Disusun oleh
JAKARTA
2013
Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) terpengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang
digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangan oleh Jean Peaget. Aliran filsafat
konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistemologi Giambatsta Vico. Menurut Vico
pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep
dari subjek yang mengamati. Selanjutnya, belajar bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari
orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Sedangkan latar belakang Psikologis. CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif.
Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar
bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana
itu, belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan
kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak sebenarnya adalah wujud dari adanya dorongan
yang berkembang dalam diri seseorang1.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara,
selain materi pelajaran yang dipelajari bersifat faktual, bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi
Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika , Jakarta: Ke ca a, ,
1
cet. , hal. -
atau contoh, sumber belajar, media yang dihubungkan dengan pengalaman hidup nyata sehingga
siswa dapat merasakan langsung manfaat belajarnya2.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga
kerja4.
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka5.
Dengan prosesnya yang panjang, CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi,
transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.
Dari beberapa latar belakang dan pendapat tentang CTL. Untuk tentang belajar dalam
konteks CTL
Masitoh, Strategi Pe elajara , Jakarta: Direktorat Je dral Pe didika Isla -Ke e ag, , cet. , hal.
2
B. Joh so Elai e, Co textual Tea hi g a d Lear i g dala Masitoh, Strategi Pe elajara , hal.
3
Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
5
yang dimiliki berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seprti pola berpikir, pola
bertindak, kemampuan memecahkan persoalan
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah membuat anak berkembang secara utuh yang
bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang
sederhana menuju yang kompleks.
e. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu,
pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan
anak (real world learning)6.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni;
Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
6
Tria to, Model-Model Pe elajara I ovaif, Jakarta: Prestasi Pustaka , , cet. , hal.
7
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apa pun materi yang
diajarkan. Siklus inquiri terdiri dari; 1. observasi, 2. Bertanya, 3. Mengajukan dugaan, 4.
Pengumpulan data, 5. Penyimpulan.
Langkah-langkah inkuiri adalah sebagai berikut;
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lainnya.
3. Bertanya (questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
“bertanya”. Dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui. Hampir semua aktivitas belajar, dapat menerapkan
questioning (bertanya); antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya.
4. Masyarakat belajar (learning community), menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
proses komunikasi dua arah. Kedua belah pihak saling memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan
dari teman belajarnya. Kalau setiap oran mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman.
5. Pemodelan (modeling), dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan yang diketahui. Model juga bisa didatangkan dari luar
yang ahli dibidangnya, misalkan mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara
menggunakan thermometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternative untuk mengembangkan pembelajaran
agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan respon dari kejadian, aktivita, atau pengetahuan yang baru diterimanya. Pada
akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya berupa: pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
diskusi, dan hasil karya.
7. Penilaian autentik (authentic assessment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik menilai
pengetahuan dan ketrampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya
guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik;
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif, yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat dilakukan sebagai feed back8.
Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
9
5 Tujuan akhir Kepuasaan diri Nilai atau angka
Berdasarkan tabel di atas, CTL memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi
maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya10.
Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
10
-
F. Strategi Pembelajaran CTL
Langkah kedua, Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan
datang
Langkah ketiga, Berfikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berpikir
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu
masalah
Langkah keenam, Refleksi: membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Langkah ketujuh, Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa, antara lain:
proyek/kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan
siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis11.
1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegaitan siswa yang
merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indicator pencapaian
hasil belajar
2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarnya
Waktu : 90 Menit
1. Tujuan
Melatih siswa menemukan, menganalisis, mengamati, menggambarkan, menyajikan
secara visual, dan menyajikan dihadapan orang banyak ikan dan perilakunya
2. Media
a. Lima toples atau gelas, yang masing-masing sudah diisi seekor ikan
b. Lima lembar kertas karton (manila) untuk membuat gambar
c. Lima thermometer pengukur suhu air
d. Lima penggaris
e. Lima spidol warna
f. Sepuluh lembar kertas kwarto
3. Skenario pembelajaran
a. Kelas dibagi lima kelompok
b. Masing-masing kelompok menghadap meja yang diatasnya telah tersedia toples berisi
air dan ikan, penggaris, thermometer, dan kertas manila, masing-masing saatu buah.
Juga dua lembar kertas kwarto
Rus a , Model-Model Pe elajara , Me ge a gka Profesio alis e Guru, Jakarta: Rajawali Press,
12
, cet. , hal.
c. Selama empat puluh menit, siswa mengamati ikan yang ada di toples. Siswa diminta
mengamati ikat itu, mencatat semua yang mereka amati:ukuran, warna, kira-kira
beratnya, dll, termasuk perilakukanya.
d. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertas karton. Kreativitas dalam menyajikan
ide hasil pengamatan sangat dihargai: boleh dengan gambar, bagan, atau verbal. Juga
apakah siswa mampu membedakan antara data kuantitatif dan data kualitatif yang
mereka temukan.
e. Diwakili oleh salah seorang anggota, setiap kelompok menyajikan hasilnya
f. Sharing dalam kelas mengenai apa-apa yang bisa diamati dari kehidupannya seekor
ikan: warna, ukuran, tebal, berat, bernafas dan lain sebagainya
g. Berikan hadian untuk penapilan terbaik (rewarding system) bisa berupa benda, pujian
dan sebagainya13.
Kesimpulan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan inovasi model pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Siswa belajar melalui
proses pengalaman langsung dalam kehidupan nyata. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa
sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. Dengan CTL diharapkan siswa mampu
mengambil manfaat dari yang dipelajarinya sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan
dunia nyata.