Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. dalam
penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal strategi atau prosedur
agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai. Banyak para ahli pendidikan
Model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model pembelajaran identik dengan
istilah strategi. model pembelajaran dan strategi merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri
dapat diuraikan sebagai taktik atau sesuatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Selain itu
strategi dalam pembelajaran dapat didevinisikan sebagai suatu perangkat materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama, terpadu untuk menciptakan hasil belajar
yang diinginkan guru pada siswa. agar tujuan pendidikan yang telah disusun dapat secara
suatu metode yang diterapkan untukmerealisasikan strategi yang telah ditetapkan tersebut. De
ngan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam satu strategi pembelajaran menggunakan
beberapa metode. Contohnya bila ingin melaksanakan sebuah strategi ekspositori misalnya,
dapat menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, atau metode diskusi dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di sekitar sekolah yaitu bisa
dengan menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode.
Strategi lebih menunjukkan pada sebuah perencanaan atau yang biasa dikenal dengan rencana
metode adalah suatu cara tersendiri yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode
prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain
yang mendukung dalam model-model pembelajaran ini banyak diamati oleh peneliti Joyce &
Weil. Mereka mempelajari dan menerapkan berbagai model pembelajaran berdasarkan teori
mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
kelas.
Pengertian pendekatan, strategi, dan model pembelajaran sering diartikan sama dan
terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. yang terarah secara sistematis
dengan maksud agar pada tujuan-tujuan yang hendak diinginkan dapat tercapai. Dengan
demikian, pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah dibuktikan
tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, serta sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-
prinsip.
Sedangkan strategi sendiri merupakan suatu istilah yang diadopsi dari bidang kemiliteran ke
dalam bidang industri kemudian ke dalam bidang pendidikan. Strategi dapat diartikan sebagai
dan bahan-bahan yang dipilih untuk mencapai tujuan (UNESCO, 1981). Lebih lanjut lagi
Philips and Owens (1986), mengemukakan bahwa strategi adalah serangkaian tindakan yang
bertalian secara konsisten dan tindakan-tindakan secara konseptual, terpadu, dengan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai. Dari kedua devinisi dapat ditarik pernyataan bahwa strategi dan
pendekatan (approach) memiliki kesamaan arti. Hanya perbedaannya terletak pada prinsip-
prinsip yang melandasinya. Penggunaan kedua istilah tersebut dalam hal pembelajaran
seringkali diartikan sama dan kadang-kadang disilihgantikan. Berkaitan dengan itu, Raka Joni
(1980), berpendapat bahwa strategi merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Hal itu dapat diartikan bahwa interaksi belajar
mengajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama oleh guru dan siswa.
Hasil deskripsi di atas dapat dirumuskan sebagai suatu pola umum pembelajaran dimana
evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa sebagai pembelajar dapat mencapai tujuan
Adapun pengertian model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang
tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan guru. Istilah model sendiri dapat diartikan sebagai suatu
bentuk tiruan dari benda yang sebenarnya. Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh
konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan
acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan kebutuhan siswa di sekolah dasar, telah
banyak mengembangkannya. hal itu tidak lain agar kualitas pendidikan di sekolah-sekolah
seluruh negeri ini selalu dalam rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat tercapai.
Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan di
dunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang mempunyai keahlian, kemampuan, dan
Diantara beberapa ahli yang telah mengembangkan model-model pembelajaran yaitu seperti
Adapun itu Andrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Eu (1981), mengemukakan 5
dan menciptakan berbagai macam pendekatan mengajar. Salah satunya dikembangkan oleh
para ahli di bidang pembelajaran, menelaah bagaimana pengaruh tingkah laku mengajar
tertentu terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce dan
Weil (1996) dan Joyce, Weil, dan Shower (1992), setiap pendekatan yang ditelitinya
dinamakan model pembelajaran, meskipun salah satu dari beberapa istilah lain digunakan
memberikan istilah model pembelajaran dengan dua alasan. Pertama, istilah model
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh.
telah disepakati bersama. Dalam model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai macam
keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi satu model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur
tertentu. Keempat ciri tersebut ialah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para
pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kedua, model dapat berfungsi sebagai
sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas,
model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai pembelajaran tertentu dan
bukan tujuan pembelajaran yang lain. Suatu pola urutan (sintaks) dari suatu model
pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti
jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa, urutan kegiatan-
kegioatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Sintaks dari
berbagai macam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama. Misalnya, semua
pembelajaran diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa terlibat dalam
pelajaran yang berisi merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dengan bimbingan guru. Di samping ada persamaannya, setiap model pembelajaran antara
sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan
inilah terutama yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang
harus dipahami oleh para guru agar supaya model-model pembelajaran dapat dilakukan
dengan berhasil. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada
siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar
pembelajaran lainnya berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik
daripada model pembelajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam
dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai sepenuhnya
Pembelajaran Pandangan umum yang masih dianut guru dan masih berlaku hingga sekarang
adalah bahwa dalam proses belajar mengajar pengetahuan diberikan oleh guru dan diterima
oleh siswa. Keberhasilan dalam belajar diukur dari sejauh mana siswa dapat menunjukkan
bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan guru. Jika yang
diungkapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan guru maka siswwa dianggap tidak belajar.
Dengan asumsi ini, maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi (dengan
ceramah) dan siswa hanya mendengar dan mencatat. Para ahli pendidikan mengemukakan
pandangan belajar dan mengajar yang berbeda dengan pandangan umum di atas. Pandangan
Dengan cara mencocokkan fenomena, ide-ide, atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan
yang telah ada dan percaya bahwa sudah dipelajari. Oleh karena itu pada pembelajaran
sudut pandang pembelajaran bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan. Guru tidak
dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar
yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan dengan siswa, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide
dan dengan mengajak siswa agar dengan menyadari dan sadar menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri
adalah sebagai berikut. a) Pembelajaran ditekankan pada pembelajaran sosial, antara lain
kooperatif (interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya), berbasis proyek, dan berbasis
atau CL) Aplikasi CL berasal dari tradisi pembelajaran John Dewey berdasarkan pengalaman,
yang telah dikembangkan di AS. CL merupakan integrasi dari berbagai praktik pembelajaran
meningkatkan relevansi dan manfaat fungsional dari pendidikan untuk semua siswa. CL
adalah suatu konsep pembelajaran teruji yang mengembangkan banyak penelitian mutakir di
bidang kognitif. Dalam hubungan ini CL merupakan suatu reaksi terhadap pelaksanaan
praktik pembelajaran yang berlandaskan teori behavioristik yang telah mendominasi dunia
pendidikan sejak dahulu bahkan hingga saat ini. Konsep CL mengakui bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses kompleks banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drill-
oriented dan metode stimulus and respons. Tema penelitian mutakir dalam bidang kognitif
(2001), strategi pembelajaran yang berkaitan dengan CL dapat diidentifikasi sebagai berikut.
seperti rumah, masyarakat, ataupun di lingkungan kerja. c) Mengajari siswa memonitor dan
berbeda-beda. e) Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman termasuk belajar
ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah sebagai
ini berfokus dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara
masalah, dan mencari solusinya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Model-
ModelPembel_EdySantoso_11499.pdf
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL
No. 93 Medan 20147 Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data, informasi
tentang pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. Target
penelitian adalah diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Metode penelitian adalah eksperimen
dengan disain faktorial 2 x 2. Hasil penelitian; hasil belajar siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil
belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran
kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial
yang belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Kata kunci: metode
peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena
itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa
tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil
belajar yang baik. Beberapa faktor diantaranya yang dapat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan
metode-metode yang tepat, dan cara yang disukai peserta didik pada saat belajar.
Ketidaksesuaian beberapa faktor di atas dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa penguasaan siswa terhadap kompetensi mata pelajaran
yang dibelajarkan masih rendah. Dari beberapa mata pelajaran yang dibelajarkan di sekolah
salah satunya adalah mata pelajaran Fisika. Fisika merupakan pengetahuan yang diperlukan
oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajar dalam menempuh pendidikan lebih
pemahaman, penguasaan materi pelajaran, cara penyajian pelajaran yang kurang/tidak sesuai,
siswa yang kurang menyukai pelajaran itu sendiri serta daya intelegensi yang rendah. Tetapi
umumnya faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa
berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi. Oleh sebab itu,
pembelajaran Fisika yang umumnya dikenal sulit bagi siswa membutuhkan tipe gaya belajar
yang tepat yang sesuai dengan metode pembelajaran agar mata pelajaran Fisika lebih disukai
dan memicu kreativitas belajar yang akhirnya akan mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik. 2 Berdasarkan uraian di atas, bahwa salah satu faktor penting yang diduga
menyebabkan rendahnya hasil belajar Fisika adalah gaya belajar siswa yang tidak sesuai
dengan ragam metode pembelajaran di kelas. Untuk mengetahui apakah kesesuaian ragam
metode pembelajaran dan gaya belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar Fisika. Untuk
melihat pengaruhnya, maka perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul pengaruh metode
pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. 2. Rumusan Masalah a) Apakah
terdapat pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran berbasis
masalah? b) Apakah terdapat pengaruh antara siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual? c) Apakah
terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar? 3. Hipotesis Deskriptif
Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut : a) Terdapat perbedaan hasil belajar antara
siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran berbasis masalah. b) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar
dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang
belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual.
Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya
belajar visual lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual. c) Terdapat interaksi
antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar Fisika. 4. Tujuan
Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Pengaruh antara metode
dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya
belajar visual? c) Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran
untuk belajar. Secara formal, setiap individu belajar melalui berbagai interaksi sebagaimana
ia berinteraksi dengan guru, teman sebaya, lingkungan dan sebagainya. Belajar merupakan
kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap serta
perkembangan disebabkan belajar. Jika dapat diasumsikan, dalam diri individu terjadi suatu
proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Memang, proses belajar sangat sulit
diamati. Proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa akan memberikan implikasi
terhadap perkembangan, baik kognitif, afektif maupu psikomotorik. Yang pada awalnya siswa
belum mengetahui tentang suatu konsep, tetapi setelah dipelajari siswa menjadi mengetahui
tentang suatu konsep. Seperti yang dinyatakan oleh Gredler (1991) bahwa belajar adalah
proses seseorang dalam memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Sedangkan
menurut Santoeso (2000), Belajar adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam
diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-
faktor dari luar. Hal dapat berarti bahwa interaksi yang terjadi secara terus menerus antara
siswa dan guru akan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada diri siswa. Santrock (2007),
mendefinisikan belajar (learning) sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan
keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Sedangkan menurut Asma (2006),
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang terselenggara secara pribadi dan merupakan proses
sosial yang terjadi ketika masing-masing individu berinteraksi satu sama lain dan
membangun sebuah pengertian dan pengetahuan bersama. Belajar eksakta dapat dilakukan
secara berurutan (sequential), terencana dan sistematik (teratur). Belajar Fisika secara
langsung menghubungkan motivasi positif dan belajar Fisika merupakan pembelajaran yang
disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu setiap siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa.
Pembelajaran berupaya untuk mengubah masukan siswa yang belum terdidik menjadi
terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi memiliki pengetahuan
tentang sesuatu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya proses belajar pada diri
siswa sehingga dengan belajar Fisika adalah berpikir dan berbuat atau mengerjakan Fisika.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha
sadar yang berproses dan berkesinambungan yang dilakukan individu dalam perubahan
tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
karakteristik (1) belajar menunjukkan suatu aktivitas diri siswa baik disadari ataupun tidak,
(2) belajar merupakan interaksi terhadap lingkungan baik secara visual, auditorial dan
kinestetik, (3) dan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. 2. Pengertian Hasil
Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Dua konsep
tersebut dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. 4 Hal ini seiring dengan
apa yang kemukakan oleh Sudjana (2004:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu,
menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka-angka atau
nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar Fisika. 3. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut
Sudjana (2005:76) metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam
menurut Sutikno (2009: 88) menyatakan, Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan
materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri
siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. a. Metode Pembelajaran Kooperatif Menurut
siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok - kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5
orang untuk memahami konsep yang difasilitasi guru. Smith dan Gregor (1992)
mendefinisikan cooperative learning sebagai the most carefully structured end of the
(1994) mendefinisikan cooperative learning sebagai the instructional use of small groups so
that students work together to maximize their own and each others learning (Phipps et al.,
dalam kehidupan seperti halnya pelajaran Fisika yang terkait dekat dengan kehidupan sehari-
hari. Hal ini sesuai yang dikemukakan Abbas, (2000: 12) menyatakan bahwa metode
pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Metode ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
dengan H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge)
baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat
belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. 5 4. Pengertian Gaya Belajar Menurut
Gunawan (2004), gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan
berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Misalnya jika kita ingin mempelajari
mengenai tanaman, apakah kita lebih suka nonton video soal tanaman, mendengarkan
ceramah, membaca buku ataukah kita bekerja langsung di perkebunan atau mengunjungi
kebun raya. Menurut De Porter & Hernacki menyatakan bahwa gaya belajar seorang anak
adalah kombinasi bagaimana anak tersebut menyerap, kemudian mengatur dan mengolah
informasi. Sedangkan menurut Marsha (1996), menyatakan gaya belajar merupakan hal yang
penting karena pendidikan disesuaikan dengan keunikan individu. Perbedaan individu harus
dihargai karena gaya belajar merupakan ungkapan dari keunikan setiap orang. Dengan
individu, merupakan bentuk nyata identitas seseorang, bersama-sama, gaya belajar juga
menyampaikan kesempurnaan budaya kita. Mortimore (2008), dalam bukunya Dyslexia and
Learning Style menyatakan bahwa gaya belajar merupakan satu aspek dari gaya kognitif, hal
ini menandakan bahwa adanya perbedaan antara gaya belajar dengan gaya kognitif.
Perbedaan-perbedaan ini penting karena gaya kognitif secara otomatis dilakukan seseorang
dalam memproses stimulasi yang datang dan gaya belajar dapat dilihat dalam hal strategi
bagaimana seorang siswa mengatasi tugas-tugas dan situasi belajar. Messick (1996)
mengusulkan bahwa gaya kognitif individu bervariasi dan terkait dengan perbedaan individu.
Sims & Sims (1995), menyatakan bahwa bagaimana seseorang belajar merupakan konsep
fokus dari gaya belajar. Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai karakteristik kognitif,
afektif, dan perilaku-perilaku psikologis yang berlaku sebagai indikator bahwa pembelajar
relatif stabil dalam merasakan adanya interaksi dengan/dan merespon terhadap lingkungan
februari 2012 sampai dengan Oktober 2012 2. Metode dan Disain Penelitian a. Metode
Penelitian Metode penelitian ini adalah eksperimen b. Disain Penelitian Disain penelitian ini
adalah faktorial 2 x 2. Adapun matriks disain penelitian dimaksud adalah sebagai berikut: ME
Metode Pembelajaran (A) SE Kooperatif (A1) Berbasis Masalah (A2) Gaya Belajar (B)
Visual B1 A1B1 A2B1 Auditorial B2 A1B2 A2B2 6 D. Hasil Penelitian a. Statistik Deskriptif
Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika secara Keseluruhan Metode Pembelajaran
Rekapitulasi Uji Persyaratan Analisis Data Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas No.
Kelompok Mean Stand. Dev. Lhitung Ltabel Ket. 1 A1 77.04 5.67 0,16 0,17 Normal 2 A2
74,96 4,45 0,94 0,17 Normal 3 A1B1 82,07 3,02 0,90 0,22 Normal 4 A1B2 72,00 1,71 0,89
0,22 Normal 5 A2B1 78,71 2,84 0,90 0,22 Normal 6 A2B2 71,21 1,67 0,99 0,22 Normal
Tabel Perhitungan Uji Homogenitas varians empat kelompok sel rancangan eksperimen
(A1B1 ; A1B2; A2B1 ; A2B2) Kelmpk. dk 1/dk S 2 dk.S2 Log S2 dk.log S2 A1B1 4 0.25
9.15 36.60 0.96 3.85 A2B1 4 0.25 8.07 32.28 0.91 3.63 A1B2 3 0.33 2.92 8.76 0.47 1.40
A2B2 3 0.33 2.80 8.40 0.45 1.34 Jumlah 14 1.17 86.04 10.21 7 b. Analisis Data Tabel Anava
dua jalur Sumber Variasi db JK RK=JK/db Fhitung Ftabel Fh=RK/RKD Gaya Belajar 1
1080.64 1080.64 188.48 4.02 Metode Pemb. 1 60.07 60.07 10.48 4.02 Interaksi 1 23.14 23.14
4.04 4.02 Dalam 52 298.14 5.73 --- --- Total Direduksi 55 1462.00 --- --- --- Tabel Hasil uji
Lanjut dengan Uji Tukey Kelompok yang dibandingkan Harga Perbedaan Rata-rata dk =
terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis
masalah. Siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih unggul daripada
siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Hal ini dapat difahami
bahwa metode pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja
bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar, hal ini dilakukan dengan
partisipasi tinggi setiap siswa. Dengan metode ini, mengarahkan cara belajar siswa menuju
belajar yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial, seperti menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan ide. Peluang
untuk diskusi sangat besar untuk dilakukan. Sedangkan metode pembelajaran berbasis
masalah merupakan metode yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik
hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Hanya saja siswa dalam upaya penyelesaian masalah
yang diberikan tidak bekerjasama dengan siswa lainnya atau siswa tidak bekerja dalam
maksimal. Sharing informasi antar siswa kemungkinan kecil terjadi. 2. Metode Pembelajaran
dan Gaya Belajar Hasil perhitungan uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar Fisika antara siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode
pembelajaran kooperatif dan siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan
metode pembelajaran berbasis masalah. 8 Siswa yang memiliki gaya belajar visual yang
belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih unggul daripada siswa yang memiliki
gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Sebagaimana
dinyatakan di atas bahwa siswa bekerja bersama dalam kelompok sehingga berbagi informasi
sangat mudah untuk dilakukan. Mereka juga dapat memanfaatkan informasi baik secara lisan
maupun dalam bentuk gambar-gambar. Hal ini sesuai bagi mereka yang memiliki
kecenderungan gaya belajar visual. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar
visual, mereka lebih mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Mereka melihat
dengan asosiasi visual dan biasanya tidak terganggu oleh keributan. Apalagi berbagai
informasi mereka lakukan dalam bentuk diskusi yang dilengkapi visualisasi. Karakter siswa
dengan gaya belajar visual cenderung lebih cepat menyerap informasi dengan melihat
bagaimana guru menerangkan di depan kelas baik dengan alat bantu tulisan, data maupun
gambar. Mereka berbicara dengan cepat, perencanaan dan pengatur jangka panjang yang
baik. Mereka mementingkan penampilan baik dalam pakaian maupun presentasi. Mereka
pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata atau tulisan yang sebenarnya dalam pikiran
mereka. Bagi siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah berpeluang
besar belajar dengan kemampuan sendiri sehingga gagasan yang muncul merupakan hasil
dari apa yang difikirkan. Artinya kerjasama dengan siswa lain dapat dinyatakan sangat kecil.
Selain itu, sebagaimana dinyatakan pada paragraf di atas bahwa siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar visual, mereka lebih mengingat apa yang dilihat daripada apa
yang didengar. Oleh karena itu, kesesuaian metode pembelajaran dan gaya belajar harus
sesuai satu sama lain yang didukung dengan fasilitas yang relevan. F. Kesimpulan dan Saran
Pembelajaran Berbasis Masalah Hasil belajar siswa yang belajar dengan Metode
Pembelajaran Kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah b) Terdapat Pengaruh antara Siswa yang Belajar
dengan Metode Pembelajaran Kooperatif yang memiliki Gaya Belajar Visual dan Siswa yang
Belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah yang memiliki Gaya Belajar Visual
Hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Visual yang belajar dengan Metode
Pembelajaran Kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar
Auditorial yang belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. c) Terdapat Interaksi
antara Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Terdapat pengaruh antara metode
pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. 9 2. Saran Guru dan Orang tua Guru
dan orang tua senantiasa memahami perkembangan anak, guru dapat memahami
perkembangan anak di dalam kelas sedangkan orang di lingkungan keluarga. Oleh karena itu,
cara terbaik untuk memberikan stimulasi belajar pada siswa adalah memberi dukungan penuh
pada minatnya dan menyediakan aneka ragam kebutuhan belajarnya untuk menunjang
kesinambungan proses pemaknaan belajarnya. Misalnya anak merasa tidak mengerti dengan
penjelasan guru tentang metamorfosis kupu- kupu, maka orang tua dapat membantu dengan
diskusi di rumah. Jika perlu menyediakan CD/ film dan berbagai alat peraga (stimulasi
visual) dan menyediakan sarana untuk percobaan (memelihara ulat dalam botol dan diamati
sampai menjadi kupukupu). G. Ucapan Terima Kasih Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah swt yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam kita
hadiahkan keharibaan junjungan alam Nabi Muhammad saw, semoga dengan ilmu yang kita
miliki mampu menstimulasi untuk kegiatan yang bermanfaat dan mendapatkan syafaatnya
kelak. Amin. Penelitian ini hadir dan terlaksana adanya kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada segenap: 1. Kemendibud dirjen
Washliyah-Medan 5. Teman-teman yang ikut serta dalam penelitian dosen pemula 2012 6.
Keluarga tercinta H. Daftar Pustaka Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike.
Bandung: Kaifa. Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk
Bell. 1991. Terjemahan: Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali. Pitadjeng.
Kencana Prenada Media Group, 2008. Santoeso, Sugeng, 2000. Problematika Pendidikan dan
Cara Pemecahannya. Jakarta: Kreasi Pena Gading. Santrock, John W. 2007. Psikologi
Pendidikan-Edisi Kedua, terjemahan Tri Wibowo. Jakarta: Prenada Media Group. Sims,
Ronald R. & Sims, Serbrenia J. 1995. The Importance of Learning Styles; Understanding the
Implications for Learning, Course Design, and Education. London: Greenwood Press.
http://www.umnaw.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/LAPORAN-SUJARWO.pdf