Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN

Macam-macam model pembelajaran

Sadam Nurhuda (21030426)

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYUBBANUL WATHON TAHUN 2023
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah
saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri pusat
pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah
(fomal) maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika dalam
dirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan dapat
diamati relatif lama. Dalam proses belajar, setiap siswa harus diupayakan untuk
terlibat secara aktif guna mencapai tujuan pembelajaran.

Hal ini memerlukan bantuan dari guru untuk memotivasi dan mendorong agar
siswa dalam proses belajar terlibat secara totalitas. Guru harus menguasai baik
materi maupun strategi dalam pembelajaran, agar proses pembelajaran tidak
berjalan satu arah melainkan siswa ikut aktif berpartisipasi agar suasana menjadi
lebih efektif. Disinilah pentingnya mengetahui dan penerapan model pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuan dan karakter siswa.

Dari pemaparan diatas, penulis akan memaparkan tentang macam-macam


model pembelajaran dalam sekolah.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian model pembelaajaran?
b. Apa saja macam-macam model dalam pembelajaran?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran.
b. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian model pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga


tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan


perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif, dan model pembelajaran
berkaitan erat dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru yang
sering dikenal dengan style of learning and teaching (solat) (Hanafiah dan Suhana,
2009: 41). Model pembelajaran adalah kerangka konseptual tentang prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar, baik pembelajar maupun pengajar (Suprijono, 2009: 46 dan Sani, 2013: 89).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
buku-buku, film, komputer, dan lain-lain untuk membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Joyce, dalam Trianto, 2007: 5). Demikian pula, ahli
lain mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
prosedural yang sistematik berdasarkan teori dan digunakan dalam
mengorganisasikan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Model
pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode,
keterampilan, dan aktivitas peserta didik yang memiliki tahapan (sintaks) dalam
pembelajaran (Sani, 2013: 89).

Rusman (2010: 144-145) dalam bukunya yang berjudul Model-Model


Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (sebagai rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Beliau menjelaskan bahwa model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut, yaitu
(1) berdasar teori pendidikan dan teori belajar, (2) mempunyai misi dan tujuan
tertentu, (3) sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar-mengajar di kelas,
91 (4) mempunyai bagian yang disebut (a) urutan langkah-langkah pembelajaran,
(b) ada prinsipprinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d) sistem pendukung. (5)
memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, (6) membuat
persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilih.

Iru dan Arihi (2012: 6-7) mengemukakan bahwa model pembelajaran


dikembangkan atas beberapa asumsi, yaitu (1) mengajar adalah upaya menciptakan
lingkungan yang sesuai, dimana terdapat berbagai lingkungan mengajar yang
memiliki saling ketergantungan; (2) terdapat berbagai komponen yang meliputi isi,
keterampilan peran-peran mengajar, hubungan sosial, bentuk-bentuk kegiatan,
sarana/fasilitas fisik dan penggunaannya, yang keseluruhannya membentuk sebuah
sistem lingkungan yang bagian-bagiannya saling berinteraksi, yang mendesak
perilaku seluruh partisipan, baik guru maupun siswa; (3) antara bagian-bagian
tersebut akan menghasilkan bentuk lingkungan yang berbedamdengan hasil yang
berbeda pula; dan (4) karena model mengajar menciptakan lingkungan, maka model
menyediakan spesifikasi yang masih bersifat kasar untuk lingkungan dalam proses
belajar-mengajar di kelas. Dari asumsi tersebut maka model pembelajaran memiliki
komponen: fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung (Iru dan Arihi,
2012: 7). Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri umum, yaitu (1) memiliki
prosedur yang sistematis, (2) hasil belajar diterapkan secara khusus, (3) ada ukuran
keberhasilan, dan (4) mempunyai cara interaksi dengan lingkungan.

Fungsi model pembelajaran adalah (1) sebagai pedoman, (2) sebagai alat bantu
dalam mengembangkan kurikulum, (3) sebagai acuan dalam menetapkan bahan
pembelajaran, dan (4) untuk membantu perbaikan dalam mengajar. Berikut ini
disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif
sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi

B. Macam-macam model pembelajaran


1. Kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial


yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung
jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab.
Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif
adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing- masing. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),


tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan,
gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah
informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau


tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan


model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei
berbagai aspek dengan berbagai cara).

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran


menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut terjadi
perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat
pada siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara
guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
berperan aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki
motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab untuk
selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu salah satunya
dalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
salah satu metode dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

Dalam usaha memecahkan masalah tersebut mahasiswa akan mendapatkan


pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Punaji
Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a real-
world problems sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan
ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. Gardner (2007)
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan alternatif model
pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang kelas yang tradisional.
Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen menyajikan kepada
mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa menjadi
lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah. Pembelajaran
berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan
kecakapan yang penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan keterampilan
belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam memperoleh pengetahuna yang luas.
Dosen mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar potensi dan kemampuan
mahasiswa dimaksimalkan. Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik
sebagai berikut:

a) Belajar diawali dengan masalah


b) Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d) siswa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses
belajar secara mandiri
e) Menggunakan kelompok kecil
f) Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari
dalam bentuk kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007)

Dari uraian diatas jelas bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah


dimulai dengan adanya permasalahan. Masalah yang dijadikan pembelajaran dapat
muncul dari mahasiswa atau dosen. Sehingga mahasiswa dapat memilih masalah
yang dianggap menarik untuk dijadikan pembelajaran.

4. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,
suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan
(games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada
sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga
terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati perubahan


perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif, dan model pembelajaran
berkaitan erat dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru yang
sering dikenal dengan style of learning and teaching. Pada prakteknya, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat guru haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.

Terdapat beberapa macam odel pembelajaran, beberapa diantaranya yakni


pembelajaran koperatif, pembelajaran model kontekstual, pembelajaran berbasis
masalah, dan pembelajaran kelompok.
REFERENSI
Hanafiah, Nanang, Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama,
2009.

Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo, 2012.

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalsme Guru. Jakarta:


PT. Raja Grafindo, 2010.

Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Suprijono, Agus. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Anda mungkin juga menyukai