Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,
agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat
dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen
materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing
komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-
komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan
menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah
“kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan
bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak
dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3. Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan
dengan berhasil;
4. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai.
Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model
pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan  untuk aspek kepraktisan dan evektivitas di
perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk melaksanaakan model pembelajaraan yang
di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu
perangkat pembelajaran untuk suatu  topic tertentu yang sesuai dengan model
pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian
yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.

2
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam
memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya,
materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang
tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar untuk
mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang telah diketahui.
Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen
akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga
tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan
tuntas sesuai yang di harapkan.

2.2. Macam-Macam Model Pembelajaran


1.  Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning)
 .  Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep
belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan
pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan
fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman
belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah
proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam pembelajaran
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

3
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3. Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-
pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok berdiskusi,
tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,
bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


 Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.[4] Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja
kelompok. Nurulhayati, mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning,
yaitu:
1. Ketergantungan yang positif,
2. Pertanggung jawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.

 Model-model Pembelajaran Kooperatif


1)  Model Student Teams Achievement Division (STAD)
4
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang
yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran
dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agara
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan
bukan metode pengajaran kooprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi
mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.

2)  Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang
menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.[5] Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a)  Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b)  Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c)  Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru (kelompok ahli).
d) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e)  Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f)   Pembahasan.
g)  Penutup.

3)  Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan
di Universitas Tel Aviv, Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab

5
ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia
sosial.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :
a)  Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b)  Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c)  Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok
secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

4)  Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan, bahwa terdapat eman komponen
utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a)  Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b)  Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi sejajar,
interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.

3.  Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Karakteristik
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi
yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,

6
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar, dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

4.  Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)


Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu
negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia.
Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar
tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat
dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam
bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak
faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan
pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran yang
kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan
tidak adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat
dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media moviemendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi, menyusun
hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi dari
Ibrahim dan Nur yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran,
mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong siswa melakukan
pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan
sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya
sendiri mengenai fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI
berbantuan media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk

7
mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu
siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak.

5. Model Pembelajaran Berbasis Komputer


Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah
pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan
perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorag melakukan proses belajar
secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap
kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
a.  Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan
jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang benar,
b. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar
dari satu soal,
c. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal tersebut. Tetapi
bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak memunculkan soal
berikutnya.
b.  Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif
model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai berkembang
pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi dari sistem memori
pada komputer.

6.  Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)


PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM,
diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenagkan.[8]
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang
pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide
atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

8
7. Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang
mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya
tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah
dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik
tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk
dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang
kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain
intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama banyak dengan
kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.

8. Model Pembelajaran Tematik


Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari mulai
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang ditempu
siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu
tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

9
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa
senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam
mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran
sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap model
pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan
oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus
dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih
hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari
berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu
penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.

10
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Gava Media, 2012

Sugiyanto, Model-model pembelajaran inovatif (Surabaya: Mata Padi Presindo, 2009

Sumiati dan Asra,  Metode Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima, 2009

Wina Sanjaya, Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  Jakarta:


Prenada Media Grup, 2013

11

Anda mungkin juga menyukai