Anda di halaman 1dari 15

Model Pembelajaran Berpikir Induktif

1. Model Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan usaha agar peserta didik mengalami proses belajar.
Pembelajaran yang tidak mampu membuat peserta didik belajar pada hakikatnya belum bisa
disebut pembelajaran, tetapi baru menyampaikan pembelajaran. Sedangkan hakikat tujuan
pembelajaran adalah membuat peserta didik mengalami proses belajar.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik yang berisi berbagai
kegiatan yang bertujuan agar terjadi proses belajar (perubahan tingkah laku) pada diri peserta
didik sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar (Zainal, 2012: 11).
Kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan yang meliputi penyampaian
pesan, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif bagi proses belajar, dan
pemberdayaan potensi peserta didik melalui interaksi perilaku pendidik dan peserta didik, di
mana semua perbuatan itu dilaksanakan secara bertahap. Oleh karena itu suatu model
pengajaran atau model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran,
yang juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan (Joice dan Weil,
2011).
Semua model pembelajaran menjangkau mulai dari yang sederhana, yang memiliki prosedur
langsung yang dapat berhasil secara instan, hingga strategi-strategi yang sulit yang perlu
ditempuh dengan kesabaran. Dengan model pembelajaran kita dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah dirancang, mengingat setiap proses pembelajaran perlu dilihat atau diketahui
efektifitasnya sehingga hasilnya relatif dapat diukur. Bruce Joice dan Marsha Weil
mengklasifikasikan model pembelajaran kedalam empat kelompok yaitu:
a. Model pembelajaran sosial (the social family). Model pembelajaran sosial menekankan
pentingnya kerja sama sinergis antar peserta didik dalam belajar;
b. Model pembelajaran pemrosesan informasi (the information processing family).
Pembelajaran pemrosesan informasi menekannkan pentingnya mendorong individu untuk
memahami berbagai persoalan dengan cara mencari pemecahannya, serta mengembangkan
pemahaman konsep dan bahasa sebagai alat untuk mengungkapakan persoalan yang
dipelajari;
c. Model pembelajaran personal (the personal family). Pembelajaran model personal ini
menekankan pentingnya mendorong peserta didik untuk belajar mandiri secara produktif;
d. Model pembelajaran sistem prilaku (the behavioral systems family). Model pembeljaran ini
berkaitan dengan upaya mengubah perilaku (behavior modification) (Arifin. 2012: 49)
Menurut Joyce dkk., (1992: 1) menegaskan bahwa model-model pengajaran pada dasarnya
dapat membantu pembelajar untuk memperoleh informasi, gagasan, kompetensi, nilai, cara
berpikir, dan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya sedang mengajari
mereka untuk bagaimana belajar. Pada hakikatnya, hasil pengajaran jangka panjang yang
paling penting adalah bagaimana siswa mampu meningkatkan belajarnya dengan lebih mudah
dan lebih efektif pada masa yang akan datang.
Istilah model pengajaran memiliki karakteristik yang sama dengan istilah strategi pengajaran,
metode pengajaran, atau prinsip pengajaran. Akan tetapi, menurut Arends (2008: 259-260),
model pengajaran memiliki dua keistimewaan. Pertama, konsep model menyiratkan sesuatu
yang lebih besar daripada strategi, metode, atau teknik tertentu. Istilah model pengajaran
mencakup pendekatan pengajaran secara keseluruhan dan bukan strategi atau teknik tertentu.
Model-model pengajaran memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki berbagai strategi dan
metode spesifik. Atribut-atribut tersebut adalah adanya basis teoretis yang koheren atau
sebuah sudut pandang tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana siswa
mempelajarinya. Keistimewaan yang kedua, konsep model pengajaran berfungsi sebagai alat
komunikasi yang penting bagi guru.
Sedangkan menurut Joice (1992: 4), model pengajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya
Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pengajaran mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran yang dapat membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto mengemukakan maksud dari model pengajaran adalah: kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar (1993: 64).
Menurut Trianto (2007: 9) bahwa dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu
harus dipilih model pengajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pengajaran diperlukan pertimbangan-pertimbangan
khusus, misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari
dan menambah wawasan tentang model pengajaran yang telah diketahui. Karena dengan
menguasai beberapa model pengajaran, maka seorang pengajar akan merasakan adanya
kemudahan di dalam pelaksanaan pengajaran di kelas, sehingga tujuan pengajaran dapat
tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.
2. Model Berpikir Induktif
Kualitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
keefektifan interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran (Widoyoko, 2008). Menurut Ditjen Dikti (2007: 188) bahwa pembelajaran
berkualitas diartikan sebagai pembelajaran yang secara sinergis mampu menghasilkan proses,
hasil, dan dampak belajar yang optimal, yang memungkinkan terwujudnya better student
learning capacity.
Inductive thinking (berpikir induktif) merupakan suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum (Sagala, 2008).
Hilda Taba (dalam Bruce & Joyce, 2000: 123) memperkenalkan suatu model pembelajaran
yang didasarkan atas cara berpikir induktif. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive
thinking) menurut Hilda Taba ini juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa
dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan
menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini
menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses
kemudian mengambil kesimpulan.
Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam proses
belajar di kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan
operasi kognitif tertentu. Dalam kegiatan tersebut, siswa belajar mengorganisasikan fakta ke
dalam suatu sistem konsep diantaranya yaitu: (a) Saling menghubung-hubungkan data yang
diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan
tersebut; (b) Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam
rangka membangun hipotesis; dan (c) Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena
tertentu. Guru dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi
berdasarkan informasi tersebut seperti halnya proses berfikir induktif.
Berfikir induktif adalah “suatu proses dalam proses dalam berfikir yang berlangsung dari hal
yang bersifat khusus menuju hal bersifat umum” (Aunurrahman, 2012: 158). Hilda Taba
memperkenalkan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas cara berfikir induktif yaitu
model pembelajaran berfikir induktif. Model berfikir induktif digunakan untuk meningkatkan
efektivitas siswa dalam membentuk dan menggunakan konsep,dan mengembangkan
keterampilan untuk menyelesaikan tugas (Joice dan weil, 2011: 100).
Sulaeman (dalam Warimun, 1997: 20) menyatakan karakterisitik yang dimilki oleh model
pembelajaran induktif sebagai berikut: 1) Digunakan untuk mengajarkan konsep dengan
menggenarlisasi; 2) Efektif untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran; 3)
Menenumbuhkan minat siswa karena partisipasi siswa dalam melakukan observasi sangat
mendapat penekanan dan siswa secara maksimal diberi kesempatan untuk aktif (proses utama
dalam model induktif adalah aktivitas siswa); 4) Mengembangkan keterampilan proses siswa
dalam belajar; 5) Mengembangkan sikap positif terhadap objek.
Model berfikir induktif ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut: (1)
Kemampuan berpikir dapat diajarkan; (2) Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara
individu dengan data. Artinya dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi
siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam seting tersebut, mana siswa
belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu: (a) Saling
menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan
berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, (b) Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis, dan (c) Memprediksi dan
menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses
internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut; (3) Proses berpikir
merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya agar dapat menguasai
keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan
tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan
strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
Belajar bagaimana berfikir secara induktif menurut Hilda Taba merupakan tujuan yang
sangat penting dan siswa perlu memperaktikannya, tidak hanya diajarkan tentang konsep-
konsep itu saja. Pedoman pedoman dalam membentuk lingkungan tersebut digunakan untuk
merancang pelajaran dan bagian-bagiannya yaitu:
1) Fokus, membantu siswa untuk berkonsentrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang
dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru tidak dapat membuat mereka
tidak dapat mennggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan. Hal utama
yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan menyajikan seperangkat data
yang menyediakan informasi dalam suatu bidang mata pelajaran tertentu dan meminta
mereka mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat data tadi;
2) Pengawasan atau kontrol konseptual, membantu siswa mengembangkan pemahaman
konseptual tentang ranah tertentu. Sebuah langkah menuju pengawasan konseptual yang akan
muncul saat mereka menambah data yang lebih banyak lagi pada perangkat mereka dan
mengembangkan kategori-kategori yang lebih tinggi, memperoleh metakontrol dengan
mengembangkan hirarki konsep-konsep untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang
ranah tertentu;
3) Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan,mereka akan mampu
membuat seperangkat data yang memungkinkan mereka untuk membandingkan dan
membedakan seluruh kawasan tersebut satu sama lain (Joyce, 2011: 100).
Pada dasarnya, model berfikir induktif atau pendekatan-pendekatan berbasis penelitian dalam
pengajaran menulis menghasilkan pengukuran pengaruh rata-rata sekitar 0,6 dibandingkan
dengan proses-proses yang menggunakan bahan yang sama. Esensi proses induktif adalah
pengumpulan dan penyaringan tanpa henti, pembangunan gagasan, khususnya kategori-
kategori, yang menyediakan kontrol konseptual atas daerah-daerah informasi, penciptaan
hipotesis untuk dieksplorasi dalam upaya memahami hubungan-hubungan yang lebih baik
atau menyediakan solusi untuk berbagai masalah, dan perubahan pengetahuan menjadi
keterampilan yang memiliki aplikasi praktis.
Secara khusus model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Atas pemikiran tersebut model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang memikirkan dan melukiskan prosedur yang
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Winataputra 2001: 3).
Model berpikir induktif diciptakan oleh Hilda Taba. Model berpikir induktif sangat dekat
gaya penalaran induktif. Model berpikir induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof
Inggris, Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas
fakta-fakta yang kongkret sebanyak mungkin. Adapun yang dimaksud dengan berpikir
induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus
menuju hal yang lebih umum.
Kemudian pada tahun 1966 Hilda Taba memperkenalkan suatu model pembelajaran yang
didasarkan atas cara berpikir induktif yaitu model pembelajaran induktif. Model
pembelajaran berpikir induktif menurut Hilda Taba juga dikembangkan atas dasar konsep
proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi
dan menyelesaikannya.
3. Sintaks Model Pembelajaran Berpikir Induktif
Postulat yang diajukan Taba menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan
dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktifmelibatkan tiga tahapan
dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya. Strategi pertama adalah
pembentukan konsep (concept formation) sebagai strategi dasar, kediia, interpretasi data (data
interpretation) dan ketiga adalah penerapan prinsip (application of principles).
a. Pembentukan Konsep. Tahapan pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu (1)
mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan, (2) mengelompokkan data atas
dasar kesamaan karakteristik dan (3) membuat kategori serta memben label, pada kelompok-
kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik. Langkah-langkahnya adalah: (1)
membuat daftar konsep (2) pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama (3)
pemberian label atau kategorisasi.
b. Interpretasi Data. Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana
menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama
(pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Langkah-langkahnya adalah (1) mengidentifikasi dimensi-dimensi dan hubungan-
hubungannya. (2) menjelaskan dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya (3) Membuat
kesimpulan.
c. Strategi ini merupakan kelanjutan dari pembentukan konsep dan interpretasi data. Setelah
siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data,
selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu
situasi permasalahan yang berbeda. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip
untuk menjelaskan suatu fenomena baru. Langkah-langkahnya adalah (1) membuat hipotesis,
memprediksi konsekuensi, (2) menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi, (3)
menguji hipotesis/prediksi.
Taba mengembangkan model pembelajaran induktif ini melalui strategi mengajar yang
didesain untuk membangun proses induktif serta membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam mengategorikan dan menangani informasi. Jadi pada dasarnya
model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif, yaitu menarik
kesimpulan dari suatu masalah atau fenomena berdasarkan informasi atau data yang
diperoleh. “Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan
pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian
mengambil kesimpulan”.
Model Hilda Taba merupakan salah satu model pembelajaran induktif. Huda (2014: 78-79)
menjelaskan bahwa model pembelajaran induktif merupakan strategi yang direncanakan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kreatif
melalui observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikan. Guru
menciptakan suasana aktif belajar dengan mendorong siswa mengadakan pengamatan dan
memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan-pertanyaan.
Di samping itu, model ini merupakan penjabaran dari teori belajar kontruktif dan inkuiri.
Model ini diorientasikan pada pembelajaran berorientasi pemrosesan informasi. Langkah-
langkahnya adalah: (a) pembentukan konsep (mendata, mengklasifikasi, memberi nama)
terhadap karya yang diapresiasi; (b) analisis konsep (menafsirkan, membandingkan,
menggeneralisasikan); serta (c) penerapan prinsip (menganalisis masalah baru, membuat
hipotesis, menjawab hipotesis, memeriksa hipotesis) dan dapat diakhiri melalui penciptaan
karya baru.
Strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan model Taba mengidentifikasikan tugas-
tugas kognitif siswa. Berdasarkan hal tersebut, sintaks terbagi menjadi tiga tahapan model
berpikir induktif, antara lain:
Tahap Kegiatan Jenis pertanyaan
Menyebutkan dan Apa yang Anda simak dalam film
mengumpulkan data dari pendek tadi?
sebuah tayangan film pendek. Apa yang Anda amati, yang menarik,
Pembentukan konsep
Mengelompokkan data catat mana yang dapat dikelompokkan?,
Memberi nama dan bagaimana Anda menyebut kelompok
mengategorikan data itu?
Apa yang Anda ketahui, simak, dan
Mengidentifikasi butir-butir dapatkan?
Menerangkan hubungan butir- Apa artinya ini, bayangkan apa yang
Penafsiran data butir sebab-akibat terjadi pada benak Anda setelah
Membuat kesimpulan, menyimak film pendek tadi?
menemukan implikasinya Apa yang Anda dapat simpulkan dari
cerita pendek tadi?
Apa yang akan terjadi jika… dalam cerita
Penerapan prinsip pendek tidak demikian?
Mengapa Anda mengira hal tadi hal tadi
akan terjadi dalam kehidupan?
Apa yang memungkinkan… ini
umumnya benar, atau mungkin benar.
Sehubungan dengan penggunaan model berpikir induktif dalam kegiatan memahami cerita
pendek, implementasi ketiga tahap tersebut dapat dideskripsikan, sebagai berikut:
a. Pada tahap I menjelaskan mengenai pembentukan konsep. Pada tahap pembentukan
konsep, guru mengajak siswa untuk membentuk dan mengembangkan konsep yang dapat
digunakan siswa untuk memproses informasi selanjutnya. Dalam tahap pembentukan konsep
terdapat tiga fase, fase yang pertama yaitu siswa menyebutkan data-data berupa unsur
pembangun cerita pendek yang relevan dengan cerita pendek. Selanjutnya fase kedua, siswa
diminta untuk mengelompokkan data-data tersebut sesuai dengan unsur pembangun cerita
pendek. Fase ketiga dalam pembentukan konsep yaitu, siswa diminta untuk memberi nama
atau label berdasarkan unsur pembangun cerita pendek dari data yang disebutkan.
b. Tahap II yaitu, penafsiran data. Tahap penafsiran data ini siswa diminta untuk
mengidentifikasi data yang telah dikelompokkan dan diberi nama sesuai unsur pembangun
cerita pendek dari cerita pendek yang disimak. Setelah mengidentifikasi data, siswa diminta
untuk mejelaskan hubungan sebab-akibat dari data yang diperoleh dan kemudian data-data
tersebut disimpulkan.
c. Seperti halnya pada tahap I dan II yang menjelaskan pembentukan konsep dan penafsiran
data. Tahap III ini akan menjelaskan penerapan prinsip. Pada tahap penerapan prinsip, siswa
diminta untuk memprediksi pengaruh atau akibat yang akan terjadi. Selain siswa
memprediksi pengaruh yang akan terjadi, siswa juga diminta untuk menjelaskan alasan dari
pengaruh yang telah diprediksi. Setelah menjelaskan alasan dari pengaruh yang telah
diprediksi, siswa diminta untuk membuat simpulan secara menyeluruh yang sesuai dengan
unsur pembangun cerita pendek dari cerita pendek yang ditayangkan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui model berpikir induktif
semata-mata guru hanya sebagai mediator dan motivator. Guru harus terampil dalam
menciptakan kelas yang hidup dan menjadi lem perekat jika ada pendapat-pendapat siswa
yang bersebrangan, supaya kelas tidak menjadi kelas yang mati (diam) dan hasil belajar siswa
akan meningkat.
Untuk melibatkan siswa dalam aktivitas induktif, Taba (1966) membuat gerakan-gerakan
pengajaran dalam bentuk tugas-tugas yang pada siswa, dan kami mengikuti contohnya. Guru
terus menggerakkan model tersebut dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan untuk
membimbing siswa dari tahap kegiatan satu ke tahap kegiatan selanjutnya pada saat yang
tepat.
Dalam berpikir induktif banyak diantaranya tip dalam mengajar secara induktif yang
disediakan oleh Bruce Joyce untuk sekelompok guru pada beberapa tahun yang lalu yaitu:
a. Amati dan kaji bagaimana siswa berfikir, proses ini memberikan kita sedikit ruang untuk
masuk ke dalam pikiran mereka. Semakin baik kita menangani pikiran mereka, semakin
banyak yang dapat kita sesuaikan dengan apa yang kita kerjakan dan kita ajarkan.
b. Cobalah untuk terus membantu siswa belajar bagaimana cara belajar, kesalahan umum
dalam pengajaran adalah mengajukan pertanyaan tanpa mengajarkan siswa bagaimana
menjawab pertanyaan tersebut, meminta mereka membuat pertanyaan-pertanyaan dan
mencari jawaban-jawaban sendiri.
c. Proses induktif membawa anak-anak untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai
suatu komunitas pembelajar yang berlatih untuk menguasai bidang tersebut.
d. Kecuali berkonsentrasi pada elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata
seharusnya disajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis
aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna atau arti yang dibangun
dalam proses.
e. Pastikan seperangkat data yang ada memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk
pembentukkan konsep maupun pencapaian konsep.
f. Berhati-hatilah saat anda mengajarkan kalimat “lengkap” dan “tidak lengkap”. Ajarilah
subjek dan predikat terlebih dahulu. Kalimat lengkap merupakan ungkapan sederhana yang
mengadung subjek dan predikat eksplisit dan implisit.
g. Membedakan antara fakta dengan pendapat mungkin tidak cocok untuk eksplorasi singkat,
seperangkat data yang berisi fakta-fakta dan pendapat hanya akan bekerja jika siswa sudah
benar-benar siap atau mengetahui yang mana fakta dan yang mana pendapat dalam hal ini
tidak ada pembelajaran yang baru.
h. Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada benda-benda di sekitar di mana siswa dapat
mengumpulkan data mentah.
i. Dalam mengajar konsep-konsep, anda harus ingat bahwa di setiap konsep itu terdapat
banyak subkategori.
j. Berilah penekanan ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit.
k. Mempelajari ciri-ciri sesuatu seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah
yang menarik.
Pelaksanaan model pembelajaran induktif berbasis integratif dengan menerapkan beberapa
sintaks yang berpotensi mengatur kegiatan belajar mengajar menjadi terarah dan pemanfaatan
waktu yang efisien. Model pembelajaran induktif berbasis integratif mempunyai enam sintaks
yaitu pendahuluan, menyusun kategori dan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
diskusi, mengidentifikasi hubungan antara data atau masalah, membimbing diskusi dan
menyelesaikan tugas kelompok, memprediksi pemahaman konsep menjelaskan fenomena-
fenomena dan menguji hipotesis, memberikan umpan balik tahap verifikasi, prediksi serta
menyimpulkan data.
Sintak yang pertama, pendahuluan yaitu guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan
pembelajaran sebelumnya, memberikan motivasi kepada siswa, memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa dan
menyebutkan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk
mengasah kemampuan berpikir berdasarkan pengetahuan awal siswa terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan guru.
Sintaks yang kedua, menyusun kategori dan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
diskusi, yaitu memberikan siswa kesempatan untuk membentuk kelompok-kelompok secara
heterogen, menugaskan siswa berdiskusi terkait kategori topik yang sudah diberikan pada
kelompok. Pada tahap ini siswa diberikan kategori-kategori materi yang didiskusikan melalui
kelompok-kelompok belajar. Kategori materi yang ditentukan oleh guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sehingga siswa secara berkelompok dapat membangun
konsep-konsep materi pembelajaran dengan tepat.
Sintak ketiga, mengidentifikasi hubungan antara data atau masalah yaitu menugaskan siswa
untuk menjawab soal kelompok yang diberikan dan menyusun jawaban dari permasalahan
yang diberikan, guru memberikan tanya jawab secara berkelompok untuk memahami
hubungan antara data atau masalah.
Sintak keempat, membimbing diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok yaitu guru
membimbing dan menjadi fasilitator jika ada yang kurang dimengerti siswa saat berdiskusi
dalam kelompok, menugaskan siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok pada batas waktu
yang ditentukan. Pada tahap ini peran guru dalam kegiatan belajar mengajar berpengaruh
terhadap ketuntasan dari penyelesaian tugas-tugas kelompok yang sudah diberikan. Guru
mampu mengarahkan siswa dalam pengerjaan tugas kelompok sehingga tugas yang
dikerjakan secara berkelompok dapat selesai pada waktu yang sudah ditentukan.
Sintak kelima, memprediksi pemahaman konsep, menjelaskan fenomena-fenomena dan
menguji hipotesis yaitu mempersiapkan siswa untuk diskusi antar kelompok belajar,
menugaskan perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok sesuai dengan topik yang sudah diberikan, memberikan kesempatan bagi anggota
kelompok lain menanggapi hasil diskusi dari kelompok presentasi. Pada tahap ini siswa
mengasah kemampuan berpikir kreatifnya, siswa sudah mampu untuk berbagi konsep-konsep
yang sudah dipahami secara berkelompok dengan berdiskusi secara bersama-sama dengan
kelompok lainnya.
Sintak keenam, memberikan umpan balik, tahap verifikasi, prediksi serta menyimpulkan data
yaitu guru mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang sudah dikerjakan
oleh siswa, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap dasar teori
atau argumen yang memperkuat hipotesisnya kemudian menyimpulkan prediksi dan hasil
diskusi secara benar. Pada tahap terakhir ini guru memberikan evaluasi terhadap konsep-
konsep yang sudah dipelajari oleh siswa secara keseluruhan yang kemudian guru bersama
siswa menyimpulkan secara benar kategori-kategori khusus dari materi yang diberikan
sehingga membentuk suatu konsep umum dari materi pembelajaran tersebut.
Model berfikir induktif (inductive thinking model) didasarkan pada asumsi awal bahwa
manusia, termasuk siswa merupakan konseptor alamiah. Mereka selalu berusaha melakukan
konseptualisasi setiap saat, membandingkan dan membedakan objek, kejadian, dan emosi.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran berfikir induktif ini yaitu : (1) pembentukan
konsep, (2) interpretasi data, (3) penerapan fungsi.
Pembelajaran induktif merupakan sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat
efektif untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
dan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif merupakan suatu strategi atau
model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengolah informasi. Singkatnya, model ini merupakan strategi mengajar untuk
mengembangkan strategi berpikir siswa.
4. Karakteristik dan Ciri-ciri Model Berpikir Induktif
Model berpikir induktif mempunyai beberapa karakteristik utama antara lain; Fokus : Fokus
membantu peserta didik untuk berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir yang
dapat mereka kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas
membuatnya tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu
gagasan yang luar biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data
yang menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu dengan meminta
peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang disajikan tersebut.
Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan
mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan usia dan berpikir peserta didik)
dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi
konsep-konsep tersebut. Apabila digunakan secara bertahap, model berpikir induktif juga
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep secara
efisien dan meningkatkan jangkaian perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu
informasi tertentu. Salah satu bagian dari model pembelajaran berpikir induktif yang
dirasakan sangat baik untuk pengajaran baca tulis dalam bahasa Jerman adalah model
pembelajaran induktif kata bergambar.
Meskipun ada banyak model pengajaran memiliki sejarah panjang yang terus dikembangkan
oleh para penggagasnya, hanya ada segenggaman model-model baru yang hebat yang kami
anggap perlu dimasukkan ke dalam Models of Teaching ini. Model induktif kata bergambar
(picture-word inductive model) merupakan salah satu strategi pengajaran tambahan yang
sangat menarik dan luar biasa, utamanya dalam hal keluasaan landasan dan penerapannya.
Inti merupakan sifat/tujuan belajar siswa saat mereka berusaha mengonstruksikan
pengetahuan tentang bahasa (analisis fonetik dan structural) dan mengembangkan
ketrampilan memperluas dan mengelola informasi dalam semua bidang kurikulum. Dalam
beberapa hal, strategi ini mungkin merupakan salah satu model konstruksionis terakhir karena
baca tulis umum merupakan dasar dimana bidang baca tulis yang sesuai dengan kurikulum
yang dikembangkan.
Adapun ciri-ciri pembelajaran model berpikir induktif adalah: 1) penekanan pada
keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif; 2) guru dalam kaitan ini semata-mata sebagai
mediator dan motivator; 3) memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu.
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Berpikir Induktif
Setiap model pembelajaran selalu mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan
model pembelajaran berfikir induktif akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pada model
pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan
memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa
mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran; 2) Ketika siswa telah
mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk
menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga
pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa
dengan guru; 3) Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu
keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab
tersebut.
Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model berpikir induktif adalah:
a. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-
informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa,
sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Ketika siswa telah memiliki gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
c. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih
mendalam dalam hal proses belajar karena proses tanya jawab tersebut.
d. Mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
e. Siswa akan bebas terlibat dalam sebuah karya sastra.
f. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
g. Dapat menguasai topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antara siswa
sehingga terdapat kesimpulan akhir.
h. Tercipta suasana kelas yang hidup.
Kekurangan pembelajaran dengan menggunakan model berpikir induktif adalah:
a. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga
kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam
memberikan ilustrasi-ilustrasi.
b. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus
menjadi pembimbing yang membuat siswa berpikir
c. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa
menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak
malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna
d. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru
harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan
mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka
kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
e. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan,
sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
f. Kesuksesan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
g. Pembelajaran tidak dapat berjalan jika guru dan siswanya tidak suka membaca, sehingga
tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif
C. Penutup
Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang
bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada model pembelajaran induktif
guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-
ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk
menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan.
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar.
Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam
penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa
membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide.
Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada
keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus
menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
Struktur sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan
untuk belajar melalui model pembelajaran induktif. Model pembelajaran induktif
mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas dan
terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya, membuat konklusi
dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat menjatuhkan semangat belajar.
Metode pembelajaran induktif merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk
sampai pada pernyataan yang universal dari hal-hal yang bersifat individual. Tidak seperti
penalaran deduktif, dalam penalaran induktif, kerja akal atau fikiran beranjak dari
pengetahuan sebelumnya mengenai sejumlah kasus sejenis yang bersifat spesifik, khusus,
individual, dan nyata yang ditemukan oleh pengalaman inderawi kita. Pada induktif
ditunjukkan untuk membangun mental kognitif karenanya sangat sesuai untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, dan juga strategi ini sangat membutuhkan banyak
informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan dari pembelajaran induktif walaupun
sangat sesuai untuk social study tetapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran
seperti sain,bahasa dan lain-lain. Pembelajaran induktif juga dapat mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif.
Logika induktif adalah sebuah proses penalaran yang sesungguhnya telah dilakukan manusia
semenjak dahulu, bersama-sama dengan penalaran deduksi. Keduanya memiliki perbedaan
logika penalaran, namun sesungguhnya saling melengkapi. Dalam pengembangan keilmuan,
kedua proses dijalankan secara bergantian. Secara tidak langsung prinsip berfikir deduktif
menyumbang kepada kerja logika induktif, demikian pula sebaliknya.
Bibliografi
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach: Buku Satu. (Helly Prajitno S. & Sri Mulyanti,
penterjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bruce, Joyce. Weil, Marsha & Calhoun. 2000. Models Of Teaching (6 th ed). USA : A
Pearson Education Company.
Dikti. 2007. Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional.
Dimyati dan Moedjiono. 2005. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depatemen Pendidikan
dan Kebudayaan Nasional.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Joyce, Bruce, Marsha Weil & Beverly Showers. 1992. Models of Teaching. Fourth Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Joyce, Bruce, Marsha Weil & Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching. Edisi Kedelapan
(Achmad Fawaid & Ateilla Mirza, penterjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sadiman, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Rajawali Press.
Sagala, Syaiful. 2008 Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Soekamto Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta:
Intermedia.
Widoyoko, Sugeng Eko Putro. 2008. Pengembangan Model Evaluasi Kualitas dan Output
Pembelajarn IPS di SMP. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai