Anda di halaman 1dari 56

SESI 1

KONSEP MODEL PEMBELAJARAN

1
MATERI 1
KONSEP MODEL PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran

1. Tujuan
Tujuan mengikuti materi konsep model pembelajaran adalah
peserta bimtek dapat memahami konsep model
pembelajaran berdasarkan teori belajar serta mengetahui
dan memahami rumah model pembelajaran dan mampu
mengaplikasikannya dalam pembelajaran.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti bimtek, peserta dapat:
a. Merumuskan model pembelajaran berdasarkan teori
belajar;
b. Mengidentifikasi model pembelajaran berdasarkan teori
belajar;
c. Mengklasifikasi model pembelajaran berdasarkan teori
belajar;
d. Melakukan identifikasi terhadap model-model
pembelajaran berdasarkan rumah model.

2
Pokok-Pokok Materi

Lingkup materi konsep model pembelajaran adalah:


1. Konsep Dasar Model Pembelajaran;
2. Teori Belajar dan Pembelajaran;
3. Rumpun Model Pembelajaran;
4. Model Pembelajaran Berdasarkan Rumpun

Uraian Materi

1. Konsep Dasar Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam toturial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran yang akan digunakan. Joyce dan Weil (1992)
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran
memiliki empat ciri yang tidak dapat ditemukan pada
strategi ataupun prosedur tertentu lainnya, antara lain yaitu:
1) rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. 2) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai). 3) tingkah laku pelajar yang diperlukan agar model
dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4) lingkungan belajar

3
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. Selain
ciri di atas terdapat dua alasan dari penggunaan model
pembalajaran, pertama yaitu istilah model mempunyai
makna lebih luas dari strategi, metode, atau prosedur.
Kedua, model dapat juga berfungsi sebagai sarana
komunikasi yang penting dalam proses mengajar dikelas.
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa aspek. Diantaranya berdasarkan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, sintaks, dan sifat dari
ligkungan belajar sendiri. Penggunaan model pembelajaran
yang tepat dapat memungkinkan seorang guru mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Sintaks (pola urut)
dari suatu model pembelajaran menggambarkan
keseluruhan urutan alur langkah yang seharusnya dilakukan
oleh guru, siswa, urutan kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas
khusus yang harus dilakukan siswa. Sebenarnya dari
banyaknya model pembelajaran tidak ada model yang lebih
baik dari model yang lainnya. Maka dari itu seorang guru
harus memiliki banyak pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang akan digunakan. Pertimbangan yang
dimaksud antara lain :
a. Materi pelajaran yang akan disampaikan,
b. Tingkat perkembangan kognitif siswa,
c. Sarana dan fasilitas yang tersedia sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai yang ditetapkan.

Lebih lanjut Joyce dan Weil (1986) mengemukakan beberapa


key ideas yang perlu kita pahami sebagai komponen suatu
model pembelajaran:

4
a. Sintaks (Syntax) dari pada model, yaitu langkah-langkah,
fase-fase, atau urutan kegiatan pembelajaran. Jadi
sintaks itu adalah deskripsi model dalam action. Setiap
model mempunyai sintaks atau struktur model yang
berbeda-beda

b. Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) yaitu reaksi


pembelajar atas aktivitas-aktivitas pebelajar. Jadi prinsip
reaksi itu akan membantu memilih reaksi-reaksi apa yang
efektif dilakukan pebelajar.

c. Sistem-Sosial (social system) Sistem sosial ini mencakup,


3 (tiga) pengertian utama yaitu; deskripsi rnacam-macam
peranan pembelajar dan pebelajar · deskripsi hubungan
hirarkis/ otoritas pembelajar dan pebelajar, deskripsi
macam-macam kaidah untuk mendorong pebelajar.
Sistem sosial sebagai unsur model agaknya kurang
berstruktur dibandingkan dengan unsur sintaks.

d. Sistem Pendukung (Support System) Sistem pendukung


ini sesungguhnya merupakan kondisi yang dibutuhkan
oleh suatu model. Jadi, bukanlah model itu sendiri.
Sistem pendukungnya bertolak dari pertanyaan-
pertanyaan dukungan apa yang dibutuhkan oleh suatu
model agar tercipta lingkungan khusus. Dalam
hubungan ini, sistem pendukung itu berupa
kemampuan/keterampilan dan fasilitas-fasilitas teknis.
Sistem pendukung diturunkan dari dua sumber yaitu
kekhususan-kekhususan peranan pembelajar dan
tuntutan pebelajar. Dalam proses pembelajaran
umumnya membutuhkan transkrip atau deskripsi

5
peristiwa pembelajaran bagi pengguna model-model
tertentu. Di samping itu dibutuhkan pula analisis
kesulitan pelajaran dan analisis kesulitan-kesulitan
khusus penggunaan model. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa setiap model mempunyai kegunaan
utama di samping kegunaan-kegunaan lainnya yang
dapat diterima.

e. Dampak instuksional (Instructional effects) Dalam hal ini


beberapa model didesain untuk tujuan-tujuan yang amat
spesifik dan beberapa lainnya dapat dipergunakan secara
umum. Penggunaan model manapun harus dapat
memberi efek belajar bagi pebelajar. Efek belajar ini
dapat berupa direct atau instructional effects atau
berupa indirect. Instructional effects adalah pencapaian
tujuan sebagai akibat kegiatankegiatan instruksional.
Biasanya beberapa pengetahuan Biasanya beberapa
pengetahuan/ketrampilan.

f. Dampak Pengiring (nurturant effect) adalah efek-efek


pengiring yang ditimbulkan model karena pebelajar
menghidupi (living in) sistem lingkungan belajar,
misalnya kemampuan berpikir kreatif sikap terbuka dan
sebagainya.

2. Teori Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan
oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar
tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau

6
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang
bermanfaat bagi pribadinya. Sehingga dengan demikian
dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu
sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi
dengan sumber belajar sehingga dapat memberikan
dampak positif terhadap lingkungannya.

Sementara teori menurut McKeachie adalah seperangkat


azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata (grendel 1991). Sedangkan Hamzah
(2003) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat
preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable
yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya.
Dari dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa teori
adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara
guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Terdapat
beberapa teori yang perlu diketahui, di antaranya:

a. Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif


Bruner (Dageng: 1989) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah

7
deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran
yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskriptif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan
proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada
hubungan antara variabel-variabel yang menentukan
hasil belajar, sedangkan teori pembelajaran menaruh
perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain
teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol
variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar
dapat memudahkan belajar (C. Asri Budiningsih,2004).

Reigeluth (1983 dalam Degeng, 1990) mengemukakan


bahwa teori perspektif adalah goal oriented sedangkan
teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah
bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk
mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya
variabel yang diamati dalam mengembangkan teori
belajar yang preskriptif adalah metode yang optimal
untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam
pengembangan teori pembelajaran deskriptif, variabel
yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari
interaksi antara metode dan kondisi. Dengan kata lain
teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara
kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam
diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan
hubungan antara kegiatan siswa dengan proses
psikologis dalam diri siswa.

8
Teori belajar Deskriptif dan Preskriptif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dari teori belajar deskriftif
adalah: a) lebih terkonsep sehingga siswa lebih
memahami materi yang akan disampaikan; b)
mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan
sebanyak – banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.
Sementara itu kelebihan teori belajar preskriptif adalah:
a) lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan
yang jelas; b) banyak memberi motivasi agar terjadi
proses belajar; c) mengoptimalisasikan kerja otak secara
maksimal. Kekurangan teori belajar deskriptif adalah
kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam
mendalami suatu materi. Sementara kekurangan teori
preskriptif adalah membutuhkan waktu cukup lama.

b. Teori Belajar Behavioristik


Teori behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang yang diperoleh melalui
pengalaman. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik
yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavouristik didukung oleh beberapa teori dari


para ahli pendidikan antara lain:

9
1) Pavlov (Classical Conditioning)
Pada awal abad 19 Pavlov mempelajari proses
pencernaan pada anjing. Dia memperhatikan
perubahan waktu dan kecepatan pengeluaran air liur
pada anjing yang sudah dioperasi kelenjar air liurnya
sehingga ketika mengeluarkan air liur dapat
ditampung dan diobservasi. Pavlov meneliti apakah
bunyi bel sebagai stimulus berkondisi dapat
menimbulkan air liur sebagai respon berkondisi pada
anjing, dan hasilnya adalah:
a) Apabila daging disajikan maka anjing
mengeluarkan air liur (alami).
b) Apabila bunyi bel disajikan secara bersamaan
dengan daging maka air liur tidak keluar.
c) Apabila perlakuan pada poin b) dilakukan secara
berulang-ulang maka air liur anjing dapat keluar.
d) Apabila bunyi bel diganti dengan bunyi sirine
maka anjing tetap mengeluarkan air liur.
e) Apabila bunyi bel disajikan sacara terus menerus
tanpa diikuti oleh daging maka lama-lama air liur
tidak keluar hal ini disebut extinction (kepunahan).
f) Apabila stimulus disajikan secara bervariasi yaitu
dengan penguatan berupa lampu merah disertai
daging dan lampu hijau tidak disertai daging dan
diberikan secara berulang-ulang maka anjing
akan mengeluarkan air liur ketika melihat lampu
merah walaupun tidak disertai daging karena
sudah terbentuk respon berkondisi Kesimpulan

10
penelitian Pavlov adalah bahwa dalam diri anjing
akan terjadi penglondisian selektif berdasar
penguatan selektif artinya anjing dapat
membedakan stimulus yang disertai penguatan
dan yang tidak disertai penguatan. Teori Pavlov ini
disebut Classical Conditioning.

2) Thorndike (connectionism)
Thorndike menggunakan kucing sebagai hewan
percobaan, Thorndike menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh kucing untuk dapat keluar dari
kandang percobaan (Puzzle Box). Hasil dari
eksperimen Thorndike adalah bahwa kucing dapat
keluar dari kandang dengan jalan coba-coba (Trial
and Error) Dari percobaan tersebut Thorndike
mengemukakan tiga hukum belajar yaitu:

Law of readiness. Agar proses belajar mancapai hasil


yang baik maka diperlukan adanya kesiapan individu.
Apabila individu dapat melakukan sesuatu dengan
siap maka dia akan memperoleh kepuasan, jika
terdapat hambatan maka akan menimbulkan
kekecewaan.

Law of Exercise. Hubungan antara stimulus dengan


respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan
latihan Law of effect. Apabila sesuatu memberikan
hasil yang menyenangkan maka akan hubungan
antara stimulus dan respon akan semakin kuat
sebaliknya bila memberikan hasil yang tidak
menyenangkan maka hubungan antara stimulus dan

11
respon akan menurun.

3) Skinner (Operant Conditioning)


Skinner mempelajari gerak non reflek atau yang
disengaja melalui percobaan tikus lapar yang
dimasukkan dalam skinner box. Berdasarkan
eksperimen tersebut Skinner mengemukakan dua
prinsip umum yaitu: (1) Setiap respon yang diikuti
penguatan maka akan cenderung diulang kembali; (2)
Penguatan akan meningkatkan kecepatan respon.

Prinsip teori belajar behavioristik adalah pengulangan


dan penguatan (Reinforcement and Punishment).
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat
perilaku disebut penguatan (reinforcement).
Sedangkan konsekuansi yang tidak menyenangkan
akan memperlemah perilaku disebut hukuman
(punishment).

Pemberian stimulus positif yang diikuti respon


disebut penguatan positif misalnya memuji siswa
setelah dapat merespon pertanyaan guru. Sedangkan
mengganti peristiwa yang dinilai negative untuk
memperkuat perilaku disebut penguatan negative,
misalnya apabila peserta didik dapat mengerjakan
tugas dengan sempurna maka diperbolehkan tidak
mengikuti mid semester.

Penguatan Primer adalah penguatan yang digunakan


untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti air,
makanan, udara, dan lain-lain. Sedangkan penguatan

12
sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan non fisik seperti pujian,
pangkat, uang dan sejenisnya.

Dalam pembelajaran Skinner menyatakan bahwa


pemberian hadiah lebih efektif dalam merubah
perilaku seseorang daripada menggunakan
hukuman.

Kelebihan teori belajar behavioristik adalah:


a) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka
pada situasi dan kondisi belajar.
b) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya. menbutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas Guru tidak banyak
memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
c) Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian.

Kekurangan teori belajar behaviouristik adalah:


a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan

13
metode ini.
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam
suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh
para tokoh behavioristik justru dianggap metode
yang paling efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru.
g) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam
suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah guru melatih dan menetukan apa yang
harus dipelajari murid sehingga dapat menekan
kreatifitas siswa.
h) Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan guru dan meghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap

14
suatu permasalahan yang muncul secara
temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.

c. Teori Belajar Kognitivistik


Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar
daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran
kognitivistik belajar tidak hanya melibatkan hubungan
antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun
didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
hanya berjalan terpisah-pisah, tetapi melalui proses
mengalir, bersambung dan menyeluruh.

Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai


usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan
secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif
berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan
mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv
adalah teori pemrosesan informasi yang dikemukakan
oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam
otak manusia. Beberapa fungsi otak dalam proses
kognitif antara lain:

15
1) Reseptor (alat indera): menerima rangsangan dari
lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan
neural, memberikan symbol informasi yang
diterimanya dan kemudian diteruskan.
2) Sensory register (penampungan kesan-kesan
sensoris): terdapat pada syaraf pusat, fungsinya
menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan persepsi.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam
memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam
system.
3) Short term memory (memory jangka pendek):
menampung hasil pengolahan perceptual dan
menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk
menentukan maknanya. Memori jangka pendek
dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya
juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di
transformasi dalam bentuk kode-kode dan
selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
4) Long Term memory (memori jangka panjang):
menampung hasil pengolahan yang ada di memori
jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam
jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk
dipakai kapan saja.
5) Response generator (pencipta respon): menampung
informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

16
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas
tiga tahapan yaitu:
1) Asimilasi: Proses pengintegrasian informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada.
2) Akomodasi: Proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi baru.
3) Equilibrasi: Penyesuaian yang berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus


disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang
dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak
berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang
secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang
maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara
berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta
memberikan isi, metode, media pembelajaran yang
sesuai dengan tahapannya.

Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi


pelajarannya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan
mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.
Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum
yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari
oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat
yaitu:

17
1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
materi yang akan dipelajari.
2) Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari.
3) Dapat membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah.

Kelebihan teori kognitivistik adalah:


1) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2) Membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah

Kekurangan teori kognitivistik adalah:


1) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan.
2) Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3) Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami
dan pemahamannya masih belum tuntas.

d. Teori Konstruktivistik
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih
mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan
konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang
menghafal prosedur dan menggunakannya untuk
memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih
dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-
pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model- model
yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.

Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang

18
melandasi kelas konstruktivistik, yaitu: (1) meletakkan
permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2)
menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep
utama, menghargai pandangan siswa, (4) materi
pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa,
(5) menilai pembelajaran secara kontekstual. Secara
tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian
“menirukan” suatu proses yang melibatkan pengulangan
siswa, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan
dalam laporan atau quis dan tes. Menurut paradigma
konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk :
1) Membantu siswa dalam menginternalisasi,
membentuk kembali, atau mentransformasi informasi
baru.
2) Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.
3) Menggunakan data primer dan bahan manipulatif
dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
4) Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi,
mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam
mengerjakan tugas.
5) Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan
mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran.
6) Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep
yang akan dibelajarkan sebelum sharing
pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.
7) Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi
baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.
8) Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan

19
terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis
dan berdiskusi antar temannya.
9) Mengelaborasi respon awal siswa.
10) Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman
yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap
hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong
diskusi.
11) Menyediakan
pembelajaran lebih
kesempatan yang cukup kepada siswa
dalam
konsep,memikirkan dan mengerjakan
mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan
konstruksi solusi dan algoritma ketimbang tugas-tugas.
12) Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui
menghafal prosedur

penggunaan model pembelajaran yang beragam.

e. Teori Belajar Humanistik


Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa


untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.

Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada

20
proses belajar, ialah:
1) Proses pemerolehan informasi baru.
2) Penyampaian informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara


teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham
Maslow, Bloom dan Krathwohl, Kolb, Honey dan
Mumford, Habermas, dan Carl Rogers.

1) Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di
dalam diri individu ada dua hal:
a) Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b) Kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku


dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju
ke arah keutuhan, keunikan diri, berfungsinya semua
kemampuan, kepercayaan diri menghadapi dunia
luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri (self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs)


manusia menjadi tujuh hierarki. Bila seseorang telah

21
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hirarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa
belum terpenuhi.

2) Bloom dan Krathwohl


Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang
mungkin dikuasai oleh siswa tercakup dalam tiga
kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

3) Kolb
Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap
yaitu:
a) Pengalaman konkret: pada tahap dini seseorang
hanya mampu ikut mengalami suatu kejadian
inilah terjadi tahap awal proses pembelajaran.
b) Pengalaman aktif dan reflektif: siswa lambat laun
melakukan pengamatan aktif terhadap kejadian
itu, dan mulai berusaha memikirkan serta
memahaminya.
c) Konseptualisasi: siswa mulai belajar membuat
abstrak atau teori tentang hal yang pernah
diamatinya.
d) Eksperimentasi aktif: siswa sudah mampu

22
mengaplikasikan suatu autran umum ke situasi
yang baru.

Aplikasi teori Humanistik menunjuk pada ruh atau


spirit proses pembelajaran yang mewarnai metode-
metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa dengan memberikan motivasi dan
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku
utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajar daripada hasil belajar.

Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:


a) Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui
kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
c) Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
d) Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis,
memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e) Siswa didorong untuk bebas mengemukakan

23
pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan
apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari
perilaku yang ditunjukkan.
f) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya.
g) Memberikan kesempatan murid untuk maju
sesuai dengan kecepatannya.
h) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan
perolehan prestasi siswa.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok


untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah
siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku.

Kelebihan teori humanistik antara lain:


a) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan

24
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial.
b) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah
siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri.
c) Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung
jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang
berlaku.

Kekurangan teori humanistik antara lain:


a) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya
akan ketinggalan dalam proses belajar.
b) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan
merugikan diri sendiri dalam proses belajar.

3. Rumpun Model Pembelajaran


Joyce dan Weil (1980; 1992) dalam bukunya Models of
Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke
dalam empat rumpun. Keempat rumpun model
pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model
pembelajaran pemrosesan iInformasi, (2) rumpun model
pembelajaran personal, (3) rumpun model pembelajaran
sosial, dan (4) rumpun model pembelajaran perilaku.

a. Rumpun Model-Model Pemrosesan Informasi

25
Model pemrosesan informasi ditekankan pada
pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi.
Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif
peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan
peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi
merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol
verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif
dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi yang kemudian diolah
sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi
antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif)
dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari
lingkungan). Interaksi antar keduanya akan
menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa
kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari:
(1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase


proses pembelajaran. Kedelapan fase itu sebagai berikut.

26
1) Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran
dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu
tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi
intrinsik dan ekstrinsik).
2) Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami
Informasi yang diperoleh dari pembelajaran.
Pemahaman didapat melalui perhatian.
3) Pemerolehan yaitu individu memberikan
makna/mempersepsi segala Informasi yang sampai
pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori peserta didik.
4) Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar
agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Hal ini
merupakan proses mengingat jangka panjang.
5) Ingatan kembali yaitu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan
6) Generalisasi yaitu menggunakan hasil pembelajaran
untuk keperluan tertentu.
7) Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku
individu sebagai hasil pembelajaran
8) Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback
dari perilaku yang telah dilakukannya.

Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di


kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan
informasi.
1) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta
didik

27
2) Memberikan informasi mengenai tujuan
pembelajaran dan topik yang akan dibahas
3) Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas
pembelajaran
4) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik
yang telah dirancang
5) Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran
6) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran
7) Memberikan feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik
8) Melaksanakan penilaian proses dan hasil
9) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya

Penulis simpulkan karakteristik umum model


pemrosesan informasi
1) Berprinsip pada pengolahan informasi oleh manusia
dengan memperkuat dorongan-dorongan internal
dari dalam dirinya untuk memahami dunia dengan
cara menggali dan mengorganisasikan data,
merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
keluarnya serta pengembangkan bahasa untuk
mengungkapkannya.
2) Menekankan pada peserta didik agar memiliki
kemampuan untuk memproses informasi.

28
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke
dalam rumpun pemrosesan informasi ini adalah seperti
pada tabel 1.

Tabel 1. Model-Model Pembelajaran yang Tergolong Rumpun


Pemrosesan Informasi

Nama Model
No Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
1 Berpikir Hilda Ditujukan secara khusus
Induktif Taba untuk pembentukan
kemampuan berpikir
induktif yang banyak
diperlukan dalam
kegiatan akademik
meskipun diperlukan juga
untuk kehidupan pada
umumnya. Model ini
memiliki keunggulan
melatihkan kemampuan
menganalisis informasi
dan membangun konsep
yang berhubungan
dengan kecakapan
berpikir.
2. Latihan Inkuari Richard Pemecahan masalah
Suchman sosial, terutama melalui

29
Nama Model
No Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
penemuan sosial dan
penalaran logis
3. Pembentukan Jerome Dirancang terutama
Konsep Bruner, untuk pembentukan
Goodnow, kemampuan berpikir
dan induktif, peserta didik
Austin dilatih mempelajari
konsep secara efektif.
4 Perkembangan Jean Dirancang terutama
Kognitif Piaget, untuk pembentukan
Irving kemampuan
Siegel, berpikir/pengembangan
Edmund intelektual pada
Sullivan, umumnya, khususnya
Lawren-ce berpikir logis, meskipun
Kohl-berg demikian kemampuan ini
dapat diterapkan pada
kehidupan sosial dan
pengembangan moral.
5 Advanced David Dirancang untuk
organizer Ausubel meningkatkan
kemampuan mengolah
informasi melalui
penyajian materi
beragam (ceramah,
membaca, dan media
lainnya) dan

30
Nama Model
No Tokoh Misi/tujuan/manfaat
Pembelajaran
menghubungkan
pengetahuan baru
dengan struktur kognitif
yang telah ada.
6. Memori Harry Dirancang untuk
Laroyne meningkatkan
Jerry kemampuan menginingat
Lucas

(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching


dikutip Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesional).

Model Proses Informasi meliputi beberapa


pendekatan/strategi pembelajaran di antaranya sebagai
berikut.
1) Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan membentuk teori
2) Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan
informasi yang memang diperlukan
3) Inquiry keilmuan, yaitu bertujuan untuk mengajarkan
sistem penelitian dalam disiplin ilmu, diharapkan
dapat memperoleh pengalaman dalam domain-
domain disiplin ilmu lainnya.
4) Pembentukan konsep, yaitu bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir individu
mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.

31
5) Model pengembangan, bertujuan untuk
mengembangkan intelegensi umum, terutama
berfikir logis, aspek sosial dan moral.

Advanced Organizer Model yang bertujuan untuk


mengembangkan kemampuan memproses informasi
yang efesien untuk menyerap dan menghubungkan
satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.

4. Rumpun Model-Model Pribadi/individual


Model personal menekankan pada pengembangan konsep
diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses
individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya
sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan
realistis untuk membantu membangun hubungan yang
produktif dengan orang lain dan lingungannya.

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu


berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian
utamanya pada emosional peserta didik dalam
mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik
mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu
memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik
adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan
Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik
merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik
emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul
sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori

32
humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai
pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik
terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan
adalah sebagai berikut.
a. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b. Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan sekarang
(learning to do).
c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap
aktualisasi diri.
d. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari
konsepsinya sendiri.
e. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi
peserta didik adalah sangat penting.
f. Mengajar adalah membantu individu untuk
mengembangkan suatu hubungan yang produktif
dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai
pribadi yang cakap.

Penulis simpulkan karakteristik umum model personal


a. Proses pendidikan sengaja diusahakan yang
memungkinkan seseorang dapat memahami diri sendiri
dengan baik , sanggup memikul tanggung jawab untuk
pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik.
b. Memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan
dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif
sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya.

Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak

33
perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran
ditekankan untuk membantu individu dalam
mengembangkan hubungan individu dengan
lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri. Jenis-jenis
model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 2.

Tabel 2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi)

Nama
Tokoh Misi/Tujuan
Model
Pengajaran Carl Penekanan pada pembentukan
Non Rogers kemampuan belajar sendiri untuk
Direktif mencapai pemahaman dan
penemuan diri sendiri sehingga
terbentuk konsep diri. Model ini
menekankan pada hubungan guru-
peserta didik.
Latihan Fritz Pembentukan kemampuan
Kesadaran Pearls menjajagi dan menyadari
William pemahaman diri sendiri.
Schutz
Sinektik William Pengembangan individu dalam hal
Gordon kreativitas dan pemecahan masalah
kreatif.
Sistem David Didesain untuk meningkatkan
Konseptual Hunt kompleksitas pribadi dan
fleksibilitas.
Pertemuan William Pengembangan pemahaman diri
kelas Glasser dan tanggungjawab pada diri
sendiri dan kelompok sosial lainnya.

34
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of
Teaching dikutipRusman, Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesional)

Model pembelajaran personal ini meliputi strategi


pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran non-direktif, yaitu bertujuan untuk
membentuk kemampuan dan perkemban pribadi
(kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b. Latihan kesadaran, yaitu bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan interpersonal atau kepada peserta didik.
c. Sinetik, yaitu untuk mengembangkan kreativitas pribadi
dan memecahkan masalah secara kreatif.
d. Sistem konseptual, yaitu untuk meningkatkan
kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

5. Rumpun Model-Model Interaksi Sosial


Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun
sosial ini menekankan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan
pada proses negosiasi sosial. Model-model pembelajaran
dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dalam upaya peningkatan proses demokratis dalam
bermasyarakat secara produktif.

Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal


dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik. Model
tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta
didik. untuk berhubungandengan orang lain, terlibat dalam

35
proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif
dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar
Gestalt (field-theory). Model interaksi sosial menitikberatkan
pada hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together). Teori pembelajaran
Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan
Kurt Koffka dan W. Kohler. Mereka mengadakan eksperimen
mengenai pengamatan visual dengan fenomena fisik.
Percobaannya yang dilakukan memproyeksikan titik-titik
cahaya (keseluruhan lebih penting dari pada bagian).

Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa


tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah
terletak pada keseluruhan bentuk (Gestalt) dan bukan
bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila
materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut:
a. Pengalaman insight/ tilikan. Dalam proses pembelajaran
peserta didik hendaknya memiliki kemampuan insight
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
dengan insight.
b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang
pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran.
konten yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki

36
makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi
kehidupannya di masa yang akan datang.
c. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan.
Perilaku di samping ada kaitan dengan SR-bond, juga
terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pembelajaran terjadi karena peserta didik memiliki
harapan tertentu. Oleh sebab itu, pembelajaran akan
berhasil bila peserta didik mengetahui tujuan yang akan
dicapai.
d. Prinsip ruang hidup (Life Space). Prinsip ini
dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan field
theory). Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku peserta
didik terkait dengan lingkungan/medan tempat ia
berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki
kaitan dengan situasi lingkungan tempat peserta didik
berada (CTL).

Penulis simpulkan karakteristik umum model interaksi sosial


a. Menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
kerjasama dari para siswa.
b. Berdasarkan pada dua asumsi pokok, pertama : masalah-
masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar
dan melalui kesepakatanm-kesepakatan dengan
menggunakan proses-proses sosial, kedua : proses sosial
yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan
perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara
build-in dan terus menerus.

Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan


pengembangan pikiran (mind) diri sebagai pribadi dan

37
materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran
rumpun Interaksi Sosial adalah seperti dalam tabel 3 berikut
ini.

Tabel 3. Model-model Pembelajaran Interaksi Sosial

Nama Model Tokoh Misi/tujuan


Kerja Herbert Mengembangkan
kelompok. Thelen John keterampilan-keterampilan
(investigati-on Dewey untuk berperan dalam
group) kelompok yang
menekankan keterampilan
komunikasi interpersonal
dan keterampilan inkuari
ilmiah. Aspek-aspek
pengembangan pribadi
merupakan hal yang
penting dari model ini.
Inkuari Sosial Byron Pemecahan masalah sosial,
Massialas terutama melalui inkuari
Benjamin ilmiah dan penalaran logis.
Cox
Jurisprudential National Pengembangan
Training keterampilan interpersonal
Laboratory, dan kerja kelompok untuk
Bethel, mencapai, kesadaran, dan
Maine fleksibilitas pribadi.
Donald Didesain utama untuk
Oliver melatih kemampuan
James mengolah informasi dan

38
Nama Model Tokoh Misi/tujuan
P.Shaver menyelesaikan isu
kemasyarakatan dengan
kerangka acuan atau cara
berpikir jurisprudensial
(ilmu tentang hukum-
hukum manusia).
Role playing Fannie Didesain untuk mengajak
(Bermain Shaftel peserta didik dalam
peran) George menyelidiki nilai-nilai
Shafted pribadi dan sosial melalui
tingkah laku mereka sendiri
dan nilai-nilai yang menjadi
sumber dari penyelidikan
itu
Simulasi Sosial Sarene Didisain untuk membantu
Boocock, pengalaman peserta didik
Harold melalui proses sosial dan
Guetzkow realitas dan untuk menilai
reaksi mereka terhadap
proses-proses sosial
tersebut, juga untuk
memperoleh konsep-
konsep dan keterampilan-
keterampilan pengambilan
keputusan
(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching
dikutip Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesional)

39
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran
sebagai berikut.
a. Kerja Kelompok bertujuan mengembangkan
keterampilan berperan serta dalam proses
bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan
interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas bertujuan mengembangkan
pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa
tanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap kelompok.
c. Pemecahan masalah sosial atau Inquiry Social bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d. Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran pribadi dan keluwesan dalam-kelompok.
e. Bermain peran bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan
pribadi melalui situasi tiruan.
f. Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik
mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji
reaksi mereka.

6. Rumpun Model-Model Perilaku


Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku
yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan
konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon.
Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus
diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan
mengandung perilaku tertentu.

40
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah
laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement).
Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti
karakteristik model ini adalah penjabaran tugas¬-tugas yang
harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.

Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini,


yaitu:
a. Fase mesin pengajaran.
b. Penggunaan media.
c. Pengajaran berprograma (linier dan branching)
d. Operant conditioning, dan operant reinforcement.

Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah


meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu
perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik.
Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya
rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung.
Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam
pembelajaran klasikal.

Penulis simpulkan karakteristik umum model sistem perilaku


a. Mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar
yang memungkinkan penciptaan sistem lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulalsi penguatan
tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga
terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki.

41
b. Memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi
dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka
mengkomunikaksikan keberhasilan.

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada


suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori
belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku
terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini
mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara
efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.
Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti
pada tabel 4.

Tabel 4. Model-model Pembelajaran Rumpun Perilaku

Model Tokoh Misi atau tujuan


Manajemen B.F. Model ini dirancang untuk
Kontingensi Skinner mengajak peserta didik
(manajemen mempelajari fakta-fakta,
konsep-konsep dan
dari keterampilan sebagai akibat
akibat/hasil dari suatu perlakuan
perlakuan) tertentu.
Kontrol Diri B.F. Model ini dirancang untuk
Skinner mengajak peserta didik untuk
memiliki keterampilan
mengendalikan perilaku
sosial/keterampilan-
keterampilan sosial.
Relaksasi Rimm & Model ini dirancang untuk

42
Model Tokoh Misi atau tujuan
(santai) Masters mengajak peserta didik
Wolpe menemukan tujuan-tujuan
pribadi.
Pengurangan Rimm & Model ini ditujukan untuk
Ketegangan Masters membelajarkan peserta didik
dalam cara relaksasi
dalam mengatasi kecemasan
dalam situasi sosial
Assertive Wolpe, Menyatakan perasaan secara
Training lazarus, langsung dan spontan dalam
(Latihan Salter situasi sosial
berekspresi)
Latihan Gagne Pola tingkah laku,
Langsung Smith & keterampilan-keterampilan.
Smith

(Sumber: Bruce Joyce dan Marsha Weil, 1980, Models of Teaching


yang dikutip Rusman, Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesional )

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan:


1. Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya
pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan
keseluruhan konsep yang saling berkaitan.
2. Model pembelajaran merupakan petunjuk bagi pendidik
dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai dari
mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat
bantu, sampai alat evaluasi yang mengarah pada upaya

43
pencapaian tujuan pelajaran
3. Empat rumpun model pembelajaran tersebut adalah: (1)
rumpun model pembelajaran pemrosesan iInformasi, (2)
rumpun model pembelajaran personal, (3) rumpun
model pembelajaran sosial, dan (4) rumpun model
pembelajaran perilaku.

7. Model Pembelajaran Berdasarkan Rumpun

Model pembelajaran pada Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran
utama (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang
diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku
sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga
model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran
Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model
Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan

44
(Discovery/Inquiry Learning). Disamping model
pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model
pembelajaran Production Based Education (PBE) sesuai
dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
Keempat model tersebut juga masih relevan untuk
diterapkan dalam kurikulum merdeka, tetapi tidak semua
model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/CP.
Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk
materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika
menggunakan model pembelajaran tertentu. Oleh karena itu
guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD/CP,
kemudian menentukan model pembelajaran yang tepat
untuk mencapai komptensi. Untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat dapat merujuk pada rambu-rambu
berikut:
a. Rambu-rambu penentuan model penyingkapan/
penemuan (Discovery/Inquiry Learning):
1) Pernyataan pada aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan mengarah ke pencarian atau penemuan;
2) Pernyataan pada aspek pengetahuan lebih
menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan
faktual, konseptual, procedural, dan dimungkinkan
sampai metakognitif;
3) Pernyataan pada aspek keterampilan pada taksonomi
mengolah dan menalar.
b. Rambu-rambu penemuan model hasil karya (Problem
Based Learning dan Project Based Learning):
1) Pernyataan pada aspek pengetahuan dan

45
keterampilan mengarah pada hasil karya berbentuk
jasa atau produk;
2) Pernyataan pada aspek pengetahuan pada bentuk
pengetahuan metakognitif;
3) Pernyataan aspek keterampilan pada taksonomi
menyaji dan mencipta, dan
4) Pernyataan pada aspek pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan persyaratan
penguasaan pengetahuan konseptual dan
prosedural.
Masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki
urutan langkah kerja syntax) tersendiri, yang dapat
diuraikan sebagai berikut.
1) Model Pembelajaran Penyingkapan (Discovery/
Inquiry Learning)

Model pembelajaran penyingkapan (Discovery


Learning) adalah memahami konsep, arti, dan

46
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,


pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatingconcepts and principles in the mind
(Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

a) Sintak model Discovery Learning


(1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
(2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem
Statement);
(3) Pengumpulan data (Data Collection);
(4) Pembuktian (Verification), dan
(5) Menarik simpulan/generalisasi
(Generalization).

b) Sintak model Inquiry Learning Terbimbing


Model pembelajaran yang dirancang membawa
peserta didik dalam proses penelitian melalui
penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu
yang singkat (Joice & Wells, 2003).

Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan


pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

47
menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan
logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
temuannya.

Sintak/tahap model inkuiri meliputi:


(1) Orientasi masalah;
(2) Pengumpulan data dan verifikasi;
(3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
(4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi,
dan
(5) Analisis proses inkuiri.

2) Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning merupakan model


pembelajaran yang menggunakan berbagai
kemampuan berpikir dari peserta didik secara
individu maupun kelompok serta lingkungan nyata
untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna,

48
relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan
dalam menerapkan konsep-konsep pada
permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep
High Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam
belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan (Norman and Schmidt).
Berikut adalah beberapa model sintak Problem Based
Learning:

a) Sintak model Problem Based Learning dari


Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3)
terdiri atas:
(1) Mengidentifikasi masalah;
(2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang
masalah dan menyeleksi informasi-informasi
yang relevan;
(3) Mengembangkan solusi melalui
pengidentifikasian alternative alternatif, tukar-
pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
(4) Melakukan tindakan strategis, dan
(5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-
pengaruh dari solusi yang dilakukan.

b) Sintak model Problem Solving Learning Jenis


Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93)
terdiri atas:
(1) Merumuskan uraian masalah;
(2) Mengembangkan kemungkinan penyebab;
(3) Mengetes penyebab atau proses diagnosis,

49
dan
(4) Mengevaluasi.

3) Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran


dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau
permasalahan untuk membentuk penguasaan
kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam
upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron
2011).

Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan


motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi
dalam pencapaian kemampuan akademik level
tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan
pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

50
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based
Learning, meliputi:
a) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the
Essential Question);
b) Mendesain perencanaan proyek;
c) Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
(Monitor the Students and the Progress of the
Project);
e) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
f) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the
Experience).

Di samping tiga model pembelajaran di atas, di SMK


dapat digunakan model Production Based Training
(PBT) untuk mendukung pengembangan Teaching
Factory pada mata pelajaran pengembangan produk
kreatif. Model Pembelajaran Production Based
Training merupakan proses pendidikan dan bimtek
yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta
didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang
kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari
perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan
evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga
langkah pelayanan pasca produksi. Tujuan
penggunaan model pembelajaran PBT adalah untuk
menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi
kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknisserta
kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi
kerja.

51
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production
Based Trainning meliputi:
a) Merencanakan produk;
b) Melaksanakan proses produksi;
c) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu),
dan
d) Mengembangkan rencana pemasaran. (G. Y.
Jenkins, Hospitality 2005).

Kurikulum 2013, mendorong proses pembelajaran


dilakukan dengan pendekatan saintifik. Proses
pembelajaran yang mengacu pada pendekatan
saintifik, meliputi lima langkah sebagai berikut:
a) Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi
melalui indera penglihat (membaca, menyimak),
pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada
waktu mengamati suatu objek dengan ataupun
tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati
antara lain observasi lingkungan, mengamati
gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis
peta, membaca berbagai informasi yang tersedia
di media masa dan internet maupun sumber lain.
Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati
adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
b) Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan
apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan
dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses
tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa

52
membuat pertanyaan secara individu atau
kelompok tentang apa yang belum diketahuinya.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada
guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada
diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa
dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan
dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap
aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa
kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil
belajar dari kegiatanmenanya adalah siswa dapat
merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
c) Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa
mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis
dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data
dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
mengumpulkan data sekunder, observasi
lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara,
menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil
belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah
siswa dapat menguji hipotesis.
d) Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data
dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu.
Bentuk kegiatan mengolah data antara lain
melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting),
menghitung, membagi, dan menyusun data
dalam bentuk yang lebih informatif, serta
menentukan sumber data sehingga lebih

53
bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data
misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta
konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya
siswa menganalisis data untuk membandingkan
ataupun menentukan hubungan antara data yang
telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga
dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya
prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam
menambah skema kognitif, meluaskan
pengalaman, dan wawasan pengetahuannya.
Hasil belajar dari kegiatan menalar/ mengasosiasi
adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
e) Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa
mendeskripsikan dan menyampaikan hasil
temuannya dari kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan dan mengolah data, serta
mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain
baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk
diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan
bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau
teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar
dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa
dapat memformulasikan dan mempertanggung
jawabkan pembuktian hipotesis.

54
Rangkuman

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi
dapat dikatakan Teori belajar merupakan upaya untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar. Adapunteori belajar terdiri dari 5, yaitu:
1. Teori belajar Desktiptif dan preskriptif
2. Teori belajar Behavioristik
3. Teori belajar Kognitifistik
4. Teori belajar Konstrukstivistik
5. Teori belajar Humanistik

Adapun rumpun model pembelajaran yang bisa dikembangkan


terdiri dari 4 yaitu:
1. Inquri dan discovery
2. Problem based learning
3. Project based learning
4. Saintific based learning

Tugas

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi 1 Konsep


model pembelajaran, maka peserta menjawab pertanyaan
berikut:

55
1. Jelaskan teori-teori pembelajaran!
2. Identifikasi model-model pembelajaran berdasarkan teori
belajar?
3. Identifikasi model-model pembelajarn berdasarkan
rumah/rumpungnya masing-masing!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah menyelesaikan latihan dan tugas dalam modul,


melalui Reflective Thinking, peserta diminta menuliskan pada
selembar kertas tentang apa saja tujuan mengetahui teori
dan sikap belajar serta rumah dan rumpun model
pembelajaran.

Link Pendukung

Sebagai bahan pendalaman terhadap materi ini, berikut


beberapa link referensi yang bisa diakses, di antaranya:
1) https://www.academia.edu/31385609/Konsep_Dasar_Model
_Model_Pembelajaran
2) https://www.youtube.com/watch?v=ox3ZMhnaTU0
3) DOI: https://doi.org/10.2564/js.v2i1.17

56

Anda mungkin juga menyukai