Anda di halaman 1dari 138

HIMPUNAN MODEL- MODEL PEMBELAJARAN

Oleh

NAMA : FELPINA NUBATONIS

NIM : 1701140110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
MODUL 1

KONSEP DASAR

MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang
mengalami belajar dalam hidupnya. Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik
pendewasaan secara fisik maupun secara psikis atau kejiwaan. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, pengetahuan atau apresiasi.
Pembelajaran hanya bisa dilakukan oleh lebih dari satu orang. Dalam pembelajaran tidak
hanya ada guru dan siswa tetapi juga ada kepala sekolah, staff sekolah hingga teman sejawat
yang saling membantu demi terwujudnya pembelajaran. Studi tentang Proses belajar
Mengajar, sangat penting bahkan merupakan suatu keharusan bagi setiap tenaga pengajar baik
di tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas maupun di perguruan tinggi. Maka dari
itu dalam makalah kami kali ini akan dibahas tentang “Model Pembelajaran, Pendekatan
Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Teknik dan Taktik
Pembelajaran”.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menguraikan:
1. Model pembelajaran,
2. Pendekatan pembelajaran,
3. Strategi pembelajaran,
4. Metode pembelajaran,
5. Teknik pembelajaran, dan
6. Taktik pembelajaran.
Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

A. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik
pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadisatu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa
yangdisebut dengan model pembelajaran.Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip– prinsip pembelajaran,
teori–teori psikologi, sosiologis, analisis sistem, atau teori–teori lain yang mendukung
(Joyce& Weil: 1980).Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru dapat
memilih model yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Sebelum
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu.
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan– pertanyaan yang dapat
diajukan adalah : a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu
diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor? b) Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? Dan c) Apakah untuk mencapai
tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran: a) Apakah
materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu? b) Apakah untuk
mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak? c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa: a) Apakah model pembelajaran sesuai
dengan tingkat kematangan peserta didik? b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan
minat, bakat, dan kondisi peserta didik? c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan
gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis: a) Apakah untuk
mencapai tujuan cukup dengan satu model saja? b) Apakah model pembelajaran yang kita
tetapkan dianggap satu–satunya model yang dapat digunakan? c) Apakah model
pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya
perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pola pembelajaran.Barry Morris (1963:11) mengklasifikasikan
empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
1) Pola pembelajaran tradisional 1
2) Pola pembelajaran tradisional 2
3) Pola pembelajaran guru dan media
4) Pola pembelajaran bermedia
Model pembelajaran memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
a) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
b) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas,
misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran
mengarang.
c) Memiliki bagian–bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah–langkah
pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip– prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4)
sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
d) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi : (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak
pengiring, yaitu hasil belajr jangka panjang.
e) Membuat persipan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh para
pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang profesional,
pengetahuan tentang model-model pembelajaran harus dimiliki oleh guru dengan baik.
Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi model pembelajaran
tersebut adalah :
1. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari sebelumnya
bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat metode, strategi, teknik, dan taktik
pembelajaran. Untuk itu,ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu
secara otomatis dia/ia akan mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode
pembelajaran yang akan dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat diikuti
pembahasan selanjutnya.
2. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang
diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan untuk
merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam RPP dan
implementasinya dalam pembelajaran.Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan
pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus
tujuan pembelajaran ABCD). Oleh karena itu, model pembelajaran dapat membentuk
atau menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan
perilaku pada siswa. Perubahan-perubahan perilku tersebut misalnya, menulis rumus
gaya, menghitung kuat arus listrik, mengukur kecepatan udara, menentukan massa
jenis zat, dan lain-lain.
3. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan
yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru menetapkan untuk
menggunakan model pembelajaran tertentu, secara otomatis guru harus menentukan
cara dan sarana agar tercipta lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model
pembelajaran yang guru pilih. Misalnya cara mendemonstrasikan konsep tekanan dan
media atau alat peraga yang diperlukan. Misalnya cara memegang alat, cara
menunjukkan konsep-konsep besaran yang ada pada konsep tekanan (gaya dan luas)
pada siswa. Sarana misalnya, menggunakan benda nyata, visualisasi, atau
menggunakan analogi untuk demonstrasi tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa penggunaan model pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk
menentukan cara dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai.
4. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan selama
proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru dapat
mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan
masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban siswa, cara membangkitkan
semangat siswa, dan lain-lain.
5. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam suatu
pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami modelmodel pembelajaran, dapat
membantu guru untuk mengembangkan dan mengkonstruk kurikulum atau program
pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau mata kuliah.
6. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami model pembelajaran
yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan menetapkan materi yang
dipikirkan sesuai untuk siswa.
7. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang
sesuai. Oleh karena dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau fase-fase
kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang telah dipilih, guru
akan terpandu dalam merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
8. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber belajar yang
menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada sistem pendukung.
Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran tertentu, guru akan terbimbing
untuk mengembangkan materi dan sumber belajar, misalnya membuat handout,
modul, diktat, dan lain-lain.
9. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru. Dengan
memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru mungkin menemukan
beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang ditemukan kemudian dicarikan
solusinya, maka akan memunculkan ide model atau strategi pembelajaran baru.
10. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.Setiap model
pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru menggunakan model
pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan mengkomunikasikan teori-teori
tentang mengajar seperti yang telah disebutkan.
11. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris. Ketika
guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan mengamati aktivitas belajar
dan mengajar dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan
model pembelajaran tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.

Model pembelajaran berdasarkan teori.


1) Model Interaksi
Sosial Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory).Model
interaksi sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruan yang terorganisasikan.
Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan
bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan
secara utuh, bukan bagian-bagian. Aplikasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran adalah :
a) Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya
memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dengan insight.
b) Pebelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalm proses
pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang
jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
c) Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku
di samping adanya kaitan dengan SR juga terkait erat dengan tujuan yang hendak
dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu
pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
d) Perinsip ruang hidup (life space). Perilaku siswa terkait dengan
lingkungan di mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki
kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada (kontekstual).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut.
a) Kerja Kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta
dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan
interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
b) Pertemuan Kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri
sendiri dan rasa tanggung jawab. Baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
kelompok.
c) Pemecahan Masalah Sosial atau Sosial Inkuiri, bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah–masalah sosial dengan
cara berpikir logis.
d) Bermain Peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik menemukan nilai–nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
e) Simulasi Sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami
berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
2) Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi. Pemrosesan informasi merujuk pada cara menerima stimulus
dari lingkungan dengan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan
konsep danmenggunakan simbol verbal dan visual.Menurut Piaget perkembangan
kognitif individu meliputi empattahap, yaitu: a) sensory motor; b) pre operational; c)
concreteoperational; dan d) formal operational. Implikasi teori perkembangankognitif
Piaget (Sofan Amri, 2013) dalam pembelajaran adalah.
a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasayangs sesuai dengan cara berpikirnya.
b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapilingkungan dengan
baik. Guru membantu anak agar dapatberinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
c) Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidakasing bagi anak.
d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk salingberbicara dan
diskusi dengan teman-temannya.
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne
(1985).Asumsinya mengatakan bahwa pembelajaranmerupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan.Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran.Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam
bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksiantara kondisi
internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi–kondisi eksternal (rangsangan
dari lingkungan) dan interaksiantar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaranmerupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupakecakapan
manusia (human capitalaties) yang terdari dari : (1)informasi verbal; (2) kecakapan
intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) kecakapan motorik.Delapan fase
proses pembelajaran menurut Robert M. Gagneadalah.
a) Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanyadorongan untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapaitujuan tertentu (motivasi intrinsik dan
ekstrinsik).
b) Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yangdiperolah dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melaluiperhatian.
c) Pemerolehan, individu memberikan makna / mempersepsisegala informasi yang
sampai pada dirinya sehangga terjadiproses penyimpanan dalam memori siswa.
d) Penahanan, menahan informasi / hasil belajar agar dapat digunakan utuk jangka
panjang. Proses mengingat jangka panjang.
e) Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telahdisimpan,bila ada
rangsangan.
f) Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran utnuk keperluantertentu.
g) Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagaihasil pembelajaran.
h) Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yangtelah dilakukan.

Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas berkaitan dengan
pembelajaran pemrosesan informasi.
a) Melakukan tindakan utnuk menarik perhatian siswa.
b) Menberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan
dibahas.
c) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
d) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan.
e) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g) Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditujuakn siswa.
h) Melaksanakan proses dan hasil.
i) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
menjawab berdasrakan pengalamanya.
Model proses informasi ini meliputi beberapa strategipembelajaran, di antaranya.
a) Mengajar Induktif,yaitu untuk mengembangkan kemampuanberpikir dan
membentuk teori.
b) Latihan Inkuiri, yaitu untuk mencari dan menemukan informasiyang memang
diperlukan.
c) Inkuiri Keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitiandalam disiplin
ilmu, dam diharapkan akan memperolehpengalaman dalam domain–domain
disiplin ilmu lainnya.
d) Pembentukan Konsep, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
induktif, mengembangkan konsep, dankemampuan analisis.
e) Model Pengembangan, bertujuan untuk mengambangkanintelegensi umum,
terutama berpikir logis, aspek sosial danmoral.
f) Advanced Organizer Model, bertujuan mengembangkankemampuan
memproses informasi yang efisien utnuk menyerapdan menghubungkan satuan
ilmu pengetahuan secara bermakna.
Implikasi teori belajar kognitif (piaget) dalam pembelajaran diantaranya :
a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa,oleh
karena itu guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuaidengan
cara berpikir anak. Anak akan dapat belajr dengan baikapabila ia
mampu menghadapi lingkungan dengan baik.
b) Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan belajrnya sebaik mungkin. (fasilitator, ing ngarso
sungtulado, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani).
c) Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapitidak
asing. Beri peluang kepada anak untuk belajar sesuaidengan tingkat
perkembangannya.
d) Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapatbersosialisasi dan
diskusi sebanyak mungkin.
3) Model Personal (Personal Models)
Model ini bertitik dari teori Humanistik dan juga berorientasipada individu dan
perkembangan keakuan.Tokoh humanistik adalahAbraham Maslow (1962), R. Rogers,
C.Buhler, dan Arthur Comb.Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan
kondisi kelasyang konduktif, agar siswa merasa bebas dalam belajar
danmengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual.Modelpembelajaran
personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagaiberikut.
a) Pembelajaran non-direktif, bertujuan untuk membentukkemampuan dan
pekembangan pribadi (kesadaran diri,pemahaman, dan konsep diri).
b) Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuaninterpersonal atau
kepedulian siswa.
c) Sintetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi danmemecahkan masalah
secara kreatif.
d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompliksitas dasarpribadi yang luwes.
4) Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalahmeningkatkan
ketelitian pada anak, guru selalu perhatian terhadap tingkah laku siswa, modifikasi
tingkah laku anak yang kemampuanbelajarnya rendah dengan memberi reward,
sebagai reinforcement pendukung dan penerapan prinsip pembelajaran
individual(individual learning) terhadap penbelajaran klasikal.
B. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Fungsi pendekatan pembelajaran, yaitu :

1. Sebagai ramuan untuk mengembangkan bahan ajar


2. Sebagai perangkat criteria untuk mengevaluasi bahan ajar yang telah ada
3. Sebagai seperangkat criteria dan formula untuk merevisi bahan ajar yang ada
4. Sebagai kerangka kerja untuk merencanakan catatan ceramah kelas, latihan kelompok
interaktif dan penugasan pekerjaan rumah.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat duaj enis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yangberorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach). Pendekatan pemebelajaran yang berorientasi atauberpusat pada
siswa (student centered approach) misalnyaadalah pendekatan tematik, pendekatan
kontekstual,pendekatan kolaboratif, pendekatan komunikatif, dst.
a) Pendekatan kooperatif (kerjasama)
Kooperatif mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Jadi hakikat sosial dan penggunaaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.Pembelajaran dengan pendekatan koperatif adalah miniatur
dari konsep hidup bermasyarakat. Sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial, ia memiliki ketergantungan pada orang lain, memiliki kekurangan dan
kelebihan, memiliki rasa senasib, serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama. Dengan asumsi tersebut, melalui belajar kelompok secara kooperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
dan tanggung jawab.model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/ persoalan, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif
yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif ( Positive Interpendence).
2) Tanggung Jawab Perseorangan(Personal Responsibility)
3) Interaksi Tatap Muka (Face to face Promotion Interaction)
4) Komunikasi & interaksi Antar Anggota (InterpersonalSkill)
5) Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing)
b) Pendekatan tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan.Tema yang diangkat dalam pendekatan tematik kaya dengan kemungkinan
konsep-konsep terbaik dari berbagai disiplin.Tema yang terpilih menjadi sentral kegiatan
belajar siswa.Melalui tema siswa mempelajari konsep-konsep dari suatu atau beberapa
bidang studi.

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:


1) Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran
progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman
langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi
yang dimilikinya.
2) Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajaran tematik yang
diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya.
3) Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan
atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Karakteristik pembelajaran tematik :

 Berpusat pada siswa


 Memberikan pengalaman langsung
 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
 Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
 Bersifat fleksibel
 Hasil pembelajaran sesuai minat dan kemampuan siswa
 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan
c) Pendekatan kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual dapat dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan terkait
dengan dunia nyata kehidupan siswa, sehingga siswa dapat merasakan manfaat dari materi
yang disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Landasan filosofi Pembelajaran
Kontekstual adalah konstruktivisme artinya filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal.Siswa harus mengkonstruksi (membangun)
pengetahuan di benak mereka sendiri.Untuk membangun penegetahuan tersebut
diperlukan pengalaman belajar yang nyata. Dalam pembelajaran kontekstual
memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu: mengaitkan,
mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer.
d) Pendekatan kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran.Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai
dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut.

1) Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi


peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman langsung,
kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-
ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan
kajian teori.
2) Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman
yang ada dalam diri siswa.
3) Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari.
4) Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa
yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis
sesuai dengan materi yang dipelajari.
e) Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan.Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik
lebih dari satu kesimpulan.Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip
umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum
ke dalam keadaan khusus.
f) Pendekatan Induktif
Induktif adalah suatu pendekatan yang didesain untuk meningkatkan kemampuan
berpikir. Induktif adalah pendekatan yang didasarkan atas tiga asumsi, yaitu:
1) Proses berpikir dapat dipelajari. Mengajar berarti membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir induktif melalui latihan (practice).
2) Proses berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini berarti bahwa
siswa menyampaikan sejumlah data dari beberapa domain pelajaran. Siswa
menyususn data ke dalam sistem konseptual, menghubungkan poin-poin data dengan
data yang lain, membuat generalisasi dari hubungan yang mereka temukan, dan
membuat kesimpulan dengan hipotesis, meramalkan dan menjelaskan fenomena.
3) Mengembangkan proses berpikir dengan urutan yang “sah menurut aturan”. Postulat
Taba bahwa untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu, pertama seseorang harus
menguasai satu keterampilan tertentu sebelumnya, dan urutan ini tidak bisa dibalik.
Pembelajaran fikih secara induktif dimulai dari contoh contoh atau praktek langsung
untuk memahami suatu konsep. Jotce membagi tiga fase strategi pembelajaran induktif
yaitu: pembelajaran konsep, interpretasi data dan aplikasi prinsip. Pembentukan konsep
merupakan proses berpikir yang kompleks yang mencakup membandingkan, menganalisa
dan mengklasifikasikan dan penalaran induktif serta hasil dari sebuah pemahaman.
Dengan demikian, pendekatan indektif dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar
mengajar, dimana guru bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu kesimpulan
sebagai aplikasi hasil belajar melalui strategi pembentukan konsep, interpretasi data dan
aplikasi prinsip. Dalam pendekatan induktif pembahasan dimulai dengan fakta-fakta atau
data-data, konsep teori yang telah diuji berkali-kali kemudian disusun menjadi suatu
generalisasi kemudian ke hal yang khusus/
C. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah “a way in achieving something” cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyatadan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
diskusi; (3) tanya jawab;(4) praktek; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;dan
sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam strategi/tehnik dan taktik
pembelajaran.
Fungsi metode pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai Strategi Pembelajaran
Tidak semua peserta didik memiliki tingkat intelegensi yang sama, karena setiap peserta
didik pasti memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Walaupun dalam satu kelas itu
merupakan satu kelompok atau kelas unggulan, namun daya intelegensi tersebut
mempengaruhi daya serap siswa dalam menangkap apa yang disampaikan oleh guru,
sehingga untuk menyikapi perbedaan tersebut, maka diberikan metode pembelajaran
sebagai bagian dari strategi pembelajaran. Dengan memberikan metode pembelajaran
yang tepat, peserta didik dapat menyerap ilmu yang disampaikan oleh pendidik dengan
baik.
2. Alat Motivasi Ekstrinsik
Motivasi merupakan suatu dorongan, untuk seseorang dalam melakukan sesuatu dan
begerak baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Motivasi memiliki peranan
yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena motivasi didapat dari diri
sendiri maupun dari luar. Metode pembelajaran bisa menjadi alat motivasi (perangsang)
dari luar (ekstrinsik). Karena perannya sangat penting, maka sebuah metode pembelajaran
yang baik tentunya harus yang dapat memotivasi peserta didiknya untuk semangat belajar.
3. Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Metode pembelajaran digunakan sebagai fasilitas pendidikan yang memiliki tujuan untuk
mengantarkan bahan materi pembelajaran agar terserap baik oleh peserta didik. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah alat untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam memilih dan menentukan metode, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Tujuan yang hendak dicapai
b) Kondisi dan karakteristik siswa
c) Sifat materi pembelajaran
d) Ketersediaan fasilitas dan media
e) Tingkat partisipasi siswa
1. Metode ceramah
Metode Ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering
digunakan:
a. Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materiyang perlu ditonjolkan.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Ceramah tergolong metode konvensional dan merupakan sebuah metode mengajar
yang paling disukai, namun memiliki banyak kelemahan, antara lain:
1) Monoton dan membosankan
2) Informasi hanya satu arah, yaitu dari guru ke siswa
3) Siswa menjadi tidak aktif karena pembelajaran didominasi oleh guru
4) Umpan balik (feed back) jadi relatif rendah
5) Kurang melekat pada ingatan siswa
6) Tidak mengembangkan kreatifitas siswa
7) Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik
8) Menggurui dan melelahkan
9) Tidak merangsang siswa utk membaca
10) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasai guru.
11) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme.
12) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap
sebagai metode yang membosankan.
13) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti
apa yang dijelaskan atau belum.
metode ini tetap diperlukan dan dipandang efektif dalam kondisi tertentu seperti ketika:
a) Materi tidak banyak diperoleh dalam bentuk tulisan.
b) Materi tidak berada dalam satu tempat/sumber, melainkan tersebar dalam berbagai
referensi, sehingga menyulitkan bila siswa yang diminta untuk membaca dan
mempelajarinya.
c) Materi tidak sesuai dengan level berpikir siswa
d) Dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi 5) Bertujuan untuk menyampaikan
informasi baru.
e) Digunakan untuk mengajar di kelas yang banyak jumlah siswanya per kelas.
f) Digunakan untuk pengajaran kognisi (pengetahuan) tingkat rendah.

2. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada
suatu topik atau Metode Pembelajaran pokok pernyataan atau masalah dimana para peserta
diskusi berusaha untuk mencapai suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama
maupun pemecahan terhadap suatu masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan
argumentasi.
Diskusi akan bermanfaat untuk hal-halberikut ini:
a) Membantu siswa berpikir atau berlatih berpikirdalam disiplin ilmu tertentu.
b) Membantu siswa belajar menilai logika, bukti, dan argumentasi (hujjah), baik
pendapatnya sendiri maupun pendapat orang lain.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan prinsip-
prinsip tertentu.
d) Membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi proplem dari penggunaan
informasi dari buku rujukan.
e) Memanfaatkan keahlian (sumber belajar) yang ada pada anggota kelompok.
Selain itu, ketika proses diskusi dilakukan, guru sering menghadapi beberapa hambatan,
antara lain sebagaimana berikut:
a) Melibatkan partisipasi siswa dalam diskusi
b) Membuat siswa sadar terhadap pencapaian tujuanpembelajaran.
c) Mengatasi reaksi emosional siswa
d) Memimpin diskusi tanpa banyak melakukan intervensi Membuat struktur diskusi,
mulai dari pengantar sampai dengan simpulan
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk menjajaki
sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan dasar mengenai materi yang akan
dipelajari, memusatkan perhatian siswa serta melihat sejauh mana kemajuan yang telah
dicapai oleh siswa. Metode ini juga dimaksudkan untuk merangsang Metode Pembelajaran
perhatian siswa.Dengan demikian, metode ini dapat digunakan sebagai apersepsi,
pemusatan perhatian, dan evaluasi.
Agar metode tanya jawab efektif, guru perlu memenuhi ciri-ciri pertanyaan yang baik
berikut ini:

a) Pertanyaan hendaknya bersifat mengajak atau merangsang siswa untuk berfikir.


b) Kata-kata yang dipergunakan harus jelas sehingga tidak ada kata atau istilah yang
tidak difahami siswa.
c) Pertanyaan itu harus mengandung satu penafsiran. Kalimat pertanyaan hendaknya
singkat.
d) Setiap pertanyaan hendaknya mengandung satu masalah.
e) Pertanyaan harus sesuai dengan taraf kecerdasan atau pengalaman siswa.
4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan
yang harus didemonstrasikan. Langkah-langkah demonstrasi adalah sebagai berikut:
a) Menentukan prosedur dan perangkat yang terkait materi yang dipelajari.
b) Meminta siswa menyaksikan guru memperagakan kegiatan.
c) Meminta siswa untuk berlatih melakukan keterampilan yang diperagakan guru.
d) Melakukan latihan tahap demi tahap Membuat kesimpulan bersama siswa
5. Metode eksperiment (percobaan)
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar
eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
Tujuan metode eksperimen adalah agar:
a) Siswa dapat menyimpulkan fakta-fakta, informasi, atau data yang diperoleh.
b) Siswa mampu merancang, mempersiaapkan, melaksanakan, dan melaporkan
percobaannya.
c) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan
dari fakta, informasi, atau data yang dikumpulkannya melalui percobaan.
d) Siswa mampu berpikir sistematis.
6. Metode study tour (karya wisata)
Metode Study Tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak siswa
mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.
7. Metode drill
Metode Drill adalah suatu metode mengajar dengan memberikan kegiatan latihan
keterampilan secara berulang kepada peserta didik agar siswa memiliki keterampilan yang
lebih tinggi terkait materi yang dipelajari.Metode Drill bertujuan melahirkan keterampilan
melakukan sesuatu serta membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penerapan Metode Drill:
1. Memulai dari yang sederhana.
2. Guru terlebih dahulu memberikan contoh.
3. Siswa melakukan latihan secara berulang-ulang.
4. Selama latihan, perhatikan bagian-bagian yang sulit dirasa oleh sebagian siswa.
5. Ulangi bagian-bagian yang sulit tersebut sampai mereka menguasainya.
6. Memperhatikan perbedaan siswa.
8. Metode simulasi
Metode simulasi digunakan untuk mengajarkan materi dengan menerapkan sesuatu yang
hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. Tujuannya untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan keterampilan siswa melakukan suatu keterampilan, melatih kerjasama
kelompok, dan membangkitkan motivasi belajar siswa Prinsip-prinsip penerapan Metode
Simulasi:
a) Pelaksanaan simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses yang
berurutan yang diperkirakan terjadi dalam situasi yang sesungguhnya
b) Perlu mempersiapkan seluruh perangkat dan perlengkapan yang diperlukan
c) Perlu penjelasan tentang langkah-langkah atau proses yang akan dilakukan siswa
dalam simulasi.

D. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Tidak dipungkiri bahwa
terdapatperbedaan pandangan dalam memaknai strategi pembelajaran. Penulis mengacu pada
Melvin L. Silberman, yangmemberi judul bukunya Active learning Strategies to Teach Any
Subject. Terjemahan Indonesianya menjadi ActtiveLearning, 101 Strategi pembelajaran Aktif.
Di dalamnya berisicara bagaimana mengimplementasikan metode sehinggapembelajaran
menjadi lebih menarik dan berkesan bagisiswa. Sama dengan Melvin, Hisayam Zaini, dkk.,
jugamenganut pengertian yang sama dalam bukunya StrategiPembelajaran Aktif. Strategi
dimaknai sebagai cara bagaimana meramu, mengelola dan menyajikan bahan pembelajaran
menjadi menarik dan mengesankan, sehingga tidak mudah dilupakan.
Strategi/tehnik mengajar mempunyai arti yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pengajaran. Hal ini penting dalam rangka menarik minat siswa terhadap materiserta
menanamkan kesan pembelajaran pada siswa sehingga tidak mudah dilupakan. Sebaliknya
diharapkan dapat memberi kesan dan pengaruh secara mendalam. Misalnya, penggunaan
Metode Ceramah yang cenderung membuat siswa pasif, dapat digunakan strategi “TeamQuiz”
sehingga siswa tetap aktif dan bertanggung jawab terhadap materi yang dipelajari dengan cara
meminta mereka berdasarkan team membuat pertanyaan (quiz) terkait materi dan yang
lainnya menjawab pertanyaan.Metode ceramah juga dapat dikombinasikan denganstrategi
Listening team, yaitu siswa sebagai pendengarceramah dikelompokkan dan diberi tugas baik
sebagaipembuat peratanyaan, pemberi contoh, penjawab pertanyaan dan sebagainya. Dengan
demikian, siswa terlibat secaraaktif dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada
dalamdirinya. Hal ini tentu akan meninggalkan kesan yang lebihkuat dibandingkan kalau
mereka hanya sebagai objek pendengar yang bersifat fasif. Contoh lainnya adalah
metodediskusi dapat dikemas secara lebih menarik dengan menggunakan strategi debat aktif
bila isu yang dibahas bersifatkontroversial, dan menggunakan strategi Point Counter Pointbila
isu yang didiskusikan terdiri dari beberapa perspektif.Dengan demikian, siswa dapat terlibat
secara aktif dalam berargumentasi dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian,
pembelajara menjadi lebih mengesankan.
Dick dan Carey sebagaimana dikutip Majid menggunakan istilah strategi pembelajaran
untuk menjelaskan mengenai langkah urutan proses dan pengaturan konten, menentukan
kegiatan belajar dan memutuskan bagaimana menyampaikan konten dan kegiatan. Beberapa
fungsi dari strategi pembelajaran adalah :
1. Sebagai ramuan untuk mengembangkan bahan ajar
2. Sebagai perangkat criteria untuk mengevaluasi bahan ajar yang telah ada
3. Sebagai seperangkat criteria dan formula untuk merevisi bahan ajar yang ada
4. Sebagai kerangka kerja untuk merencanakan catatan ceramah kelas, latihan kelompok
unteraktif dan penugasan pekerjaan rumah.
Jenis-jenis strategi pembelajaran :
a. Team Quiz (Quiz Kelompok)
Strategi ini dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Bermain quiz atau
dikenal dengan Strategi TeamvQuiz adalah kegiatan tanya jawab antar kelompok.
Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak
membosankan. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
bertanggungjawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang
menyenangkan. Selain itu juga bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran.
b. Listening Team (Tim Pendengar)
Listening Team adalah strategi lainnya yang dapat dikombinasikan dengan
metode ceramah.Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan seluruh peserta
didik dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan tugas
yang berbeda-beda kepada masing-masing kelompok.Tujuannya agar
pembelajaran tidak monoton dan membosankan serta siswa hanya bersikap
pasif.Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus pada materi
yang disampaikan dengan ceramah.
c. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi ini tepat digunakan untuk memulai pembelajaran (apersepsi), dengan
tujuan untuk melibatkan siswa sejak awal dengan menanyakan pengalaman mereka
terkait materi.Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting,
pengalaman yang membekas dalam ingatan.Belajar dengan menggunakan strategi
inibertujuan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan
pengalaman mereka.
d. Information Search (Mencari Informasi)
Strategi ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan
membosankan. Materi dapat diambil dari buku ajar, kliping koran, dst.
e. Reading Guide (Pemandu Bacaan)
Sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan dalam kelas
dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus
diselesaikan.Dalam kondisi semacam itu, strategi ini dapat digunakan secara
optimal.Strategi ini memiliki kesamaan dengan strategi information
search.Bedanya, strategi ini tepat digunakan untuk pekerjaan rumah, dengan
meminta mereka membaca di rumah dan jawabannya dapat disampaikan secara
lisan pada pertemuan berikutnya.Jawaban secara lisan dimaksudkan agar siswa
tidak hanya memindahkan jawaban dari buku cetak ke buku tulis mereka. Karena
sesungguhnya apa yang ditanyakan, jawabannya ada dalam teks bacaan tersebut.
Bila siswa diminta menuliskan jawaban, yang terjadi bisa saja hanya proses
pemindahan pengetahuan dari buku cetak ke buku tulis mereka, bukan ke otak
mereka.
f. Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)
Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan
guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Tujuan Jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan
belajar koopenatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian. Model pembelajaran Jigsaw menggunakan teknik “pertukaran dari
kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dimana setiap peserta didik
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik yang lainnya. Dalam proses
pengajaran itu terjadi diskusi. Dalam diskusi pasti ditemukan beberapa perbedaan
pendapat yang dikarenakan oleh perbedaan pemahaman atas materi yang dipelajari
oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, setiap kali seorang peserta
didik mengajarkan sesuatu kepada yang lainnya berdasarkan apa yang telah
dipelajarinya, akan terjadi timbal balik dari pihak pembelajar berdasarkan materi
yang dipelajarinya pula.
g. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Strategi ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi bersama
temannya dalam suatu kelompok kecil. Dengan strategi ini diharapkan siswa
membangun kerja sama individu dalam kelompok, kemampuan analitis dan
kepekaan sosial serta tanggung jawab individu dalam kelompok.
h. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu strategi diskusi yang dapat mendorong pemikiran dan
perenungan, terutama bila siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang
bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri. Strategi ini tepat digunakan bila
ada dua isu atau permasalahan yang bersifat kontroversial.Misalnya, mendukung
model pembelajaran PAIKEM atau model pembelajaran konvensional; mendukung
penegakan Negara Islam/ Negara kesatuan Republik Indonesia seperti yang
sekarang; mendukung penegakan hukum Islam atau pelaksanaan hukum positif
seperti sekarang ini; mendukung Poligami/ monogami.
i. Point Counter Point (Tukar Pendapat)
Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan mahasiswa dalam
mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam. Strategi ini mirip dengan debat,
hanya saja menggunakan berbagai sudut pandang (perspektif).
j. Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16- dst)
Strategi ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati
maupun membaca yang dilakukan secara individu.Kegiatan perorangan ini
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri dari dua orang
berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam belas orang, dan
seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas.
k. Socio Drama (Drama Sosial)
Strategi ini tepat digunakan untuk mengajarkan materi yang menekankan
aspek afektif (pembentukan sikap, karakter dan kepribadian siswa).Strategi ini
tepat untuk mengajarkan materi Pedidikan Kewarganegaan dan akhlak seperti
sikap terpuji dan sikap tercela yang dalam kehidupan sehari-hari anak melihat dan
bahkan mengalaminya.
l. Role Play (Bermain Peran)
Strategi ini baik dipakai untuk mengajarkan materi yang menekankan aspek
afektif (pembentukan sikap, karakter dan kepribadian siswa.Strategi ini tepat
digunakan untuk mengajarkan materi sejarah, baik sejarah nasional maupun
Sejarah Peradaban Islam. Selain itu, dapat pula digunakan untuk mengajarkan
materi bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
m. Poster Comment (Komentar Gambar)
Strategi ini tepat untuk menstimulasi dan meningkatkan kreativitas dan
mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan.Melalui strategi ini
siswa didorong untuk mengungkapkan pendapatnya.
n. Poster Session (Pembahasan Gambar)
Poster Session merupakan strategi yang tepat untuk menggali apa yang sedang
dipikirkan dan dibayangkan siswa tentang materi serta melatih mereka untuk
mengekspresikan apa yang mereka fikirkan dan rasakan.
o. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Artinya guru
menggunakan metode ceramah, dan pada saat yang sama menggunakan strategi
ini. Strategi ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dari
awal sampai akhir. Sebelum menyampaikan materi dengan metode ceramah, di
awal siswa diminta untuk menebak apa yang akan muncul dalam topik yang akan
disajikan. Selama penyampaian materi siswa diminta untuk mencocokkan hasil
tebakan mereka dengan materi yang disampaikan oleh guru.Strategi ini dapat
diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran yang tidak bersifat aplikatif seperti
ilmuilmu eksakta. Kelas akan menjadi lebih dinamis jika diadakan kompetisi antar
kelompok dengan cara mencari kelompok yang yang prediksinya paling banyak
benarnya.
p. The Power of Two (Kekuatan Berdua)
Strategi ini digunakan untuk mendorong siswamemiliki kepekaan terhadap
pentingnya bekerja sama.Filosofi metode ini adalah “berpikir berdua lebih baik
daripada berpikir sendiri”.
q. Question Students Have (Pertanyaan Siswa)
Strategi belajar ini merupakan cara yang aman untukmengetahui kebutuhan
dan harapan-harapan siswa.Strategi ini merupakan salah satu cara yang
dapatmendatangkan partisipasi siswa melalui tulisan dari padasecara lisan.
r. Card Sort (Kartu Sortir)
Strategi ini merupakan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajar
konsep, karakteristik, klasfikasi,fakta tentang objek, atau mereviu
informasi.Gerakan fisikyang dominan dalam strategi dapat membantu
mendinamisasi kelas yang kelelahan.
s. Everyone is a Teacher Here (Setiap Orang AdalahGuru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara
keseluruhan dan secara individual.Strategi ini juga memberi kesempatan kepada
setiap siswauntuk berperan sebagai guru bagi siswa lainnya.
t. Index Card Match (Mencari Pasangan)
Metode ini merupakan cara yang menyenangkan danmengaktifkan siswa saat
ingin meninjau ulang materipembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
u. Planted Question (Pertanyaan Rekayasa)
Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa
yang selama ini dikenal guru kurangberminat dan kurang termotivasi dalam belajar
atau kurangmemiliki rasa percaya diri.Strategi ini membantu guruuntuk
mempresentasikan informasi dalam bentuk responterhadap pertanyaan yang telah
ditanamkan/diberikansebelumnya kepada siswa tertentu. Sekalipun guru
memberikan pembelajaran seperti biasa, namun siswa melihatguru seolah-olah
sedang melaksanakan sesi tanya jawab.
v. Modelling the Way (Membuat Contoh Praktek)
Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi.Siswa diberi
waktu menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka
mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan.

E. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentuyang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yangtinggi, sementara yang satunya lagi kurang
memiliki senseof humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidangitu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan
ataukekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guruyang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akanmenjadi sebuah
ilmu sekaligus juga seni (kiat).
Fungsi teknik pembelajaran adalah agar guru mampu mengimplementasikan metode
secara spesifik, agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dikelas lebih bervariasi metode
yang sama namun teknik yang berbeda, materi yang disampaikan sesuai dengan situasi kelas,
lingkungan sekolah ataupun kelas, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi lainnya
sehingga siswa mampu menerima dan menanggapi pembelajaran dengan baik.
Teknik pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru
profesional harus memahami pengertian dari teknik pembelajaran beserta kelebihan dan
kekurangannya.
Jenis-jenis teknik pembelajaran :
1. Teknik Ceramah
Pengertian Teknik Ceramah
Ini juga merupakan teknik pembelajaran paling populer dan hingga saat ini paling sering
digunakan oleh para guru. pengertian dari teknik ceramah adalah  guru memberikan
materi di depan siswa secara lisan.
Kelebihan Teknik Ceramah
Teknik ceramah memiliki kelebihan antara lain : pembelajaran dapat berlangsung
tertib, materi dapat disampaikan dengan jelas dan caranya pun sederhana.
Kekurangan Teknik Ceramah
Kekurangan dari ceramah adalah siswa menjadi lebih cepat bosan. Alur pembelajaran
juga monoton. Akhirnya motivasi siswa untuk belajar akan menurun.
2. Teknik Diskusi
Pengertian Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah suatu teknik pembelajaran dimana guru menyajikan suatu
permasalahan dan siswa diminta mengungkapkan ide, opini, argumentasi serta narasi
yang berkaitan dengan materi tersebut. Dibutuhkan guru yang benar-benar kreatif,
komunikatif dan aktif dalam mengelola sebuah diskusi di teknik ini. Peran guru
nantinya akan cenderung menjadi seorang narator.
Kelebihan Teknik Diskusi
Beberapa kelebihan dari teknik diskusi adalah mampu memberi kesempatan pada
siswa untuk menyusun argumen, mengungkapkan opini dan saling beradu pendapat
dengan sehat. Selain itu kelebihan teknik pembelajaran diskusi lainnya adalah siswa
dapat termotivasi dengan baik untuk menikmati sistem pembelajaran yang ada dan
mengembangkan pengetahuannya.
Kekurangan Teknik Diskusi
Kekurangan teknik diskusi adalah, ketika guru gagal mengajarkan etika dan tata cara
diskusi yang baik, maka pembelajaran akan kacau dan bahkan muncul perdebatan
tanpa makna.
3. Teknik Tanya Jawab
Pengertian Teknik Tanya Jawab
Pengertian dari teknik pembelajaran tanya jawab adalah suatu teknik dimana guru
memberikan berbagai pertanyaan kepada siswa yang bertujuan membangun
pemahaman mereka akan materi yang sedang dipelajari.
Kelebihan Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab memiliki kelebihan dibanding teknik lainnya, yaitu guru pada saat
tersebut mampu mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi sehingga bisa
menentukan untuk mengulang pembelajaran. Teknik ini juga sangat baik untuk
membantu siswa berlatih lebih berani mengungkapkan pendapat mereka serta melatih
keterampilan berbicara secara lebih sistematis.
Kekurangan Teknik Tanya Jawab
Guru yang horor, terlampau tegas, suka mengintimidasi dan sayangnya juga kurang
baik pola pengajarannya lebih baik jangan memakai teknik pembelajaran tanya jawab,
karena siswa akan merasa takut untuk menjawab.
Selain itu jika pertanyaan ternyata tidak berhubungan dengan materi dan guru gagal
membangun pemahaman, maka siswa tidak akan memperoleh apa-apa.
4. Teknik Penugasan
Pengertian Teknik Penugasan
Ini adalah teknik pembelajaran paling populer yang sering dilakukan oleh para guru.
Artik dari teknik penugasan adalah pemberian tugas / latihan soal / instruksi pada
siswa setelah guru selesai memberi materi.
Kelebihan Teknik Penugasan
Kelebihan dari teknik penugasan adalah memberikan kemudahan bagi guru untuk
menyusun perencanaan, melakukan evaluasi, ataupun mengawasi jalannya
pembelajaran. Selain itu teknik itu dapat memberi kesempatan kepada para peserta
didik untuk mengungkapkan apa yang mereka pahami dari materi yang sudah
diberikan oleh guru.
Kekurangan Teknik Penugasan
Membosankan, kaku dan tidak menarik adalah kekurangan dari teknik pembelajaran
penugasan. Siswa akan cepat bosan dan merasa tidak betah berlama lama belajar.
5. Teknik Simulasi
Pengertian Teknik Simulasi
Teknik pembelajaran simulasi adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa seolah-
olah mengalami sendiri suatu momen atau peristiwa. Diharapkan siswa dapat
merasakan, menghayati dan memahami apa yang sedang mereka pelajari dengan cara
mengalami sendiri kejadian tersebut,
Kelebihan Teknik Simulasi
Beberapa kelebihan teknik simulasi adalah : dapat membuat siswa senang dan tertarik
untuk belajar. Selain itu dapat mengajarkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan
materi dalam waktu bersamaan.
Kekurangan Teknik Simulasi
Kekurangan teknik simulasi adalah siswa harus benar-benar diberi gambaran yang pas
tentang materi yang diajarkan. Ini bukan hal yang mudah karena menuntut kreatifitas
tingkat tinggi dari guru. Jika guru gagal dalam menyusun perencanan dan materi
dengan baik, maka siswa tidak akan mendapat apapun dari teknik ini bahkan membuat
keadaan menjadi kacau.
6. Teknik Inquiry
Pengertian Teknik Inquiry
Teknik pembelajaran inquiry pada dasarnya sudah sering dilakukan oleh para guru
hanya saja mungkin langkah-langkahnya perlu dimodifikasi dengan lebih baik lagi.
Pengertian dari teknik pembelajaran inquiry adalah suatu teknik dimana siswa diminta
membahas sebuah permasalahan bersama dengan temannya dalam kelompok kecil,
lalu kemudian membuat sebuah laporan tertulis dan menyampaikannya di depan guru
ataupun teman yang lain.
Kelebihan Teknik Inquiry
Ada banyak kelebihan dari teknik inquiry, antara lain mampu membentuk rasa
disiplin, percaya diri dan tak putus asa. Siswa juga akan terbiasa dengan semangat
untuk bekerja sama, saling berkompetisi dengan sehat. Selain itu teknik inquiry
memiliki kelebihan menghadirkan suasana belajar yang hidup serta mampu membuat
siswa merasa semakin terangsang, khususnya dalam mengungkapkan pendapatnya.
Kekurangan Teknik Inquiry
Kekurangan dari teknik inquiry adalah berpotensi membuat kelas gaduh, ribut dan
kacau. Anak-anak harus benar-benar dibiasakan untuk mendengarkan presentasi atau
pendapat dari temannya serta diajarkan cara mengungkapkan gagasan dengan baik.
Dalam memilih teknik pembelajaran untuk diterapkan di kelas, setidaknya seorang
guru wajib untuk mempertimbangkan beberapa hal berikut :
a) Tingkat pemahaman anak
b) Jumlah siswa
c) Tingkat kesulitan materi
d) Ketersediaan fasilitas dan sarana / prasana
e) Estimasi waktu
7. Teknik Eksperimen / Demonstrasi
Pengertian Teknik Eksperimen / Demonstrasi
Pengertian teknik pembelajaran eksperimen / demonstrasi adalah sebuah teknik yang
memberi kesempatan siswa melakukan praktik di dalam proses pembelajaran, baik
berupa eksperimen maupun demonstrasi. Dalam melakukan teknik ekspresimen /
demonstrasi para guru wajib memperhatikan keselamatan dan efisiensi pembelajaran
dari siswa maupun properti yang ada.
Kelebihan Teknik Eksperimen / Demonstrasi
Siswa dapat lebih memahami proses dan hasil. Ini merupakan sebuah hal yan sangat
berharga, karena siswa tidak hanya mengingat saja.
Kekurangan Teknik Eksperimen / Demonstrasi
Di butuhkan biaya dan fasilitas tertentu untuk dapat membuat teknik pembelajaran
eksperimen / demonstrasi ini dapat berlangsung dengan baik. Hal ini tentu saja perlu
dipikirkan oleh semua guru dan fasilitator pendidikan yang ingin menggunakan teknik
pembelajarann eksperimen atau demonstrasi.
8. Teknik Karyawisata
Pengertian Teknik Karya Wisata
Ini adalah teknik pembelajaran yang juga sangat disukai para siswa. Maklum, karena
teknik pembelajaran karya wisata ini merupakan sebuah teknik yang mengajak para
siswa mempelajari materi bukan di dalam kelas, tetapi melalui kunjungan langsung ke
sumber pembelajaran. Sebagai contoh, guru bisa mengajak siswa berkarya wisata ke
Bali untuk mempelajari budaya luhur orang Bali maupun sejarah dan pariwisatanya.
Sungguh hal yang menarik bukan?
Kelebihan Teknik Karya Wisata
Kelebihan dari teknik pembelajaran karya wisata antara lain hadirnya pembelajaran
yang menyenangkan dimana siswa selain dapat mempelajari materi secara langsung
dari sumber pembelajaran juga dapat menikmati suasana baru di luar kelas.
Kekurangan Teknik Karya Wisata
Kekurangan teknik pembelajaran karya wisata adalah masalah biaya. Guru dan pihak
sekolah harus benar-benar memperhatikan masalah ini.
9. Teknik Tutorial
Pengertian Teknik Tutorial
Teknik tutorial adalah salah satu teknik pembelajaran populer di mana guru lebih
mengedepankan peran sebagai seorang tutor atau mentor. Dalam teknik ini, guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk kemudian memberikan suatu tugas
tertentu, seperti eksperimen, pengamatan atau menciptakan suatu produk. Guru
nantinya tidak hanya memberi panduan serta landasan teori, namun juga mendampi
para siswa sebagai mentor dan tutor serta memandu mereka jika ada pertanyaan atau
ketidaksesuaian dengan materi atau hasil yang diharapkan.
Kelebihan Teknik Tutorial
Ada banyak sekali kelebihan teknik pembelajaran tutorial. Hal ini karena guru
memberikan bimbingan dan panduan secara intensif. Penyampaian materi langsung
dibarengi dengan aksi langsung atau praktik oleh siswa. Hal ini tentu saja dapat
meningkatkan pemahaman siswa secara lebih baik lagi dibanding hanya pemberian
materi secara teoritis dan klasikal. Selain itu, teknik tutorial juga dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam melakukan praktik kerja. Semua ini dan beberapa
keuntungan lainnya bisa menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih teknik
pembelajaran tutorial.
Kekurangan Teknik Tutorial
Kekurangan dari teknik pembelajaran tutorial adalah guru harus benar-benar
mempersiapkan diri jika para siswa yang bekerja secara individu maupun dalam
kelompok-kelompok kecil membutuhkan bantuan atau pendampingan. Untuk itu
setidaknya harus lebih ada beberapa mentor untuk memandu para siswa dalam
berkegiatan. Ini penting agar keunggulan dari teknik pembelajaran tutorial ini dapat
didapatkan secara maksimal.
10 Teknik Problem Solving
Pengertian Teknik Problem Solving
Adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa diminta, diberi kesempatan dan
dimotivasi untuk memecahkan suatu masalah yang sengaja disajikan dalam proses
belajar mengajar. Dalam teknik problem solving ini, siswa diminta untuk
mengembangkan cara berpikirnya agar tidak hanya terpaku pada apa yang ada di buku
pelajaran, tetapi mengkaitkan teori, materi dan ilmu yang sudah mereka dapatkan
untuk bisa memecahkan permasalahan.
Kelebihan Teknik Problem Solving
Beberapa kelebihan dari teknik problem solving antara lain adalah membiasakan siswa
untuk menganalisa suatu masalah, termasuk mencari hubungan sebab akibat serta
mengkaitkan materi dan ilmu pengetahuan yang sudah mereka dapatkan ke dalam
permasalahan yang di desain / diambil dari kehidupan nyata. Selain itu teknik ini
sangat baik untuk mengajar siswa dengan kecerdasan intelektual yang baik dan
mampu mengembangkan kreatifitas mereka dalam mencari solusi-solusi alternatif
yang bahkan mungkin belum pernah ditemukan sebelumnya.
Kekurangan Teknik Problem Solving
Kekurangan teknik problem solving ini sebenarnya bukan terletak pada siswa,
melainkan guru. Para guru yang selalu mengajarkan materi dengan text book thinking
serta drill / pemberian tugas-tugas sebaiknya berpikir ulang jika mau menggunakan
teknik ini. Setidaknya persiapkan siswa Anda sebelum mengajar menggunakan teknik
problem solving. Berbeda dengan guru dan siswa yang sedari awal menikmati
pembelajaran dengan penuh kreatifitas seperti riset, analisa, presentasi dan diskusi,
siswa yang bahkan tidak berani untuk mengungkapkan pendapat akan sangat tersiksa
serta tidak mendapat manfaat apapun dari teknik ini.
Kesimpulan
Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan yang digunakan untuk
menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Adapun model-model pembelajaran itu
digolongkan menjadi empat model utama yaitu: (1) Model interaksi sosial; (2) Model proses
informasi; (2) Model personal; dan (4) Model modifikasi tingkah laku. Pendekatan pembelajaran
bermakna cara-cara yang ditepuh oleh guru untuk menghampiri siswa agar lebih memahami
bahan yang diajarkan oleh guru. Terdapat beberapa pendekartan belajar yang digunakan guru,
yaitu: (1) Enqury-Discovery Learning; (2) Ekspository Learning; dan (3) Mastery Learning.
Metode megajar adalah suatu cara yang dapat digunakan pendidik dengan berbagai
teknik dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran dapat dicerna dengan mudah serta
efektif oleh peserta didik. Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan proses
belajar mengajar. Ada beberapa strategi pembelajaran sebagai upaya memberikan pengalaman
belajar siswa, yaitu: (1) Strategi Pembelajaran Ekspositori; (2) Strategi Pembelajaran Inquiry, (3)
Strategi Pembelajaran Kooperatif; (4) Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual;
dan (5) Strategi PAIKEM. Menurut Sudrajat teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan sutu metode secara spesifik. Sedangkan teknik pembelajaran  merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pebelajaran tertentu yang sifatnya
individual.
MODUL 2

PARADIGMA PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006
(KTSP), telah berlaku selama 8 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap
sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih kurang
memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru
dan dari cara guru mengajar di kelas yang masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan
menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih aktif mendominasi pembelajaran dan
menjadi pemeran utama sementara siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan
yang susah diubah. Paradigma lama tentang mengajar masih tetap dipertahankan dan belum
berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan
RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas. Ini
berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain. Guru memfasilitasi aktivitas
siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill)
untuk bekal hidupnya sebagai insan mandiri, dan siswa mengalami dan melalui
skenario/pengalaman pembelajaran yang telah dirancang oleh guru tersebut. Melalui proses
mengalami dan melalui pengalaman belajar itulah diharapkan siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan.

Dalam paradigma lama, siswa terbiasa menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa
enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang
sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena
pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara
membelajarkan siswa. Karena penghargaan terhadap profesi guru yang dulu sangat minim, guru
tidak sempat membaca buku yang aktual dan atau membeli buku dan belajar bagaimana
melakukan pembelajaran yang inovatif. Mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, dan hampir tidak punya waktu untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalismenya sebagai guru. Sementara konsep dan kebijakan tentang pendidikan dan
pembelajaran terus berkembang pesat. Terkadang mereka bukan tidak mau meningkatkan
kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi yang kurang memungkinkan. Permasalahannya
adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma
mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang
berubah, mudah-mudahan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah
pula menjadi aktif.

Tulisan sederhana ini sengaja dibuat untuk para calon guru dan guru, untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan, semoga dengan sajian sederhana ini dapat dijadikan bekal untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sehingga kualitas amal
sholehnya melalui profesi guru menjadi meningkat pula.

Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar
aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotor) dapat berkembang dengan
maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan
terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang
sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidupnya. Agar hal
tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogyanya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan
menguasai berbagai model dan cara membelajarkan siswa. Model belajar membahas bagaimana
cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran membahas tentang bagaimana cara
membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta
suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Cara dan model mengajar guru di kelas, pada umumnya dipengaruhi oleh persepsi guru itu
sendiri tentang mengajar dan pembelajaran. Jika seorang guru bepersepsi bahwa mengajar adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan, maka dalam mengajar guru tersebut cenderung menempatkan
siswa sebagai wadah yang harus diisi oleh guru. Dalam praktiknya, guru menerangkan pelajaran
dan siswa memperhatikan. Pada kesempatan lain, siswa diuji tentang kemampuannya menyerap
materi yang telah diajarkan oleh guru. Jika siswa tidak mampu memberikan jawaban secara
benar, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Begitu pula jika guru bepersepsi lain,
maka cara dan model mengajarnya pun akan lain. Model guru mengajar sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami :

1. Mengetahui apa itu konsep dasar belajar


2. Mengetahui konsep pengajaran dan pembelajaran
3. Mengetahui hakikat paradigma
4. Mengetahui perbedaan paradigma pengajaran dan pembelajaran
5. Mengetahui mengajar pada paradigma lama dan baru
6. Mengetahui perlunya perubahan paradigma pengajaran

Selamat belajar, semoga Anda berhasil !

A. Konsep Dasar Belajar


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya
ketika manusia ingin bisa melakukan sesuatu. Pada dasarnya, belajar merupakan suatu
proses yang berakhir pada perubahan. Belajar tidak pernah memandang siapa
pengajarnya, di mana tempatnya, dan apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan
pada hasil dari pembclajaran tersebut; perubahan apa yang terjadi setelah melakukan
pembelajaran. Seringkali kita mendengar kata belajar, bahkan tidak jarang pula
menyebutkannya, tetapi kita belum mengetahui secara detail makna apa yang
sebenarnya terkandung dalam belajar itu. Maka dari itu, penulis alcan mencoba
menguraikannya dari beberapa sumber dan referensi yang ada. Belajar, menurut
Slavin, adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respons.. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya.
Menurut Jean Piaget (dalam Nana Syaodih, 2009, hlm.156) menyebutkan bahwa :
“Belajar merupakan suatu proses yang sifatnya internal, tidak dapat diamati secara
langsung. Suatu perubahan dalam kemampuan individu respons terhadap situasi-
situasi tertentu. Perubahan pada perilaku yang nampak merupakan refleksi dari
perubahan yang sifatnya internal. Konsep belajar meliputi hal-hal yang tidak nampak
seperti keinginan, harapan, kepercayaan, sikap, dll”.
Menurut Azhar (2014, hlm.1) menyebutkan bahwa: “Belajar adalah suatu proses
yang kompleks terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu
terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajarpun
terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan
terjadinya perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya”.
Berdasarkan pengertian diatas, belajar pada dasarnya adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku seperti pengetahuan,
sikap, kebiasaan, keterampilan, dan lain-lain.

2. Faktor Pendorong untuk Belajar


Menurut Abraham Maslow (dalam Dadang Iskandar, 2009) mengatakan
bahwa adanya beberapa faktor pendorong manusia memiliki keinginan untuk belajar,
yaitu:

a. Adanya dorongan rasa ingin tahu


b. Adanya keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
c. Segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari
kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
d. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
e. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
f. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya.
g. Untuk mengisi waktu luang
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam buku Nana Syaodih (2009, hlm.162) menyebutkan bahwa usaha dan
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
bersumber pada dirinya atau diluar dirinya serta lingkungannya.

a. Faktor dalam diri individu


1) Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu.
Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Indra yang paling penting
dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Seseorang yang penglihatan
dan pendengarannya kurang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar.
2) Aspek psikis atau rohaniah mencakup kondisi kesehatan psikis, kemampuan-
kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif
individu. Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari
tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan,
kebiasaankebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, konflik-konflik psikis.
Jika seseorang yang sehat rohaninya akan merasakan kebahagiaan, dapat
bergaul dengan orang lain dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama
dengan orang lain dsb.
3) Kondisi intelektual mencakup tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat
sekolah maupun pekerjaan, dan penguasaan pengetahuan siswa.
4) Kondisi sosial mencakup hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya,
temannya, orang tuanya, maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Orang
yang mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dengan temannya atau guru
serta orangtuanya akan mengalami kecemasan, ketidaktentraman, dan situasi ini
akan mempengaruhi usaha belajarnya.
b. Faktor lingkungan
Dalam buku Nana Syaodih (2009, hlm.163) menyebutkan bahwa
keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar diri siswa,
baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
1) Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan
sekolah dan masyarakat. Faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah
keadaan rumah dan ruangan tempat belajat, sarana dan prasarana belajar yang
ada, suasana dalam rumah, suasana di lingkungan rumah. Hubungan antar
anggota keluarga juga memegang peranan penting dalam belajar seperti
hubungan yang akrab, dekat, penuh rasa sayang menyayangi, saling
mempercayai, saling membantu, saling tenggang rasa, dan saling pen0gertian.
2) Lingkungan sekolah meliputi lingkungan ka0mpus, sarana dan prasarana
belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar dsb. 0Sekolah yang
kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai,
terkelola dengan baik, diliputi 20 suasana akademis yang wajar, akan sangat
mendorong semangat belajar para siswanya.
3) Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajar.
Pengaruh yang positif muncul jika lingkungan masyarakat warganya memiliki
pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-
sumber belajar di dalamnya.
B. Konsep Pengajaran dan Pembelajaran
Paradigma dalam pendidikan mengalami pergeseran dari konsep “pengajaran” ke
“pembelajaran”. Pengajaran lebih menekankan pada kegiatan guru dalam mentransfer
ilmu dan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran member kesan bahwa guru yang lebih
aktif dan mendominasi dalam proses pengalihan pengetahuan dan keterampilan kepada
siswa. Siswa cenderung diposisikan sebagai objek yang pasif. Sedangkan pembelajaran
merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru
dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Konsep “pengajaran” berangkat dari asumsi bahwa siswa ibarat gelas kosong,
tidak tahu apa-apa dan tidak memiliki pengalaman. Gurulah yang serba tahu dan kaya
dengan pengalaman. Karena itu, guru aktif dan mengisi atau menabung pengetahuan ke
otak siswa ( konsep bank ). Ini adalah pandangan ( paradigma ) lama yang tak dapat
dipertahankan lagi dalam konteks saat ini. Konteks zaman dulu dapat terjadi seperti itu
karena siswa relative kurang memiliki sumber belajar seperti media cetak dan media
elektronik, berupa buku, Koran, majalah, radio, TV maupun fasilitas internet. Berbeda
debgan kondisi sekarang di mana siswa mudah mengakses pengetahuan melalui berbagai
sumber pengetahuan selain guru. Sebagian siswa bisa jadi telah mengalami pengalaman
tertentu yang terkait dengan pembelajaran, sementara gurunya justru belum mengalami.
Contoh, seorang guru bisa saja belum perrnah mengalami thawaf karena belum haji,
tetapi siswanya sudah pernah melakukannya, karena telah melaksanakan umrah bersama
orang tuanya. Dengan demikian, siswa untuk konteks zaman sekarang tidak dapat
diibaratkan sebagai gelas kosong. Mereka punya potensi belajar dan pengetahuan dasar
serta pengalaman tertentu terkait materi. Untuk itu mereka perlu diibaratkan secara aktif
dalam proseas pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membelajarkan siswa atau membuat
siswa belajar ( make student learn ). Tujuannya ialah membantu siswa belajar dengan
memanipulasi lingkungan dan merekayasa kegiatan serta menciptakan pengalaman
belajar yang memungkinkan siswa untuk melalui, mengalami dan melakukan itulah pada
akhirnya siswa akan memperoleh pengetahuan, pengalaman, pembentukan sikap dan
keterampilan. Dalam konteks ini, siswa yang aktif melakukan aktivitas belajar. Aktivitas
belajar yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental.
Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal yaitu :
1) Aktivitas gerak ( motoric activities ) seperti memperagakan, melakukan,
mengerjakan, menggambar, melukis, menggerakkan, mendorong dan
mengoperasionalkan.
2) Aktivitas mendengarkan ( listening activities ) seperti mendengarkan penjelasan
guru, ceramah dan pengarahan.
3) Aktivitas visual ( visual activities ) seperti melihat, mengamati dan
memperhatikan.
4) Aktivitas intelektual (mengidentifikasi, berpikir, bertanya, menjawab,
menganalisa, mereview dan memecahkan masalah).
5) Aktivitas lisan ( oral activities ) seperti melafalkan, menirukan bunyi, bercerita,
membaca, Tanya jawab, mengungkapkan, menyampaikan dan membahaskan.
6) Aktivitas menulis (writing activities ) seperti mengarang, membuat makalah dan
membuat kesimpulan.
Aktivitis siswa dalam pembelajaran memiliki arti yang sangat penting, mengingat :

a) Pembelajaran hanya bisa terjadi jika siswa terlibat secara aktif melakukan
aktivitas. Karena proses perubahan dalam diri mereka baik perubahan kognitif,
afektif maupun psikomotor dapat terjadi jika mereka aktif terlibat dengan
menggunakan potensi belajar yang dimilikinya.
b) Setiap siswa memiliki potensi untuk bisa dikembangkan.
c) Peran guru lebih sebagai fasilitator pembelajaran ( yang memfasilitasi dan
mempermudah hal yang sulit menjadi mudah untuk diperoleh siswa ) baik
pengetahuan maupun keterampilan.
Dari pernyataan pertama dipahami bahwa meskipun siswa hadir di ruang kelas,
bisa terjadi dia tidak belajar kalau dia tidak terlibat dalam kegiatan belajar karena dia
hanya menjadi pihak yang pasif.

Pernyataan kedua memberi tahu guru agar member dorongan kepada siswa
untuk mngembangkan potensi-potensi yang dimilikinya melalui diskusi, presentasi dan
peragaan.
Sedangkan pernyataan ketiga member innformasi bahwa pembelajaran masa
sekarang tidak mengikuti banking concept yang mengandalkan siswa ibarat tabung
kosong yang hanya pasif, menerima masukan apapun ke dalamnnya. Paradigma
pembelajaran sekarang ini adalah student centered learning ( pembelajaran berpusat
pada siswa ). Siswa didorong untuk bisa memperoleh pengatahuan dengan caranya
sendiri. Dengan demikian tumbuh kemampuan dan kecintaannya pada kegiatan
belajar.

Untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru sepatutnya


menerapkan metode pemmbelajaran yang bervariasi yang membuat siswa melakukan
berbagai kegiatan seperti membaca, melihat gambar (ilustrasi), menulis, berdiskusi,
menyampaikan pikiran, beradu argumentasi, mempraktikan suatu keterampilan, dan
tidak memposisikan siswa sebagai pihak yang pasif, yang hanya diminta untuk
mendengarkan ceramah gurunya.

Metode yang demikian akan dapat melayani banyak siswa yang tentu memiliki
modalitas atau gaya belajar yang berbeda-beda. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
menyebutkan tiga tipe orang dengan gaya belajar yang berbeda yaitu orang-orang tipe
visual, orang-orang tipe auditorial, dan orang-orang tipe kiinestetik.

Lebih jauh, pembelajaran menurut Gagne & Briggs adalah sebagai suatu
rangkaian events ( kejadian, peristiwa dan kondisi ), yang sengaja dirancang untuk
mempengaruhi pembelajar/siswa, sehingga proses belajar dan penanaman nnilai dapat
berlangsung dengan mudah.

Knrik & Kent L. Gustafson mendefinisikan pembelajaran sebagai kegiatan


yang dirancang guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan,
keterampilan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui
tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 menyatakan


bahwa : “ pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ”. Berdasarkan konsep tersebut, dalam
kata pembelajaran terkandung dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Mengajar
adalah kegiatan yang berkaitan dengan upaya membelajarkan siswa agar berkembang
potensi yang ada dalam dirinya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Ini
berarti bahwa pembelajaran menuntut terjadinya komunikasi dua arah atau dua pihak
yaitu pihak pendidik (guru) dan pihak pelajar (siswa).

Selain itu, juga terdapat pengertian pembelajaran yang menggambarkan tujuan.


Pembelajaran dimaknai sebagai perubahan proses atau pencapaian kualitas anak didik
yang relatif permanen melalui pengembangan potensi dan kemampuannya. Baik
perubahan secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Artinya pembelajaran adalah
proses dan upaya perubahandari siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang sikap,
karakter dan kepribadiannya tidak baik menjadi baik, dan dari yang tidak terampil
melakukan sesuatu menjadi terampil melakukan sessuatu.

Uraian tentang pengertian pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan di


atas menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan potensi dirinya, bukan sekedar menyampaikan materi
pelajaran. Meskipun di dalamnya juga termasuk penyampaian informasi dan
pembentukan, namun proses tersebut dikemas dalam pengembangan, dan berpusat
pada siswa. Siswalah yang harus mengembangkan potensinya sendiri, guru hanya
memfasilitasi. Karena pendidikan berbentuk proses pembelajaran, yang intinya guru
mengajar dan siswa belajar, maka berdasarkan konteks ini, mengajar seyogyanya
dimaknai sebagai penumbuhkembangan potensi siswa.

Kenyataannya banyak guru memaknai belajar sebagai menyampaikan materi.


Hal ini dapat kita amati dalam praktis pembelajaran sehari-hari. Guru mengajar siswa
dengan menerangkan pelajaran, kemudian siswa diharapkan menguasai materi
tersebut. Untuk membuktikan bahwa siswa telah menguasau materi yang diajarkan
oleh guru, guru kemudian mengadakan tes atau ulangan. Hasil dari pekerjaan siswa
itulah yang dijadikan pedoman unntuk menetapkan apakah siswa telah menguasai
materi pelajaran atau belum. Akibat dari proses yang demikian adalah bahwa siswa
cenderung dijadijan objek uji coba oleh guru.
Proses pengajaran semacam itu tidak dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki anak secara optimal. Padahal proses pembelajaran pada hakikatnya
adalah upaya unntuk mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin.

C. Hakikat Paradigma
Paradigma adalah sistem keyakinan fundamental yang mendasari cara
memandang dunia. Suatu paradigma berhubungan dengan cara pandang seseorang yang
dilandasi oleh keyakinan, asumsi dan sistem nilai yang dapat memengaruhi cara berpikir
dan cara berpraktik yang diterapkan dalam sebuah komunitas tertentu, khususnya, dalam
disiplin intelektual.
Dalam bahasa Yunani, paradigma berarti membandingkan atau memperlihatkan.
Dalam bidang psikologi, salah satu pengertian paradigma adalah satu model atau pola
untuk mendemonstrasikan semua fungsi yang mernungkinkan dapat tersajikan. Dalarn
pengertian lain,paradigma merupakan cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai,dan
praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalarn sebuah komunitas yang sama,
khususnya, dalarn disiplin intelektual. Dengan demikian, suatu paradigma berkaitan
dengan cara pandang terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan yang dianggapnya benar
dan cara pandang tersebut dapat dipenganihi oleh keadaan dan kondisi Iingkungan yang
dinamis.
Sesuai dengan konsep di atas, paradigma dalam kajian buku ini adalah cara
pandang seseorang terhadap sesuatu yang dipikirkan didasarkan pada asumsi dan nilai
tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan faktor situasi, sehingga cara
pandang tersebut dapat mengubah kognitif (pengetahuan), afekti (sikap), dan perilaku
seseorang dalam bertindak. Dan pengertian tersebut, ada tiga hal yang menjadi ciri
paradigma dalam kajian ini. Pertama, sebagai suatu cara pandang seseorang, maka
paradigma bersifat subjektif. Artinya, setiap orang dapat memiliki pandangan yang
berbeda yang benar menurut pandangannya masing-masing, tergantung bagaimana orang
memaknai sesuatu yang ada dilingkungannya. Faktor subjektivitas inilah yang
mernungkinkan setiap orang bisa memiliki paradigma masing-masing tentang sesuatu,
serta rnemungkinkan begitu luas dan beragamnya pandangan terhadap sesuatu yang
dipikirkannya. Keragaman tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang tentang
objek yang dikajinya, yang kemudian dapat membentuk sistem nilai atau norma-norma
yang dianggapnya baik. Paradigma tentang mengajar, misalnya. Setiap orang bisa
memiliki pandangan yang berbeda tentang hal itu. Hal itu sah saja, sebab pandangannya
itu dipengaruhi oleh keyakinan dasar orang tersebut. Ada orang yang beranggapan
mengajar adalah rnenyampaikan rnateri pelajaran; ada juga orang yang beranggapan
mengajar adalah proses menanarmkan pengetahuan dan keterampilan dan lain
sebagainya.
Kedua, paradigma seseorang didasarkan pada asumsi dan nilai-nilai tertentu yang
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang bersifat situasional. Hal ini mengandung
pengertian bahwa suatu paradigma terikat oleh keadaan lingkungan dan waktu yang tidak
statis, tetapi sangat dinamis dipengaruhi oleh perkembangan zaman, sehingga suatu
paradigma tentang sesuatu pada periode waktu tertentu tidak akan sama dibandingkan
dengan periode lainnya. Semua ini tergantung pada kemampuan seseorang dalam
menginterpretasikan berbagai bentuk realitas yang ada. Paradigma tentang mengajar,
misalnya. Dahulu, ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, mengajar adalah sebatas
menyampaikan pengetahuan sebagai materi pelajaran; sekarang, ketika ilmu
pengetahutan berkembang sangat kompleks, ditambah dengan perkembanganteknologi
khususnya teknologi komunikasi, pandangan mengajar sebagai proses menyampaikan
pengetahuan tentu saja tidak relevan lagi.
Ketiga, suatu paradigma dapat memengaruhi pengetahuan, sikap,dan perilaku.
Artinya, paradigma berkaitan dengan performansi seseorang dalam bertindak yang
didasarkan pada keluasan pengetahuan dan norma-norma yang menjadi sistern nilai.
Perilaku seseorang tentang suatu hal baik dalarn bersikap, berpikir, dan bertindak akan
dipengaruhi oleh pandangan orang tersebut tentang sesuatu itu. Inilah yangrnenumbuhkan
adanya keanekaragaman tindakan dan perlakuan pada suatu objek tertentu rnisalnya
orang yang rnenganggap mengajar adalah menyampaikan pengetahuan, perilakunya akan
tercurahkan pada bagaimana agar materi pelajaran tersampaikan dengan efektif dan
efisien, baik berkenaan dengan aspek pengetahuan atau penambahan wawasan dan
keilmuan tentang cara penyampaian; menerima nilai-nilai positif.
D. Perbedaan Paradigma Pengajaran dan Pembelajaran
1. Pengajaran
a. Berpusat pada guru
Sebagaiman umumunnya dalam pembelajaran ini guru hanya
membelajarkan materi kepada peserta didiknya. Guru mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai
penerima. Jadi dalam hal ini pembelajaran yang terjadi di dalam kelas ini lebih
banyak cenderung kepada guru yaitu guru hanya menjelaskan sehingga peserta
didik hanya melihat, mendengar, atau diam hanya mendengarkan penjelasan
saja ,peserta didik sama sekali tidak diajarkan memahami bagaimana belajar
tentang beragam materi, berpikir dan memotivasi diri. Tapi semua materi yang
dijelakan dipahami secara individu oleh siswa dan sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
b. Guru dominan.
Artinya proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas banyak
didominasi guru sebagai pentransfer ilmu,sedangkan peserta didik lebih pasif
sebagai penerima ilmu.
c. Suasana tertib, tenang,kaku dan membosankan.
Artinya hal ini ditandai dengan lebih banyak mengajarkan tentang konsep-
konsep bukan kompetensi, tujuannya peserta didik mengetahui sesuatu bukan
melakukan sesuatu

d. Siswa terlihat kompetisi dan mengalahkan teman.


e. Siswa sebagai banking system ( mencurahkan pengetahuan). Prestasinya adalah
hafalan/repreduksi
f. Evaluasi guru bersifat menyeleksi dan merangking kuantitas hafalan.
g. Sumber belajar adalah buku teks dan guru.
h. Ruang kelas hanya sebagai tempat belajar.
2. Pembelajaran
a. Guru sebagai fasilitator individual dan grouping system.
b. Guru sebagai fasilitator.
c. Suasana hidup menyenangkan dan interaktif.
d. Siswa didorong bekerja sama mencapai tujuan ,tolong menolong, memecahkan
masalah, menganalisis,dan mengevaluasi kegiatan intelektual memproduksi
pengetahuan.
e. Siswa adalah pelaku proses pengalaman,mengambil keputusan, memecahkan
masalah, menganalisis, dan menevaluasi.
f. Evaluasi siswa bersifat refleksi dan berperan memperbaiki proses untuk
meningkatkan prestasi, mewujudkan potensi menjadi kompentesi.
g. Sumber belajar adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman
keberhasilan memecahkan masalah.
h. Ruang kelas seluas jagad raya.

E. Mengajar pada Paradigma Lama dan Baru


1. Mengajar Pada Paradigma Lama:
Pada paradigma lama, proses mengajar dapat dilihat pada pelaksanaan dua pola
mengajar, yakni pada pola terpisah dan pola terkait. pola terpisah adalah pola
mengajar yang menggambarkan ketiadaan hubungan antara peran yang dilakukan
guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar (Sanjaya ,2013). guru dan siswa
berjalan sendiri-sendiri seakan-akan tidak ada hubungan komunikasi. guru yang
semestinya mengarahkan agar siswa berupaya mencapai tujuan pembelajaran tidak
terjadi misalnya ketika guru sedang menyampaikan materi pelajaran, siswa tidak
sepenuhnya memperhatikan uraian guru: ada siswa yang mengantuk, mengobrol atau
melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan
pembelajaran. Sebab tidak ada keterkaitan antara tindakan guru dan tindakan siswa.
Ada beberapa ciri dari pola mengajar terpisah ini:

a. Asumsi mengajar bagi guru adalah menyampaikan materi pelajaran. artinya kalau
guru sedang menyampaikan materi pelajaran maka ia merasa telah melaksanakan
kewajibannya. Jika kita tanya pada guru yang demikian ketika ia keluar dari kelas:
"Bapak dari mana?" Maka ia akan menjawab: "saya dari kelas habis mengajar".
Padahal siswa tidak belajar apapun dari guru yang bersangkutan. Pada pola yang
demikian tidak ada aktivitas siswa yang berkenaan dengan materi pelajaran. Guru
berjalan sendiri. Disadari atau tidak guru hanya bekerja untuk dirinya sendiri.
b. Ketiadaan proses komunikasi yang memadai antara guru dan siswa. Dengan kata
lain komunikasi terjadi satu arah yakni dari guru ke siswa.
c. Kadang-kadang siswa tidak tahu arah dan tujuan pembelajaran. hal ini disebabkan
oleh guru tidak menyampaikan tujuan yang harus dicapai serta pokok materi yang
akan disampaikan. ketidakpahaman siswa akan tujuan serta sasaran yang akan
dituju akan membuat siswa selama proses pembelajaran meraba-raba seperti
seseorang yang berjalan dalam kegelapan tak tahu arah yang harus ditempuh.
d. Guru tidak pernah menyusun strategi pembelajaran dengan baik yang akhirnya
dalam setiap proses pembelajaran guru hanya mengandalkan metode ceramah
sebagai metode utama. Demikian juga dalam hal penggunaan alat bantu mengajar,
guru tidak pernah merencanakannya apalagi menggunakannya. padahal kita tahu
merancang strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
yang tersedia dan menghitung berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada,
merupakan langkah penting dalam merancang skenario pembelajaran. Semua itu
semestinya disusun dalam sebuah perencanaan pembelajaran (RPP) yang
kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan pembelajaran. Namun
tidak demikian dengan guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pola
terpisah ini. Sering guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
kalau ada pemeriksaan saja, tidak difungsikan sebagai pedoman dalam pengelolaan
pembelajaran.
e. Guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran secara optimal, kalaupun
guru menggunakannya hanya sebatas untuk kepentingan guru itu sendiri. Artinya,
pemanfaatan media pembelajaran dirancang untuk mempermudah guru
menyampaikan materi pembelajaran, tidak dirancang untuk mempermudah siswa
menangkap materi pelajaran. Oleh karena itu, tidak heran kalau guru membuat
media pembelajaran untuk kepentingan diri sendiri.
f. guru tidak pernah melaksanakan umpan balik untuk memantau keberhasilan siswa
dalam pembelajaran. Dalam suatu proses komunikasi, memantau keberhasilan
menguasai pesan pembelajaran melalui umpan balik sangatlah penting sebab
berdasarkan umpan balik itulah guru dapat memutuskan apakah penyampaian
materi perlu diulang atau tidak. umpan balik itu sangat penting sebab dapat
menentukan apa yang harus dilakukan oleh guru selanjutnya. Pada pola terpisah
ini, mencari data sebagai umpan balik jarang bahkan tidak pernah dilakukan oleh
guru. Akibatnya pembelajaran bersifat statis dan linier.
g. Tidak adanya kriteria yang jelas tentang keberhasilan guru mengajar. Oleh karena
ketiadaan kriteria ini, tentu saja pola mengajar yang demikian banyak mengandung
kelemahan. kelemahan yang sangat mendasar adalah tidak adanya interaksi dan
tidak berjalannya proses komunikasi antara guru dan siswa. Kehadiran guru dan
siswa di dalam kelas hanya sekedar hadir. Siswa yang semestinya memperoleh
pengalaman belajar tidak terjadi.
Pola mengajar kedua yang termasuk pada paradigma mengajar lama adalah
pola terkait. pola terkait adalah pola mengajar guru yang berupaya agar siswa
memahami materi pelajaran sesuai dengan yang disampaikannya (Sanjaya, 2013). Pola
mengajar terkait lebih maju dibandingkan pola mengajar terpisah. Pola ini
menganggap mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana agar materi pelajaran itu dipahami oleh siswa. Mengajar pada pola ini
adalah proses menanamkan pengetahuan atau keterampilan pada siswa. Jadi pola
terkait ini, guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu pada akhirnya dikuasai oleh siswa. Pola ini merupakan
pola yang banyak dilakukan oleh guru-guru kita dewasa ini. Pada pola ini, kerjasama
antara guru dan siswa diarahkan pada penguasaan materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Pada pola ini, guru berperan sebagai pengajar dan siswa sebagai
pembelajar. Dikatakan pola terkait, sebab terjadi proses komunikasi antara guru dan
siswa, apa yang dilakukan guru direspon oleh siswa. Ketika guru menjelaskan materi
pelajaran, maka siswa menyimak penjelasan tersebut sampai benar-benar mereka
paham tentang apa yang diinformasikan guru. keterkaitan antara guru dan siswa dalam
peristiwa semacam ini yang dinamakan proses mengajar-belajar.

Pola terkait memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

a. Pola terkait memandang mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi


pelajaran kepada kelompok siswa, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu
dipahami oleh siswa. Proses belajar mengajar diorientasikan pada siswa. Artinya,
dalam pengelolaan pengajaran faktor siswa dijadikan pertimbangan utama oleh
guru.
b. Terjadinya komunikasi timbal balik dari guru ke siswa dari siswa ke guru.
Terjadinya pola interaksi atau pola komunikasi yang dua arah ini, menjadi sangat
penting dalam pola ini, sebab mengajar bukan hanya dominasi guru, akan tetapi
melibatkan siswa walaupun pada pola ini menempatkan siswa sebagai objek
belajar yang hanya sebatas pada proses penguasaan materi pelajaran yang
disampaikan guru.
c. Pembelajaran adalah proses yang bertujuan, dan tujuan yang harus dicapai oleh
siswa, benar-benar dipahami oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa tahu dan
memahami arah dan tujuan pembelajaran. Pola terkait adalah pola mengajar yang
bertujuan (goal oriented), artinya sebelum mengajar guru harus merumuskan
tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa yang kemudian disebut dengan
merumuskan tujuan pembelajaran (objectives). Yang menjadi sumber dalam
merumuskan tujuan pembelajaran adalah materi pelajaran yang biasanya terdapat
pada buku teks sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Artinya guru mengajar
sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam kurikulum.
d. Strategi pembelajaran yang disusun dalam sebuah skenario pembelajaran yang
utuh dalam RPP. guru memahami berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan
dalam pelaksanaan pembelajaran dan guru pun paham tentang berbagai hambatan
yang mungkin dapat mempengaruhi pembelajaran, dengan demikian berdasarkan
analisis tersebut guru mengembangkannya dalam berbagai metode pembelajaran
yang relevan. semua ini dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
e. Dalam setiap proses pembelajaran, guru selalu mencari informasi baik dalam hal
penguasaan materi pelajaran oleh siswa maupun dalam pengelolaan pembelajaran
itu sendiri sebagai umpan balik bagi guru yang bersangkutan yang dilakukan
melalui tanya jawab dan dialog dengan siswa itu sendiri. Hal ini sangat penting,
sebab melalui umpan balik guru dapat memutuskan apa yang harus dilaksanakan,
apakah melanjutkan program yang telah disusun atau memperbaikinya.
f. kriteria keberhasilan guru dalam mengajar diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Dengan demikian, tanggung
jawab guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, melainkan
bagaimana agar informasi atau materi pelajaran itu dapat dikuasai oleh siswa.
Tentu saja peran siswa bukan hanya sekedar hadir di dalam kelas, melainkan siswa
memiliki tanggungjawab untuk menguasai sebanyak-banyaknya materi pelajaran
yang disampaikan guru. Dengan demikian, proses komunikasi terjadi dua arah
yakni dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru.
Walaupun pola ini lebih maju dibandingkan dengan pola pertama tetapi ada
beberapa kelemahan sebagai berikut:

1) Pola terkait hanya menuntut siswa untuk "menelan" secara langsung berbagai
pesan yang disampaikan guru. Siswa tidak diharapkan untuk "mengunyah" terlebih
dahulu sebelum menelannya. Ini adalah kelemahan proses mengajar yang cukup
mendasar, sebab guru tidak merangsang siswa untuk berpikir kritis,
mempertanyakan kebenaran dan keakuratan materi pelajaran. Seakan-akan apa
yang keluar dari "mulut" guru itu adalah benar semua dan siswa tidak boleh
meragukan kebenaran itu. Peristiwa semacam ini secara psikologis dapat
membahayakan siswa, sebab secara tidak langsung guru mendidik siswa untuk
bersikap menerima apa adanya.
2) Pada pola terkait ini guru tidak memperhatikan siswa sebagai organisme yang
unik, organisme yang memiliki pelbagai perbedaan. salah satu keunikan siswa
adalah adanya perbedaan minat dan bakat serta kemampuan dasar. Walaupun ada
dua individu yang secara fisik sama, pada hakekatnya mereka memiliki perbedaan
baik perbedaan minat, bakat maupun perbedaan dilihat dari segi kemampuan.
Dengan demikian, setiap guru seharusnya peka terhadap segala bentuk perbedaan
siswa, sehingga ia akan mengelola pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan masing-masing siswa.
3) Guru menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar. Dewasa ini,
perkembangan teknologi memungkinkan siswa dapat belajar memperoleh
informasi dari mana dan kapan saja, sehingga kalau hanya dilihat dari segi
penguasaan materi pelajaran bisa terjadi siswa lebih pintar dari gurunya.
4) kriteria keberhasilan mengajar bagi guru adalah sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran. belajar tidak hanya dianggap sebagai proses menumpu
kotak dengan materi pelajaran melalui proses menghafal; akan tetapi, belajar
adalah proses perubahan perilaku karena adanya pengalaman. Dengan demikian,
maka keberhasilan mengajar sebaiknya tidak hanya ditentukan oleh penguasaan
materi pelajaran sebagai hasil belajar oleh siswa saja, akan tetapi juga oleh adanya
perubahan perilaku yang menyeluruh melalui proses berpengalaman. Itulah
sebabnya, antara hasil dan proses belajar, merupakan dua sisi yang sama
pentingnya.
2. Mengajar Pada Paradigma Baru:
Pada paradigma baru, mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan
dengan harapan agar siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya
siswa. yang penting dalam mengajar adalah proses mengubah perilaku. Dalam
konteks ini, mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang
disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisa jadi guru hanya
beberapa menit saja di muka kelas, namun dari waktu yang sangat singkat itu
membuat siswa sibuk melakukan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar. Pola
mengajar yang demikian dinamakan pola mengajar ketergantungan. pola mengajar
ketergantungan adalah pola mengajar yang ditandai oleh adanya kerjasama antara
guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pola ini, siswa belajar
sesuai dengan minat dan gaya belajarnya sendiri. Siswa tidak hanya dituntut untuk
"menelan" apa yang disampaikan guru; tetapi juga "mengunyahnya" sebelum ditelan,
sehingga terasa benar "asam garamnya". Dikatakan pola ketergantungan oleh sebab
tindakan yang dilakukan guru tergantung pada kondisi siswa yang diajarnya. Siswa
datang dengan pengalaman, kemampuan dan gaya belajar yang berbeda. Ketika guru
ingin menyampaikan materi pelajaran, maka faktor perbedaan ini benar-benar
diperhatikan. pola mengajar dan belajar semacam ini dirancang berpusat pada siswa.
siswa didorong untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri dengan memanfaatkan
lingkungan belajar baik lingkungan yang didesain untuk keperluan belajar maupun
lingkungan yang tidak didesain namun dapat dimanfaatkan. Dengan demikian,
mengajar tidak diartikan sebagai proses menyampaikan informasi, akan tetapi proses
mengatur lingkungan dengan tujuan agar siswa belajar, dan belajar itu sendiri
bukanlah hanya sekedar menumpuk otak dengan informasi, melainkan proses
memfungsikan otak untuk mengubah perilaku secara menyeluruh baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor. Pada paradigma baru, belajar bukan sekedar mendengar
dan mencatat seperti yang dilakukan pada pola dasar terkait, melainkan belajar adalah
berbuat (learning how to do), belajarnya adalah berpikir (learning how to think), dan
akhirnya belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Dengan demikian, pada
paradigma baru sesuai dengan konsep mengajar, peran guru bukan sebagai sumber
belajar yang menjelaskan materi pelajaran secara langsung kepada siswa, melainkan
guru berperan sebagai orang yang menyediakan dan menunjukkan berbagai fasilitas
belajar, sekaligus sebagai orang yang mendorong dan membimbing siswa untuk
beraktivitas.

Pola dasar mengajar ketergantungan ini memiliki karakteristik, sebagai


berikut:

a. Mengajar berpusat pada siswa (student centered)


Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu
sendiri. siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri.
Dengan demikian, peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi
peran sebagai fasilitator, motivator dan administrator. sebagai fasilitator guru harus
berperan sebagai orang yang memfasilitasi siswa untuk belajar. artinya guru harus
melayani dan menciptakan serta menyediakan berbagai kemudahan pada setiap
siswa untuk belajar. sebagai motivator guru hendaknya memberi semangat secara
terus-menerus pada siswa untuk belajar sambil memberikan bimbingan pada siswa
yang memerlukannya. Sementara itu, sebagai administrator, guru berperan
mengadministrasikan setiap kegiatan dan melakukan kontrol terhadap proses
belajar setiap siswa. Ini makna mengajar yang berpusat pada siswa. siswa tidak
dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru,
melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuan yang dimilikinya. siswa tidak dianggap sebagai organisme
yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, tetapi dipandang sebagai
organisme yang aktif, yang memiliki potensi untuk mencari dan menemukan
informasi dengan gayanya masing-masing, kemudian mengolah informasi tersebut
sehingga mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak. mengajar berpusat pada
siswa juga mengandung makna bahwa mengajar itu pada hakikatnyanya adalah
membelajarkan siswa.
b. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Pada paradigma baru seperti pada pola ketergantungan, sesuai dengan karakteristik
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa
terjadi di mana saja tergantung gaya dan minat belajar siswa. Kelas bukanlah satu-
satunya tempat belajar siswa. siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar
Pada pola ketergantungan sebagai paradigma baru, mengajar adalah proses
mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran dan
membangunnya dalam struktur kognitif siswa sehingga menjadi pengetahuan baru
bagi siswa itu sendiri. Pada proses mencari dan menemukan sendiri materi
mendorong siswa untuk melakukan analisis dan pengujian terhadap kebenaran
materi pelajaran seperti yang disampaikan guru; siswa didorong untuk
"mengunyah" terlebih dahulu setiap materi atau informasi sebelum menelannya.
Dengan demikian, siswa tidak belajar dari mulut guru akan tetapi belajar dari
berbagai sumber belajar yang tersedia.
d. Kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh proses belajarnya siswa dalam
upaya pencapaian tujuan.
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, tetapi proses untuk
mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Artinya,
sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku
siswa itu sendiri. Untuk itulah, metode dan strategi yang digunakan guru tidak
hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode seperti
diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu.
Apabila kita analisis lebih lanjut, maka pola dasar ketergantungan ini
hanya mungkin dapat dilakukan dalam kondisi tertentu. Artinya, ada sejumlah
prasyarat agar pola ini ini dapat dilaksanakan. Paling tidak, penulis mencatat ada
empat prasyarat.
Pertama, pola ketergantungan hanya mungkin dapat dilaksanakan
manakala guru menempatkan diri sebagai pekerja profesional yang diakui dan
dihargai oleh semua pihak. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki
tanggung jawab secara penuh terhadap keberhasilan anak didiknya, sehingga
seluruh waktunya digunakan untuk berpikir bagaimana caranya agar berhasil
mengembangkan potensi anak didiknya.
Kedua, pola ketergantungan hanya mungkin dapat diimplementasikan
pada situasi dan kondisi budaya belajar yang tinggi baik pada kehidupan guru
maupun siswa itu sendiri. Pada kenyataannya, budaya belajar belum bagus
tercipta pada masyarakat kita. Banyak siswa yang datang ke sekolah bukan karena
dorongan ingin belajar, melainkan karena ingin memperoleh nilai. Dengan
demikian, segala macam dilakukannya agar memperoleh nilai bagus, termasuk
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma atau sistem nilai yang ada,
misalnya menyontek dan berbohong. Tentu saja hal ini sangat merugikan siswa
itu sendiri. Celakanya, banyak guru yang mengalami keadaan seperti ini. Tidak
sedikit guru yang menentukan nilai siswa, tanpa memperhatikan kemampuan
siswa itu sendiri atau dalam keadaan tertentu, guru membantu agar siswanya
memperoleh nilai yang baik atau banyak guru yang memberikan nilai pada siswa
tanpa prosedur penilaian yang benar.
Ketiga, pola ketergantungan hanya mungkin dapat diimplementasikan
manakala semua komponen dalam sistem bersinergi untuk mencapai tujuan dan
arah pendidikan yang sama. Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri
atas beberapa komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan bersinergi
untuk mencapai tujuan dan arah pendidikan yang sama.
Keempat, pola ketergantungan hanya mungkin dapat diimplementasikan
manakala sekolah memiliki fasilitas yang lengkap, baik fasilitas yang secara
langsung berkaitan dengan upaya membelajarkan siswa seperti perpustakaan,
laboratorium dan ruang komputer maupun fasilitas lingkungan belajar yang
nyaman dan menggairahkan. Pada kenyataannya, sekolah-sekolah kita terutama
sekolah-sekolah yang berada di daerah, banyak yang tidak memiliki fasilitas
belajar yang memadai, akibatnya sulit bagi guru untuk berimprovisasi dalam
merekayasa pembelajaran.

F. Perlunya Perubahan Paradigma Mengajar


Agenda pendidikan Indonesia semakin menempatkan proses pembelajaran
sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan, seorang guru harus menjadikan
proses pendidikan dibuat semenarik mungkin ketika berada didalam kelas, sehingga
siswa tidak akan merasa bosan bahkan jenuh terhadap kegiatan belajar mengajar yang
disampaikan.

Tentunya ini menjadi tugas guru selaku perancang dan pengatur proses
pelaksanaan pembelajaran, Prof. DR. H Wina Sanjaya M.Pd menjelaskan bahwa
Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu, dianggap
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, mengapa demikian ? minimal ada tiga alasan
yang dianggap penting. Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya
perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi
pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.

Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah
organisme yang sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing
mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itulah, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan setiap
siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi. Tugas dan tanggung jawab
guru bukan semakin sempit namun justru semakin kompleks.

Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan,
akan tetapi ia juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat
menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan
mereka. Guru harus menjaga siswa agar tidak terpengaruh oleh berbagai informasi yang
dapat menyesatkan dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena
itu, kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Guru tidak lagi menempati
posisi sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus
berperan sebagai pengelola sumber balajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.

Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang


mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya perkembangan ilmu
biologi, ilmu ekonomi, hukum, dan lain sebagainya. Apa yang dulu tidak pernah
terbayangkan, sekarang menjadi kenyataan. Dalam bidang teknologi, begitu hebatnya
orang menciptakan benda-benda mekanik yang bukan hanya diam, tapi bergerak, bahkan
bisa terbang menembus anngkasa luar. Demikian juga kehebatan para ahli yang bergerak
dalam bidang kesehatan yang mampu mencangkok organ tubuh sehingga menambah
harapan hidup manusia.

Semua dibalik kehebatan-kehebatan itu, bersumber dari apa yang kita sebut
sebagai pengetahuan. Bahwa belajar, tak hanya sekedar menghafal informasi, menghafal
rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengaruh itu untuk
mengasah kemampuan berpikir.

Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi bahwa


proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan
potensi yang dimiliki. Disini siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai
subjek belajar yang harus mencari dan membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
itu tidak diberikan akan tetapi dibangun oleh siswa.

Ketiga hal diatas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan
diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran atau memberikan stimulus
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Pengaturan lingkungan adalah proses menciptakan iklim yang baik seperti seperti
penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran, dan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya.
Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran yang dapat diartikan untuk mengubah
perilaku siswa kearah positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang
dimiliki siswa.

Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992:3) yang menyatakan bahwa
“istruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated .”
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari
pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana
merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk
digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

Kesimpulan:

Paradigma adalah sistem keyakinan fundamental yang mendasari cara memandang dunia.
Suatu paradigma berhubungan dengan cara pandang seseorang yang dilandasi oleh keyakinan,
asumsi dan sistem nilai yang dapat memengaruhi cara berpikir dan cara berpraktik yang
diterapkan dalam sebuah komunitas tertentu, khususnya, dalam disiplin intelektual.

perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas


menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan. Pertama,
siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang
berkembang.Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan
tetapi ia juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat menunjukkan pada
siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan mereka.Kedua, ledakan ilmu
pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang mungkin dapat menguasai setiap
cabang keilmuan.Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi bahwa
proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi
yang dimiliki.

Ketiga hal diatas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan diartikan
sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran atau memberikan stimulus sebanyak-
banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar
siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
MODUL 3

EMPAT RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN
Secara umum, model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Menurut
Udin (1996) model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Penggunaan berbagai jenis model pembelajaran yang dipilih oleh guru
pada dasarnya berangkat dari empat rumpun model pembelajaran yaitu model pemrosesan
informasi, model personal, model interaksi sosial, dan model perilaku/modifikasi tingkah
laku. Dalam makalah ini akan dibahas tentang empat rumpun model pembelajaran tersebut.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami dan
menguraikan:
1. Jenis model-model pembelajaran.
2. Rumpun model pemrosesan informasi.
3. Rumpun model personal.
4. Rumpun model interaksi sosial.
5. Rumpun model perilaku/modifikasi tingkah lak

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!


A. Jenis Model-Model Pembelajaran
Syaiful Sagala, mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan
dalam model pembelajaran, yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan
model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya
oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasi model pembelajaran pada empat
kelompok yaitu:
1. Model pembelajaran pemrosesan informasi (Information Processing Models)
menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari
lingkukngannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah,
membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-
simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada peserta didik sejumlah
konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan
kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan
pada sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat.
Karena itu, model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang
berdimensi personal dan sosial di samping yang berdimensi intelektual.
2. Model pembelajaran personal (Personal Family) merupakan rumpun model
pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu
peserta didik dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan
sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri
dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan
perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga
manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
3. Model pembelajaran sosial (Social Family) menekankan pada usaha
mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk
berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap peserta ddik yang
demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas social. Inti dari model
sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energi atau tenaga yang terhimpun melalui
kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan
model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatakn peserta didik dalam
menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model
sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta
didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai
masalah, mengumpukan data yang relevan, dan mengembangkan serta menguji
hipotesis. Karena itu guru seyogyanya mengorganisasikan belajar melalui kerja
kelompok dan mengarahkannya. Jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara
melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial
dan masalah-masalah akademis.
4. Model pembelajaran sistem perilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of
Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perilaku. Melalui teori ini siswa
dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguaraian perilaku ke
dalam jumlah yang kecil dan berurutan.

B. Empat Rumpun Model Pembelajaran


Joyce dan Weil (1980; 1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan
model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model
pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi, (2)
rumpun model pembelajaran personal, (3) rumpun model pembelajaran sosial, dan (4)
rumpun model pembelajaran perilaku/modifikasi tingkah laku.
1. Rumpun Model-Model Pemrosesan/Pengolahan Informasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan
pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta
didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima
stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan
konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi
eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan
hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal,
(2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.
Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran.
Kedelapan fase itu sebagai berikut.
a. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi intrinsik dan
ekstrinsik).
b. Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh
dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
c. Pemerolehan yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala Informasi
yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori
peserta didik.
d. Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk
jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
e. Ingatan kembali yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila
ada rangsangan.
f. Generalisasi yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
g. Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran
h. Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.

Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas dalam kaitannya
dengan pembelajaran pemrosesan informasi.
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik
b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.
Dapat disimpulkan karakteristik umum model pemrosesan informasi
 Berprinsip pada pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat
dorongan-dorongan internal dari dalam dirinya untuk memahami dunia dengan
cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan
mengupayakan jalan keluarnya serta pengembangkan bahasa untuk
mengungkapkannya.
 Menekankan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memproses
informasi.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan
informasi ini adalah

Nama Model
No Tokoh Misi/tujuan/manfaat
pembelajaran
1. Berpikir Induktif Hilda Taba Ditujukan secara khusus untuk pembentukan
kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan
dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga
untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki
keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis
informasi dan membangun konsep yang berhubungan
dengan kecakapan berpikir.
2. Latihan Inkuari Richard Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan
Suchman sosial dan penalaran logis
3. Pembentukan Jerome Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan
Konsep Bruner, berpikir induktif, peserta didik dilatih mempelajari
Goodnow,
dan Austin konsep secara efektif.
4. Perkembangan Jean Piaget, Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan
Kognitif Irving berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya,
Siegel, khususnya berpikir logis, meskipun demikian
Edmund kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial
Sullivan, dan pengembangan moral.
Lawren-ce
Kohl-berg
5. Advanced organizer David Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah
Ausubel informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah,
membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah
ada.
6. Memori Harry Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat
Laroyne
Jerry
Lucas

Model Proses Informasi meliputi beberapa pendekatan/strategi pembelajaran di antaranya


sebagai berikut.

a. Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan membentuk


teori
b. Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan
c. Inquiry keilmuan, yaitu bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin
ilmu, diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam domain-domain disiplin ilmu
lainnya.
d. Pembentukan konsep, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
individu mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
e. Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama
berfikir logis, aspek sosial dan moral.
f. Advanced Organizer Model yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
memproses informasi yang efesien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu
pengetahuan secara bermakna.

2. Rumpun Model-Model Pribadi/individual/Personal


Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal
ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan
dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk
membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan
lingkungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada
pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam
mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini
menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta
mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham
Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus
berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas
dalam belajar mengembangkan diri baik emosional maupun intelektual. Teori
humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik
ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas
peserta didik terhadap perasaannya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah
sebagai berikut.
a. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b. Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d. Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat
penting.
f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan
yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi
yang cakap.
Dapat disimpulkan karakteristik umum model personal

 Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat


memahami diri sendiri dengan baik, sanggup memikul tanggung jawab untuk
pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
 Memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha
menggalakkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin
sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.

Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada


kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu
dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat
dirinya sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel.

No Nama Model Tokoh Misi/ tujuan


Pembelajaran
1. Pengajaran Non Carl Rogers Penekanan pada pembentukan kemampuan
Direktif belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan
penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep
diri. Model ini menekankan pada hubungan
guru-peserta didik.
2. Latihan Fritz Pearls Pembentukan kemampuan menjajagi dan
Kesadaran William Schutz menyadari pemahaman diri sendiri.
3. Sinektik William Gordon Pengembangan individu dalam hal kreativitas
dan pemecahan masalah kreatif.
4. Sistem David Hunt Didesain untuk meningkatkan kompleksitas
Konseptual pribadi dan fleksibilitas.
5. Pertemuan kelas William Glasser Pengembangan pemahaman diri dan tanggung
jawab pada diri sendiri dan kelompok sosial
lainnya.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut.

a. Pembelajaran non-direktif, yaitu bertujuan untuk membentuk kemampuan dan


perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b. Latihan kesadaran, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal
atau kepada peserta didik.
c. Sinetik, yaitu untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah
secara kreatif
d. Sistem konseptual, yaitu untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang
luwes.

3. Rumpun Model-Model Interaksi Sosial

Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun sosial ini


menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini
memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam
kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses demokratis dalam
bermasyarakat secara produktif.

Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial


kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan
kemampuan peserta didik. untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam
proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model
ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial
menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat
(learning to life together).

Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama


dengan Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka mengadakan eksperimen mengenai
pengamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya yang dilakukan
memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting dari pada bagian).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak
pada keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan
lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Pengalaman insight/tilikan. Dalam proses pembelajaran peserta didik hendaknya


memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah dengan insight.
b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam
suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses
pembelajaran. konten yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna
yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan
datang.
c. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping ada
kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pembelajaran terjadi karena peserta didik memiliki harapan tertentu. Oleh sebab
itu, pembelajaran akan berhasil bila peserta didik mengetahui tujuan yang akan
dicapai.
d. Prinsip ruang hidup (Life Space). Prinsip ini dikembangkan oleh Kurt Lewin
(teori medan/field theory). Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku peserta didik
terkait dengan lingkungan/medan tempat ia berada. Materi yang disampaikan
hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan tempat peserta didik berada
(CTL).

Dapat disimpulkan karakteristik umum model interaksi sosial

 Menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa.


 Berdasarkan pada dua asumsi pokok, pertama : masalah-masalah sosial
diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan
dengan menggunakan proses-proses sosial, kedua : proses sosial yang
demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat
dalam arti seluas-luasnya secara build-in dan terus menerus.

Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri
sebagai pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun
Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel berikut ini.

No Nama Model Tokoh Misi/Tujuan


Pembelajaran
1. Kerja kelompok. Herbert Thelen Mengembangkan keterampilan-keterampilan
(investigati-on John Dewey untuk berperan dalam kelompok yang
group) menekankan keterampilan komunikasi
interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah.
Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan
hal yang penting dari model ini.
2. Inkuari Sosial Byron Pemecahan masalah sosial, terutama melalui
Massialas inkuari ilmiah dan penalaran logis.
Benjamin Cox
3. Jurisprudential National Pengembangan keterampilan interpersonal dan
Training kerja kelompok untuk mencapai, kesadaran, dan
Laboratory, fleksibilitas pribadi. Didesain utama untuk
Bethel, Maine melatih kemampuan mengolah informasi dan
Donald Oliver menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan
James P. kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial
Shaver (ilmu tentang hukum-hukum manusia).
4. Role playing Fannie Shaftel Didesain untuk mengajak peserta didik dalam
(Bermain peran) George Shafted menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui
tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang
menjadi sumber dari penyelidikan itu
5. Simulasi Sosial Sarene Didesain untuk membantu pengalaman peserta
Boocock, didik melalui proses sosial dan realitas dan untuk
Harold menilai reaksi mereka terhadap proses-proses
Guetzkow sosial tersebut, juga untuk memperoleh konsep-
konsep dan keterampilan-keterampilan
pengambilan keputusan.

Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut.

a. Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam


proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan
discovery skill dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan
rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c. Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d. Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan
keluwesan dalam kelompok.
e. Bermain peran bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
f. Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami berbagai
kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.

4. Rumpun Model-Model Perilaku/Modifikasi Tingkah Laku

Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari


peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori
stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan
dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu.

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan
membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku
yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang
harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.

Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:

a. Fase mesin pengajaran.


b. Penggunaan media.
c. Pengajaran berprograma (linier dan branching)
d. Operant conditioning, dan operant reinforcement.

Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan


ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar
peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah
dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran
individual dalam pembelajaran klasikal.

Dapat disimpulkan karakteristik umum model sistem perilaku

 Mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan


penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan
tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku
yang dikehendaki.
 Memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas
yang diberikan dalam rangka mengomunikasikan keberhasilan.

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan


yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, atau perilaku terapi. Model pembelajaran rumpun ini mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku
secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun jenis-jenis
model pembelajaran perilaku seperti pada tabel 4.

No Nama Model Tokoh Misi/ Tujuan


Pembelajaran
1. Manajemen B.F. Skinner Model ini dirancang untuk mengajak peserta
Kontingensi didik mempelajari fakta-fakta, konsep-konsep
(manajemen dari dan keterampilan sebagai akibat dari suatu
akibat/hasil perlakuan tertentu.
perlakuan)
2. Kontrol Diri B.F. Skinner Model ini dirancang untuk mengajak peserta
didik untuk memiliki keterampilan
mengendalikan perilaku sosial/keterampilan-
keterampilan sosial.
3. Relaksasi (santai) Rimm & Model ini dirancang untuk mengajak peserta
Masters Wolpe didik menemukan tujuan-tujuan pribadi.
4. Pengurangan Rimm & Model ini ditujukan untuk membelajarkan
Ketegangan Masters peserta didik dalam cara relaksasi dalam
mengatasi kecemasan dalam situasi sosial
5. Assertive Wolpe, lazarus, Menyatakan perasaan secara langsung dan
Training (Latihan Salter spontan dalam situasi sosial
berekspresi)
6. Latihan Gagne Smith & Pola tingkah laku, keterampilan-keterampilan.
Langsung Smith

Kesimpulan
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya
menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model pembelajaran merupakan
petunjuk bagi pendidik dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai dari
mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat bantu, sampai alat evaluasi yang
mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Empat rumpun model pembelajaran
adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi, (2) rumpun model
pembelajaran personal, (3) rumpun model pembelajaran interaksi sosial, dan (4) rumpun
model pembelajaran perilaku/modifikasi tingkah laku.
MODUL 4

MENDESAIN MODEL PEMBELAJARAN INOVASI PROGRESIF

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat komplek dalam menjadikan
suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih efektif, efisien dan kondusif. Proses ini
melibatkan berbagai unsur dalam satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur
lain yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi selama ini diartikan
sebagai pembelajaran konvensional yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik,
sentralisasi guru, pembelajaran yang otoriter, gurulah yang berhak menentukan apa yang akan
dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang kreatifitas baik bagi siswa
dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Hal ini menjadi suatu dasar
suatu jurang pemisah antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan
yang terjadi seperti disebutkan menjadikan suasana belajar tidak menyenangkan.

Dalam menerapkan model dan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan
berorientasi pada prinsip-prinsip konstruktifis yang saat ini sangat dianjurkan bagi setiap guru
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran inovatif ini dilengkapi dengan model-
model yang sangat variatif dengan sintaks atau langkah-langkahnya. Di antaranya model
pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar
melalui penemuan. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat
memahami dan menguraikan:

1. Hakekat dari proses pembelajaran

2. Pengertian pembelajaran inovatif

3. Tujuan dan manfaat dari pembelajaran inovatif


bagi siswa dan guru

4. Contoh-contoh model pembelajaran inovatif yang


cocok untuk anak SD

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!


A. Hakikat Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran,
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik.

Proses pembelajaran mempunyai dua komponen yang terlibat yaitu belajar dan
mengajar. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan terjadinya perubahan
pada seseorang. Perubahan tersebut dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan serta perubahan aspek lain yang
terjadi pada individu yang sedang belajar (Sujana, 1988). Berdasarkan penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan
perubahan tingkah laku dari pembelajar baik aktual maupun potensial. Perubahan
tersebut tidak hanya perubahan yang nampak saat selesainya suatu proses pembelajaran
tapi juga potensi yang muncul setelah waktu yang lama yang merupakan hasil jangka
panjang dari suatu proses pembelajaran.

B. Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran


yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pembelajaran modern
yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran.Definisinya, Pembelajaran inovatif adalah
suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Perbedaan ini
mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik dari sebelumya. Proses pembelajaran
yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan
teori yang bersifat abstrak. Pembelajaran semacam ini akan membuat anak kurang
tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada
rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh
siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.

Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada


siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisiskan untuk siswa agar
belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman kontek siswa
menjadi bagian yang sangat penting, karena dari seluruh rancangan proses pembelajaran
dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan
saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titk acuan seluruh
perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan
inovatif.

Adapun model-model pembelajaran inovatif yang diangkat oleh penulis dalam


makalah ini diantaranya: model Pembelajaran Langsung, pembelajaran Diskusi Kelas,
model-model pembelajaran Kooperatif, dan beberapa contoh model dan langkah-langkah
pembelajaran Inovatif.

C. Model-model Pembelajaran Inovatif

1. Model pembelajaran langsung

Ruang lingkup pengajaran langsung

a. Istilah dan pengertian

Model pengejaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang


dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah (Arends, 1997). Istilah lain model pengajaran langsung dalam Arends
(2001, 264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching,
explicit instruction.

Ciri-ciri model pengajaran langsung (dalam Kasdi & Nur, 2000: 3) adalah
sebagai berikut:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan luar kegiatan pembelajaran; dan

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar, model yang diperlukan agar


kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.

b. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam


pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Sebagai contoh pengetahuan
deklaratif yaitu: tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda
yang dikenai gaya(p=F/A). Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif di atas adalah cara memperoleh rumus / persamaan
tekanan tersebut.

Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia,
matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi
faktual. Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan penggunaan
pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rancangan
penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali penggunaan
pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang
berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa
memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat
melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

c. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung, menurut Kasdi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh
guru kepada siwa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan
tepat waktu yang digunakan.

Model pembelajaran ini cocok diterapkan pada aspek Berbicara, kelas VI semester 2
Standar Kompetensi : mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan
berpidato, melaporkan isi buku dan baca puisi.
Kompetensi Dasar : membacakan Puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat

Sintaks Model pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti pada
tabel berikut:

Fase Peran Guru


Fase 1 Guru menjelaskan TPK,
Menyampaikan tujuan dan informasi latar belakang
mempersiapkan siswa pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk
belajar.
Fase 2 Guru mendemonstrasikan
Mendemonstrasi pengetahuan dan ketrampilan dengan benar, atau
ketrampilan menyajikan informasi tahap
demi tahap.

Fase 3 Guru merencanakan dan


Membimbing pelatihan memberikan pelatihan awal.

Fase 4 Mengecek apakah siswa telah


Mengecek pemahaman dan berhasil melakukan tugas
memberikan umpan balik dengan baik, memberi umpan
balik.

Fase 5 Guru mempersiapkan


Memberikan kesempatan untk kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dan penerapan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Model pembelajaran Diskusi Kelas

a) Pengertian

Diskusi merupakan komunikasi-sesorang berbicara satu dengan yang lain,


saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskusi
hampir identik dengan diskursus yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara
lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan
tertentu (Arends, 1997).

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli, pemanfaat diskusi oleh guru


mempunyai arti untuk memahami pikiran siswa dan memproses gagasan dan
informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung baik antara siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga
diskusi menyediakan tatanan sosial yang dapat membantu siswa menganalisis
proses berpikir mereka. Contoh model pembelajaran diskusi kelas adalah:

Berpikir – Berpasangan – Berbagi (Think-Pair-Share).

Langkah-langkah penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share


Tahap Kegiatan Guru

Tahap 1 menyampaikan tujuan dan 1) Menyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b)


mengatur siswa menyampaikan tujuan dasar diskusi, (c) apersepsi;
1) Menjelaskan tujuan diskusi
Tahap 2 mengarahkan diskusi 1) mengajukan pertanyaan awal/permasalahan;
Tahap 3 menyelenggarakan diskusi. 2) modeling
1) membimbing/mengarahkan siswa dalam
mengerjakanLKS secara mandiri (think)
Tahap 4 mengakhiri diskusi 2) membimbing/mengarahkan siswa dalam
berpasangan(pair);
3) membimbing/mengarahkan siswa dalam
berbagi(share)
4) menerapkan waktu tunggu;
5) membimbing kegiatan siswa,
Tahap 5 melakukan Tanya jawab singkat
1) menutup diskusi.
tentang proses diskusi
2) Membantu siswa membuat rangkuman
diskusi dengan Tanya-jawab singkat

Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)

3. Pembelajaran Kooperatif

Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model


pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey
kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah
mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara
berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan
kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo
Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat seting
kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak
langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya
persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat
belajar cara bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih mampu dapat menolong
teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada
prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD


(Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan
pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan seperti pada
Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Pendekatan


Kelompok Struktural

Tujuan kognitif Informasi Informasi Informasi Informasi


akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inkuiri

Tujuan sosial Kerja kelompok Kerja kelompok Kerjasama dalam Keterampilan


dan kerja sama dan kerja sama kelompok kelompokan
kompleks keterampilan
sosial

Struktur tim Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi,


heterogen belajar heterogen belajar dengan 5- berdua, bertiga,
dengan 4-5 orang dengan 5-6 orang 6 anggota kelompok
anggota anggota heterogen dengan 4-6
menggunakan anggota.
pola kelompok
”asal” dan
kelompok ”ahli”

Pemilihan topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
pelajaran

Tugas Utama Siswa dapat Siswa Siswa Siswa


menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan materi dalam inkuiri kompleks tugas-tugas yang
dan saling kelompok” ahli” diberikan sosial
membantu untuk kemudian dan kognitif
menuntaskan membantu
materi belajarnya anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
essay
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan dan pengetahuan dan
publikasi lain publikasi lain

4. Contoh-contoh model pembelajaran Inovatif dan langkah-langkah


penerapannya.
Berikut beberapa contoh model pembelajaran Inovatif yang bisa dijadikan
rujukan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran di kelas dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya di kelas Lanjut:

a. Role Playing

Langkah-langkah :

1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM

3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan

6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing memperhatikan


skenario yang sedang diperagakan

7) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai


lembar kerja untuk membahas

8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

9) Guru memberikan kesimpulan secara umum

10) Evaluasi

11) Penutup

b. Group Investigation (Sharan, 1992)

Langkah-langkah :

1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok


3) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok
mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif


berisi penemuan

5) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil


pembahasan kelompok

6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan

7) Evaluasi

8) Penutup

c. Talking Stick

Langkah-langkah :

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan


kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada
pegangannya/paketnya

3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk


menutup bukunya

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5) Guru memberikan kesimpulan

6) Evaluasi

7) Penutup
d. Bertukar Pasangan

Langkah-langkah :

1) Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau
siswa menunjukkan pasangannya)

2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya

3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain

4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru


ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka

5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula

e. Snowball Throwing

Langkah-langkah :

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua


kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,


kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk


menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergantian

7) Evaluasi

8) Penutup

f. Facilitator And Explaining

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk


menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang
lainnya

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa

5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu

6) Penutup

g. Course Review Horay

Langkah-langkah :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab

4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda
benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)

6) Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus
berteriak horay … atau yel-yel lainnya

7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

8) Penutup

h. Demonstration

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

1) Guru menyampaikan TPK

2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan

3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan

4) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang


telah disiapkan

5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa

6) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman
siswa didemontrasikan

7) Guru membuat kesimpulan

i. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung (Rosenshina & Stevens, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa


tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah. Langkah-langkah :
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan

3) Membimbing pelatihan

4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.

j. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu


Membaca Dan Menulis (Steven & Slavin, 1995)

Langkah-langkah :

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen

2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas

4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5) Guru membuat kesimpulan bersama

6) Penutup

k. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan)

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan


pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

Langkah-langkah :

1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar

2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,


menghadap ke dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan

4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.


Demikian seterusnya

l. Tebak Kata

Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.Buat kartu ukuran
5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat
dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga.

Langkah-langkah :

1) Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit

2) Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan

3) Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm
yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau
diselipkan ditelinga.

4) Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis


didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu
10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi
atau telinga.

5) Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan
dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

m. Word Square

MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :

1) Sampaikan materi sesuai TPK

2) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh

3) Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban

4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak :

CONTOH SOAL

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….

2. ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

3. Uang ……. Saat ini banyak di palsukan

4. Nilai bahan pembuatan uang disebut …….

5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….

6. Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….

7. Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….


8. Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….

9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untukmembayar sejumlah
uang disebut …….

T Y E N I O K N
R A U A N K U O
A B A R T E R M
N A N N R R S I
S D G I I T G N
A O N L S A I A
K L A A I S R L
S A C E K B O S
I R I N G G I T

Kesimpulan

Hakekat suatu proses pembelajaran yang telah diuraikan dalam makalah ini, merupakan
suatu paradikma baru yang sangat perlu bagi kita khususnya sebagai guru dan calon guru untuk
mengembangkan model pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran Inovatif.
Pembelajaran inovatif merupakan suatu konsep pembelajaran yang sangat menekankan pada
pentingnya partisipasi aktif dari siswa dalam mempelajari suatu kompetensi yang hendak mereka
kuasai, guru bertindak sebagai fasilitator yang juga berperan penting dalam merancang
pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengangkat dan mengembangkan kreatifitas siswa.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan model pembelajaran inovatif
adalah mengacu pada teori konstruktifisme yang dibangun dari anak dalam belajar dan
berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

MODUL 5
MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

PENDAHULUAN

Pendidikan pada hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain secara
sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang
bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,  pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (Musaheri, 2005:20). Menurut La sula (2000:34) “pendidikan adalah suatu
kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta
didik yang berlangsung di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah,
sekolah dan masyarakat)”.

Masalah interaksi di kelas, yaitu komunikasi antara guru dan murid dalam  proses
belajar mengajar di kelas merupakan masalah pendidikan yang sangat menarik untuk
dibicarakan yang sampai kini tidak pernah ada habisnya. Oleh karena itu bagi para
pendidik serta pengelola pendidikan senantiasa diharapkan  pemecahannya guna menuju
proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan  baik. Menurut Shachelford dan Fenak
(dalam Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini dalam proses belajar mengajar yaitu
bahwa mengajar harus menguasai: a. Apa yang diajarkan;  b. Teori pengajaran yang
relevan; c. Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar
yang diajarkan); d. Karakteristik siswa.

Setiap guru harus memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran yang
dipakai sehari-hari dikelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja
berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan
pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu  bentuk model
penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung (Direct
instruction). Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah  pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat
dipelajari selangkah demi selangkah (Nur, 2000:4-5).

Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami
dan menguraikan:
1. Arti dari Model Pembelajaran Langsung
2. Ciri – ciri Model Pembelajaran Langsung 
3. Tahapan Model Pembelajaran Langsung
4. Kelebihan  dan keterbatasan Model Pembelajaran Langsung

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

A. Arti Model Pembelajaran Langsung


Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Transformasi dan ketrampilan secara langsung
2. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu
3. Materi pembelajaran yang telah terstuktur
4. Lingkungan belajar yang telah terstruktur
5. Istruktur oleh guru.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru menggunakan
berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan
sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif,
(yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi).
Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan
setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

B. Ciri – ciri Model Pembelajaran Langsung 


Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur  (2000:3) adalah
sebagai berikut : 

1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur
penilaian belajar 
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
C. Tahapan Model Pembelajaran Langsung
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996),
sebagai berikut:

1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa
jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
a. kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa
b. mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran
c. memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan
d. menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran
e. menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi.
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-
konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
a) Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai
siswa dalam waktu relatif pendek
b) Pemberian contoh-contoh konsep
c) Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas
d) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran
guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap
respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
4. Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru
untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase
ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

5. Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat
dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam
fase bimbingan latihan. Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh
langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
a) Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada
siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari
dan kinerja siswa yang diharapkan.
b) Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan
dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
c) Menyampaikan materi pelajaran. 
Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan
contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
d) Melaksanakan bimbingan.
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai
tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. 
Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau
kelompok.
f) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. 
Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa,
memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang
keterampilan jika diperlukan.
g) Memberikan latihan mandiri. 
Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.

D. Situasi Model Pembelajaran Langsung


Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran:
1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci
dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang
memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada
siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
4. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual
(misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti,
atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
5. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan
dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
6. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
7. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum
siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
8. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu
siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
9. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan
penjelasan yang sangat terstruktur.
10. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada
siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang
berpusat pada siswa.

E. Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung


1. Kelebihan model pembelajaran langsung:
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan
fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu
yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang
ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
h. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi
kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki
keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
i. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk
menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa.
Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
j. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model
pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan
bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi
dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
k. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner
dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif
alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren
dalam pemikiran sehari-hari.
l. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar
(misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu
siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
m. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak
tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan
hasil-hasil penelitian terkini.
n. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa
tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori
(yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
o. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari
suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting
terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam
melakukan tugas tersebut.
p. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi
apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
q. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
2. Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan
mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam
hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman,
gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif,
sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal
mereka.
d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru
yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model
pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan
penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
f) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk
pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk
menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
g) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang
cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
h) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai
bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami
atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat
cara pandang ini.
i) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit
isi materi yang disampaikan.
j) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat
siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu
mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai
pembelajaran mereka sendiri.
k) Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu
arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa.
Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
l) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat
melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

Kesimpula
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan
deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Transformasi dan ketrampilan secara langsung
2. Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu
3. Materi pembelajaran yang telah terstuktur
4. Lingkungan belajar yang telah terstruktur
5. Distruktur oleh guru.

MODUL 6
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
(COPERATIVE LEARNING)

PENDAHULUAN

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam


pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan
pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Juga
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran cooperative telah memiliki sejarah yang
panjang sejak zaman dahulukala, para guru telah mendorong siswa-siswa mereka untuk
bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam diskusi, debat, atau pelajaaran
tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa cooperative learning tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk
menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi, cooperative learning adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini
sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya
bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal
siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri
siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model
pembelajaran.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami
dan menguraikan:
1. Pengertian dari model pembelajaran cooperative learning ?
2. Unsur-unsur model pembelajaran cooperative learning?
3. Karakteristik dari model pembelajaran cooperative lerning ?
4. Tujuan dari model pembelajaran cooperative lerning ?
5. manfaat model pembelajaran kooperatif leaning ?
6. Prinsip utama model pembelajaran kooperatif ?
7. Karakteristik model pembelajaran kooperatif?
8. Keterbatasan pembelajaran kooperatif ?
9. Sintaks model pembelajaran kooperatif?
10. Model-model cooperative learning?
11. Peran guru dalam model pembelajaran cooperative lerning ?

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

A. Pengertian Cooperative Learning


Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan,
tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk
tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut :
1. Menurut Salvin (1995) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa
lebih semangat dalam belajar.
2. Menurut Anite lie (2000) cooperative learning adalah pembelajaran gotong-royong
yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan peserta didik untuk bekerja
sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang terstruktur (tugas yang telah
ditentukan)
3. Menurut Azizah (1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok
kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran
gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan
pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
B.  Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative
1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar
yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat
materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan
lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas
tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang
berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk
mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas
yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan
lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang
memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas
individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali de- ngan berbagai
keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas
mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan
orang lain.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja
kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
C. Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan tetapi
tidak. Setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995) menyatakan
ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja
kelompok, antara lain:
1. Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik
yang didasari danya kepentingan yang sama.
2. Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi
pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk membantu
temannya membutuhkan keluwesan.
3. Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu interaksi yang langsung
terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4. Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan antar
pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang
efektif.
5. Group Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan bekerja
sama dalam memecahkan masalah
D. Tujuan Cooperative Learning
1. Membantu pembelajar untuk mencapai hasil belajar optimal dan mengembangkan
keterampilan sosial pembelajar.
2. Mengajarkan keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
3. Memberdayakan pembelajar kelompok atas sebagai tutor sebaya bagi kelompok
bawah
E. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
1. Meningkatkan hasil belajar pembelajar.
2. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan
kepada setiap pembelajar untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim
untuk mencerna materi pelajaran.
3. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina
sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil
terhadap keberhasilan tim.
4. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir, belajar
kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,
pelaksanaan kajian proyek, dan latihan memecahkan masalah.
5. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
6. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
7. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya
F. Prinsip Utama Model Pembelajaran Kooperatif
1. Kesamaan tujuan. Tujuan yang sama pada pembelajar dalam kelompok membuat
kegiatan belajar lebih kooperatif.
2. Ketergantungan positif. Beberapa pembelajar direkrut sebagai anggota kelompok
karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama. Ketergantungan
antara individu-individu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
a. Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat,
penjelas atau perekam. Dengan cara ini, tiap individu memiliki tugas khusus dan
kontribusi tiap kelompok diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
b. Bagilah tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi subtugas. Input diperlukan
oleh seluruh anggota kelompok.
c. Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
Pembelajar dapat bekerja berpasangan dengan penilaian tiap pasangan dengan
penilaian tiap pasangan.
d. Stuktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan
menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama
lain.
e. Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.
G. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1. Kelompok dibentuk dari pembelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah
2. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
3. Pembelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
4. Penghargaan lebih beorientasi kelompok daripada individual.
H. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
1. Memerlukan waktu yang cukup bagi pembelajar untuk bekerja dalam tim.
2. Memerlukan latihan agar pembelajar terbiasa belajar dalam tim.
3. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan
materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi belajar
kooperatif.
4. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
5. Memerlukan kemampuan khusus bagi pendidik untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan belajar kooperatif.
I. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase ke Indikator Aktivitas pendidik
1. Menyampaikan tujuan dan Pendidik menyampaikan tujuan
memotivasi pembelajar pembelajaran (standar kompetensi) yang
ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi pembelajar
belajar.
2. Menyajikan informasi Pendidik menyajikan informasi kepada
pembelajar dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasikan Pendidik menjelaskan kepada
pembelajar ke dalam pembelajar bagaimana cara membentuk
kelompok-kelompok belajar kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan perubahan
yang efisien.
4. Membimbing kelompok Pendidik membimbing kelompok-
bekerja dan belajar kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas dalam hal
menggunakan keterampilan kooperatif.
5. Evaluasi Pendidik mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok menyajikan
hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan Pendidik memberikan cara-cara untuk
menghargai, baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.

J. Model-model Cooperative learning


Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang di terapkan di antar lain :
1. Jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-
komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif, yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung
jawab  terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga
orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam :
a. Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.
b. Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya
semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing
sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtipok lainnya juaga bertindak
serupa. Dengan demikian, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu,
setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. model ini
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara
bertahap.
2. Group Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Thelen. Berbeda dengan STAD dan Jigsau, para model ini siswa terlibat dalam
perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan mereka. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih
terpusat dari guru.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa
yang heterogen. Dam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan
mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka menpertimbangkan dan
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
3. Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru, kemudian
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompokmempunyai peran
masing-masing.
4. TGT (Team Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan
TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu
sesudah UAS menjelang pembagian rapor.
5. Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada
apa yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa dapat berpartisipasi
dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya dalam bekerja sama.
Dalam metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b.   Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi
dan waktu yang berbeda.
c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa mengalami pengamatan pada
saat melakukan permainan.
d. Permaian merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
6. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan
persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan
jumlah anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan
laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis dengan cara berdiskusi. Secara
individual, setiap minggu atau setiap dua minggu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi
skor dan setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak
berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui
rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau
dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tertinggi, atau siswa mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.
Kadang-kadang, seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar
itu.
K. Peran Guru dalam Cooperative Learning
Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya
antara lain:
1. Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b. Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan keinginan
dan pembicaraannya.
c. Membatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d. Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat
bagi yang lainnya
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar
pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang
di bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata di temukan di
lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi,
membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang mana pra siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran.
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik,
menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan ketrampilan social.
3. Karakteristik cooperative learning antara lain: Positive Independence, Personal
Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal Skill, Group
Processing.
4. Model- model cooperative lerning antar lain : jigsaw, group invesgation dan listening
team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, mediator, director
motivator dan evaluator.

MODUL 7
PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar yang melibatkan
pendidik dan peserta didik untuk melakukan proses belajar, dalam hal ini peserta didik
dilibatkan secara aktif agar mampu mengembangkan potensi diri untuk berpikir dan
memahami konsep pembelajaran serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut terjadi dalam proses pembelajaran. Belajar adalah salah satu kegiatan
transfer ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara mencari dan memahami keadaan
ilmu pengetahuan  agar terjadi perubahan pada diri peserta didik  ke arah yang lebih baik.
Adapun pihak yang berperan penting dalam proses pembelajaran adalah seorang
pendidik atau guru, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik salah satunya
adalah ke profesionalan dalam mengajar,  tentunya penguasaan materi menjadi hal yang
utama. Dengan hal tersebut, akan membantu   perubahan cara pandang peserta didik 
dalam menginterpretasikan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, seorang pendidik dituntut
untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memilih serta menggunakan model pembelajaran
bagi peserta didik supaya kegiatan pembelajaran berlangsung dengan kondusif, efektif
dan efisien.
Banyak model pembelajaran yang bisa digunakan, diantaranya model
pembelajaran yang berbasis masalah, dalam model tersebut mempunyai  tiga prinsip
dasar yaitu, peserta didik menjadi fokus pembelajaran, sedangkan  seorang pendidik 
hanya sebagai fasilitator,serta sistem belajarnya memanfaatkan kemampuan nalar untuk
mewujudkan  kepekaan sosial terhadap masalah di  lingkungan sekitar.
Saat ini peserta didik tidak hanya belajar dengan cara menulis, membaca dan
berhitung, namun harus mampu menganalisis, mengolah serta menyelesaikan problem
kehidupan di sekitarnya, dengan model pembelajaran  berbasis masalah peserta didik
akan termotivasi untuk mencari informasi sendiri tentang cara penyelesaian  masalah
tersebut.
Istilah Problem Based Insctruction (PBI) merupakan bentuk khusus dari model
pembelajaran berbasis masalah. Dengan model tersebut pendidik menyajikan masalah
yang faktual  kemudian  diselesaikan oleh peserta didik. Sehingga secara obyektif dan
empiris peserta didik mampu menjawab masalah dengan ilmiah. Berdasarkan hal
tersebut, maka diperlukannya pengetahuan secara mendalam mengenai konsep apa dan
bagaimana  model pembelajaran berbasis masalah atau PBI,  khususnya kepada pendidik
yang akan menerapkan model tersebut dalam proses pembelajaran Model PBI dapat
dikatakan  relevan  jika  diterapkan, karena dapat membantu peserta didik  dalam 
melakukan  penemuan suatu  masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.  

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

A. Pengertian PBI (Problem Based Instruction)


Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang melibatkan peran
aktif dari peserta didik untuk menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan. Dengan
model seperti ini diharapkan setiap peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah yang disajikan. Selain itu kreatifitas peserta didik akan
semakin terasah dengan adanya pembelajaran Problem Based Instruction. Pemecahan
masalah yang ditemukan oleh peserta didik adalah materi untuk memperoleh pengetahuan.
Peserta didik mengerjakan masalah agar dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri,
menyusun penemuan, keterampilan berpikir kritis, meningkatkan kemandirian, serta
memupuk rasa percaya diri.
Tugas utama pendidik dalam model Problem Based Instruction adalah mengajukan
masalah, memfasilitasi penyediaan dialog serta mendukung belajar peserta didik. PBI
diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan
mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.

B. Ciri-Ciri Model Problem Based Instruction (PBI)


    
Terdapat 3 ciri utama dari PBI yaitu :

1. PBI merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBI ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. PBI tidak mengharapkan peserta
didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui PBI peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolahdata, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBI menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak
mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis
artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan PBI, pendidik perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari
buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan. Model PBI
merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan masalah nyata,
sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian peserta
didik diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi.

C.   Tujuan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)


PBI tidak dirancang untuk membantu pendidik memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada peserta didik, tetapi PBI dimaksudkan untuk membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual;
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi; dan menjadi pembelajar otonom dan mandiri. Banyak masalah yang ada di
lingkungan peserta didik. Dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan peserta didik dengan
situasi lingkungan. Kepekaan tersebut bukan hanya diwujudkan dalam perasaan tetapi ada
langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan mereka untuk memberikan solusi bagi
masalah tersebut. Indikator-indikator yang memberikan peluang munculnya masalah-
masalah dan memerlukan penyelesaian, serta membutuhkan kemampuan berpikir ilmiah
adalah indikator indikator yang lebih tepat digunakan PBI. Jadi, Tujuan PBI adalah sebagai
berikut :

1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerjasama yang


dilakukan dalam PBI mendorong munculnya berbagi keterampilan inkuiri dan dialog
dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan berpikir.
2. Permodelan Peranan Orang Dewasa yang autentik.
  

3. Pembelajar Otonom dan Mandiri.


D.  Langkah-Langkah PBI (Problem Based Instruction)
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1. Pendidik senantiasa menjelaskan tujuan pembelajaran yakni memotivasi peserta didik
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Pendidik membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan masalah
dengan cara menetapkan topik, tugas, jadwal dan kegiatan lainnya.
3. Pendidik mendorong peserta didik dalam kegiatan pengumpulan informasi yang sesuai,
  

uji eksperimen yang dilakukan agar memperoleh data yang selanjutnya dijelaskan serta
dipecahkan masalahnya, berhipotesis dan mengambil kesimpulan.
4. Pendidik membantu peserta didik dalam persiapan karya, perencanaan yang sesuai seperti
laporan, serta berbagi tugas kelompok.
5.  Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
riset  yang telah dilakukan serta proses yang digunakan.

E.   Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBI


Berikut akan dijelaskan beberapa kelebihan model pembelajaran PBI;
a. Peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar
diserap dengan baik.
b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan peserta didik lain.
c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
d.  Peserta didik berperan aktif dalam KBM
e.  Peserta didik lebih memahami konsep fisika yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
f. Melibatkan peserta didik secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berfikir peserta didik yang lebih tinggi. Pembelajaran lebih bermaknah. Peserta didik
dapat merasakan manfaat pembelajaran fisika sebab masalah yang diselesaikan
merupakan masalah sehari-hari.
g. Menjadikan peserta didik lebih mandiri.
h.  Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang
lain
i. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat.
Setelah mengetahui beberapa kelebihan dari model pembelajaran PBI, ternyata juga
terdapat beberapa kekuarangan atau kelemahan dari model PBI itu sendiri. Berikut
penjelasannya;
1) Untuk peserta didik yang malas, tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai.
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana.
    

3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini.


4) Membutuhkan waktu yang banyak
5) Tidak setiap materi fisika dapat diajarkan dengan PBI
6)  Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk peserta didik
yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dan lain-lain.
7)   Menuntut pendidik membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
8) Kurang efektif jika jumlah peserta didik terlalu banyak, idealnya maksimal 30 peserta
didik perkelas.

Pendidik sebagai agen pembelajaran haruslah memiliki berbagai kompetensi. Kompetensi


merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan
melalui unjuk kerja. Pendidik harus mampu mengembangkan model pembelajaran yang
mempunyai tiga prinsip dasar yaitu: berfokus pada peserta didik, menggunakan pendekatan
sistem dan pemanfaatan sumber belajar secara maksimal supaya tercipta proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Salah satu model yang telah banyak diterapkan adalah model Problem Based
Instruction (PBI), yaitu pembelajaran yang diawali dengan menyajikan masalah kepada
peserta didik. Masalah ini harus otentik atau nyata dalam kehidupan sehari-hari berupa
fakta-fakta atau fenomena yang sering dijumpai peserta didik. Model pembelajaran berbasis
masalah ini disajikan dalam bentuk penyelidikan dan inkuiri sehingga dapat memberikan
kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh konsep-konsep. Adapun ciri-ciri utama
PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, melakukan penyelidikan autentik,
dan kerjasama antar peserta didik.
Setelah mengetahui penjelasan di atas Selanjutnya akan dijelaskan langkah-langkah yang
dilakukan seorang pendidik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan
model PBI dalam pembelajaran fisika. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Pendidik membantu peserta didik mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
c. Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melakukan
eksperimen, mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan penyiapan karya yang sesuai
dengan laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 
e. Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
pendidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Materi yang digunakan pada model kali ini dapat dilihat pada materi misalnya
Perubahan sifat benda, dengan materi ini anak dapat memecahkan masalah mengapa benda-
benda dapat berubah sifatnya, atau anak dapat meneliti perubahan benda-benda dari segi
bentuk, warna atau bau. sifat-sifat yang terdapat pada sebuah benda pada saat terjadi
perubahan. Dengan materi ini anak melakukan percobaan langsung agar dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan memberikan jawabannya dengan menyusun
laporan. Disini anak dituntut bekerjasama agar percobaan yang dilakukan berhasil. Atau pada
materi perubahan fisis benda, dalam materi ini membahas tentang pelapukan, perkaratan, dan
pembusukan yang dimana masing-masing peserta didik harus melakukan penelitian atau
percobaan tentang materi yang dibahas. Sumber data dapat diperoleh melalui internet, maupun
buku referensi yang mendukung,. Masing-masing peserta didik dapat melakukan hipotesis
tentang materi ini seperti memaparkan penyebab terjadi, akibat dan sebab dan melakukan
pemecahan masalah pada masalah tersebut. Setelah semua data terkumpul maka dapat dibuat
laporan untuk dievaluasi pendidik tentang penyelidikan mereka apakah sudah akurat atau
belum serta melakukan penyempurnaan-penyempurnaan lainnya.
Kesimpulan
Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang melibatkan
peran aktif dari peserta didik untuk menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan.
Dengan model seperti ini diharapkan setiap peserta didik dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan. Tugas utama pendidik
dalam model Problem Based Instruction adalah mengajukan masalah, memfasilitasi
penyediaan dan dialog peserta didik, serta mendukung belajar peserta didik. PBI
diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana
dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.
Beberapa ciri utama dari PBI yaitu model ini merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dan
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
PBI memiliki beberapa tujuan. Yaitu untuk membantu pendidik memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual. Selain itu, dengan PBI dapat meningkatkan kepekaan peserta
didik dengan situasi lingkungan, meningkatkan keterampilan peserta didik, dan
mengajarkan kemandirian pada peserta didik.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan model PBI
adalah pendidik pada awalnya menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta
didik dalam aktivitas pemecahan masalah yang dihadapi, membantu peserta didik dalam
mendefinisikan dan mengorganisasikan masalah, mendorong peserta didik dalam
kegiatan pengumpulan informasi yang sesuai, membantu peserta didik dalam persiapan
karya, membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
riset  yang telah dilakukan serta proses yang digunakan.
Tidak dapat dipungkiri, dari model PBI ini ditemukan beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari model ini antara lain peserta didik dilibatkan pada
kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik, peserta didik
dilatih untuk dapat bekerjasama dengan peserta didik lain, peserta didik berperan aktif
dalam KBM, lebih memahami konsep fisika yg diajarkan, melibatkan peserta didik
secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir yang lebih tinggi.
Terdapat beberapa kekuarangan dari model PBI, yaitu untuk peserta didik yang malas,
tujuan dari model PBI tidak dapat tercapai, membutuhkan banyak waktu dan dana, tidak
semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini, tidak setiap materi fisika dapat
diajarkan dengan PBI, serta membutuhkan fasilitas yang memadai.
MODUL 8
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING)

PENDAHULUAN
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikirn bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi
gagal dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru dalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi. Tugas
guru mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru dari kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami
dan menguraikan:
1. Pendekatan Kontekstual
2. Penerapan Pendekatan Kontekstual
3. Komponen CTL
4. Karakteristik CTL
5. Menyusun Rencana Pembelajaran Kontekstual
6. Model CTL
7. Teori Yang Melandasi CTL
8. Pendekatan CTL
9. Implementasi CTL
10. Diagram CTL

Selamat belajar, semoga Anda berhasil!


A. Pendekatan Kontekstual
1. Pemikiran Tentang Belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang
belajar sebagai berikut :
a. Proses belajar
1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri
2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta- fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampila yang dapat diterapkan.
5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terue seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan ketrampilan
seseorang
b. Transfer belajar
1) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
2) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit
demi sedikit)
3) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan itu.
c. Siswa sebagai pembelajar
1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan
seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
2) Strategi belajar itu pendidikan. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan
yang sudah diketahui.
4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d. Pentingnya lingkungan belajar
1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari
guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan
berkarya, guru mengarahkan.
2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan
baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang
benar
4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
2. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata. Hal itu, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Proses ini
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme
(Constructivisem), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), komunitas belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).
3. Pengertian CTL
a. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujun memotivasi siswa.
Pembelajaran ini digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari
siswa dengan mangkaitkan materi sehari- hari (konteks pribadi, social dan kultural).
Sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/ konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
b. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Model ini mendorong pelajar membuat
hubungan antara materi yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional
No CTL Tradisional
1 Pemilihan informasi berdasarkan  kebutuhan Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
siswa
2 Siswa terlibat secara aktif dalam prosesSiswa secara pasif menerima informasi
pembelajaran
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis
nyata
4 Selalu mengaitkan informasi denganMemberikan tumpukan informasi kepada
pengetahuan yang telah dimiliki siswa siswa sampai saatnya diperlukan
5 Cenderung menintegrasikan beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang
(disiplin) tertentu
6 Siswa menggunakan waktu belajarnya untukWaktu belajar siswa sebagian besar
menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir dipergunakan untuk mengerjakan buku
kritis, atau mengerjakan proyek dan tugas, mendengar ceramah, dan mengisi
pemecahan masalah (melalui kerja latihan yang membosankan (melalui kerja
kelompok) individual)
7 Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
8 Ketrampilan dikembangkan atas dasarKetrampilan dikembangkan atas dasar
pemahaman latihan
9 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau
nilai (angka) raport
10 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karenaSiswa tidak melakukan sesuatu yang buruk
sadar hal tersebut keliru dan merugikan karena takut akan hukuman
11 Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik Perilaku baik berdasarkan motivasi
ekstrinsik
12 Pembelajaran terjadi diberbagai tempat,Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
konteks dan setting
13 Hasil belajar diukur melalui penerapanHasil belajar diukur melalui kegiatan
penilaian autentik akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

B. Penerapan Pendekatan Kontekstual


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkah- langkahnya sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
C. Komponen CTL
1. Konstruktivisme
a. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal
b. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan
2. Inquiri (Menemukan)
a. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
b. Siswa belajar menggunakan ketrampilan berpikir kritis.
3. Questioning (Bertanya)
a. Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiri.
4. Learning Community (Komunitas Belajar)
a. Sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar
b. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
c. Tukar pengalaman.
d. Berbagi ide.
5. Modeling (Pemodelan)
a. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
b. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
6. Reflection (Refleksi)
a. Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
b. Mencatat apa yang telah dipelajari
c. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
a. Mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa
b. Penilaian produk (kinerja)
c. Tugas- tugas yang relevan dan kontekstual
D. Karakteristik CTL
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis jiwa kreatif
10. Dinding dan lorong- lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta- peta, gambar, artikel,
humor, dan lain- lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa, dan lain- lain

E. Menyusun Rencana Pembelajaran Kontekstual


Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaranlebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana pembelajarannya berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topic yang akan
dipelajari. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran
dan aunthentic assessmentnya. Konteksnya berisi program yang dirancang guru benar- benar
rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya
hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan lebih operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstul adalah sebagai berikut:
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok,
dan Pencapaian Hasil Belajar
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah scenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan aunthentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
F. Model CTL
1. DI (Direct Instruction)
2. CL (Cooperative Learning)
3. PBI (Problem Base Instruction)
4. Gabungan
m
l
b
g
v
a
p
C
)
(
o
u
s
n
I
t
c
e
r
i
N
R
J
A
B
P
L
E
D
O
M 4 ciri khusus dari model CTL di atas adalah :
a. Landasan Teoritik
b. Tujuan Hasil Belajar Siswa
c. Tingkah Laku Mengajar (Sintaks)
d. Lingkungan Belajar Sistem Pengelolaan
G. Teori Yang Melandasi CTL
1. Knowledge-Based Construktivism, menekan kepada pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar
2. Effort-Based Learning/Incremental Theory of Intelligence. Bekerja keras untuk mencapai
tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan
dengan komitmen untuk belajar.
3. Socialization, yang menekankan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan
tujuan belajar, oleh karenanya, factor sosial dan budaya perlu diperhatikan selama
perencanaan pengajaran.
4. Situated Learning, pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisikan dalam fisik tertentu
dan konteks social (masyarakat, rumah dan sebagainya) dalam mencapai tujuan belajar.
5. Distributed Learning, manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses pembelajaran,
oleh karenanya harus berbagi pengetahuan dan tugas- tugas.
H. Pendekatan CTL
1. Problem- Based Learning,yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis
dan ketrampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensi dari materi pelajaran.
2. Aunthentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan ketrampilan berpikir dan
pemecahan masalah yang penting didalam konteks kehidupan nyata.
3. Inquiri- Based Learning, pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan
memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Project- Based Learning, pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk
bekerja mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya (pengetahuan dan ketrampilan
baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
5. Work-Based Learning, pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya
kembali di tempat kerja.
6. Service Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan
praktis dari pengetahuan baru dan berbagai ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui proyak/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar
I. Implementasi CTL
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual guru seharusnya melakukan
hal-hal berikut.
1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental (developmentally
approppriate) siswa.
2. Membentuk group belajar yang salong bergantung (interdependent learning groups).
3. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students).
4. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated
learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesdaran berpikir, penggunaan strategi, dan
motivasi berkelanjutan).
5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) siswa.
6. Menggunakan teknik bertanya (questioning) yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
7. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi
kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan baru (constructivism).
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
9. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning).
10. Menciptakan komunitas belajar (learning community) dengan membangun kerja sama
antarsiswa.
11. Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan baru.
12. Mengarahkan siswa untuk mereflesksikan tentang apa yang sudah dipelajari
13. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
14. Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pengajaran kontekstual dapat
lebih efektif, maka guru seharusnya merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan
kehidupannya.
15. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang
sedang dipelajari dengan pengetahuan/ pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan
sehari- hari. Selain itu, juga mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang
merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
16. Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap
pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan
menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.
o
tK
y
M
k
u
D
w
is
lS
b
m
P
jr
a
g
n
e
h
J. Diagram CTL

Diagram di atas menunjukkan bahwa tujuan akhir pelaksanaan CTL adalah mendukung
pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.
1. Untuk itu, setiap orang di sekolah terlebih dahulu menyetujui tentang apa yang akan
dipelajari oleh siswa dan strategi apa yang akan digunakan.
2. Keorganisasian sekolah juga sedapat mungkin harus mendukung keterlaksanaan proses
pembelajaran di mana pun (ruang kelas, sekolah atau masyarakat)
3. Terakhir, dukungan eksternal dari masyarakat adalah dalam hal penyediaan sumber
dorongan yang dapat membantu siswa dan pendidik menciptakan lingkungan belajar
mengajar yang berkualitas.
K. Contoh Model Pembelajaran CTL
1. Example Non- Example
2. Picture and Picture
3. Numbered Heads Together
4. STAD (student Teams- Achievement Divisions)
5. Jigsaw
6. Mind Mapping
7. Make A- Match
8. Role Playing, dll.
SIMPULAN
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
DAFTAR RUJUKAN

Arend, Richardl. 1997. Classroom Instruksional Management. New York: The Mc Graw-
Hill Company.

Depdiknas. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta

Hamzah B. Uno. 2008. Model pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara

Hanafi, Nanang dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT


Refika Aditam

Hayati, sri. 2017, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning. Graha
Cendekia. MagelanA Ismail. 2003. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan
Lanjutan Pertama

Hamdani, dkk. 2011, Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.


Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

http://repository.unpas.ac.id/30379/2/BAB%20II%20pdf.PDF

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/

https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html
http://ppunnes-pgsd-2013.blogspot.com/2014/07/makalah-pembelajaran-inovatif.html?m=1

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Mirdad, Jamal. 2020. Model-model pembelajaran (empat rumpun model pembelajaran).


Indonesia Jurnal Sakinah, 2(1), 16-23. Diperoleh dari https//www.jurnal.stitnu-
sadhar.ac.id
Nurdyansyah, Eni Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran.Sidoarjo :Nizamiah
Learning Center.

Nurdyansyah, dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran.

Kasdi,S. Dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasikan Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher.

Sanjaya, Wina. Andi, Budimanjaya. 2017. Paradigma Baru Mengajar. Jakarta: Kencana
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogjakarta : Graha Ilmu 
Tuti Purwoningsih. Model Pembelajaran PBI pada Fisika.pdf

[1] Tuti Purwoningsih. Model pembelajaran PBI pada Fisika.pdf


[2] Rusman.Model-Model Pembelajaran:Jakarta(2013)hlm.229
[3] Nanang Hanafi dan Cucu Suhana, Konsep strategi pembelajaran, (Bandung, 2012), hlm.45

Pribadi A, Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran. PT Dian Rakyat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai