NIM : 215650012
PEMBALAJARAN KONSTEKTUAL
4. Menurut Suherman
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh kejadian
di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang sedang
diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab.
Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan
sistematis.
Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami
dengan menerapkan.
Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di
sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.
1. Melalui pemecahan masalah, artinya Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa
mereka temui di kehidupan sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari
solusi atas studi kasus yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa
diakses.
2. Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman materi, misalnya
lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Hal itu karena
suasana belajar baru bisa memunculkan pengalaman baru yang menyenangkan dan
mudah diingat.
3. Menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga
guru hanya berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran.
4. Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta didik di kelas
dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya. Komunikasi yang
dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi tingkat ketertarikan pada
materi yang diajarkan.
5. Memberikan penilaian yang otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa
membantu guru dalam memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik
selama pembelajaran.
Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu
bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar
mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur
tersebut.
Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari.
Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk
bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.
Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk
bereksplorasi.
Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran kontekstual harus memuat tiga
prinsip utama, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip ketergantungan
Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap
elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru,
guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya.
Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa
dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan
prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.
2. Prinsip diferensiasi
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu
memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik
selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.
Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar
senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.
Itulah mengapa, pada pendekatan kontekstual guru harus mengarahkan peserta didik agar: