yang kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu
siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. MentransIer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan Iokus pada
pemahaman bukan hapalan. Jadi, mentransIer disini artinya bukan sekedar
'mentransIer pengetahuan guru pada siswa, tapi guru mentransIer pengetahuan baru
dengan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Dari beberapa pendapat ahli tentang pembelajaran kontekstual seperti yang
disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual ada
tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada program
pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan apa yang
dipelajarinya ke dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya menerapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual
Menurut Blanchard (dalam Doantara, 2008), ciri-ciri pembelajaran kontekstual:
1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks.
3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
4. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri.
5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
6. Menggunakan penilaian otentik.
Menurut Wina (pendekatan-kontekstual.blogspot.com), terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu:
1. Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktiIan
pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge).
Siklus inkuiri :
O bservasi
O Bertanya
O Mengajukan dugaan
O Pengumpulan data
O Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemkan (inkuiri) :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya
3. Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis CTL.
Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong
siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh inIormasi,
sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain
kenyataan menunjukkan bahwa perolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari
bertanya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktiI, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali inIormasi, baik administrasi maupun akademis
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan respon kepada siswa
d. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
e. MemIokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
I. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan
sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu,
baik di dalam maupun di luar kelas.karena itu, anggotanya heterogen, dengan jumlah
yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen. Yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu mengajari yang belum tahu, yang cepat
memahami mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
member usul, dan seterusnya.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila komunikasi terjadi dalam dua arah.
Sehingga seorang guru yang 'mengajari siswanya bukan contoh dari masyarakat
belajar, karena komunikasi hanya berjalan satu arah, yaitu inIormasi hanya datang
dari guru ke arah siswa, tidak ada arus inIormasi yang perlu dipelajari guru yang
datang dari arah siswa.
Praktek masyarakat belajar dalam pembelajaran di kelas dapat terwujud dalam:
O Pembentukan kelompok kecil
O Pembentukan kelompok besar
O Mendatangkan 'ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, tukang kayu,
polisi, petani, dll)
O Bekerja dengan kelas sederajat
O Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
O Bekerja dengan masyarakat
5. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan tertentu diikiuti dengan model yang bisa ditiru siswa.
Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang, misalnya, cara
mengoperasikan sesuatu, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran
semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau
memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar.
6. #eIleksi (reIlection)
#eIleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. #eIleksi merupakan
gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. #eIleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru saja
diterima. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide
baru. Guru perlu melaksanakan reIleksi pada akhir program pengajaran, guru
menyisihkan waktu sejenak agar siswa melakukan reIleksi. Perwujudan dapat berupa:
a. Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
b. Catatan atau jurnal di buku siswa
c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilaian Autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau inIormasi
tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan
pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar
tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada
proses mengamati, menganalisis, dan menaIsirkan data yang telah terkumpul ketika
atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran. Menurut Johnson dalam Muslich (2009:51), penilaian autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menujukkan apa yang telah mereka
pelajari selama proses belajar mengajar.
Dalam penilaian autentik, kemajuan belajar dinilai dari prosese, bukan melulu
hasil. Selain itu, penilaian ini juga menilai pengetahuan dan keterampilan
(perIormansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga siswa
lain atau orang lain.
Karakteristik autentik assessment :
O Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
O Bisa digunakan untuk IormatiI maupun sumatiI
O Yang diukur keterampilan dan perIormansi, bukan mengingat Iakta
O Berkesinambungan
O Terintegrasi