A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian model pembelajaran
Sementara itu menurut Asep Jihad & Abdul Haris (2012: 25) mengatakan
model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk
kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Adapun
menurut Dewey dalam Joyce & Weil model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau pembelajaran
tambahan diluar kelas, serta untuk menyusun materi pembelajaran (Suyanto & Asep
Jihad, 2013: 134). Sedangkan menurut Good & Travers Model pada dasarnya
berkaiatan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu
kedalam realitas, yang bersifat praktis (Wina Sanjaya, 2009: 82). Sementara Brigs
Berpendapat memulai perencanaan pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan kemudian menjabarkannya dalam garis besar kurikulum (Sugeng Listyo
Prabowo & Faridah Nuremaliyah, 2010: 10). Sedangkan menurut Sukardi (2012: 55)
memberikan batasan tentang model atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi
sebagai penyederhanaan konsep yang digunakan untuk memperoleh pemahaman
fenomena yang ingin diterangkan.
Meskipun memiliki sedikit perbedaan yang dikemukaan para ahli tentang ciri
model pembelajaran. Pada hakikatnya model pembelajaran itu merupakan referensi
untuk para guru sebelum melaksanakan pembelajaran dan model yang harus
digunakan itu sesuai dengan tema yang ingin disampaikan kepada para peserta didik.
Menurut Chauhan, ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
pedoman, yaitu sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses mengajar secara
komprehensif untuk mencapai tujuan pembelajaran; pengembangan kurikulum, yaitu
dapat membantu dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP); menetapkan
bahan-bahan pengajaran, yaitu menetapkan bahan ajar secara khusus yang akan
disampaikan siswa untuk membantu perubahan positif pengetahuan dan kepribadian
siswa; membantu perbaikan dalam mengajar, yaitu mampu mendorong atau
membantu proses belajar-mengajar secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan;
dan mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta
didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing
(Abdul Wahab, 2007: 59). Namun demikian, menurut Wina Sunjaya (2009: 82)
model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Selain fungsi pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen (Iif & Sofan,
2011: 10) mengatakan bahwa jika suatu model pembelajaran dikatakan baik bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Valid, aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model
yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan
apakah terdapat konsistensi internal.
2. Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapakan
dan kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut
dapat diterapkan.
3. Efektif, berkaitan dengan efektivitas ini Nieveen memberikan parameter
sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya
menyatakan bahwa model tersebut memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Pada model jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang
menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan materi pembelajaran dan pengalaman belajar melalui
keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.
Istilah “Ilmu Pengetahun Sosial” atau selalu disingkat IPS, merupakan nama
mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi
diperguruan tinggi yang identik dengan istilah “Sosial Studie” (Sapriya, 2011:19).
Sedangkan menurut Trianto (2011: 171) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, ekonomi, politik hukum dan budaya). Sedangkan Aris Suherman,
dkk (2008:3) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian
tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS ialah
tentang hubungan antar manusia. Latarnya adalah kehidupan yang nyata. Menurut
Numan Sumantri (2001: 64) mengatakan IPS adalah gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang
humaniora, pendidikan an agama. Materi dalam IPS membuka pengetahuan bagi
siswa untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan berbicara, mendengarkan,
manulis dan berfikir. Untuk mengembangkan IPS tersebut diharapkan siswa dapat
belajar dalam bekerja dan efektif.
Sedangkan menurut Iif Khoiru Ahmadi dan Sofyan Amri (2011: 8-9)
menjelaskan bahwa kajian yang dipelajari dalam ilmu sosial yaitu:
Di samping itu menurut Kosasi dan Hamid Hasan (Trianto, 2010: 174) pola
pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan bukan sebatas pada upaya mencecoki
atau menejelajahi siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hapalan belaka,
melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah
dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Disinilah sebenarnya penekanan
misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya
di arahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa
agar pembelajaran yang di lakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.
Pada hakekatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya, manusia
selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidupnya itu mereka harus mampu
mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari
akibat hidup bersama. Begitulah IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang.
IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama sesamanya dilingkungan sendiri,
engan tetangganya yang dekat sampai jauh. Bagaimana mereka bergerak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk ditinjau pula. Singkatannya menjadi bahan
kajian atau bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Aris
Suherman, dkk, 2008:5).
Guru itu mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Dalam
penyampaian materi tentunya guru harus menggunakan model pembelajaran agar
dalam proses belajar mengajar bisa terbantu. Salah satunya yakni model jaring laba-
laba, dalam model jaring laba-laba ini disiplin ilmu yang satu dikaitkan dengan
disiplin ilmu lainnya. Sehingga siswa tidak kuper dalam pelajaran karena dikait-
kaitkan dengan disiplin ilmu lainnya, dalam kegiatan pembelajarannyapun siswa ikut
serta dalam penentuan tema yang akan dibahas dengan demikian wawasan dan
pengetahuan imu siswa bisa bertambah.
1. Guru menyiapkan tema utama dan tema lain yang telah dipilih dari
beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi.
2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema
matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema
utama yang telah ditetapkan.
3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih
luas.
4. Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar
siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu (Indrawati, 2009: 37).
a) Tahap Perencanaan :
Pada langkah pertama ini, kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:
Tabel 1
Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII-E Semester
1
Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Pendidikan 2. Memahami akhlak 2.1 Mendeskripsikan
terpuji terhadap Allah sifat-sifat Amanah,
Agama dan makhluk hidup. sopan santun,
bersyukur, ikhlas
Islam dan sabar
Pemetaan Kompetensi Dasar yang dipadukan pada mata pelajaran PKn, IPS, IPS,
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Indonesia
Pendidiakan IPS PKn Bahasa IPA
Agama Islam Indonesia
b) Penetuan tema.
Tema : Lingkungan
IPA
Kepadatan popusi penduduk mempengaruhi lingkungan.
Bahasa Indonesia
Bertuturkan kata yang baik akan mempengaruhi lingkungan.
Pendidikan Agama Islam
Berprilaku tanggung jawab dan akhlak mulia menciptakan lingkungan
yang agamis.
IPS
Keragaman sosial dan budaya akan meningkatkan suatu lingkungan
dan kebudayan. Serta melestarikan dan menjaga keanegaraman budaya
agar tidak hilang.
PKn
Mengenali diri sendiri dan suku bangsa agar bisa mengahargai antar
suku.
c) Tahap Pelaksanaan
a. Kegiatan 1
Memberi makna pada hasil pengamatan, menggunakan informasi dari
hasil pengamatan untuk menjawab pertanyaan hal-hal yang
mempengaruhi keragamaan sosial dan budaya Indonesia.
b. Kegiatan 2
Menjelaskan tentang cara berwawancara dengan kata yang sopan dalam
keragaman sosial dan budaya indonesia.
c. Kegiatan 3
Kegiatan pembelajaran meliputi penjelaskan prilaku menyimpang
berdampak kekehidupan sosial.
d. Kegiatan 4
Dalam pembelajaran siswa diberikan pengetahuan dimana sifat
tanggung jawab perlu ada didalam diri masing-masing. Sifat tangung
jawab ikut andil dalam laju mundurnya prilaku sosial dan budaya.
Pengertian belajar menurut Sudjana adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang (Asep Jihad, dan Abdul Haris, 2012: 2).
Sedangkan menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow, dalam bukunya
Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif (Muhibin Syah, 2010: 88). Adapun pengertian mengajar menurut Mursell,
mengajar digambarkan sebagai masing-masing mengorganisasikan belajar, sehingga
dengan menggornisasikan itu belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa
(Slameto, 2013: 33). Dengan demikian proses belajar mengajar itu dapat diartikan
serangkaian kegiatan yang secara sengaja diorganisasikan supaya terciptanya suatu
kegiatan belajar yang memungkinkan saling terjadinya interaksi antara siswa, guru
dan lingkungan sekolah agar dapat memperoleh perubahan tingkah laku pada siswa.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud, seperti halnya yang diungkapkan oleh Didi
Supriadie & Deni Darmawan (2012: 27) adalah perubahan yang disadari dan timbul
akibat praktik, pengalaman, dan bukan secara kebetulan.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Gagne (Didi Supriadie & Darmawan, 2012: 28) mengatakan bahwa terdapat
tiga unsur penting dalam belajar pertama, unsur eksternal yang disebut sebagai
stimulus dari lingkungan, kedua, unsur internal yang menggambarkan kondisi diri
dan proses kognitifnya. Sedangkan yang ketiga adalah hasil belajar. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Hamalik (Asep Jihad & Abdul Haris, 2015: 15) menjelaskan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap serta apersepsi dan abilitas. Sedangkan menurut Milan Rianto (2002: 1)
mengatakan bahwa hasil belajar menunjukan tingkat kemampuan dalam penguasaan
isi dari setiap mata sajian yang berifat esensial dan fungsional bagi peserta didik.
Sementara itu Mulyasa (2009: 212) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta
didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan prilaku yang bersangkutan. Dari beberapa prespektif pengertian hasil
belajar sebagaimana telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah dapat meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap, dan meninkatkan
keterampilan yang diperoleh dari pengalamannya dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Lingkungan sosial budaya yang di luar sekolah teryata sisi kehiduapan yang
mendatangkan probelem tersendiri bagi kehidupan anak didik disekolah. Lingkungan
sosial budaya, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Sering kali guru dan para siswa merasa yang
sedang belajar didalam kelas merasa terganggu dengan adanya obrolan orang-orang
yang diluar dan berada persis disamping kelas tersebut, apalagi obrolan tersebut
diiringi dengan gelak tawa atau canda yang cukup sangat keras. Hiruk pikuk
lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruh pasar
dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah
disarankan agar lingkungan sekolah didirikan ditempat yang jauh dari keramaian
pabrik, lalu lintas dan pasar (Abu Ahmadi & Joko Prasetsa, 2005: 105).
C. Kerangka Pikir
Pemilihan model jaring laba-laba yang digunakan dalam penelitian ini dirasa
sangat tepat digunakan sebagai model pembelajara IPS khususnya pada materi
Keragamaan Sosial dan Budaya Indonesia. Karena dilihat dari krakteristik tersebut
model tersebut sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Robin (2000: 15)
mengatakan Model jaring laba-laba merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran. Adapaun mata pelajaran IPS
khususnya pada meteri Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia merupakan materi
yang menyuguhkan guru untuk berceramah akan tetapi dengan menggunkan model
jaring laba-laba ini siswa diajak untuk berpartisipasi untuk mengeluarakan pendapat-
pendapatnya sehingga suasana pembelajaran tersebut akan lebih menyenagkan
sebelumnya.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Lingkungan
Kurikulum
Sarana dan
Guru
Siswa
HASIL BELAJAR
D. Hipotesis Tindakan
“Penggunaan model jaring laba-laba pada mata pelajaran IPS di kelas VII-E
MTs Al-Maijah Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon dapat meningkatkan hasil
belajar siswa”.