Anda di halaman 1dari 8

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 215650012

PEMBALAJARAN KONSTEKTUAL

Pada mulanya Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John


Dewey. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Gafur (dalam Suherli) berpendapat bahwa dewasa ini, masih
terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis. Sebagian besar siswa belum dapat
menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa “pada umumnya siswa
tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan
pengetahuan tersebut di kemudian hari“.
Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang
sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara
teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi
belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi
pelajaran yang mereka pelajari.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber
utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu,
diperlukan sebuah model belajar baru yang labih memberdayakan peserta didik. Sebuah
model belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi suatu model
pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
sendiri. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal
menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif.
Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
peserta didik memecahkan persoalan dalam hidup jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada
perubahan model pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik
dalam mendekati permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang.
Model pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching Learning (CTL).
Model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih
bermakna jika anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer
pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang
dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam
hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka,
dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna
bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh
kesadaran
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara
materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh
peserta didik. Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa
merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh
pembelajaran kontekstual di kelas adalah sebagai berikut.
1. Guru mempraktikkan renang gaya kupu-kupu di hadapan para peserta didik.
2. Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian
rangka manusia.
3. Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses
pertumbuhan biji.
4. Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita.
5. Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk
menjelaskan struktur tanah.
Adapun pengertian pembelajaran kontekstual menurut ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Depdiknas
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi
yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut Depdiknas, metode
pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menurut Elaine B. Johnson
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para
siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan
menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan
sehari-hari.
3. Menurut Wina Sanjaya
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
menerapkannya pada kehidupan mereka.

4. Menurut Suherman
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh kejadian
di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang sedang
diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab.

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM


PEMBELAJARAN
Beberapa pendekatan CTL menurut Saliman, adalah sebagai berikut:
1. Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensi dari materi pelajaran.
2. Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang menperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan
masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
3. Inquiry-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains
dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Project-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa
untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan
baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
5. Work-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya
kembali di tempat kerja.
6. Service Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis
dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Dengan tujuh pendekatan tersebut, maka keberhasilan pembelajaran kontekstual, baik
proses maupun hasil belajarnya akan terwujud secara nyata dalam proses pembelajaran di
sekolah bagi siswa. Dengan pendekatan tersebut siswa akan lebih kreatif, mandiri, aktif, dan
inovatif. Siswa lebih mampu mengelaborasi muatan-muatan pembelajaran secara kontekstual
yang berbasis dunia nyata. Keberhasilan dengan pendekatan tersebut bukan tanpa alasan.
Paling tidak dalam pandangan penulis, keberhasilan tersebut berwujud nyata dengan
beberapa alasan sebagai berikut ;
1. Materi dipilih berdasarkan kebutuhan siswa dan materi
tersebut terkait dengan konteks kehidupan nyata/masalah.
2. Belajar dapat dilaksanakan di berbagai tempat, konteks
dan kondisi.
3. Keterlibatan siswa secara aktif
4. Terjadinya kolaborasi dan kerjasama antar siswa
5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
6. Pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan siswa,
sehingga siswa sadar betul akan pentingnya proses belajar
yang dialaminya
7. merangsang berpikir kritis siswa terhadap persoalanpersoalan yang dipelajari
8. siswa menguasai materi dengan seperangkat kompetensi
yang dimiliki.
Tujuan Pembelajaran Kontekstual

Tujuan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut.


Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa
mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang
sedang dipelajari.

Manfaat Pembelajaran Kontekstual

Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
 Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan
sistematis.
 Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami
dengan menerapkan.
 Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
 Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di
sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.

Strategi Pembelajaran Kontekstual

Agar implementasi model pembelajaran kontekstual berhasil, Bapak/Ibu harus memiliki


strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang diampu. Lantas, bagaimana strateginya?

1. Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa
mereka temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari
solusi atas studi kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa
diakses.
2. Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya
lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena
suasana belajar baru bisa memunculkan pengalaman baru yang menyenangkan dan
mudah diingat.
3. Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga
guru hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran.
4. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas
dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang
dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada
materi yang diajarkan.
5. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa
membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik
selama pembelajaran.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

 Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu
bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar
mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur
tersebut.
 Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari.
 Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk
bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.
 Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk
bereksplorasi.

Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat tiga
prinsip utama, yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan

Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap
elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru,
guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya.

Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa
dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan
prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.

2. Prinsip diferensiasi
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu
memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik
selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

3. Prinsip organisasi diri

Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar
senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menuntut guru untuk mampu menyuguhkan


gambaran dunia nyata di dalam kelas. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah
memahami inti dari hal-hal yang sedang dipelajari.

Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar:

 Selalu aktif bertanya;


 Aktif menggali pengetahuan secara konstruktif (dengan cara membangun);
 Aktif dalam menemukan konsep atau pengetahuan dengan menerapkan pola berpikir
kritis;
 Belajar bersama di dalam masyarakat pembelajar;
 Menggagas pemodelan;
 Mampu merefleksikan pengalaman belajar yang pernah dilalui; dan
 Menerapkan penilaian otentik.
 Tanpa komponen-komponen di atas, aplikasi pembelajaran kontekstual sulit untuk
dijalankan di kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai