Anda di halaman 1dari 5

1.

Hakikat Model Pembelajaran

Menurut Mills (dalam Suprijono, 2011: 45) berpendapat bahwa

model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang bertindak berdasarkan

model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observase dan

pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk didalamnya tujuan-

tujuan pembelajaran, tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Joyce (Rusman, 2011: 133) menyatakan bahwa Model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan

sebagai pedomaan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk didalamnya kurikulum. Selanjutnya, Joyce

menyatakan bahwa bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita

kedalam mendessain pembelajaran untuk membantu peserta didik

sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. maksud dari

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedomaan

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas

pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata

secara sistematis.
Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai perangkat rencana

atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan

pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran dikelas-kelas

atau ditempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Komarudin (sagala, 2008: 175) Model diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedomaan dalam melakukan

kegiatan. Model pembelajaran dapat dipahami sebagai: ( a) suatu tipe

atau dinamis, (b) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk

membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung

diamati, (c) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, yang dipakai untuk

menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa, (d) suatu

desain yang disederhanakan dari suatu system kerja, suatu terjemahan

realitas yang disederhanakan, (e) suatu deskripsi dari suatu system yang

mungkin atau imajiner, (f) penyajian diperkecil agar dapat menjelaskan

dan menunjukan sifat bentuk aslinya.

Brady (Aunurrahman, 2009: 146) mengemukakan model

pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan

untuk membimbing guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan

model pembelajaran. Untuk lebih memahami model pembelajaran Briday

mengemukakan empat premis tentang model pembelajaran:

a. Model memberikan arah untuk persiapan dan implementasi kegiatan

pembelajaran.

b. Meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda,

namun pemisahan antara satu dangan model yang lainnya tidak


bersifat diskrit. Meskipun terdapat beberapa jenis model yang

berbeda-beda, model tersebut memiliki keterkaitan, terlebih lagi

dalam proses implementasinya. Oleh karena itu guru harus

menginterpretasikannya kedalam perilaku mengajar guna

mewujudkan pembelajaran yang bermakna.

c. Tidak ada satupun model pembelajaran yang memiliki kedudukan

lebih penting dan lebih baik dari yang lainnya. Tidak satupun model

tunggal yang dapat merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan

tujuan pembelajaran yang berbeda.

d. Pengetahuan tentang berbagai model pembelajaran memiliki arti

penting didalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Sejumlah pandangan atau pendapat berkenan dengan model

pembelajaran diantaranya oleh Lapp, Bender, Ellenwood dan John

(Aunurrahman, 2009: 147) yaitu:

a. The Classical Model, dimana guru lebih menitik beratkan perananya

dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi

pelajaran yang disasjikan.

b. The Tecnological Model, yang lebih menitik beratkan perananya

pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititik beratkan untuk

mencapai kompetensi individual siswa.

c. The Personaliset Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan

dengan memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa

untuk mengaktualisaikan potensi-potensi individualitasnya.


d. The Interaction Model, dengan menitik beratkan pola interdepensi

antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis didalam

proses pembelajaran.

Huit (Aunurrahman, 2009: 142) menginginkan meskipun

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas merupakan hal

yang sangat penting, akan tetapi guru tetap harus mengontrol aktivitas

prilaku siswa di kelas serta mencermati perbedaan antara siswa dan

karakteristik masing-masing individu.

Lieach dan Scott (Aunurrahman, 2009: 143) menginginkan

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan guru dalam

memilih dan menentukan model pembelajaran dengan

mempertimbangklan kemana pembelajaran akan dititikberatkan.

Jika kita mencermati beberapa dasar pemikiran tentang model

pembelajaran seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kita

dapat memberikan arti yang lebih jelas dan kongkrit tentang model

pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan penglaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedomaan bagi para

perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Ciri-ciri pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen

(Trianto, 2009: 24) mengatakan suatu model pembelajaran dikatakan

baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:


a. Aspek Valit (sabib) aspek valit ini juga dikait dengan Apakah model

yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat.

b. Praktis, Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan

pratisi menyatakan apa yang dikemabangkan dapat diterapkan dan

kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikemmbangkan tersebut

dapat diterapkan.

c. Efek, aspek ini bekaitan dengan ahli dan praktis berdasarkan

pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara

operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang

diharapkan.

Menurut Khabibah (Trianto, 2009: 25) mengatakan bahwa untuk

melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validasi

dibutuhkan ahli dan praktis untuk mevalidasi model pembelajaran yang

yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas

diperlukan suatu perangkat pembelajarn untuk melaksanakan model

pembelajaran yang dikembangkan suatu perangkat.

Anda mungkin juga menyukai