Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPS

A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian model pembelajaran

Undang-undang No 20 tahun 2003 menyebutkan kurikulum adalah


seperangkat rencana atau pengaturan mengenai isi dan bahan pelajran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu kepada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pengembangan
kurikulum banyak model yang digunakan, untuk memilih salah suatu model
pengembangkan kurikulum bukan saja didasarkan pada kelebihan dan kemungkinan
pencapain yang optimal. Tetapi dalam pemilhan model perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut (Syaiful Sagala,
2009: 148). Model secara definisi diartikan sebagai salah satu pendekatan dalam
rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.
Model pembelajaran sangat erat dengan kaitannya dengan gaya belajar peserta didik
dan gaya mengajar guru (Cucu Suhana, 2014: 37).

Sementara itu menurut Asep Jihad & Abdul Haris (2012: 25) mengatakan
model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk
kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Adapun
menurut Dewey dalam Joyce & Weil model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka dikelas atau pembelajaran
tambahan diluar kelas, serta untuk menyusun materi pembelajaran (Suyanto & Asep
Jihad, 2013: 134). Sedangkan menurut Good & Travers Model pada dasarnya
berkaiatan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu
kedalam realitas, yang bersifat praktis (Wina Sanjaya, 2009: 82). Sementara Brigs
Berpendapat memulai perencanaan pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhan kemudian menjabarkannya dalam garis besar kurikulum (Sugeng Listyo
Prabowo & Faridah Nuremaliyah, 2010: 10). Sedangkan menurut Sukardi (2012: 55)
memberikan batasan tentang model atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi
sebagai penyederhanaan konsep yang digunakan untuk memperoleh pemahaman
fenomena yang ingin diterangkan.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran


adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk menyalurkan informasi kepada peserta
didik dalam proses belajar mengajar agar siswa terangsang dalam melakukan
kegiatan pembelajaran dikelas maupun diluar kelas.

b. Ciri-ciri model pembelajaran

Menurut Muhammad Sardiman (2004: 24-25), ciri dari model pembelajaran


itu sendiri adalah rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar,
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakandengan berhasil, lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Sementara itu menurut Hamzah B Uno (2008: 84)
Mengatakan bahwa ciri model pembelajaran dianggap baik jika memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : memiliki prosedur yang sistematik, untuk memodifikasi perilaku
siswa yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu; hasil belajar ditetapkan secara
khusus, yaitu perubahan perilaku positif siswa secara khusus; penetapan lingkungan
belajar secara khusus dan kondusif; ukuran keberhasilan, yaitu bisa menetapkan
kriteria keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran; dan interaksi dengan
lingkungan, yaitu model pembelajaran tersebut harus mendorong siswa reaktif, aktif
dan partisipatif terhadap apa yang terjadi dalam lingkungannya.

Adapun menurut Rusman (2012: 136), model pembelajaran memiliki ciri


sebagai berikut: berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dai para ahli tertentu.
Sebagai contoh, model penelitian kelompok yang disusun oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam
kelompok secara demokratis; mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu,
memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah
pembelajaran, adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung
tempat. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran; membuat
persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model yang dipilih.

Meskipun memiliki sedikit perbedaan yang dikemukaan para ahli tentang ciri
model pembelajaran. Pada hakikatnya model pembelajaran itu merupakan referensi
untuk para guru sebelum melaksanakan pembelajaran dan model yang harus
digunakan itu sesuai dengan tema yang ingin disampaikan kepada para peserta didik.

c. Fungsi dan kriteria model pembelajaran

Menurut Chauhan, ada beberapa fungsi dari model mengajar, antara lain:
pedoman, yaitu sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses mengajar secara
komprehensif untuk mencapai tujuan pembelajaran; pengembangan kurikulum, yaitu
dapat membantu dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP); menetapkan
bahan-bahan pengajaran, yaitu menetapkan bahan ajar secara khusus yang akan
disampaikan siswa untuk membantu perubahan positif pengetahuan dan kepribadian
siswa; membantu perbaikan dalam mengajar, yaitu mampu mendorong atau
membantu proses belajar-mengajar secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan;
dan mendorong atau memotivasi terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta
didik secara maksimal sesuai dengan bakat, minat atau kemampuan masing-masing
(Abdul Wahab, 2007: 59). Namun demikian, menurut Wina Sunjaya (2009: 82)
model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.

Selain fungsi pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen (Iif & Sofan,
2011: 10) mengatakan bahwa jika suatu model pembelajaran dikatakan baik bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Valid, aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu apakah model
yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan
apakah terdapat konsistensi internal.
2. Praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapakan
dan kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut
dapat diterapkan.
3. Efektif, berkaitan dengan efektivitas ini Nieveen memberikan parameter
sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya
menyatakan bahwa model tersebut memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.

Model pembelajaran akan lebih tertata apabila mempunyai fungsi khusus


yaitu sebuah pedoman, pengembangan kurikulum, menetapkan bahan pengajaran dan
membantu perbaikan dalam mengajar. Hal ini tentunya dapat membedakan hasil serta
cara kerja dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Dan model pembelajaran jika
dikatakan baik itu harus memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan
keefektifannya. Dengan ketiga kriteria yang dimiliki maka akan menunjang juga
dalam proses mengajar seperti halnya mengenai fungsi khusus dalam kegitan belajar
mengajar.

2. Model Jaring Laba-Laba


a. Pengertian model jaring laba-laba

Salah satu indikator dalam keberhasilan suatu proses belajar mengajar


disamping itu guru harus pandai menyenangkan siswa guru juga ditunjang untuk
menjadi fasilitator untuk siswanya dan juga harus mempunyai kreatifitas dalam
sebuah proses belajar mengajar agar tidak bosen saat pembelajaran sedang
berlangsung. Hal ini dibutuhkan pula mengguanakan suatu model dalam proses
pembelajaran, agar suasana dan kondisi dalam belajar tidak menjadi pasif, jenuh dan
monoton. Adanya sebuah model juga bisa membantu guru disamping membantu
peserta didik yakni untuk mempermudah guru dalam menyampaikan suatu materi
untuk peserta didiknya. Tentunya model yang harus digunakan dalam suatu
pembelajaran guru harus menguasainya terlebih dahulu, agar ketika diterapakan
dalam proses pembelajaran memberikan hal positif dalam mengarahkan yang baik
bukan ke yang lebih buruk atau melenceng karena salah penafsiran.

Menurut Ali Nurakhman (2009: 148) model pembelajaran dapat diartikan


sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Tentunya model pembelajaran dalam belajar
mengajar sangat dibutuhkan untuk mengaktifkan dan memberikan perbedaan suasana
dalam belajar agar tidak monoton. Paikem Gembrot (Gembira dan Berbobot) ialah
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema yang disempurnakan. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Salah satu dari model
pembelajaran Paikem Gembrot adalah model jaring laba-laba.

Model jaring laba-laba juga termasuk pembelajaran terpadu, menurut Trianto


(2007: 45) mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan
dengan negosiasi antara guru dan peserta didik, tetapi dapat pula dengan cara diskusi
sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi lainnya. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut
Padmono (2000: 124) menyatakan jaring laba-laba menyajikan pendekatan tematik
untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan
untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk
menyelidiki kesesuaian konsep, topik, dan ide-ide karakteristik pendekatan tema ini
untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan tema misalnya “Perdagangan”,
“Proses terjadinya pasar”, dan lain-lain. Namun demikian, menurut Robin (2000: 15)
mengatakan Model jaring laba-laba merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan
multi disiplin ilmu atau berbagai mata pelajaran yang diikat oleh satu tema. Pada
dasarnya menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya
dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara
guru dengan siswa atau sesama guru atau siswa sendiri. Setelah tema telah disepakati
maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya
dengan mata pelajaran yang lain.

Pada model jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang
menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan materi pembelajaran dan pengalaman belajar melalui
keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya.

Pada penjelasan diatas mengenai model jaring laba-laba merupakan model


pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekaan tematik. Model pembelajaran
mengaitkan mata pelajaran satu kemata pelajaran lainnya, tentunya harus bertemakan
sesuai walaupun mata pelajarannya berbeda. Model ini sangat membantu siswa dalam
berfikir kreatif, dan dapat pula memotivasi siswa dalam proses belajar. Karena
membuka memikiran siswa lebih luas dalam belajar IPS tentunya dikaitkan dengan
disiplin ilmu lainnya menurut pemikiran sendiri namun tidak keluar dari tema dalam
materi yang diajarkan. Dalam pemilihan tema siswapun ikut adil didalamnya
sehingga adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa sehingga dalam proses
belajar mengajarnya berlangsung kondusif tentunya akan mempengaruhi hasil belajar
siswa dan keaktifan siswa dikelas.

a. Kelebihan dan kekurangan model jaring laba-laba

Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum


adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian
paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan
tema yang didasarkan pada minat siswa.
Diantara beberapa kelebihan menggunakan model jaring laba-laba dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Peyeleksiaan tema sesuai dengan minat maka akan memotivasi siswa


untuk belajar.
2) Lebih mudah dilakukan oleh yang kurang atau belum berpengalaman.
3) Dapat memotivasi siswa, membantu siswa untuk melihat keterhubungan
antar gagasan.
4) Pendekatan tematik atau model webbed menyediakan satu payung yang
dapat dilihat dan memotivasi siswa.
5) Memberikan kemudahan bagi siswa untuk melihat bagaimana perbedaan
aktifitas dan ide- ide berbeda tersebut dihubungkan (Indrawati, 2009:
34).

Namun, selain memiliki kelebihan jaring laba-laba juga memiliki kekurangan,


yaitu (Trianto, 2011: 40).

1) Sulit dalam menyeleksi tema.


2) Cenderung menentukan tema yang dangkal.
3) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan
dari pada pengembangan konsep.

Tentunya dengan adanya kelebihan dan kekurangan tidak dijadikan hambatan


untuk kita lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
agar hasil siswa lebih meningkat. Guru tentu harus bisa menunjukan keahlianny
dalam proses belajar mengajar nyaitu dengan cara adanya kekereatifan dan inovatif
dalam melakukan proses pengajaran agar siswa tidak menjadi bosen dan jenuh ketika
sedang melakukan pembelajaran. Selain itu juga guru dituntut lebih tahu semua dari
siswa agar ketika siswa menannyakan sesuatu yang dia tidak mengetahuinya, guru
harus bisa membimbingnya hingga siswa tersebut tahu dan paham atas pertanyaan
yang ia ajukan kepada gurunya tersebut.

b. Karakteristik Model Jaring Laba-laba

Adapun karakteristik dari model jaring laba-laba itu adalah:

1) Berpusat pada siswa


Pendekatan ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan
menberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakuakan
aktivitas belajar.
2) Memberi pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata/konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini deperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
5) Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka
berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan
(Indrawati, 2009: 36).

c. Penerapan Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba Pada Mata Pelajaran IPS

Istilah “Ilmu Pengetahun Sosial” atau selalu disingkat IPS, merupakan nama
mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi
diperguruan tinggi yang identik dengan istilah “Sosial Studie” (Sapriya, 2011:19).
Sedangkan menurut Trianto (2011: 171) berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, ekonomi, politik hukum dan budaya). Sedangkan Aris Suherman,
dkk (2008:3) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian
tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS ialah
tentang hubungan antar manusia. Latarnya adalah kehidupan yang nyata. Menurut
Numan Sumantri (2001: 64) mengatakan IPS adalah gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang
humaniora, pendidikan an agama. Materi dalam IPS membuka pengetahuan bagi
siswa untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan berbicara, mendengarkan,
manulis dan berfikir. Untuk mengembangkan IPS tersebut diharapkan siswa dapat
belajar dalam bekerja dan efektif.

Sedangkan menurut Iif Khoiru Ahmadi dan Sofyan Amri (2011: 8-9)
menjelaskan bahwa kajian yang dipelajari dalam ilmu sosial yaitu:

1) Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek


hubungan sosial yang meliputi proses, faktor, perkembangan
permasalahan dan lain-lain.
2) Ilmu ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan
yang berhbungan dengan ekonomi.
3) Segala aspek psiklogi yang berhubungan dengan sosial dipelajari
dalam ilmu psikologi sosial.
4) Aspek budaya perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam
antropologi.
5) Aspek sejarah yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita
dipelajari dalam sejarah.
6) Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidupan manusia
dipelajari dalam geografi.
7) Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan
masyarakat dipelajari dalam ilmu politik.

Di samping itu menurut Kosasi dan Hamid Hasan (Trianto, 2010: 174) pola
pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan bukan sebatas pada upaya mencecoki
atau menejelajahi siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hapalan belaka,
melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah
dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni
kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Disinilah sebenarnya penekanan
misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya
di arahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa
agar pembelajaran yang di lakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Pada hakekatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya, manusia
selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidupnya itu mereka harus mampu
mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari
akibat hidup bersama. Begitulah IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang.
IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama sesamanya dilingkungan sendiri,
engan tetangganya yang dekat sampai jauh. Bagaimana mereka bergerak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk ditinjau pula. Singkatannya menjadi bahan
kajian atau bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Aris
Suherman, dkk, 2008:5).

Melalui pelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,


sikap dan kepekaan untuk mengahadapi hidup dengan tantangan-tantangannya.
Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. IPS memusatkan
perhatiannya pada hubungan antara manusia dan pemahaman sosial. Dengan
demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan
kehidupan penuh tantangan. Dapatlah dikatakan bahwa IPS mendorong kepekaan
siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial.

Penerapan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar itu sangatlah


dibutuhkan untuk menunjang kelancaran belajar dikelas. Guru membutukan model
pembelajaran dalam menyampaikan materi, dan siswa membutuhkan juga untuk
membantu dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru serta memotivasi siswa
untuk lebih giat dalam belajar.
Model jaring laba-laba itu sendiri menurut Iif Khoiru Ahmadi (2011: 225)
adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pembelajaran dengan pengalaman
belajar melalui keterpaduan tema.

Guru itu mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Dalam
penyampaian materi tentunya guru harus menggunakan model pembelajaran agar
dalam proses belajar mengajar bisa terbantu. Salah satunya yakni model jaring laba-
laba, dalam model jaring laba-laba ini disiplin ilmu yang satu dikaitkan dengan
disiplin ilmu lainnya. Sehingga siswa tidak kuper dalam pelajaran karena dikait-
kaitkan dengan disiplin ilmu lainnya, dalam kegiatan pembelajarannyapun siswa ikut
serta dalam penentuan tema yang akan dibahas dengan demikian wawasan dan
pengetahuan imu siswa bisa bertambah.

Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar didalam kelas hendaknya


guru sudah mempersiapkan materi dan langkah-langkahnya yang ingin disamapaikan
kepada peserta didik. Dimana langkah tersebut guru untuk menarik peserta didik agar
mau belajar dan materi yang akan disampaikan sudah terkonsep sehingga dapat
tersampaikan semuanya. Langkah-langkah perencanaan perancangan jaring laba-laba
adalah yang harus dilakukan guru dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai
berikut:

1. Guru menyiapkan tema utama dan tema lain yang telah dipilih dari
beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi.
2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema
matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema
utama yang telah ditetapkan.
3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih
luas.
4. Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar
siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu (Indrawati, 2009: 37).

Dari pemaparan diatas mengenai langkah-langkah persiapan sebelum


melakukan kegiatan belajar mengajar dalam menggunakan model jaring laba-laba.
Dimana langkah-langkah tersebut mengaitkan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin
ilmu yang lainnya. Setelah mejabarkan, selanjutnya pengaitkan disiplin ilmu yang
satu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Berikut ini adalah perencanakan model jaring
laba-laba yang dimulai dari pelajaran kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran:

a) Tahap Perencanaan :

Beberapa langkah perencanaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba


yang perlu diperhatikan adalah pemetaan kompetensi dasar.

Pada langkah pertama ini, kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:

1) Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata


pelajaran IPS, IPA, PKn, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama
Islam yang dapat dipadukan pada tingkat kelas yang sama. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh dari
mata pelajaran yang akan dipadukan.
2) Menentukan tema pengikat antara Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar

Tabel 1
Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas VII-E Semester
1
Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Pendidikan 2. Memahami akhlak 2.1 Mendeskripsikan
terpuji terhadap Allah sifat-sifat Amanah,
Agama dan makhluk hidup. sopan santun,
bersyukur, ikhlas
Islam dan sabar

3 Memahami Peristiwa 3.1 Mendeskripsikan


sehari-hari yang berkaitan tentang peristiwa
IPA dengan massa popilasi yang sehari-hari dan
penduduk yang berkaitan
dengan massa
populasi penduduk.

3 Memahami Keragaman 3.1 Mendeskripsikan


Sosial dan Budaya Keragaman sosial budaya di
IPS Indonesia. Indonesia dan perubahan
sosial-budaya pada
masyarakat.
PKn 3 Memahami diri sendiri, 3.1 Menjelaskan perbedaan
agama dan suku bangsa jenis kelamin, agama dan
suku bangsa
Bahasa 3. Berbicara 4.1 Memperkenalkan diri
Mengungkapkan sendiri dengan kalimat
Indonesia pikiran, perasaan dan sederhana dan berbahasa
informasi secara lisan
yang santun.
dengan perkenalan dan
tegur sapa, pengenalan
benda dan fungsi
anggota tubuh

Berdasarkan pemetaan kompetensi mata pelajaran diatas, maka kompetensi


dasar yang akan dipadukan pada mata pelajaran PKn, IPS, IPS, Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2

Pemetaan Kompetensi Dasar yang dipadukan pada mata pelajaran PKn, IPS, IPS,
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Indonesia
Pendidiakan IPS PKn Bahasa IPA
Agama Islam Indonesia

Mendeskripsi Menjelas Memperkenal Mendeskrip


kan kan kan diri sikan
Mendeskripsi Keragaman perbedaa sendiri tentang
kan sifat-sifat sosial budaya n jenis dengan peristiwa
Amanah, di Indonesia kelamin, kalimat yang
sopan santun, dan agama sederhana sehari-hari
bersyukur, perubahan dan suku dan bahasa dan yang
ikhlas dan sosial-budaya bangsa yang santun. berkaitan
sabar pada dengan
masyarakat. massa
populasi
penduduk.

b) Penetuan tema.

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar, langkah berikutnya adalah pemetaan


tema. Dalam menentukan tema harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah
dipetakan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tema:

1) Tema merupakan perekat antar Kompetensi Dasar.


2) Tema selain relevan dengan Kompetensi Dasar, sebaiknya juga relevan
dengan pengalaman pribadi siswa dalam arti sesuai dengan keadaan
lingkungan setempat.
3) Dalam menentukan tema isu sentral yang sedang berkembang saat ini
dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan
keterkaitan antar Kompetensi Dasar yang dipetakan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan memperhatikan Kompetensi Dasar


pada mata pelajaran IPS, PKn, IPA, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Indonesia
maka tema yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut bertemakan
“Lingkungan”.

Proses Hasil Belajar


Pembelajaran Siswa
Siswa Jaring Laba-Laba

Gambar 1. Bagan Proses Pembelajaran

Setelah menjabarkan kompetensi dasar selanjutnya tinggal mengaitkan dengan


disiplin ilmu IPS dengan tema Lingkungan dan memetakan hubungan antara mata
pelajaran dengan tema serta menentukan bahasan pokok. Berikut ini adalah pemetaan
pokok bahasan antara mata pelajaran dengan tema.

Tema : Lingkungan

IPA
Kepadatan popusi penduduk mempengaruhi lingkungan.
Bahasa Indonesia
Bertuturkan kata yang baik akan mempengaruhi lingkungan.
Pendidikan Agama Islam
Berprilaku tanggung jawab dan akhlak mulia menciptakan lingkungan
yang agamis.
IPS
Keragaman sosial dan budaya akan meningkatkan suatu lingkungan
dan kebudayan. Serta melestarikan dan menjaga keanegaraman budaya
agar tidak hilang.
PKn
Mengenali diri sendiri dan suku bangsa agar bisa mengahargai antar
suku.
c) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanakan di contohkan kegiatan-kegiatan secara garus besar :

a. Kegiatan 1
Memberi makna pada hasil pengamatan, menggunakan informasi dari
hasil pengamatan untuk menjawab pertanyaan hal-hal yang
mempengaruhi keragamaan sosial dan budaya Indonesia.
b. Kegiatan 2
Menjelaskan tentang cara berwawancara dengan kata yang sopan dalam
keragaman sosial dan budaya indonesia.
c. Kegiatan 3
Kegiatan pembelajaran meliputi penjelaskan prilaku menyimpang
berdampak kekehidupan sosial.
d. Kegiatan 4
Dalam pembelajaran siswa diberikan pengetahuan dimana sifat
tanggung jawab perlu ada didalam diri masing-masing. Sifat tangung
jawab ikut andil dalam laju mundurnya prilaku sosial dan budaya.

2. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Pengertian belajar menurut Sudjana adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang (Asep Jihad, dan Abdul Haris, 2012: 2).
Sedangkan menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow, dalam bukunya
Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif (Muhibin Syah, 2010: 88). Adapun pengertian mengajar menurut Mursell,
mengajar digambarkan sebagai masing-masing mengorganisasikan belajar, sehingga
dengan menggornisasikan itu belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa
(Slameto, 2013: 33). Dengan demikian proses belajar mengajar itu dapat diartikan
serangkaian kegiatan yang secara sengaja diorganisasikan supaya terciptanya suatu
kegiatan belajar yang memungkinkan saling terjadinya interaksi antara siswa, guru
dan lingkungan sekolah agar dapat memperoleh perubahan tingkah laku pada siswa.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud, seperti halnya yang diungkapkan oleh Didi
Supriadie & Deni Darmawan (2012: 27) adalah perubahan yang disadari dan timbul
akibat praktik, pengalaman, dan bukan secara kebetulan.

3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar

Gagne (Didi Supriadie & Darmawan, 2012: 28) mengatakan bahwa terdapat
tiga unsur penting dalam belajar pertama, unsur eksternal yang disebut sebagai
stimulus dari lingkungan, kedua, unsur internal yang menggambarkan kondisi diri
dan proses kognitifnya. Sedangkan yang ketiga adalah hasil belajar. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Hamalik (Asep Jihad & Abdul Haris, 2015: 15) menjelaskan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap serta apersepsi dan abilitas. Sedangkan menurut Milan Rianto (2002: 1)
mengatakan bahwa hasil belajar menunjukan tingkat kemampuan dalam penguasaan
isi dari setiap mata sajian yang berifat esensial dan fungsional bagi peserta didik.
Sementara itu Mulyasa (2009: 212) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta
didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan prilaku yang bersangkutan. Dari beberapa prespektif pengertian hasil
belajar sebagaimana telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah dapat meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap, dan meninkatkan
keterampilan yang diperoleh dari pengalamannya dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar


Beberapa faktor yang mempengruhi proses dan hasil belajar siswa antaranya
adalah masukan mentah atau raw input adalah siswa sebagai raw input siswa
memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai
fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indra, dan sebaginya. Sedangkan
yang menyangkut psikologis adalah minat, tingkat kecerdasaan, bakat, motivasi,
kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana
proses dan hasil belajarnya (Ngalim Purwanto, 2013: 107).

Kondisi lingkungan juga sangat berperan aktif dalam mempengaruhi proses


dan hasil belajar. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang
disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak
dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai
mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik. Selama hidup anak didik tidak bisa
menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi
dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak
didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik
disekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 176-177).

Lingkungan sosial budaya yang di luar sekolah teryata sisi kehiduapan yang
mendatangkan probelem tersendiri bagi kehidupan anak didik disekolah. Lingkungan
sosial budaya, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Sering kali guru dan para siswa merasa yang
sedang belajar didalam kelas merasa terganggu dengan adanya obrolan orang-orang
yang diluar dan berada persis disamping kelas tersebut, apalagi obrolan tersebut
diiringi dengan gelak tawa atau canda yang cukup sangat keras. Hiruk pikuk
lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruh pasar
dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah
disarankan agar lingkungan sekolah didirikan ditempat yang jauh dari keramaian
pabrik, lalu lintas dan pasar (Abu Ahmadi & Joko Prasetsa, 2005: 105).

Selanjutnya masukan Instrumental input oleh Ngalim Purwanto diartikan


sebagai faktor-faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasikan juga salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Yang termasuk
kedalam instrumental input adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang
memberikan pengajaran, saran dan fasilitas, serta menejemen yang berlaku disekolah
yang bersangkutan. Didalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan
faktor yang sangat enting pula dan paling menentukan dalam mencapai hasil/out put
yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana
proses belajar mengajar itu akan terjadi didalam diri si pelajar (Ngalim Purwanto,
2013: 107). Jadi model pembelajaran merupakan instrumental input karena
merupakan bagian dari sarana dan fasilitas. Oleh karena itu kedudukan model dalam
proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting.

Perhatian terhadap kondisi fisiologis dan psikologis siswa, keadaan


lingkungan disekitar siswa, terlebih faktor-faktor instrumental baik itu kurikulum,
guru yang memberikan pengajaran, menejemen sekolah, serta sarana dan fasilitas
termasuk didalamnya model pembelajaran akan memberikan dampak positif terhadap
proses dan hasil belajar siswa.

B. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian Fathani Tsani, 2013 (Universitas Pendidikan Indonesia) yang


berjudul Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Bentuk Jaring Laba-Laba
(Webbed) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Tema Lingkungan.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya siswa – siswa yang memperoleh nilai di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Ada berbagai hal yang menjadi penyebab
dari masalah-masalah tersebut, diantaranya adalah proses pembelajaran yang
monoton dan bersifat parsial, keterbatasan sarana belajar dan ketidak sesuaian model
pembelajaran yang diterapkan dengan karakteristik peserta didik. Siswa SD berada
pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini anak masih berfikir
sedikit abstrak dan masih memerlukan benda-benda dan pengalaman konkrit untuk
membantu memahami materi pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka
dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengungkap perencanaan dan
pelaksanaan model pembelajaran terpadu bentuk jaring laba-laba pada tema
lingkungan serta mengungkap hasil yang diperoleh dengan penerapan model
pembelajaran terpadu bentuk jaring laba-laba tersebut. Populasi dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah seluruh murid SD Islam Al-Azhar 36 Bandung dan yang
menjadi sampel penelitian adalah murid-murid kelas I tahun pelajaran 2012/2013
sebanyak 14 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK), model Kemis Mc Tagart dengan tiga siklus. Data penelitian
diperoleh melalui instrumen penelitian berupa lembar tes (soal) dan lembar observasi
aktivitas siswa dan guru. Setelah dilakukan tindakan diketahui bahwa hasil tes siklus
III mengalami peningkatan yang cukup signifikan nyaitu dari siklus I maupun siklus
II dengan rata-rata 73,57 di siklus I 85,00 di siklus II dan 92,86 di siklus III dan
ketuntasan siswa mencapai 64% di siklus I dan 93% di siklus II serta 100 % di siklus
III.

Selain itu Windartin, 2008 (Universitas Negeri Semarang) dalam penelitian


yang berjudul Model Webbed Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu Di Madrasyah
Tsanawiyah Negeri Cirebon II Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa
motivasi siswa 32,22% sangat baik, 59,17 % baik dan 6,82 % kurang baik. Aktivitas
siswa 86 % baik dan 14% kurang baik, dengan rata-rata reliabilitas keaktivan siswa
sebesar 82.15%. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa secara individu dan
klasikal sebesar 86% dengan standar ketuntasan 75% .

Adapun Estri Setyowati Boru Sinaga, 2012 (Universitas Negeri Malang)


dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi model pembelajaran jaring laba-laba
(Webbed Model) pada tema penggunaan uang untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas III semester II tahun ajaran 2011-2012 di SDN Kesatrian 2
Malang kesimpulan bahwa penelitian dengan menggunakan Webbed Model
pendekatan tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I hasil
refleksi menyatakan hasil belajar untuk sebagian besar siswa belum tuntas, hal ini
disebabkan karena guru terlalu jauh dari konsep materi yang harus diberikan dan
belum menyajikan materi sesuai metode atau strategi dan alur tematik. Tes belajar
yang telah dilakukan menyatakan hanya 41 siswa (78.84%) dari 52 siswa yang
mencapai belum mencapai ketuntasan belajar, pada siklus II guru sudah menyajikan
materi metode atau strategi dan alur tematik dengan baik sehingga siswa dapat
meningkatkan hasil belajar sebesar 92.3% pada siklus II.

C. Kerangka Pikir

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia


menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2004: 15). Hasil belajar siswa
disekolah biasanya dipengaruhi oleh oleh beberapa faktor diantaranya raw input
yakni faktor murid/ anak itu sendiri dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-
beda dalam kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, faktor environmental input
yakni faktor lingkungan baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial, faktor
instrumental input yang didalamnya antara lain terdiri dari kurikulum, program /
bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta guru (tenaga pengajar) (Abu Ahmadi &
Joko Tri Prasetya, 2005:103).

Menurut Ngalim Purwanto (2007: 107) menjelaskan instrumental input


merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian
hasil belajar (output) yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang
menentukan bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi dalam diri siswa. Model
merupakan termasuk kedalam instrumental input kerena merupakan bagian dari
sarana dan fasilitas. Oleh karenanya kedudukan model dalam proses belajar mengajar
itu sangat penting.

Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan pada proses


pembelajaran itu hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan
berdasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan
jenis model, metode dan media itu akan berdampak panjang yang tidak kita inginkan
dikemudia hari (Ahmad Fauzi, 2012: 262).

Pemilihan model jaring laba-laba yang digunakan dalam penelitian ini dirasa
sangat tepat digunakan sebagai model pembelajara IPS khususnya pada materi
Keragamaan Sosial dan Budaya Indonesia. Karena dilihat dari krakteristik tersebut
model tersebut sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Robin (2000: 15)
mengatakan Model jaring laba-laba merupakan model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran. Adapaun mata pelajaran IPS
khususnya pada meteri Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia merupakan materi
yang menyuguhkan guru untuk berceramah akan tetapi dengan menggunkan model
jaring laba-laba ini siswa diajak untuk berpartisipasi untuk mengeluarakan pendapat-
pendapatnya sehingga suasana pembelajaran tersebut akan lebih menyenagkan
sebelumnya.

Dari penjelasan dapat di simpulkan bahwa antara model jaring laba-laba


dengan materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia memilki kesesuaian. Dengan
digunakan model jaring laba-laba dalam pembelajaran IPS pada meteri
perkembangan Keanekaragaman Sosial dan Budaya Indonesia di harapkan hasil
belajar siswa pada materi tersebut bisa meningkat.

Faktor-faktor yang
Mempengaruhi

Proses belajar mengajar:

 Lingkungan
 Kurikulum
 Sarana dan
Guru
Siswa

HASIL BELAJAR

Gambar 2. Gambar Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan (Sugiyono, 2009: 96). Berdasarakan uraian yang telah dipaparkan, maka
dirumusan hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Penggunaan model jaring laba-laba pada mata pelajaran IPS di kelas VII-E
MTs Al-Maijah Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon dapat meningkatkan hasil
belajar siswa”.

Anda mungkin juga menyukai