Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Definisi Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual
berasal dari kata contex yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan.
Dengan demikian contextual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks).
Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. CTL disebut pendekatan
kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran kontekstual ini
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari.
2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik Model pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning
(CTL) :
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan, tidak membosankan
4) Belajar dengan bergairah
5) Menggunakan berbagai sumber
6) Siswa aktif
7) Sharing dengan teman
8) Siswa kritis guru kreatif
9) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain
10) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lai
2.3 Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran
produktif yaitu :
1)
Konstruktivisme (Constructivism)
Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi
kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru (constructivism).
2)
Membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning
groups)
Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups)
yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, maka
pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar atau
proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok.
3)
Menemukan (Inquiry)
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah
fakta).
4)
Bertanya (Questioning)

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning).


Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
memahami kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan antara
siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan orang baru yang didatangkan di kelas.
5)
Pemodelan (Modelling)
Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model
yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun
demikian guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan
siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.
6)
Refleksi (Reflection)
Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu
kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.
7)
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran
yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai
dari proses, bukan melulu hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya
itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.
2.4 Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki
siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL:
1) Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh
tantangan
3) belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
4) belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
2.5 Aplikasi Model Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Model ini diterapkan di kelas dengan cara:
1)
Orientasi siswa pada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilihnya.
2)
Mengorganisasikan siswa untuk belajar (Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut).

3) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok (Guru mendorong siswa untuk


mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah).
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model
untuk membantu mereka membagi tugas dengan temannya).
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ( Guru membantu
siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
digunakan )

PEBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING)
Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan
mendorongnya membuat hubungan anatara pengetahuan siswa dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota keluarga dan masyarakat yang berguna bagi siswa.
Pembelajaran kontekstual berjalan secara alamiah denga kegiatan siswa bekerja dan mengalami
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, yang kebih utama adalah strategi pembelajaran,
metode kerja dan penyelesaian masalah dari pada hasil.
Pendekatan kontekstual ini berdasarkan pmehaman bahwa belajar bukan hanya sekadar
menghafal, mengingat saja tetapi akan lebih bermakna jika mengahsilkan keterampilan dan hasil
kerja. Oleh karena itu dalam pembelajaran ini siswa harus memahami makna belajar,
kegunannya dan cara mencapai tujuan, karena mereka menyadari sendiri akan manfaat pelajaran
itu dalam kehidupannya. Siswa dalam pembelajaran kontekstual sebagai diri sendiri dalam
mencapai hasil belajar sesuai dengan krbutuhan hidupnya, dengan guru hanya berfungsi sebagai
pengarah dan pebimbing. Guru membantu mencapai tujuan belajar siswa, dan lebih banyak
menguasai strategi, metode bimbingan dari pada peberian informasi. Guru dan siswa bekerja
sama dalam menemukan hal-hal baru dari proses menemukan sendiri berdasarkan pengetahuan
yang bersifat luas dan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Pebelajaran kontekstual memiliki criteria sebagai berikut :
1. menyandarkan pada memori spasial
2. pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa
3. cenderung memadukan beberapa bidang
4. selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
5. menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dala pemecahan masalah
Komponen utama dan langkah pembeljaran kontekstual :
1. konstruktivisme; berusaha mengembangkan pemikiran siswa, agar bekerja sendiri,
menemukan sendiri, mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya dan keterampilannya
yang baru
2. menemukan; siswa berusaha sendiri secara maksimal menemukan semua topik
3. bertanya; mengembangkan rasa ingin tahu melalui bertanya
4. masyarakat belajar; menciptakan suasana terus belajar dalam kelompok
5. permodelan; guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. refleksi; guru melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan


7. penilaian yang sebanarnya; guru melakukan penilaian dengan berbagai cara yang
beragam
Ketujuh komponen tersebut menunjukkan posisi siswa dalam konteks berakna, menghubungkan
sendiri antara pengetahuan awal dengan materi yang sedang dipelajari. Guru dalam posisi
sebagai pengarah dan pembimbing hendaknya memperhatikan beberapa hal : 1) merencanakan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan metal siswa, 2) membetuk kelompok belajar
yang saling ketergantungan, 3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
dengan karateristik : kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan, 4)
mempertimbangkan keragaan siswa, 5) memperhatikan multiple intelegensi, 6) menggunakan
tekniuk bertanya, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 7) menerapkan
penilain autentik.
Pembelajaran kontekstuan memiliki karateristik : 1) adanya kerja sama, 2) saling
menunjang, 3) menyenangkan, 4) menggairahkan, 5) terintegrasi, 6) kaya sumber, 7) siswa aktif,
8) saling memberi dan mebantu antar siswa, 9) siswa kritis, guru aktif, 10) laporang lengkap
kepada orang tua baik hasil keterampilan, hasil kerja, nilai rapor dan sebagainya.
Penilaiannya secara autentik dengan karakter :1) penilaian selama dan sesudah
pembelajaran, 2) formatif dan sumatif, 3) mengukur keterampilan dan performann, 4)
berkesinambungan, 5) terintegrasi, 6) sebagai umpan balik. Penilaian meliputi : 1) kinerja 2)
observasi sistemik, 3) portopolio, 4) jurnal sain, 5) umpan balik dan refleksi.
Dalam mengembangkan berpikir tinggi, guru memperhatikan proses berpikir otak
belahan kiri dan berpikir otak sebelah kanan.
Otak kiri memiliki karakter : 1) tertarik pada proses penemuan yang bersifat bagianbagian dari suatu komponen, 2) bersifat analisis, 3) mementingkan tata urutan secara sekuensial
dan serial, 4) temporal dan terikat pada waktu kini, 5) verbal, matematis, musical. Otak kanan 1)
tertarik pada proses pengintegrasian dari bagian-bagian suatu komponen enjadi satu kesatuan
yang bersifat utuh dan meyeluruh, 2) bersifat rasional konstruksional dan mebangun suatu pola,
3) simultan dan parallel, 4) lintas runag dan tidak terikat pada waktu, 5) visual litas ruang dan
musical.
Cara berpikir tersebut terkait dengan :
1. kreativitas : toleransi tinggi untuk makna ganda, berpikir bebas, devergen, berani ambil
resiko, imajinatif, sensitive
2. motivasi : tekun dalam bidang yang diminatinya, intens dalam menghayati perasaan dan
nilai, bebas
3. berpikir keritis : dapat kesenjangan antara kenyataan dan kebenaran, mengacu pada hal-hal
yang ideal, mampu menganalisis dan mengevaluasi.

Pembelajaran dengan Pendekatan CTL


14 Oktober 2009 Rachmad Widodo Tinggalkan komentar Go to comments

7 Votes

A. Latar belakang
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola

kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan


pengetahuan di benak mereka sendiri

Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru

Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi


yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang


berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide

Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan sesorang.

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain

Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas


(sedikit demi sedikit)

Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

3. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu,


dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat
hal-hal baru

Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting

Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru


dan yang sudah diketahui.

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi


kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan
berkarya, guru mengarahkan.

Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan


pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan
hasilnya

Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian
yang benar

Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual


Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D.Pengertaian CTL
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga

siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional
NO. CTL

TRADISIONAL

1.

Menyandarkan pada memori spasial


(pemahaman makna)

Menyandarkan pada hapalan

2.

Pemilihan informasi berdasarkan


kebutuh-an siswa

Pemilihan informasi di-tentukan oleh


guru

3.

Siswa terlibat secara aktif dalam proses Siswa secara pasif menerima informasi
pembelajaran

4.

Pembelajaran dikaitkan dengan


kehidupan nyata/-masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan


teoritis

5.

Selalu mengkaitkan informasi dengan


pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumpukan informasi


kepada siswa sampai saatnya
diperlukan

6.

Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang


bidang
(disiplin) tertentu

7.

Siswa menggunakan waktu belajarnya


untuk menemukan, menggali,
berdiskusi, berpikir kritis, atau
mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar


dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku
tugas, men-dengar ceramah, dan
mengisi latihan yang membosankan
(melalui kerja individual)

8.

Perilaku dibangun atas kesadaran diri

Perilaku dibangun atas kebiasaan

9.

Keterampilan dikem-bangkan atas dasar Keterampilan dikem-bangkan atas dasar


pemahaman
latihan

10.

Hadiah dari perilaku baik adalah


kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian


atau nilai (angka) rapor

11.

Siswa tidak melakukan hal yang buruk

Siswa tidak melakukan sesuatu yang

karena sadar hal tsb keliru dan


merugikan

buruk karena takut akan hukuman

12.

Perilaku baik berdasar-kan motivasi


intrinsik

Perilaku baik berdasar-kan motivasi


ekstrinsik

13.

Pembelajaran terjadi di berbagai


tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas

14.

Hasil belajar diukur melalui penerapan Hasil belajar diukur melalui kegiatan
penilaian autentik.
akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.

BAB 2
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

A. Tujuh Komponen CTL


1. KONSTRUKTIVISME

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar


pada pengetahuan awal

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan


menerima pengetahuan

2. INQUIRY

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman

Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3. QUESTIONING (BERTANYA)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan


berpikir siswa

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang


berbasis inquiry

4. LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR)

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri

Tukar pengalaman

Berbagi ide

5. MODELING (PEMODELAN)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

6. REFLECTION ( REFLEKSI)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari

Mencatat apa yang telah dipelajari

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

7. AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa

Penilaian produk (kinerja)

Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

B. Karakteristik Pembelajaran CTL

Kerjasama

Saling menunjang

Menyenangkan, tidak membosankan

Belajar dengan bergairah

Pembelajaran terintegrasi

Menggunakan berbagai sumber

Siswa aktif

Sharing dengan teman

Siswa kritis guru kreatif

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,


gambar, artikel, humor dan lain-lain

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

BAB 3
MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN IPS BERBASIS KONTEKSTUAL
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkahlangkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan
yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi,
Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat
diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai