PENDAHULUAN
1
pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam proses pembelajaran.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Arends memilih istilah model pembelajaran berdasarkan dua alasan
penting, yaitu pertama, istilah model mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, problem-based model of
instruction (model pembelajaran berdasarkan masalah) meliputi kelompok-
kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah
disepakati bersama. Dalam model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai
macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi
satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis
dan prosedural. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik
mengawasi anak-anak. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai
pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. Rasional, teoritis, logis, yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
5
Teori Model Pembelajaran Menurut Para Ahli
1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran
langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah;
diskusi; dan learning strategi.
2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1)model interaksi sosial; (2)model pengolahan informasi; (3)model
personal-humanistik; dan (4)model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran
yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi;
yaitu : (1)Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning);
(2)Bermain Peran (Role Playing); (3)Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4)Belajar Tuntas (Mastery
Learning); dan (5)Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap
model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat
unsur berikut, yaitu:
Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model
yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara
nyata (Joyce dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan
pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan
terjadi berikutnya?
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan
hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator
namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu
pengetahuan.
Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan
bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia
merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model,
guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa
dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak
memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal
yang berkait dengan kreativitas.
6
Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala
sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung
model tersebut.
5. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan
model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
7
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah
Cooperative Learning. Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
berkelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
Tujuan Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Efek-Efek Cooperative Learning
Cooperative Learning mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keberagaman ras, budaya dan agama,
sastra, kemampuan dan ketidakmampuan. Tiga macam hasil yang dicapai
dari model pembelajaran ini:
Efeknya pada perilaku kooperatif
Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif
dan percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi
pendidikan banyak kegiatan ekstra kulikuler di sekolah seperti
olahraga tim, produksi drama dan musik.
Efeknya terhadap toleransi keberagaman
Cooperative Learning tidak hanya mempengaruhi toleransi
dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan
kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya
hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan
etnis yang beranekaragam.
Efeknya pada prestasi akademik
Salah satu aspek penting Cooperative Learning adalah
bahwa selain pendekatan ini membantu meningkatkan perilaku
kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara para
siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam
pembelajaran akademiknya.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif, sebagai
berikut:
1. Pembelajaran secara tim. Pembelajaran yang dilakukan secara
tim.
8
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Manajemen
mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi
manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen
sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
perlu ditentukan keberhasilan.
3. Kemauan untuk bekerja sama. Keberhasilan pembelajaran
kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
4. Keterampilan bekerja sama. Kemampuan bekerja sama itu
dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara
kelompok
9
Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Cooperative
Learning
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru
menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua
prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah
laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan
peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam
kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif
jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru,
perpustakaan ataupun di pusat media.
Langkah-Langkah Cooperative Learning
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan
cara demonstrasi atau membuat bacaan.
Fase ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok
kooperatif.
Fase ke empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
Fas kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari.
Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil
kelompok, dan pelaporan.
11
1. Konstruktivisme
2. Inquiri (menemukan)
3. Questioning (bertanya)
Tukar pengalaman.
Berbagi ide.
5. Modeling (pemodelan)
7. Reflection (refleksi)
12
Mencatat apa yang telah dipelajari.
13
tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam mengerjakan tugas
sangat positif. Model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan
lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya
guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang disampaikan
dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan
deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi).
1. Orientasi
14
d) Menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi
3. Latihan Terstruktur
4. Latihan Terbimbing
5. Latihan Mandiri
15
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran
langsung menurut Depdiknas (2010: 27):
16
waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada
peserta didik.
17
pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
18
Kelemahan pembelajaran langsung menurut Depdiknas
(Sudrajat ,2011) yaitu :
19
h) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara
pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan
disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai
oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk
mendebat cara pandang ini.
20
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).
21
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
Kekurangan:
6) Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
22
pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar
tidak tercapai dengan baik. Konsep PAIKEM telah mengilhami penciptaan
model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan
modelmodel pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah
diingat orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan ST-M
merupakan kepanjangan dari Sains-Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan
dari Ramah, Terbuka dan Komunikatif; MATOA diambil dari buah Matoa yang
merupakan kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan
Aktif. Model pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum
PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif) telah
lama populer di kalangan guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus
dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baru
seperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem based Learning),
Cooperatif Learning dan sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut
mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat
belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang
terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan
kreatif selama proses pembelajaran Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan
guru untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif adalah strategi
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered learning).
Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator
yaitu memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Pengetahuan diperoleh peserta
didik berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari
guru. Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan
interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan. Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan
dapat dicapai karena peserta didik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu,
motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang
belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan
balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan
oleh peserta didik. Model PAIKEM banyak menggunakan strategi pembelajaran
CTL.
8) Problem Posing
23
dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Prinsipnya mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal
secara mandiri. Sintaknya a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga
disarankan. b. memberikan latihan soal secukupnya. c. siswa mengajukan soal
yang menantang, & dapat menyelesaikan. Bisa secara kelompok. d. pertemuan
berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di depan kelas. e. guru
memberikan tugas rumah secara individual.
10) Probing-prompting
24
senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
Fase-1 (Eksplorasi), pada fase ini siswa secara langsung diberi kesempatan
menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami
fenomena alam, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.
Fase ke-2 (Pengenalan Konsep), pada fase ini guru mengontrol langsung
pengembangan konsep yang dilakukan siswa dan membantu dalam
mengidentifikasikan konsep serta menghubungkan antar konsep yang telah
mereka dapat.
Fase ke-3 (Aplikasi Konsep), pada fase ini siswa melakukan kegiatan
menerapkan konsep sains dalam konteks kehidupan sehari-hari atau
disiplin ilmu lain dan selanjutnya menerapkan konsep pada situasi baru.
13) SAVI
25
Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan
bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang
bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-
on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,
mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
b) Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja
ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa
dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-
X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa
yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
26
pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan
sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
e) Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah
pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan,
pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,
berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap
siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama
mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok
dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi
diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan beri reward.
27
19) Jigsaw
Penutup.
Evaluasi
Penutup
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0)
organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan
menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
29
25) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
28) Artikulasi
29) Debat
10. Evaluasi
11. Penutup
31) Demostration
31
32) Mind Mapping
32
Model pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa
secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan
latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari
mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
33
Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan
kriteria adalah sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan
dengan dua hal, yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritis yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua,
praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dapat dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataan
menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga,
efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi
berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara
operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
(Trianto, 2013).
Arends dan pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu
pun model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya apabila tidak
dilakukan ujicoba pada suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya seleksi
pada setiap model pembelajaran mana yang paling baik untuk diajarkan pada
materi tertentu (Trianto, 2013).
Mempergunakan Model Pembelajaran bertujuan untuk mengefektifkan
dan mengefisiensikan pencapaian tujuan pembelajaran. Indikatornya adalah Guru
dan Siswa fokus pada materi pembelajaran , Guru mudah mentransfer isi pelajaran
kepada Siswa, Siswa juga mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang
tersedia untuk satu materi secara efesien dan efektif dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Ketertarikan dan Minat Siswa dalam mengikuti Pembelajaran
cenderung tinggi. Guru dan Siswa tidak mudah bosan membahas isi materi
pelajaran.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran
yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,
bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan
model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan belajar siswa.
Model pembelajaran yang dianggap efektif yaitu model pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment).
34
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:
1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan tertentu.
3.2 Saran
Sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus
bangsa yang lebih baik dari pada sekarang ini, untuk guru di masa yang akan
datang. Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu
juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-
36
kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian
makalah berikutnya. Diharapkan bagi para pembaca untuk membaca referensi lain
guna menambah pengetahuan tentang Strategi Belajar Mengajar Biologi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ineka Cipta
Joyce, B., & Weil, M. 1996. Models of teaching. Englewood Cliff, N.J: Prentice-
Hall.
38