Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dialami seseorang melalui interaksi
dengan lingkungan di sekitarnya, interaksi tersebut muncul dari keadaan yang
berasal dari dalam atau dari luar diri sendiri. Terjadinya interaksi dengan
lingkungan di sekitarnya dapat menyebabkan individu tersebut mengalami proses
penghayatan dalam dirinya, pada diri individu tersebut memungkinkan akan
mengalami perubahan, maksud dari mengalami ini harus mendapatkan perhatian
khusus, karena individu tersebut merupakan salah satu objek utama dalam proses
kegiatan belajar. Belajar juga memiliki arti yaitu mengumpulkan pengetahuan,
pengetahuan tersebut di dapat dari seseorang yang lebih mumpuni atau yang saat
ini dikenal dengan pengajar atau guru, dalam belajar pengetahuan ini dikumpulkan
sedikit demi sedikit sehingga pengetahuan tersebut menjadi banyak, sehingga
individu yang memiliki banyak pengetahuan diidentifikasi sebagai individu yang
banyak belajar, sementara individu yang memiliki sedikit pengetahuan
diidentifikasikan sebagai individu yang sedikir belajar, dan individu yang tidak
memiliki pengetahuan dipandang sebagai individu yang tidak belajar (Suardi,
2018).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
kegiatan mengumpulkan pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut di dapat dari
seseorang yang lebih ahli atau disebut dengan guru. Artinya dengan belajar
seseorang mengalami perubahan dalam dirinya yang dapat diketahui dengan adanya
kemampuan melakukan sesuatu hal yang baru berupa pemahaman, keterampilan
serta sikap, sebagai hasil dari proses pengalaman belajar yang dialami.
Pembelajaran merupakan suatu sistem dari berbagai bagian secara
keseluruhan yang saling berhubungan satu sama lain, dimana bagian dari
keseluruhan itu disebut dengan komponen yang meliputi tujuan, materi, metode dan
evaluasi. Komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh
pendidik dalam memilih dan menentukan media, metode serta strategi dan

12
pendekatan apa yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran (Octavia,
Model-Model Pembelajaran, 2020).
Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang
mempengaruhi peserta didik dengan sedemikian rupa sehingga suatu kegiatan
pembelajaran terjadi. Adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkup belajar yang di dalamnya pendidik
memberikan bantuan pada peserta didik agar terjadi suatu proses perolehan ilmu
dan pengetahuan, kecakapan dan budi pekerti, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik (Fathurrohman, 2015).
Pembelajaran ialah suatu proses, cara dan perlakuan yang menjadikan
individu atau makhluk hidup belajar, hal ini termasuk ke dalam tugas utama seorang
pendidik atau guru yang bertujuan untuk membelajarkan siswa, dalam suatu
aktivitas pembelajaran terdapat dua aspek penting, yaitu hasil belajar berupa
perubahan tingkah laku pada diri siswa dan proses hasil belajar berupa sejumlah
pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa, sehingga terjadinya
peningkatan pada kemampuan siswa. Kemampuan tersebut dikembangkan
bersamaan dengan perolehan pengalaman-pengalaman belajar. Kemudian, jika
pada saat proses pembelajaran dilaksanakan guru menemui berbagai masalah yang
muncul baik itu tentang cara guru mengajar ataupun disebabkan oleh siswa itu
sendiri, hal tersebut biasanya disebabkan oleh adanya faktor cara mengajar dalam
penggunaan model, metode, media, dan sebagainya yang kurang tepat, karena
dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan materi pelajaran
saja, tetapi siswa harus melakukan kegiatan yang menghasilkan pemahaman secara
utuh (Maurin & Muhamadi, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu rangkaian atau tindakan interaksi antara pendidik
dan peserta didik, baik itu interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
serta secara tidak langsung seperti melalui penggunaan media pembelajaran.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh peserta didik berasal dari materi yang
disampaikan oleh pendidik dan cara mengajarnya.

13
Menurut Joyce model merupakan suatu gambaran mengenai sesuatu yang
bisa memperjelas bermacam-macam hubungan diantara unsur-unsur yang ada,
model juga bisa dikatakan sesuau yang dapat mengungkap serta menjelaskan
mengenai hubungan dari berbagai komponen, aksi dan reaksi, serta sebab dan
akibat. Istilah model dalam sudut pandang yang sederhana hampir sama dengan
strategi. Jadi, model pembelajaran hampir sama dengan strategi pembelajaran,
model dapat diartikan sebagai suatu rancangan konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran adalah
rancangan konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu
gambaran yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas (Fathurrohman, 2015).
Menurut Zaini model pembelajaran merupakan petunjuk berupa rancangan
atau pedoman mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran,
petunjuk tersebut memuat tanggung jawab pendidik dalam merencankan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Pada hakikatnya model
pembelajaran adalah salah satu pedoman yang digunakan ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung karena di dalamnya memuat prosedur kegiatan
pembelajaran dari awal hingga akhir. Tujuan model pembelajaran salah satunya
yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar (Widiyati & Muaddab,
2012).
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau gambaran yang digunakan
dalam penyusunan kurikulum, mengatur materi siswa, dan memberi arahan kepada
guru di kelas dalam pengaturan pengajaran atau pengaturan lainnya. Model
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan
kenyataan yang ada dan situasi kelas yang sebenarnya, pandangan hidup yang akan
dihasilkan dari proses pembelajaran bersumber dari kerjasama yang dilakukan
antara guru dan siswa. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, gambaran urutannya, serta karakteristik lingkungan
belajarnya. Sehingga pada setiap penerapan model pembelajaran dituntut terlaksana
secara efektif, dalam hal ini seorang guru sangat berperan penting dalam

14
menjadikan pembelajaran yang difasilitasinya terlaksana dengan baik dan berhasil
(Jihad & Haris, 2008).
Model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting yaitu. Pertama,
model memiliki makna yang lebih umum atau luas dari pada pendekatan, strategi,
metode dan Teknik. Kedua, model berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam
membicarakan mengenai mengajar di kelas atau praktik mengawasi anak-anak.
Model pembelajaran adalah suatu kerangka yang terkonsep yang didalamnya
memuat gambaran prosedur yang sistemtik dalam hal mengatur kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Octavia, 2020).
Sehingga dapat diambil kesimpulannya bahwa model pembelajaran adalah
sesuatu yang dirancang untuk kegiatan belajar supaya pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan secara optimal, menarik, mudah dipahami serta sesuai
dengan prosedur yang jelas. Sehingga penggunaan model pembelajaran sangat
efektif dalam upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar, karena dengan
penggunaan model pembelajaran pada kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk
berperan aktif dalam pembelajaran dan diharapkan dapat menggunaan kemampuan
berpikirnya secara maksimal dan mengasah kekompakan serta kerja sama dalam
sebuah kelompok belajar.
2. Ciri – ciri model pembelajaran
Model pembelajaran memiliki arti yang lebih luas dari pada pendekatan,
strategi, metode serta teknik. Oleh karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau
rencana pembelajaran diartikan menggunakan model pembelajaran jika memiliki
empat ciri khusus. Dikemukakan oleh Widiyati (2012) bahwasannya model
pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau
metode tertentu yaitu:
a. Rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya, yaitu model
pembelajaran mempertimbangkan segala sesuatu pada teori secara logis serta
rancangan dan prosedurnya disusun oleh pencipta model pembelajaran tersebut.
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu memiliki tujuan yang harus
dicapai pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan
model pembelajaran.

15
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil, yaitu adanya kontrol perilaku dari pengajar yang dapat
berpengaruh pada keberhasilkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran tersebut seperti kesabaran dari pengajar,
tanggung jawab dari pengajar, serta ketelitian yang dimiliki oleh pengajar, dan
sebagainya.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai,
yaitu dukungan dari lingkungan pembelajaran seperti kondisi dari peserta didik,
keadaan kelas, serta fasilitas yang ada harus mendukung model pembelajaran
yang diterapkan pada suatu proses pembelajaran.
Secara umum model pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri yang dapat
dikenali secara umum, seperti hal nya yang dikemukakan oleh Octavia (2020) yaitu
sebagai berikut:
a. Mempunyai prosedur yang teratur, maksudnya sebuah model pembelajaran
adalah prosedur yang sistematik untuk merubah perilaku siswa, yang didasarkan
pada dugaan-dugaan tertentu.
b. Hasil belajar ditetapkan secara khusus, maksudnya setiap model pembelajaran
menentukan tujuan-tujuan khusus pada hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai siswa secara terperinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat diamati.
Kemudian apa yang harus diperlihatkan oleh siswa setelah menyelesaikan
kegiatan pembelajaran disusun secara terperinci dan khusus dalam bentuk rekap
nilai.
c. Penetapan lingkungan secara khusus, maksudnya menetapkan kondisi
lingkungan secara khusus dalam model pembelajaran.
d. Ukuran keberhasilan, yaitu menggambarkan dan menjelaskan hasil belajar
dalam bentuk perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh siswa setelah
melakukan dan menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
e. Interaksi dengan lingkungan, yaitu semua model pembelajaran menentukan cara
yang dapat membuat siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan
lingkungannya.

16
Model pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang dapat
membuat para pembelajar menjadi aktif dengan melibatkan dirinya sendiri dalam
keseluruhan proses pembelajaran baik secara mental maupun secara fisik. Menurut
Suparman model pembelajaran dikenal sebagai pembelajaran interaktif karena
dengan adanya model pembelajaran semua aspek yang berhubungan dengan proses
belajar menjadi aktif dan saling berhubungan (Widiyati & Muaddab, 2012).
Sehingga model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya beberapa kegiatan yang bervariasi, baik itu kegiatan klasikal,
kelompok maupun perorangan.
b. Melibatkan pikiran serta perasaan siswa secara tinggi, sehingga dalam
pembelajaran siswa lebih fokus dan paham pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
c. Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, manager kelas.
d. Menciptakan pola komunikasi yang beragam serta banyak arah.
e. Suasana kelas yang menarik, tidak membosankan, tetapi tetap terkendali oleh
tujuan.
f. Dapat digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran
diharuskan memuat beberapa ciri-ciri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.
Sehingga akan menghasilkan suatu model pembelajaran yang baik dan efektif serta
interaktif yang nantinya akan terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan serta berpusat pada siswa (student centered).
3. Manfaat model pembelajaran
Manfaat model pembelajaran yaitu sebagai petunjuk pembuatan serta
pelaksanaan pembelajaran, pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
isi dari materi yang akan dibelajarkan, kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut dan tingkat kemampuan siswa (Octavia, Model-Model
Pembelajaran, 2020).
a. Bagi guru:

17
1) Mempermudah dalam pelaksanakan tugas-tugas pembelajaran karena prosedur
yang akan dilewati sesuai dengan waktu yang ada, tujuan yang akan dicapai,
kemampuan pemahaman siswa, dan ketersediaan fasilitas yang ada.
2) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong kegiatan siswa dalam
pembelajaran.
3) Mempermudah dalam melakukana analisis terhadap perilaku siswa secara
individual maupun kelompok dalam waktu yang relatif singkat.
4) Membantu dalam menciptakan interkasi antara guru dan siswa sesuai dengan
yang diinginkan selama pembelajaran berlangsung.
5) Membantu dalam terciptanya pengembangan inovasi dalam bidang Pendidikan
terutama dalam sistem pembelajaran.
b. Bagi siswa:
1) Memberikan kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran yang sedang
dibelajarkan.
3) Memberikan dorongan semangat belajar dan ketertarikan untuk mengikuti
pembelajaran secara penuh.
4) Dapat menganalisis atau membaca kemampuan pribadi dalam kelompok
pembelajaran secara objektif.
5) Membantu mengembangkan pemahaman siswa.
Berdasarkan beberapa manfaat dari model pembelajaran baik itu bagi guru
atau siswa dapat disimpulkan bahwa dengan adanya model pembelajaran guru
dengan mudah dapat mengatur jalannya kegiatan pembelajaran yang sedang
dilaksanakan karena di dalam model pembelajaran sudah ada prosedur dari awal
pembelajaran dimulai sampai selesai serta membantu guru dalam menciptakan
pembelajaran yang interaktif juga menyenangkan. Penerapan model pembelajaran
juga bermanfaat bagi siswa yaitu memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran serta menumbuhkan semangat saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Kriteria pemilihan model pembelajaran

18
Suatu model pembelajaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria
tertentu. Terdapat tiga kriteria model pembelajaran, yaitu valid, praktis, dan efektif.
Valid (sahih) adalah kebenaran suatu model pembelajaran dinilai melalui dua hal,
1) Apakah model pembelajaran yang dibuat didasarkan pada rasionalitas dan teori
yang kuat? 2) Apakah terdapat konsistensi internalnya? Praktis adalah aspek
kemudahannya dapat diuji dengan, 1) penilaian oleh para ahli dan para praktisi yang
menyatakan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan
secara mudah, 2) uji penerapan model yang menunjukkan bahwa apa yang
dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Efektif yaitu aspek efektivitas dapat diuji
dengan, 1) penilaian para ahli serta praktisi berdasarkan pengalamannya
menyatakan bahwa model tersebut efektif, 2) hasil penelitian empirik yang
menunjukkan efektivitas model tersebut dalam mencapai hasil yang diharapkan
(Asyafah, 2019).
Menurut Widiyati & Muaddab (2012) sebelum menentukan model
pembelajaran yang akan digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan:
a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan yaitu:
1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
kognitif, afektif, atau psikomotor?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah
tingkat tinggi atau tingkat rendah?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum,atau teori
tertentu?
2) Apakah untuk memperlajari materi pembelajaran itu memerlukan
prasyarat tertentu atau tidak?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c. Pertimbangan dari sudut siswa:
1) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?

19
2) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
siswa?
3) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
2) Apakah model yang diterapkan dianggap satu-satunya model yang dapat
digunakan?
3) Apakah model itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Beberapa pertanyaan tersebut merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan, sebagai contoh untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki model
yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan
aspek afektif ataupun aspek psikomotorik. Oleh karena itu model-model
pembelajaran memiliki jenis yang beragam, model pembelajaran tidak ada yang
cocok untuk segala situasi dan kondisi pada kegiatan pembelajaran serta suatu
model yang digunakan dalam pembelajaran atau penyampaian topik tertentu pasti
memiliki beberapa keunggulan serta keterbatasan, maka seringkali guru mengalami
kesulitan dalam memilih ataupun menentukan sebuah model pembelajaran yang
tepat untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran atau tidak berhasilnya
penerapan model untuk suatu proses pembelajaran, meskipun pada saat melakukan
uji coba penerapan model berhasil. Hal ini berhubungan dengan banyaknya variabel
yang harus diperhitungkan oleh guru.
B. Model Blended Learning
1. Pengertian model blended learning
Blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended (kombinasi/campuran)
dan learning (belajar). Blended learning secara umum diartikan sebagai
pembelajaran yang mengkombinasikan atau mencampurkan antara pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer. Blended learning merupakan
suatu model pembelajaran yang mencampurkan pengajaran secara langsung dengan
pengajaran berbantukan komputer, baik itu secara offline maupun online untuk
menciptakan suatu pembelajaran yang berintergrasi (Husamah, 2014).

20
Blended learning merupakan pengembangan secara lebih lanjut dari metode
pembelajaran e-learning dimana blended learning mengkombinasikan proses
pembelajaran konvensional berbasis kelas atau tatap muka dengan pembelajaran
berbasiskan e-learning yaitu dengan memanfaatkan media elektronik. Blended
learning juga didefinisikan sebagai pembelajaran yang dilakukan dengan
menggabungkan pembelajaran face-to-face dengan pembelajaran bermediasi
teknologi. Blended learning merupakan integrasi pembelajaran tradisional dengan
e-learning, perpaduan serta kombinasi sejumlah media dan kombinasi pendekatan
pembelajaran yang melibatkan unsur teknologi dalam penerapannya (Utami, 2017).
Model blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan cara
menyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran
komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning),
blended learning bertujuan untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang
paling efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil belajar, bertujuan pula untuk
meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga aspek pembelajaran yaitu
lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisonal, pembelajaran
blended, dan yang sepenuhnya online (Idris, 2011).
Model blended learning adalah model pembelajaran yang
mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan online melalui e-learning yang
menjadi media yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, sehingga
membuat adanya perubahan suatu pola pengajaran. Selain itu, dalam pembelajaran
campuran yang disebut dengan pembelajaran daring dan luring, terutama pada
pembelajaran daring guru diharuskan mampu mengoprasikan sarana dan prasarana
yang digunakan pada saat proses pembelajaran serta guru harus mampu
menjalankan tugas dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa dan merancang
materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman (Faridah &
Haromain, 2021).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model
blended learning merupakan model yang menggabungkan pembelajaran secara
tatap muka dan pembelajaran secara daring, pembelajaran daring tersebut
merupakan pembelajaran yang didalamnya menggunakan komputer ataupun

21
berbagai macam media berbasis online, pembelajaran tatap muka yaitu
pembelajaran tradisional yang biasa dilakukan di dalam kelas. Model blended
learning juga bertujuan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan
optimal, karena dalam model pembelajaran ini guru dituntut untuk bisa
mengoprasikan media elektronik agar pembelajaran yang sedang berlangsung lebih
menarik dan tidak monoton.
2. Karakteristik blended learning
Terdapat empat karakteristik blended learning sebagai berikut:
a. Pembelajaran Blended learning sebagai salah satu pembelajaran yang
didukung oleh penggabungan pembelajaran secara efektif dari segi
penyampaian, cara mengajar, maupun gaya dalam pembelajaran,
b. Pembelajaran blended learning salah satu pembelajaran yang
mengkombinasikan berbagai penyampaian, metode pembelajaran, gaya
mengajar, serta media pembelajaran berbasis teknologi yang bermacam-
macam,
c. Pembelajaran Blended learning salah satu pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran secara langsung, belajar secara mandiri serta belajar mandiri
melalui situs e-learning,
d. Pembelajaran blended learning sebagai salah satu pembelajaran yang
melibatkan peran pengajar serta orang tua peserta didik, yaitu pengajar sebagai
fasilitator, dan orang tua sebagai pendukung (Husamah, 2014).
Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa blended learning memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
model pembelajaran yang lainnya yaitu pembelajaran secara blended learning di
dalam kegiatannya terdapat pembelajaran berbasis komputer yang bermacam-
macam bentuk penyampaiannya. Blended learning juga memiliki karakteristik
dalam kegiatan pembelajaran siswa secara penuh berperan secara aktif dan guru
menjadi fasilitator, siswa diminta untuk mencari sendiri berbagai informasi yang
harus siswa dapatkan.
3. Langkah-langkah penggunaan model blended learning

22
Penggunaan model blended learning terdiri dari beberapa langkah,
sebagaimana yang terdapat pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2. 1 Langkah-langkah Model Blended Learning (Riyanto, 2018)

No Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran


Blended Learning
1 Prepare me a. Memperkenalkan tujuan pembelajaran
(persiapan) kepada siswa, bagaimana belajar melalui
program online
b. Mempersiapkan portal e-learning
c. Membagi siswa dalam kelompok yang
heterogen.
2 Tell me a. Menjelaskan pola pembelajaran secara
(presentasi) sinkron dan tidak sinkron
b. Menjelaskan langkah-langkah
menggunakan portal e-learning untuk
aktivitas pembelajaran online.
3 Show me a. Membimbing siswa untuk dapat
(demonstrasi) menggunakan portal e-learning yang telah
dibuat
b. Membimbing siswa untuk mengakses
materi-materi dalam portal e-learning
tersebut.
4 Let me a. Memberikan kesempatan kepada siswa
(Latihan/praktek) mempraktekan menggunakan portal e-
learning pada pembelajaran online
b. Membimbing siswa mengakses berbagai
sumber belajar offline dan online untuk
menyajikannya dalam bentuk presentasi di
kelas secara face-to-face

23
No Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Blended Learning
c. Membimbing kelompok presentasi
melakukan presentasi, kelompok diskusi
melakukan diskusi pada sesi tanya jawab
dan mengerjakan LKPD.
5 Check me a. Menilai hasil ringkasan materi
(evaluasi) pembelajaran yang dipresentasikan di
kelas berdasarkan hasil pencarian dari
sumber online maupun offline
b. Membimbing siswa dalam memperoleh
pemahaman yang benar dari materi yang
dipresentasikan di kelas.
6 Support me a. Membimbing siswa yang mengalami
(dukungan/bantuin) kesulitan dalam memahami materi yang
dipresentasikan
b. Membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam sesi diskusi antar
kelompok.
7 Coach me a. Melatih siswa yang sudah memahami materi
(saling melatih) pembelajaran untuk mengajari temannya yang
berada dalam satu kelompok diskusi
8 Connect me a. Membimbing siswa mengerjakan lembar
(kolaborasi/bergabung kerja siswa secara berkelompok

dalam kelompok) b. Membimbing siswa dalam mengerjakan tugas


kelompok presentasi.
4. Pelaksanaan model blended learning
Model blended learning telah dilaksanakan pada Pendidikan dasar dan
menengah di Amerika dan di klasifikasikan oleh Staker dan Horn menjadi empat
kategori. Di bawah ini merupakan penjelasam dari setiap macam model dan sub
model dari blended learning (Dwiyogo, 2018).

24
a. Rotation Model, yaitu tipe dari model blended learning dimana dalam
pembelajarannya meminta siswa untuk berotasi dalam sebuah jadwal yang
telah ditetapkan oleh guru diantara beberapa kegiatan pembelajaran. Pada tipe
rotation model ini terdapat sub model, diantaranya:
1) Station rotation, suatu model rotasi dimana dalam pembelajarannya
meminta siswa untuk berotasi dalam sebuah jadwal yang telah ditetapkan
oleh guru dalam kegiatan belajar berbasis kelas, rotasi ini mencakup
setidaknya satu stasiun untuk pembelajaran secara daring, sementara
stasiun yang lainnya bisa dalam pembelajaran kelompok kecil atau
kelompok dalam satu kelas, proyek kelompokm tutorial individu, serta
tugas yang diberikan secara tertulis.
2) Lab rotation, yaitu suatu model rotation yang pembelajarannya meminta
siswa untuk berotasu dalam sebuah jadwal yang telah ditentukan oleh guru
di dalam perputaran yang dibatasi oleh dinding-dinding sekolah.
Setidaknya salah satu diantara ruangan yang digunakan adalah
laboratorium belajar yang memanfaatkan pembelajaran secara daring,
sedangkan ruang kelas yang lainnya berdungsi sebagai ruang belajar
lainnya.
3) Flipped classroom, yaitu sub model rotation yang pembelajarannya
meminta siswa untuk melakukan perputaran dalam suatu jadwal tetap
antara kegiatan belajar tatap muka bersama guru di sekolah selama jam
belajar yang ditentukan dan penyampaian isi dan materi belajar secaring
daring dengan mata pelajaran yang sama dari suatu lokasi yang jauh di luar
jam sekolah.
4) Individual rotation¸yaitu sub model rotation yang kegiatan
pembelajarannya meminta siswa untuk melakukan perputaran dalam
sebuah jadawal yang telah disusun untuk masing-masing siswa dalam
kegiatan pembelajaran, setidaknya salah satunya adalah pembelajaran
secara daring.
b. Flex Model, yaitu tipe model blended learning yang memanfaatkan internet
sebagai media penyaluran isi ataupun intruksi belajar, sedangkan siswa

25
bergerak menurut jadwal secara dinamis yang disusun oleh masing-masing
individu sesuai dengan kesiapan belajar, serta guru bersiap sedia di lokasi yang
sama dengan siswa, dimana tipe flex model ini memiliki beberapa sub mode,
sebagai berikut:
1) Self-Blend Model, dimana sub model ini merujuk pada sebuah skenario
yang membebaskan siswa untuk memilih satu kelas atau lebih yang
diadakan secara daring sepenuhnya sebagai pelengkap kelas-kelas
tradisional mereka dengan guru secara daring.
2) Enriched-Virtual Model, sub model ini merujuk pada pengalaman belajar
di sekolah secara utuh yang membolehkan siswa dalam suatu mata
pelajaran untuk membagi waktunya antara mengikuti pembelajaran di
sekolah dan belajar mandiri di suatu lokasi secara terpisah dengan
penyampaian isi dan materi melalui daring.
5. Kelebihan dan kekurangan model blended learning
Model blended learning juga memiliki kelebihan serta kekurangan seperti
hal nya model-model pembelajaran yang lainnya, sebagaimana yang terdapat pada
tabel 2.2 berikut:
Tabel 2. 2 Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning (Husamah, 2014)

Kelebihan blended learning Kekurangan blended learning


a. Siswa bukan hanya belajar lebih a. Membutuhkan media
banyak pada saat sesi online yang pembelajaran yang beragam
ditambahkan pada pembelajaran sehingga sulit diterapkan apabila
tradisional, tetapi dapat sarana dan prasarana tidak
meningkatkan kemampuan mendukung
b. Siswa dilengkapi dengan b. tidak meratanya fasilitas yang
banyaknya pilihan sebagai dimiliki siswa
tambahan pembelajaran di dalam c. kurangnya sumber daya
kelas, serta meningkatkan apa pembelajaran (pengajar, siswa
saja yang dipelajari, dan siswa dan orang tua) terhadap
penggunaan teknologi.

26
Kelebihan blended learning Kekurangan blended learning
Mendapat kesempatan untuk d. Guru harus mempersiapkan
mengakses tingkat pembelajaran dengan matang setiap materi
lebih lanjut serta media yang akan digunakan
c. Penyajian data lebih cepat pada saat pembelajaran.
disampaikan siswa yang belajar
menggunakan e-learning
d. Pembelajaran tidak hanya
dilakukan dengan satu arah
secara berurutan, tetapi dengan
blended learning siswa memiliki
kesempatan untuk mempelajari
materi yang diinginkan, serta
pengaturan jadwal dan waktu
yang fleksibel pada suatu
kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan tabel kelebihan dan kekurangan blended learning dapat


diambil kesimpulan bahwa setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing begitupun model pembelajaran blended learning
juga memiliki kelebihan diantaranya kegiatan pembelajaran tidak monoton dimana
terdapat beberapa macam kegiatan pembelajaran di dalamnya yang membuat siswa
tidak merasa bosan karena adanya teknologi dalam pembelajarannya dan informasi
yang disajikan pada siswa disampaikan dengan efektif karena melalui e-learning
serta mampu meningkatkan interaksi siswa karena pembelajaran dilaksanakan
secara berkelompok. Blended learning juga memiliki kekurangan yaitu jika sekolah
tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai akan banyak kendala yang
dialami saat model diterapkan di kelas serta blended learning akan sulit diterapkan
apabila guru, siswa dan orang tua kesulitan untuk menggunakan teknologi.

27
C. Model Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa
diterapkan oleh guru-guru yang pada umumnya terdiri dari metode ceramah, tanya
jawab dan pemberian tugas. Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswanya yang berbentuk
penjelasan konsep, prinsip dan fakta. Kemudian, akhir pembelajaran ditutup dengan
tanya jawab antara guru dan siswa (Peranginangin, Barus, & Gulo, 2020).
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “konvensional
adalah tradisional”, selanjutnya tradisional diartikan sebagai “sikap dan cara
berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
yang ada secara turun temurun”, oleh sebab itu, model konvensional dapat juga
disebut sebagai model tradisional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
konvensional ialah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar
dilakukan dengan cara lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran guru masih
banyak mengandalkan metode ceramah.
Dalam model konvensional, guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan langkah dalam menyampaikan materi ajar kepada siswa.
Sementara siswa mendengarkan secara teliti dan mencatat kegiatan proses belajar
mengajar yang didominasi oleh guru.hal ini menyebabkan siswa bersifat pasif,
karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya siswa
akan mudah jenuh, kurang inisiatif, serta bergantung pada guru.
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang
menjadi tulang punggung kegiatan instruksional di sini adalah pengajar. Pengajar
menyajikan isi pelajaran dengan urutan model, media dan waktu yang telah
ditentukan dalam strategi instruksional. Kegiatan instruksional ini berlangsung
dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar sekaligus
bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pelajaran ini tidak menggunakan bahan ajar
yang lengkap, namun berupa garis besar isi dan jadwal yang disampaikan diawali
pembelajaran, beberapa transparansi dan formulir isian untuk dipergunakan sebagai
latihan selama proses pembelajaran. Peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran
tersebut dengan cara mendengar ceramah dari pengajar, mencatat, dan mengerjakan

28
tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Pembelajaran dengan pendekatan
konvensional menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal (Subaryana, 2005).
D. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu pembelajaran yang dilakukan
individu yang berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Hasil
belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada seorang individu. Hasil belajar yaitu suatu kemampuan yang bersifat internal
yang dimiliki oleh setiap individu dan memiliki kemungkinan individu tersebut
melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimikinya (Hurrita, 2018).
Hasil belajar dapat didefinisikan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”, hasil menunjukkan pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya hasil proses tersebut secara fungsional. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki individu setelah mengikuti proses belajar yang meliputi
semua kemampuan yang ada pada dirinya. Hasil belajar yaitu kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil
belajar merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa
setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru
di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana & Rivai, 2011).
Hasil belajar merupakan perilaku yang berubah secara keseluruhan setelah
melakukan kegiatan pembelajaran, maka guru diharuskan dapat menggunakan serta
menguasai secara benar model, metode, maupun teknik pembelajaran pada kegiatan
belajar mengajar, sehingga akan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan
yaitu menngkatkan hasil belajar siswa dan memberikan pembelajaran yang
bermakna pada siswa. Pentingnya peran seorang guru dalam proses belajar siswa
karena guru dapat mendorong terjadinya perilaku siswa yang aktif, produktif, serta
efisien (Aisyah & Nurasyiah, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar dan
hasil yang diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses

29
pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, keterampilan pada diri siswa
dengan adanya perubahan tingkah laku. Mendapatkan ukuran dan data hasil belajar
siswa yaitu dengan mengetahui garis besar dari indikator yang dikaitkan dengan
jenis prestasi siswa yang hendak dicapai, dinilai dan diukur.
2. Penilaian hasil belajar
Hasil belajar menurut Bloom yang biasa disebut dengan Taksonomi Bloom
(taxonomy of educations objectives) mengemukakan bahwa hasil belajar dicapai
melalui tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
(Sudijono, 2009).
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak),
segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah ranah kognitif. Dalam
ranah ini terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu: ingatan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan penilaian
(C6). Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif tergantung pada tingkat
kesungguhan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan maksud bahwa
perubahan yang terjadi pada ranah kognitif diharapkan siswa bisa melakukan
pemcahan masalah yang dihadapi sesuai dengan mata pelajaran yang
dihadapinya.
b. Ranah afektif
Ranah afektif yaitu ranah yang berhubungan dengan sikap serta nilai, dimana
setiap individu dapat diketahui perubahannya apabila individu tersebut telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Adapun jenis kategori dalam
ranah ini adalah sebagai hasil belajar yang dimulai dari tingkat dasar hingga
kompleks yaitu: penerimaan (A1), reaksi (A2), penilaian (A3), mengelola (A4)
dan menginternalisasi (A5) (Muhibbin, 1996). Pada ranah afektif siswa mampu
lebih merasakan nilai dan etika yang berlaku, dalam ranah ini perubahan yang
terjadi cukup mendasar, maka siswa tidak hanya menerimanya serta
memperhatikannya saja melainkan mampu melakukan suatu sistem nilai yang
berlaku dalam ilmunya.
c. Ranah Psikomotorik

30
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) ataupun kemampuan dalam bertindak setelah individu menerima
pengalaman belajar, Adapun jenis kategori dalam ranah ini yaitu: meniru (P1),
memanipulasi (P2), pengalamiahan (P3) dan artikulasi (P4). Dalam ranah
psikomotorik ini siswa dapat mengembangkan keterampilannya dalam
bertindak, misalnya: dalam pembelajaran PJOK dan siswa diminta untuk
mengikuti gerakan senam, siswa diharapkan mampu mengikuti gerakan senam
yang sudah dicontohkan oleh guru.
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses yang mengakibatkan
adanya beberapa perubahan yang relatif berhubungan dengan tingkah laku individu
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, baik itu meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik, maupun aspek-aspek yang lainnya. Sehingga
perubahan sifat yang terjadi pada masing-masing aspek tersebut tergantung pada
seberapa dalam dan serius individu tersebut belajar serta kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh individu.
3. Indikator Hasil Belajar Siswa
Pengungkapan dari hasil belajar umumnya meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman serta proses belajar pada
siswa. Oleh sebab itu, yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam hasil belajar
adalah dengan mengambil beberapa hasil dari perubahan tingkah laku yang
dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjaid
sebagai hasil dari belajar. Apakah itu berdimensi cipta (kognitif), rasa (afektif),
maupun karsa (psikomotorik). Pada dasarnya untuk memdapatkan ukuran dan data
dari hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar dari indikator (petunjuk
adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan
atau diukur (Syah, 2003). Adapun indikator hasil belajar dalam penelitian ini yakni
ranah kognitif.

31
Tabel 2. 3 Indikator Hasil Belajar
Ranah Aspek Indikator Cara evaluasi
Ranah cipta Ingatan a. dapat menyebutkan a. Tes lisan
(kognitif) (C1) b. dapat menunjukkan b. Tes tulis
kembali c. Observasi
Pemahaman a. dapat menjelaskan a. Tes lisan
(C2) b. dapat mendefinisikan b. Tes tulis
dengan lisan
Penerapan a. Dapat memberikan contoh a. Tes tulis
b. Dapat menggunakan b. Pemberian
(C3)
secara tepat tugas
c. Observasi
Analisis a. Dapat menguraikan a. Tes tulis
(C4) b. Dapat b. Pemberian
mengklasifikasikan atau tugas
memilah-milah
Sintesis a. Dapat menghubungkan a. Tes
(C5) b. Dapat menyimpulkan tertulis
c. Dapat b. Pemberian
menggeneralisasikan tugas
Penilaian a. Dapat mempertahankan a. Tes
(C6) pendapat tertulis
b. Dapat memilih solusi b. Pemberian
c. Dapat menulis laporan tugas
Ranah rasa Penerimaan a. Menunjukkan sikap a. Tes tulis
(afektif) (A1) menerima b. Tes skala
b. Menunjukkan sikap sikap
menolak c. Observasi
Reaksi a. Bersedia berpartisipasi a. Tes skala
(A2) b. Kesediaan sikap
memanfaatkan b. Pemberian
tugas
c. Observasi

32
Ranah Aspek Indikator Cara evaluasi
Penilaian a. Menganggap penting a. tes skala
(A3) dan bermanfaat sikap
b. Menganggap indah dan b. pemberian
harmonis tugas
c. mengagumi c. Observasi
Mengelola a. mengatur dan a. Tes skala
(A4) mengorganisasikan sikap
b. melembagakan atau b. Pemberian
meniadakan tugas
c. Observasi
Menginternal a. mengakui dan meyakini a. Tes skala
isasi b. mengingkari sikap
(A5) b. Pemberian
tugas
Ranah karsa Keterampilan a. mengkoordinasikan a. Observasi
(psikomotor) bergerak dan gerak mata, tangan, kaki b. Tes
bertindak dan anggota tubuh tindakan
lainnya
Kecakapan a. mengucapkan a. Tes lisan
ekspresi verbal b. membuat mimik dan b. Observasi
& non-verbal gerakan jasmani c. Tes
tindakan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Dalam suatu pembelajaran terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pacapaian hasil belajar, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
banyak jenisnya akan tetapi dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal (Slameto, 1995). Kedua faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal

33
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal
dari dalam diri siswa. Faktor-faktor internal tersebut sebagai berikut:
1) Kesehatan jasmani dan rohani berpengaruh terhadap kemampuan belajar,
Kesehatan jiwa yang kurang baik seperti mengalami gangguan pikiran,
adanya perasaan kecewa karena adanya konflik atau permasalahan yang
sedang dialami oleh seorang individu, ataupun masalah lainnya, sehingga
dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar.
2) Intelegensi dan bakat, apabila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan
bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan
lancar dan tidak ada kendala apabila dibandingkan dengan orang yang
memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah.
3) Minat dan motivasi, yaitu dua aspek psikis yang besar pula pengaruhnya
terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya
Tarik dari luar dan juga dating dari diri sendiri. Minat yang besar terhadap
sesuatu merupakan modal yang besar dimana untuk mencapai tujuan yang
diminati. Munculnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara
lain karena adanya keinginan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Minat belajar yang besar dapat menghasilkan prestasi belajar yang
meningkat sebaliknya minat belajar yang kurang akan mengasilkan
prestasi belajar yang rendah.
4) Cara belajar seorang siswa juga berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar. Apabila belajar tanpa memperhatikan faktor fisiologis, psikologis,
serta Kesehatan maka akan memperoleh hasil belajar yang kurang
memuaskan (Dalyono, 2007).
Sehingga kondisi fisik yang sehat, sangat mempengaruhi keberhasilan
dalam belajar terutama yang berkaitan dengan fokus belajar. Dengan demikian anak
yang kurang sehat dapat memberikan pengaruh pada daya tangkap dan kemampuan
belajarnya menjadi kurang.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal
dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

34
1) Keluarga, yaitu ayah, ibu dan anak-anak serta orang-orang yang menjadi
penghuni rumah, faktor orang tua besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya Pendidikan orang tua,
besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan
bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau
tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya
situasi dalam rumah, semuanya turut mempengaruhi pencapaian hasil
belajar pada anak.
2) Sekolah, juga turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas
guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak,
keadaan fasilitas disekolah, keadaan ruangan, pelaksanaan tata tertib
sekolah, dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan
belajar anak.
3) Masyarakat, juga menentukan hasil belajar. Apabila disekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya
baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
4) Lingkungan sekitar tempat tinggal juga mempengaruhi hasil belajar,
karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, karena dalam kehidupan sehari-hari anak
akan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dimana anak berada
(Dalyono, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada cakupan secara sempit
terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi segala aspek yang terkait dengan kepribadian siswa yang meliputi
Kesehatan yang menyangkut pada kesehatan jasmani dan rohani yang berpengaruh
terhadap kemampuan belajar anak. Kemudian mengenai intelegensi dan bakat
keduanya diharuskan sejalan yang mana bakat harus diiringi dengan intelegensi
supaya proses pembelajaran siswa berjalan dengan lancar dan berhasil. Selanjutnya
adalah minat dan motivasi, minat tanpa adanya motivasi akan mengalami keadaan
yang cenderung menurun dalam proses pembelajaran, tetapi apabila minat tersebut

35
didukung oleh adanya motivasi yang kuat maka proses pembelajaran akan
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Faktor internal yang terakhir adalah
mengenai cara belajar. Cara belajar siswa akan memberikan pengaruh besar
terhadap capaian belajar. Oleh sebab itu, dalam cara belajar diperlukan
memperhatikan faktor fisiologis, psikologis dan kesehatan. Sedangkan pada faktor
eksternal, faktor yang pertama yaitu keluarga, keadaan keluarga yang baik terutama
kedua orang tua dan lingkungan keluarga yang diciptakan akan mempengaruhi
pencapaian hasil belajar pada anak. Kemudian sekolah, segala hal yang berkaitan
dengan sekolah akan memberikan pengaruh keberhasilan belajar siswa, lalu
keadaan masyarakat, yaitu keadaan dimana seorang anak hidup dan bergail dengan
orang-orang disekitarnya. Selain itu, keadaan lingkungan sekitar juga sangat
penting untuk diperhatikan karena keadaan ini merupakan situasi dimana seorang
anak akan beradaptasi dan bergauldengan lingkungan sekitarnya dan hal ini tentu
akan mempengaruhi hasil belajar seorang anak.
E. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik terdapat pada kurikulum 2013, dimana kurikulum
2013 ini merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema-tema secara
aktual serta kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya penerapan
kurikulum tematik ini merupakan penerapan konsep pembelajaran dengan
penggunaan tema secara kontekstual pada beberapa materi pelajaran. Dengan
penerapan kurikulum tematik ini akan membuat siswa mudah mendapatkan
pengalaman secara nyata dan bermakna, terlebih mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan materi pelajaran, yang pada akhirnya dengan penerapan
kurikulum tematik di SD/MI, terutama pada kelas satu, dua, dan tiga, kegiatan
belajar mengajar tidak akan berdiri sendiri, bahkan akan berjalan secara
berkesinambungan. Pembelajaran tematik dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang memuat konsep pembelajaran secara
terpadu, menggunakan suatu tema untuk menggabungkan beberapa mata pelajaran,
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berkesan
kepada siswa (Hajar, 2013).

36
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema-
tema sebagai penggabungan beberapa materi pelajaran dengan tujuan memberikan
pengalaman yang bermakna terhadap siswa pada setiap proses pembelajaran yang
dilewatinya. Pembelajaran tematik yaitu suatu usaha dalam pembelajaran yang
memadukan pengetahuan secara komprehensif dan terintegrasi di SD/MI, sehingga
dapat membantu mengembangkan pemahaman siswa yang membuat siswa menjadi
lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik adalah suatu
pembelajaran yang dimulai dari satu tema/topik tertentu yang kemudian
disederhanakan dari berbagai aspek atau dilihat dari berbagai perspektif mata
pelajaran yang biasanya diajarkan di sekolah (Kadir, 2015).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran secara terpadu yang
menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menggunakan suatu tema, dengan
tujuan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Sehingga
dengan pembelajaran tematik memungkinkan siswa baik itu secara individu
maupun kelompok dapat aktif menggali dan menemukan konsep yang diberikan
oleh guru dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Seperti hal nya model pembelajaran, pembelajaran tematik juga memiliki
karakteristik-karakteristik, sebagai berikut:
a. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, serta lebih sering menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih sering berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melaksanakan aktifitas belajar
b. Pembelajaran tematik bisa memberikan pengalaman secara langsung kepada
siswa, dengan pengalaman langsung yang dialami maka siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata/konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak
c. Dalam pembelajaran tematik pemisahan mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas, fokus pembelajran diarahkan pada pembahasan berupa tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan yang dialami siswa

37
d. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran, sehingga siswa mampu memahami konsep-
konsep tersebut secara keseluruhan, dimana hal ini diperlukan dalam
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari
e. Pembelajaran tematik bersifat fleksibel, dimana guru dapat menghubungkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran tematik sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dimana
siswa mendapat kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat serta kebutuhannya (Muklis, 2012).
Berdasarkan beberapa poin karakteristik pembelajaran tematik dapat
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan berpusat pada
siswa yaitu siswa berperan penuh saat pembelajaran berlangsung dan guru menjadi
fasilitator atau yang mengatur jalannya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
tematik di dalamnya terdapat penyatuan dari berbagai mata pelajaran yang
membuat pembelajaran menjadi lebih fleksibel, serta pembelajaran tematik juga
bersifat kontekstual yaitu mengaitkan setiap materi pembelajaran dengan
pengalaman kehidupan sehari-hari siswa.
3. Tujuan dan manfaat pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembalajaran yang telah ditetapkan, tetapi memiliki tujuan sebagai berikut,
diantaranya:
a. Meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari oleh siswa secara lebih
bermakna
b. Mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menemukan,
mengolah, dan memanfaatkan informasi yang didapatkan
c. Menumbuhkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang
diperlukan dalam kehidupan siswa

38
d. Menumbuhkan keterampilan siswa dalam bersosial seperi kerja sama,
toleransi, komunikasi, dan menghargai pendapat orang lain
e. Meningkatkan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran
f. Dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
(Muklis, 2012).
Dengan menerapkan pembelajaran tematik, siswa dan guru mendapatkan
banyak manfaat, diantaranya manfaat tersebut adalah:
a. Kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa
terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya
b. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi
pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan pembelajaran
c. Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan profesionalitasnya
d. Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar siswa
e. Kegiatan pembelajaran tidak menjadi tidak monoton karena sesuai dengan
minat kebutuhan siswa
f. Hasil belajar akan bertahan lama karena pembelajaran yang berkesan dan
bermakna
g. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa sesuai dengan permasalahan
yang dihadapinya
h. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam hal bekerja sama, toleransi,
komunikasi, serta tanggap terhadap gagasan orang lain (Muklis, 2012).
Berdasarkan tujuan dan manfaat dari pembelajaran tematik dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik yaitu untuk membuat siswa
mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih baik atau meningkat serta mendapatkan
pengalaman belajar yang bermakna. Pembelajaran tematik juga memiliki banyak
manfaat yang intinya adalah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar dengan adanya materi pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan membantu guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
serta pembelajaran yang dilakukan tidak terpaku pada mata pelajaran tertentu.
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

39
Ruang lingkup dalam pembelajaran tematik diantara penggabungan antar
mata pelajaran, di dalamnya terdiri dari beberapa mata pelajaran Dalam
pembelajaran tematik memuat beberapa mata pelajaran yang dibuat menjadi sebuah
tema, yang bisa menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, secara
umum ruang lingkup pembelajaran tematik mencakup seluruh mata pelajaran
kecuali mata pelajaran agama (Poerwati, 2013). mata pelajaran tersebut antara lain:
a. Bahasa Indonesia
b. Matematika
c. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
d. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
e. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
f. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
g. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)
Pembelajaran tematik pada jenjang MI (Madrasah Ibtidaiyah) dilaksanakan
pada seluruh kelas yaitu dari kelas I-III (kelas rendah) dan kelas IV-VI (kelas
tinggi), tetapi terdapat perbedaan muatan mata pelajaran dalam tematik antara kelas
rendah dan tinggi. Pada kelas rendah mata pelajaran IPA dan IPS belum ada atau
belum berdiri sendiri, tetapi muatan IPA disatukan dengan mata pelajaran bahasa
Indonesia serta PJOK sedangkan IPS disatukan dengan mata pelajaran bahasa
Indonesia serta PPKn, pada kelas rendah mata pelajaran PJOK serta Matematika
disatukan dalam tematik sampai kelas III. Kemudian, pada kelas tinggi mata
pelajaran PJOK dan Matematika diajarkan secara terpisah, tidak terintegrasi dengan
tematik lagi karena di kelas tinggi mata pelajaran PJOK dan Matematika lebih
banyak pembahasannya (Widyaningrum, 2012).
Berdasarkan penjelasan berikut dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran yang ada, kecuali mata
pelajaran agama, diajarkan secara mandiri. Terdapat pula perbedaan muatan mata
pelajaran pada jenjang MI antara kelas rendah dan kelas tinggi, pada kelas tinggi
IPA dan IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, dan di kelas
tinggi mata pelajaran PJOK dan Matematika diajarkan secara terpisah.
5. Tahapan pelaksanaan pembelajaran tematik

40
Pada dasarnya terdapat tiga tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik, yaitu 1) Perencanaan 2) Pelaksanaan dan 3) Penilaian,
dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada hakikatnya adalah rangkaian rencana yang
memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan
sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Dalam tahap perencanaan guru melakukan
pemetaan kompetensi dasar, penentuan tema, menganalisis indikator,
penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, serta penyusunan RPP.
b. Tahap pelaksanaan
Adapun dalam tahap pelaksanaan, penerapan pembelajaran tematik dapat
mengikuti Langkah-langkah berikut ini:
1) Kegiatan pembukaan
Kegiatan pembukaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk
pemanasan, kegiatan ini dilakukan untuk menggali pengalaman siswa
mengenai tema yang akan dipelajari. Selain itu, guru juga diharuskan
mampu menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar yang membuat
pembelajaran menjadi menarik bagi siswa mengenai tema yang akan
disajikan, seperti beberapa kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa
yaitu dengan bercerita, menyanyi, ataupun berolahraga.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik terfokus pada kegiatan-kegiatan
yang berarah pada pengembangan kemampaun membaca, menulis, serta
berhitung bagi siswa. Dalam kegiatan ini, kegiatan belajar menekankan
pada pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan mengungkap hasil pembelajaran,
yaitu dengan cara menanyakan Kembali materi yang sudah dipelajari
dalam kegiatan inti. Pada tahap ini, guru harus pintar-pintar dalam

41
menyimpulkan hasil pembelajaran dengan mengedepankan pesan-pesan
moral yang terdapat pada setiap materi pembelajaran.
c. Tahap penilaian
Penilaian merupakan usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, kerkesinambungan, serta menyeluruh mengenai proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai, baik itu berkaitan dengan
proses maupun hasil pembelajaran. Oleh sebab itu, penialain pembelajaran
tematik dilakukan pada dua hal, yaitu: Penilaian terhadap proses kegiatan
belajar dan Penilaian hasil kegiatan belajar. Sehingga dengan dilakukannya
penilaian, guru diharapkan bisa:
1) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan
2) Mendapatkan umpan balik, sehingga dapat mengetahui hambatan yang
terjadi dalam proses pembelajaran maupun efektifitas pembelajaran
3) Mendapatkan gambaran secara jelas mengenai perkembangan
pengetahuan, keterampilan, serta sikap siswa
4) Menjadikan acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan) (Depag, 2005).

42

Anda mungkin juga menyukai