TINJAUAN TEORI
8
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Mengajukan
pertanyaan yang sifatnya mencari atau mengajukan informasi atas data
tentang masalah tersebut.
4. Merumuskan hipotesis, siswa mencoba merumuskan hipotesis
permasalahn tersebut. Guru membantunya dengan pertanyaan
pancingan.
5. Menguji hipotesis. Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat
meminta data untuk pembuktian hipotesis.
6. Pengambilan kesimpulan. Perumusan kesimpulan ini dilakukan antara
guru dan siswa.
Selanjutnya menurut Gulo (2011:85), menyatakan bahwa suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis.
Saran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar. (2) keterarahan kegiatan secara logis dan
sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap pecaya diri siswa
tentang apa yang ditemukan pada proses inkuiri.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuri. 1) strategi
inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. 2)
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukakan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri. 3) tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuri
adalah mengembangkan kemmapuan berpikir secara sistematis,logis, dan kritis
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Sanjaya, 2010: 303-304).
Pembelajaran inkuri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tapi hasil menemukan sendiri (Trianto, 2012: 167).
9
Sanjaya menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Strategi menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Siswa
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuri adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kriitis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dariproses mental.
11
pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru ,
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri sendiri mereka.
12
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai-bagian dari proses
mental.
Menurut Sanjaya (2008:202-205), terdapat enam langkah pelaksanaan
dalam inkuiri yaitu:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive, pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran.
2. Merumuskan Masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu perubahan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajiakan dalah persoalan yang
menentang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki itu sendiri.
3. Merumuskaan Hipotesis
Hipotesis jawaban sementara dari suatu perubahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang dangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
13
Tabel 1. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Di Kelas
14
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajara yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intutif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsive
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8. Memberikan kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Inkuri terbimbing adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaanya guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan
sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru termasuk kegiatan perumusan
masalah. Siswa melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan konsep atau
prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam model pembelajaran inkuiri ini,
guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya (Kaniawati, 2010:7).
Menurut Sanjaya (2008:208), ada beberapa keunggulan dan kelemahan
strategi pembelajaran inkuiri, beberapa keungulan tersebut adalah :
1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modren yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengelaman.
15
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran yang dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan ketuntasan diatas rata-rata.
Artinya siswa memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Selanjutnya di samping itu terdapat juga pembelajaran inkuiri yang
memiliki kelemahan yaitu:
1. Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan yang telah
ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemamuan-
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
pembelajaran inkuiri akan sulit dimplementasikan oleh setiap guru.
16
Tinjauan mengenai faktor internal ini akan dikhususkan pada faktor-faktor
psikologis.
1) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang
disebut dengan motivasi.
2) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya
proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental
secara detailsangat diperlukan, sehingga tidak perhatian sekedarnya.
3) Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik dan mental
sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara
harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.
4) Organisasi
Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau
menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan
pengertian.
5) Pemahaman
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu
belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud
dan implikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu
saituasi.
6) Ulangan
Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat
kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah.
Kemampuan berprestasi atau unjuk kerja hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar, pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.
Siswa menunjukkan bahwa telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
17
mentransfer hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 243). Selanjutnya Gagne
dalam Purwanto (2013: 42) menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya
konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan,
yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-
stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
Dilanjutkan oleh Kunandar (2014: 62), hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif,afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau
dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Sudjana (2017: 22-23), membagi tiga klasifikasi hasil belajar sebagai berikut:
a) Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yamg terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sin
tesis, dan evaluasi
b) Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi.
c) Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Menurut Kunandar (2014: 165), Ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif
adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau
penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau
hafalan, pemahaman, penerapan, atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala
uapaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah kognitif
(Sudaryono, 2012:43).
Menurut Bloom dalam Jufri (2013: 59-70), Ranah konitif dari hasil belajar
meliputi penungasan konsep, ide, pengetahuan dan berkenaan dengan
keterampilan-keterampilan intelektual. Selanjutnya menurut Purwanto (2014:50),
18
hasil belajar kognitif adalah merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Hasil belajar kognitif bukan merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang menimbulkan perubahan
perilaku dalam domain kognitif yang meliputi beberapa tingkat atau jenjang.
19
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, kata kerja ini digunakan sebagai
acuan dalam membuat item-item pertanyaan untuk mengukur hasil belajar
kognitif siswa (Sukardi 2011:75). Untuk mengetahuan hasil belajar kognitif siswa
perlu dilakukannya penilaian kognitif. Menurut kunandar (2014:168), penilaian
kognitif adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian atau penugasan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi
ingatan atau hapalan, pemahaman, penerapan datau aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
20
perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan
menjadi suatu keseluruhan gerakan yang benar.
6) Kreativitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola
gerak gerik yang baru, yang dilakukan atas insiatif sendiri.
Ranah psikomotorik bersifat keterampilan, maka ranah psikomotorik dapat
diukur dengan kemampuan atau keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu
(Sudaryono, 2012: 49). Selanjutnya menurut Kunandar (2014: 257), penilaian
psikomotorik adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mngukur tingkat
pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik.
21
2.7 Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian yang dilakukan Anggraeni, dkk (2013) menyimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan pemahaman konsep IPA siswa SMP. Rata-rata skor kemampuan berpikir
kritis siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebesar
77,19% yang termasuk dalam kategori tinggi. Rata-rata skor pemahaman konsep
siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebesar 79,52%
yang termasuk dalam kategori tinggi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Silalahi (2012) menyimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK) biologi siswa kelas VII di SMPN
25 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012. Pada siklus 1 daya serap PPK siswa adalah
76,22% dan siklus 2 adalah 78,92%.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami, L (2017) dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Pada Materi
Fotosintesis di MTsN Indrapuri” didapatkan hasil bahwa hasil analisis data
menunjukkan aktivitasdan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Hasil uji t menunjukkan thitung (3,89)>ttabel(1,67)
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis, L (2015) dengan judul “Penerapan
Stategi Guided Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ambon Konsep
Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI SMAN 12 Ambon” Didapatkan hasil
bahwa Peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai KKM 70 dalam mata
pelajaran Biologi, sebelum dilakukan proses belajar mengajar (PBM), sebanyak
31 siswa hasil belajarnya tidak tuntas, setelah dilaksanakan guided inquiry siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM berkurang menjadi 0 siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Hanim (2015) yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Berbasis Praktikum pada Materi Sistem
Eksresi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik SMA”. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa sikap ilmiah setelah proses pembelajaranmodel
22
inquiri terbimbing menunjukkan pada kelas eksperimen nilai sikap ilmiah berada
pada kategori baik(semua indikator), dan kelas kontrol menunjukkan kategori
baik. Simpulan penelitian adalah penerapan model pembelajaran inquiri
terbimbing pada meteri fotosintesis dapat meningkatkan sikap ilmiah peserta
didik di SMPN 8 Banda Aceh.
23