Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari
kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam
suatu kelompok tertentu. Belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena
perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan
model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan
siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
yang tepat bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian model pembelajaran beserta
macam-macamnya dan model pembelajaran yang paling efektif.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang


sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran
meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru
sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan
bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model
ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama diantara siswasiswa. Dalam model pembelajaran ini guru
memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan;
guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan
supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang
fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan


pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai
contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model
pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti
tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat.
Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep
matematika tingkat tinggi. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah
pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya
disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu
model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model

1
pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam proses pembelajaran.

Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya


meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif
memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang
mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang
disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran
langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran
kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model
pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam


pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan
cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator
pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa. Tindakan pembelajaran ini dilakukan narasumber (guru) terhadap peserta didiknya
(siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan
model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan
ajar kepada para siswanya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian model pembelajaran ?
2. Bagaimana macam-macam model pembelajaran ?
3. Bagaimana model pembelajaran efektif ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran efektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir.
Dalam model pembelajaran sudah mencerminkan penerapan suatu pendekatan,
metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus. Menurut Udin (1996) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce
(1992: 4) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa, model mengajar merupakan
model belajar, dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana
mereka belajar.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan peserta didik.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat
digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas
atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya, buku, film, program-program media
komputer, dan kurikulum. Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.

3
Arends memilih istilah model pembelajaran berdasarkan dua alasan
penting, yaitu pertama, istilah model mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, problem-based model of
instruction (model pembelajaran berdasarkan masalah) meliputi kelompok-
kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah
disepakati bersama. Dalam model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai
macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi
satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis
dan prosedural. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik
mengawasi anak-anak. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai
pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. Rasional, teoritis, logis, yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

Menurut Agus Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun
tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Sejalan dengan pendapat di atas, model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi
model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para
guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). Berbeda dengan
4
pendapat di atas, dikemukakan bahwa model mengajar merupakan suatu kerangka
konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman
belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2010: 176).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu, selain itu model pembelajaran juga digunakan
oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran kelompok. Melalui
model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

5
Teori Model Pembelajaran Menurut Para Ahli
1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran
langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah;
diskusi; dan learning strategi.
2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1)model interaksi sosial; (2)model pengolahan informasi; (3)model
personal-humanistik; dan (4)model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran
yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi;
yaitu : (1)Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning);
(2)Bermain Peran (Role Playing); (3)Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4)Belajar Tuntas (Mastery
Learning); dan (5)Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap
model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat
unsur berikut, yaitu:
Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model
yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara
nyata (Joyce dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan
pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan
terjadi berikutnya?
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan
hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran.
Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator
namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu
pengetahuan.
Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan
bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia
merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model,
guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa
dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak
memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal
yang berkait dengan kreativitas.

6
Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala
sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung
model tersebut.
5. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan
model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

2.2 Macam-Macam Model pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan


dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi. Akan
tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta
sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru
untuk melakukan penyesuaian sesuai kreativitas para guru. Inilah macam-macam
model pembelajaran yaitu:

1) Model Pembelajaran Koperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk


sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan
belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan


partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu untuk meningkatkan partisipasi


siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Landasan Pemikiran Cooperative Learning

7
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah
Cooperative Learning. Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
berkelompok bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
Tujuan Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Cooperative Learning disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama siswa yang berbeda latar belakangnya.
Efek-Efek Cooperative Learning
Cooperative Learning mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keberagaman ras, budaya dan agama,
sastra, kemampuan dan ketidakmampuan. Tiga macam hasil yang dicapai
dari model pembelajaran ini:
Efeknya pada perilaku kooperatif
Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif
dan percaya bahwa perilaku itu merupakan tujuan penting bagi
pendidikan banyak kegiatan ekstra kulikuler di sekolah seperti
olahraga tim, produksi drama dan musik.
Efeknya terhadap toleransi keberagaman
Cooperative Learning tidak hanya mempengaruhi toleransi
dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan
kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya
hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan
etnis yang beranekaragam.
Efeknya pada prestasi akademik
Salah satu aspek penting Cooperative Learning adalah
bahwa selain pendekatan ini membantu meningkatkan perilaku
kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara para
siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam
pembelajaran akademiknya.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif, sebagai
berikut:
1. Pembelajaran secara tim. Pembelajaran yang dilakukan secara
tim.

8
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. Manajemen
mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi
manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen
sebagai kontrol menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif
perlu ditentukan keberhasilan.
3. Kemauan untuk bekerja sama. Keberhasilan pembelajaran
kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
4. Keterampilan bekerja sama. Kemampuan bekerja sama itu
dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara
kelompok

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif


Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, sebagai
berikut:1
1. Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
4. Keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi (social skill)
5. Group Processing.
Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.
1. Kelebihan pembelajaran kooperatif.
Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak
terlalu menggantungkan pada guru.
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahaman sendiri.
Membantu siswa untuk respek pada orang laindan
menyadari akan segala keterbatasanya serta menerima
segala perbedaan.
Meningkatkan motivasi siswa dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
2. Kelemahan pembelajaran kooperatif.
Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran
kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

9
Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Cooperative
Learning
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan kelompok, guru
menerapkan struktur tingkat tinggi dan guru juga mendefinisikan semua
prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah
laku siswa dalam kelompok secara ketat dan siswa memiliki ruang dan
peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam
kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif
jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru,
perpustakaan ataupun di pusat media.
Langkah-Langkah Cooperative Learning
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan
cara demonstrasi atau membuat bacaan.
Fase ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok
kooperatif.
Fase ke empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
Fas kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari.
Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil
kelompok, dan pelaporan.

2) Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan yang


membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual
adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah,
10
terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton
dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan


peserta didik bekerja dan mengalami. Tugas guru lebih banyak menyusun
strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat menemukan
pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari guru. CTL melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment). Ada tujuh indikator pembelajaran
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-
petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-
sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari
berbagai aspek dengan berbagai cara).

Karakteristik Model Pembelajaran CTL adalah: (1) materi dipilih


berdasarkan kebutuhan siswa; (2) peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran; (3) materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan
nyata/simulasinya; (4) materi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik; (5) cenderung mengintegrasikan beberapa bidang ilmu sesuai
dengan tematiknya; (6) proses belajar berisi kegiatan untuk menemukan,
menggali informasi, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan projek dan
pemecahan masalah (melalui kerja kelompok); (6) pembelajaran terjadi di
berbagai tempat, sesuai dengan konteksnya; (7) hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik. Model PAIKEM menuntut guru untuk kreatif
menggunakan berbagai metode, alat, media pembelajaran dan sumber belajar.

Komponen Model Pembelajaran Kontekstual

11
1. Konstruktivisme

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru


berdasar pada pengetahuan awal.

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi


bukan menerima pengetahuan.

2. Inquiri (menemukan)

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.

Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

3. Questioning (bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai


kemampuan berpikir siswa.

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran


yang berbasis inquiry.

4. Learning Community (masyarakat belajar)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.

Tukar pengalaman.

Berbagi ide.

5. Modeling (pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja


dan belajar.

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

Penilaian produk (kinerja).

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.

7. Reflection (refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.

12
Mencatat apa yang telah dipelajari.

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

3) Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di


Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan
melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta,
konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan
persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui
proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah
aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi),
pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke
formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi
(pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam
penemuan).

4) Pembelajaran Langsung (Direct Learning)

Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model


pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan
secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan
distrukturkan oleh guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam
depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk
pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari
guru Kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi,
dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model
pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi
materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan
para peserta didik, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada
keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara
pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi
dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi.

Tujuan Pembelajaran Langsung

Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama


pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan
waktu belajar peserta didik. Beberapa temuan dalam teori perilaku di
antaranya adalah pencapaian peserta didik yang dihubungkan dengan
waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar atau mengerjakan

13
tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam mengerjakan tugas
sangat positif. Model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan
lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya
guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang disampaikan
dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan
deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi).

Karakteristik Model Pembelajaran Langsung

Menurut Depdiknas (2010: 24), model pembelajaran langsung


dapat diidentifikasi beberapa karakteristik, yaitu :

1) Transformasi dan keterampilan secara langsung

2) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu

3) Materi pembelajaran yang telah terstruktur

4) Lingkungan belajar yang telah terstruktur

5) Distruktur oleh guru.

Tahapan Model Pembelajaran Langsung

Menurut Bruce dan Weil dalam Depdiknas (2010: 25), tahapan


model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :

1. Orientasi

Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan


sangat menolong peserta didik jika guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa :

a) Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan


yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
peserta didik.

b) Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran.

c) Memberikan penjelasan atau arahan mengenai kegiatan


yang akan dilakukan selama pembelajaran.

14
d) Menginformasikan kerangka pelajaran.

2. Presentasi

Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik


berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat
berupa :

a) Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi


dapat dikuasai peserta didik dalam waktu relative pendek.

b) Pemberian contoh-contoh konsep.

c) Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara


demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap
tugas.

d) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

3. Latihan Terstruktur

Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan


latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah
memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan
memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang
benar dan mengkoreksi tanggapan peserta didik yang salah.

4. Latihan Terbimbing

Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta


didik untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan
terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk menilai
kemampuan peserta didik untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan
bimbingan jika diperlukan.

5. Latihan Mandiri

Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara


mandiri. Fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah
menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas.

Penggunaan Pembelajaran Langsung

15
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran
langsung menurut Depdiknas (2010: 27):

1) Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran


yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan
mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukan
keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.

2) Ketika guru ingin mengajari peserta didik suatu keterampilan


atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.

3) Ketika guru ingin memastikan bahwa peserta didik telah


menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan
dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik
misalnya penyelesaian masalah (problem solving).

4) Ketika guru ingin menunjukan sikap dan pendekatan


pendekatan intelektual (misalnya menunjukan bahwa suatu
argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu
argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu
penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang
logis).

5) Ketika subyek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk


dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan,
dan penerapan.

6) Ketika guru ingin menumbuhkan keterkaitan peserta didik


akan suatu topik.

7) Ketika guru harus menunjukan teknik atau prosedur-prosedur


tertentu sebelum peserta didik melakukan suatu kegiatan
praktik.

8) Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter


parameter untuk memandu peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.

9) Ketika para peserta didik menghadapi kesulitan yang sama


yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.

10) Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang


berpusat pada peserta didik atau ketika guru tidak memiliki

16
waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada
peserta didik.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung

Kelebihan model pembelajaran langsung Menurut Depdikas


dalam Sudrajat (2011) adalah sebagai berikut :

a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi


materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
dapat mempertahankan focus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa.

b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar


maupun kecil.

c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting


atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa
sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan


informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan


konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit
kepada siswa yang berprestasi rendah.

f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang


banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat
diakses secara setara oleh seluruh siswa.

g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan


pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang
antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan
antusiasme siswa.

h) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk


menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka
membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam
menyusun dan menafsirkan informasi.

i) Secara umum, ceramah adalah cara yang paling


memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak
mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang

17
pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.

j) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk


membangun model pembelajaran dalam bidang studi
tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi
dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.

k) Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan cara-cara


disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan
perspektif-perspektif alternatif yang menyadarkan siswa akan
keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.

l) Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan


mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya
demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar
dengan cara-cara ini.

m) Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan


yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-
contoh yang relevan dan hasilhasil penelitian terkini.

n) Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi)


dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan
kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya
terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).

o) Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi


pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik
dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika
siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan
dalam melakukan tugas tersebut.

p) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat


tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung
digunakan secara efektif.

q) Model pembelajaran langsung bergantung pada


kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus
menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

18
Kelemahan pembelajaran langsung menurut Depdiknas
(Sudrajat ,2011) yaitu :

a) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan


siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih
harus mengajarkannya kepada siswa.

b) Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi


perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan
siswa.

c) Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk


terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

d) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,


kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada
image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka
akan terhambat.

e) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur


dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran
langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.

f) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada


gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk
cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula
dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan
guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi
positif.

g) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci,


atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak
dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk
memproses dan memahami informasi yang disampaikan.

19
h) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara
pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan
disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai
oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk
mendebat cara pandang ini.

i) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak


melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah
10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi
yang disampaikan.

j) Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan


membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka
semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan
rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

k) Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak


komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik
mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak
paham atau salah paham.

l) Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan


siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik
sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru

5) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model


pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan
aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi
yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir
optimal.

Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah


Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan
masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model
pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).

20
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).

Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran


berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir
tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Berbagai
pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Mereka mengajukan situasi


kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Sebagai contoh, masalah


populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Chesapeake
mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti
biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.

c) Penyelidikan autentik. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan


masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan


masalah menuntut siswa untuk menghasilkan prodik tertentu dalam
bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

e) Kolaborasi. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara


berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inquiri dan dialog untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi


(analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,
sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

21
Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model


Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

a) Realistik dengan kehidupan siswa;

b) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;

c) Memupuk sifat inquiry siswa;

d) Retensi konsep jadi kuat;

e) Memupuk kemampuan Problem Solving.

Kekurangan:

a) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;

b) Sulitnya mencari problem yang relevan;

c) Sering terjadi miss-konsepsi;

d) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang


cukup dalam penyelidikan.

6) Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.

7) Model pembelajaran PAIKEM

PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini menggambarkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan
melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses
pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif guru
dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses

22
pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar
tidak tercapai dengan baik. Konsep PAIKEM telah mengilhami penciptaan
model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan
modelmodel pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah
diingat orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan ST-M
merupakan kepanjangan dari Sains-Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan
dari Ramah, Terbuka dan Komunikatif; MATOA diambil dari buah Matoa yang
merupakan kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan
Aktif. Model pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum
PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif) telah
lama populer di kalangan guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus
dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baru
seperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem based Learning),
Cooperatif Learning dan sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut
mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat
belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang
terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan
kreatif selama proses pembelajaran Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan
guru untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif adalah strategi
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered learning).
Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator
yaitu memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Pengetahuan diperoleh peserta
didik berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari
guru. Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan
interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan. Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan
dapat dicapai karena peserta didik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu,
motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang
belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan
balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan
oleh peserta didik. Model PAIKEM banyak menggunakan strategi pembelajaran
CTL.

8) Problem Posing

Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu


merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga

23
dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Prinsipnya mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal
secara mandiri. Sintaknya a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga
disarankan. b. memberikan latihan soal secukupnya. c. siswa mengajukan soal
yang menantang, & dapat menyelesaikan. Bisa secara kelompok. d. pertemuan
berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di depan kelas. e. guru
memberikan tugas rumah secara individual.

9) Problem Terbuka (Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran


yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan
solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan
menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk
berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian
model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan
membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan
gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan
(sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.

10) Probing-prompting

Model probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru


menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya
siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan
demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini
proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap
siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari
proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan.
Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan
disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda,

24
senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

11) Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara


bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan
diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan
prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan,
dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Karplus dalam proyek


SCIS (Science Curriculum Inprovement Study) tahun 1970-an di Amerika Serikat.
Model pembelajaran ini terdiri atas tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya,
yaitu sebagai berikut: eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
Penjelasan masing-masing fase adalah sebagai berikut.

Fase-1 (Eksplorasi), pada fase ini siswa secara langsung diberi kesempatan
menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami
fenomena alam, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.

Fase ke-2 (Pengenalan Konsep), pada fase ini guru mengontrol langsung
pengembangan konsep yang dilakukan siswa dan membantu dalam
mengidentifikasikan konsep serta menghubungkan antar konsep yang telah
mereka dapat.

Fase ke-3 (Aplikasi Konsep), pada fase ini siswa melakukan kegiatan
menerapkan konsep sains dalam konteks kehidupan sehari-hari atau
disiplin ilmu lain dan selanjutnya menerapkan konsep pada situasi baru.

12) Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran


harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat,
berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa
belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya,
representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999)
mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan,
berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

13) SAVI

25
Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan
bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang
bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-
on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya
melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,
mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

14) TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas


tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan
dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa
dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu
sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a) Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi


pokok materi dan mekanisme kegiatan

b) Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja
ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa
dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-
X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa
yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.

c) Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu


soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk
jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari
satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor
turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa

26
pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan
sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

d) Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-


keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen
sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja
turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi
oleh siswa dengan gelar yang sama.

e) Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

15) VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif


dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain
manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih,
mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI,
dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

16) AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah
pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan,
pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

17) STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks:


pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-
modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi
kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok,
umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

18) NHT (Numbered Head Together)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,
berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap
siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama
mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok
dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi
diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan beri reward.

27
19) Jigsaw

Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks


seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen,
berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak
siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian
tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian
bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke
kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

20) TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru


menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja
kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward. Langkah-langkah model pembelajaran ini yaitu
sebagai berikut:

Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga disarankan.

Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.

Guru membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal


sebagai problem.

Siswa di pandu guru menyelesaikan soal. e. Guru memimpin pleno kecil


diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok


permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para
siswa.

Guru memberi kesimpulan.

Penutup.

21) GI (Group Investigation)

Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok


heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap
kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur
tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis
dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),
28
pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat
skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Langkah-
langkah dari model pembelajaran GI yaitu sebagai berikut:

Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu


kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok
lain.

Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara


kooperatif berisi penemuan.

Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil


pembahasan kelompok.

Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

Evaluasi

Penutup

22) MEA (Means-Ends Analysis)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan


pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan
masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih
sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi
koneksivitas, pilih strategi solusi.

23) TS-TS (Two Stay Two Stray)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan


dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua
siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya
untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke
kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

24) CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0)
organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan
menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

29
25) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan


meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan
belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks
bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan
(mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read
dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban
yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang
menyeluruh.

26) MID (Meaningful Instructionnal Design)

Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar


dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual
kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan
yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan konsep-ide; (2)
reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3) production melalui
ekspresi-apresiasi konsep

27) IOC (Inside Outside Circle)

IOC adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan


lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi
pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan
teratur. Sintaksnya adalah: Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil
menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke
dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang
berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman
(baru) di depannya, dan seterusnya.

28) Artikulasi

Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian


kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu
siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian
bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan.

29) Debat

Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: siswa menjadi 2 kelompok


kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati
oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan
30
salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu
seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan
menambahkannya biola perlu.

30) Role Playing

Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario


pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut,
pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran
yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan kesimpulan
dan refleksi. Langkah-langkah pembelajaran role playing yaitu sebagai berikut :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum


kbm

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario


yang sudah dipersiapkan

6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil


memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan

7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas


sebagai lembar kerja untuk membahas

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

9. Guru memberikan kesimpulan secara umum

10. Evaluasi

11. Penutup

31) Demostration

Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan


media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian
gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap
kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya,
dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

31
32) Mind Mapping

Model pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal


siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka,
siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban,
presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap
kelompok, evaluasi dan refleksi.

33) Circuit Learning

Model pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan


pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah
kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif
sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi

34) Complette Sentence

Model Pembelajaran dengan melengkapi kalimat adalah dengan sintaks:


sisapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan
kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok,
LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa
berkelompok melengkapi, presentasi.

35) Time Token

Model pembelajaran ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan


mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan
atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan
diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara
(pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon
dikembalikan.

36) Take and Give

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks,


siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa bahan belajar dan nama yang
diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa
disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau
pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu,
dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi

37) Super Item

32
Model pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa
secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan
latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari
mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

2.3 Model Pembelajaran Efektif

33
Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan
kriteria adalah sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan
dengan dua hal, yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada
rasional teoritis yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua,
praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dapat dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataan
menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga,
efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi
berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara
operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
(Trianto, 2013).
Arends dan pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu
pun model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya apabila tidak
dilakukan ujicoba pada suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya seleksi
pada setiap model pembelajaran mana yang paling baik untuk diajarkan pada
materi tertentu (Trianto, 2013).
Mempergunakan Model Pembelajaran bertujuan untuk mengefektifkan
dan mengefisiensikan pencapaian tujuan pembelajaran. Indikatornya adalah Guru
dan Siswa fokus pada materi pembelajaran , Guru mudah mentransfer isi pelajaran
kepada Siswa, Siswa juga mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang
tersedia untuk satu materi secara efesien dan efektif dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Ketertarikan dan Minat Siswa dalam mengikuti Pembelajaran
cenderung tinggi. Guru dan Siswa tidak mudah bosan membahas isi materi
pelajaran.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran
yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa,
bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan
model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan belajar siswa.
Model pembelajaran yang dianggap efektif yaitu model pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment).

34
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:
1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Macam-macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran koperatif


(cooperative learning), kontekstual (ctl, contextual teaching and learning),
realistik (rme, realistic mathematics education), pembelajaran langsung
(direct learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),
problem solving, model pembelajaran paikem, problem posing, problem
terbuka (open ended), probing-prompting, pembelajaran bersiklus (cycle
learning), reciprocal learning, savi, tgt (teams games tournament), vak
(visualization, auditory, kinestetic), air (auditory, intellectualy, repetition),
stad (student teams achievement division), nht (numbered head together),
jigsaw, tps (think pairs share), gi (group investigation), mea (means-ends
analysis), ts-ts (two staytwo stray), core (connecting, organizing,
refleting, extending), sq3r (survey, question, read, recite, review), mid
(meaningful instructionnal design), ioc (inside outside circle), artikulasi,
debat, role playing, demostration, mind mapping, circuit learning,
complette sentence, time token, take and give, dan super item.

3. Model pembelajaran yang dianggap efektif yaitu model pembelajaran


kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).

3.2 Saran
Sebagai calon/guru sebagai alat untuk menciptakan generasi penerus
bangsa yang lebih baik dari pada sekarang ini, untuk guru di masa yang akan
datang. Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu
juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-

36
kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian
makalah berikutnya. Diharapkan bagi para pembaca untuk membaca referensi lain
guna menambah pengetahuan tentang Strategi Belajar Mengajar Biologi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung : Diponegoro

Dimyanti dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ineka Cipta

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Joyce, B., & Weil, M. 1996. Models of teaching. Englewood Cliff, N.J: Prentice-
Hall.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Toeti, Sukamto. 1997. Model Pembelajaran & Model-Model Pembelajaran.


Jakarta: Ciputat

Trianto. (2000). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

38

Anda mungkin juga menyukai