mengambil suatu
kesimpulan dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan setelah dilakukan
analisis dan diskusi.
6) Menerapkan, yaitu mengaplikasikan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan,
konsep, hukum, teori, dan keterampilan.

C. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Sikap

Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Sikap ilmiah dalam
pembelajaran sangat diperlukan oleh peserta didik karena dapat memotivasi kegiatan
belajarnya. Dalam sikap ilmiah terdapat gambaran bagaimana peserta didik seharusnya
bersikap dalam belajar, menanggapi suatu permasalahan, melaksanakan suatu tugas, dan
mengembangkan diri. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan belajar
peserta didik ke arah yang positif. Melalui penanaman sikap ilmiah dalam belajar peserta
didik memiliki kemungkinan untuk lebih dapat belajar memahami dan menemukan.
Sikap ilmiah akan muncul pada diri peserta didik apabila secara terus menerus dikuatkan.
Misalnya pada saat pendidik secara teratur menggunakan metode ilmiah, meskipun
dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana, hal tersebut akan dam bahan yang
meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap sains.

Anda mungkin juga menyukai