Anda di halaman 1dari 12

PEMBELAJARAN MANDIRI DAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Makalah dipresentasikan pada Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen : Prof. Dr. Armai Arief, MA

Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D


Dr. Sururin, MA

Disusun oleh

Yudhi Fachrudin 2112011000010

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013
Contextual Teaching and Learning

A. Latar belakang Filosofis dan Psikologis CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) terpengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang
digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangan oleh Jean Peaget. Aliran filsafat
konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistemologi Giambatsta Vico. Menurut Vico
pengetahuan tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep
dari subjek yang mengamati. Selanjutnya, belajar bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari
orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

Sebagaimana Jean Piaget berpandangan bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk


dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan
itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.

Sedangkan latar belakang Psikologis. CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif.
Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar
bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana
itu, belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan
kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak sebenarnya adalah wujud dari adanya dorongan
yang berkembang dalam diri seseorang1.

B. Istilah dan Pengertian Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara,
selain materi pelajaran yang dipelajari bersifat faktual, bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi

Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika , Jakarta: Ke ca a, ,
1

cet. , hal. -
atau contoh, sumber belajar, media yang dihubungkan dengan pengalaman hidup nyata sehingga
siswa dapat merasakan langsung manfaat belajarnya2.

CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi materi pelajaran dengan konteks


kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna yang baru. Contextual teaching and learning
enables students to connect the content of academic subject with the immediate context of their
daily lives to discover meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing
students with fresh experience that stimulate the brain to make new connection and conscuently,
to discover new meaning3.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga
kerja4.

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka5.

Dengan prosesnya yang panjang, CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi,
transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan.

Dari beberapa latar belakang dan pendapat tentang CTL. Untuk tentang belajar dalam
konteks CTL

a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai


dengan pengalaman yang mereka miliki
b. Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada
dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan

Masitoh, Strategi Pe elajara , Jakarta: Direktorat Je dral Pe didika Isla -Ke e ag, , cet. , hal.
2

B. Joh so Elai e, Co textual Tea hi g a d Lear i g dala Masitoh, Strategi Pe elajara , hal.
3

Tria to, Me desai Model Pe elajara I ovaif-Progresif, Jakarta:Ke ca a, , cet. , hal.


4

Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
5
yang dimiliki berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seprti pola berpikir, pola
bertindak, kemampuan memecahkan persoalan
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah membuat anak berkembang secara utuh yang
bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang
sederhana menuju yang kompleks.
e. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu,
pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan
anak (real world learning)6.

C. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni;

1. Konstruktivisme (constructivism), pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya


siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami siswa.
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: a.
menjadikan pengetahuan bermakna dan relewan bagi siswa, b. memberi kesempatan
siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c. menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar7.
2. Inkuiri (inquiry), merupakan bagian inti dari kegaitan pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu

Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
6

Tria to, Model-Model Pe elajara I ovaif, Jakarta: Prestasi Pustaka , , cet. , hal.
7
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apa pun materi yang
diajarkan. Siklus inquiri terdiri dari; 1. observasi, 2. Bertanya, 3. Mengajukan dugaan, 4.
Pengumpulan data, 5. Penyimpulan.
Langkah-langkah inkuiri adalah sebagai berikut;
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lainnya.
3. Bertanya (questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
“bertanya”. Dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry,
yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui. Hampir semua aktivitas belajar, dapat menerapkan
questioning (bertanya); antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya.
4. Masyarakat belajar (learning community), menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
proses komunikasi dua arah. Kedua belah pihak saling memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan
dari teman belajarnya. Kalau setiap oran mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan
pengetahuan dan pengalaman.
5. Pemodelan (modeling), dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan yang diketahui. Model juga bisa didatangkan dari luar
yang ahli dibidangnya, misalkan mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara
menggunakan thermometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya.
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternative untuk mengembangkan pembelajaran
agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan respon dari kejadian, aktivita, atau pengetahuan yang baru diterimanya. Pada
akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya berupa: pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
diskusi, dan hasil karya.
7. Penilaian autentik (authentic assessment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik menilai
pengetahuan dan ketrampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya
guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik;
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif, yang diukur ketrampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat dilakukan sebagai feed back8.

D. Karakteristik proses pembelajaran CTL


1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge), artinya apa yang akan dipelejari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya
pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan
detailnya
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untu dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara

Tria to, Me desai Model Pe elajara I ovaif-Progresif.., hal.


8
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasin dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
strategi9.

E. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

N Bagian CTL Konvensional


o Pembelajaran

1 Siswa Subjek, artinya siswa berperan Objek, artinya siswa hanya


aktif dalam setiap proses berperan sebagai penerima
pembelajaran dengan cara informasi secara pasif
menemukan dan menggali
sendiri materi pelajaran

2 Objek Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran bersifat teoritis


Pembelajaran kehidupan nyata secara riil dan abstrak

3 Pembelajaran Siswa belajar melalui kegiatan Siswa belajar secara individual


kelompok, seperti kerja dengan menerima, mencatat, dan
kelompok, berdiskusi, saling menghafal materi pelajaran
menerima dan memberi

4 Kemampuan Berdasarkan atas pengalaman Berdasarkan melalui latihan-


latihan

Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
9
5 Tujuan akhir Kepuasaan diri Nilai atau angka

6 Tindakan Perilaku dibangun atas Perilaku didasarkan oleh faktor


kesadaran diri sendiri dari luar dirinya

7 Pengetahuan Berkembang sesuai dengan Kebenarannya absolut dan final,


pengalaman yang dialaminya pengetahuan dikonstruksi oleh
orang lain

8 Proses Tanggung jawab dalam Guru adalah penentu jalannya


pembelajaran memonitor dan proses pembelajaran
mengembangkan pembelajaran
mereka masing-masing

9 Tempat belajar Pembelajaran bisa terjadi di Pembelajaran hanya terjadi di


mana saja dalam konteks dan dalam kelas
setting yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan

10 Ukuran Pembelajaran diukur dengan Pembelajaran hanya diukur dari


keberhasilan berbagai cara, misalnya dengan tes
evaluasi proses, hasil karya
siswa, penampilan, rekaman,
observasi, wawancara, dsb

Berdasarkan tabel di atas, CTL memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi
maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya10.

Wi a Sa jaya, Strategi Pe elajara erorie tasi Sta dar Proses Pe didika .., hal.
10
-
F. Strategi Pembelajaran CTL

Langkah pertama, Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan


pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran
dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka

Langkah kedua, Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang
dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan
datang

Langkah ketiga, Berfikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berpikir
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu
masalah

Langkah keempat, Mengembangkan kurikulum berdasarkan standar: konten pengajaran


berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, negara bagian, nasional, asosiasi,
dan/atau industri.

Langkah kelima, Responsive terhadap budaya: pendidik harus memahami dan


menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan siswa, sesame rekan
pendidik dan masyarakat tempat mereka mendidik.

Langkah keenam, Refleksi: membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Langkah ketujuh, Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang
secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa, antara lain:
proyek/kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan
siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis11.

Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual hendaknya:

1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegaitan siswa yang
merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indicator pencapaian
hasil belajar
2. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarnya

Masitoh, Strategi Pe elajara .., hal.


11
3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan dignakan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan
4. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam
melakukan proses pembelajarannya
5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan
sebenarnya yang dimiliki siswa baik pada saat berlangsung (proses) maupun setelah
siswa tersebut selesai belajar12.

G. Contoh Skenario Pembelajaran CTL

Topik : mengamati Ikan dan Perilakunya

Bidang Studi : Integrasi antara IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia

Waktu : 90 Menit

1. Tujuan
Melatih siswa menemukan, menganalisis, mengamati, menggambarkan, menyajikan
secara visual, dan menyajikan dihadapan orang banyak ikan dan perilakunya
2. Media
a. Lima toples atau gelas, yang masing-masing sudah diisi seekor ikan
b. Lima lembar kertas karton (manila) untuk membuat gambar
c. Lima thermometer pengukur suhu air
d. Lima penggaris
e. Lima spidol warna
f. Sepuluh lembar kertas kwarto
3. Skenario pembelajaran
a. Kelas dibagi lima kelompok
b. Masing-masing kelompok menghadap meja yang diatasnya telah tersedia toples berisi
air dan ikan, penggaris, thermometer, dan kertas manila, masing-masing saatu buah.
Juga dua lembar kertas kwarto

Rus a , Model-Model Pe elajara , Me ge a gka Profesio alis e Guru, Jakarta: Rajawali Press,
12

, cet. , hal.
c. Selama empat puluh menit, siswa mengamati ikan yang ada di toples. Siswa diminta
mengamati ikat itu, mencatat semua yang mereka amati:ukuran, warna, kira-kira
beratnya, dll, termasuk perilakukanya.
d. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertas karton. Kreativitas dalam menyajikan
ide hasil pengamatan sangat dihargai: boleh dengan gambar, bagan, atau verbal. Juga
apakah siswa mampu membedakan antara data kuantitatif dan data kualitatif yang
mereka temukan.
e. Diwakili oleh salah seorang anggota, setiap kelompok menyajikan hasilnya
f. Sharing dalam kelas mengenai apa-apa yang bisa diamati dari kehidupannya seekor
ikan: warna, ukuran, tebal, berat, bernafas dan lain sebagainya
g. Berikan hadian untuk penapilan terbaik (rewarding system) bisa berupa benda, pujian
dan sebagainya13.

Kesimpulan

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan inovasi model pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Siswa belajar melalui
proses pengalaman langsung dalam kehidupan nyata. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa
sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. Dengan CTL diharapkan siswa mampu
mengambil manfaat dari yang dipelajarinya sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan
dunia nyata.

Masitoh, Strategi Pe elajara .., hal.


13
Daftar Pustaka

Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam-Kemenag,


2009), cet.1

Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:


Rajawali Press, 2011), cet. 1

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


Kencana, 2011), cet. 8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana, 2010),


cet. 3

______, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Prestasi Pustakan, 2007), cet. 1

Anda mungkin juga menyukai