Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains


Menurut Rusman (2012: 193), kontruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat.
Manusia harus membangun pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman yang nyata. Batasan kontruktivisme di atas memberikan penekanan
bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap
siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata.
Selanjutnya menurut Kunandar (2011: 312), dalam kontruktivisme
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan“ menerima”
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi
pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan kontruktivisme “strategi
memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh
dan mengingat pengetahuan.
Menurut Slavin dalam Trianto (2012: 74) bahwa teori kontruktivisme
merupakan suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.Siswa
harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini. Dengan memberikan semangat siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa
dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Menurut Suprijono (2013: 39), kontruktivisme beraksentuasi sebagai proses
oparatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan
menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada
bermacam-macam situasi.Belajar operatif tidak hanya menekankan pada
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang “apa”), namun juga pengetahuan
struktural (pengetahuan tentang “mengapa”), serta pengetahuan prosedural
(pengetahuan tentang “bagaimana”).Belajar figuratif adalah belajar memperoleh
pengetahuan dan penambahan pengetahuan.
Menurut Suparno dalam Trianto (2012: 18-19), prinsip-prinsip dasar
pandangan konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara
sosial.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan
keaktifan siswa menalar.
3) Siswa aktif mengkostruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
pada konsep ilmiah.
4) Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

2.2 Pendekatan Inkuri dalam Pembelajaran Sains


Menurut Usman dalam Istarani (2012:132), mengatakan bahwa inkuiri
adalah cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat
mencari secara kritis, analisis dan argumentatif (ilmiah) dengan menggunakan
langkah-lngkah tertentu menuju suatu kesimpulan. Langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran inquiri:
1. Membina suasana yang responsif diantara siswa. Penjelasanarti dan
prosesinquiri.
2. Mengemukakan permasalahan untuk di-inquiri. Memaparkan
permasalahan melalui cerita, film, gambar dan sebagainya, kemudian
mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan
memperjelas permasalahan dari cerita, atau film tersebut.

8
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Mengajukan
pertanyaan yang sifatnya mencari atau mengajukan informasi atas data
tentang masalah tersebut.
4. Merumuskan hipotesis, siswa mencoba merumuskan hipotesis
permasalahn tersebut. Guru membantunya dengan pertanyaan
pancingan.
5. Menguji hipotesis. Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat
meminta data untuk pembuktian hipotesis.
6. Pengambilan kesimpulan. Perumusan kesimpulan ini dilakukan antara
guru dan siswa.
Selanjutnya menurut Gulo (2011:85), menyatakan bahwa suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis.
Saran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar. (2) keterarahan kegiatan secara logis dan
sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap pecaya diri siswa
tentang apa yang ditemukan pada proses inkuiri.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuri. 1) strategi
inkuri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. 2)
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukakan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri. 3) tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuri
adalah mengembangkan kemmapuan berpikir secara sistematis,logis, dan kritis
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Sanjaya, 2010: 303-304).
Pembelajaran inkuri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dengan waktu yang relatif singkat. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tapi hasil menemukan sendiri (Trianto, 2012: 167).

9
Sanjaya menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Strategi menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Siswa
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuri adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kriitis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dariproses mental.

2.3 Paradigma Pembelajaran Biologi


Gardner dalam Wena (2011: 67), menyatakan bahwa mata pelajaran biologi
sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah
pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.Selanjutnya Yulaelawaty dalam
Wena (2011: 67) menyatakan bahwa pemahaman merupakan perangkat standar
program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat
mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang
kehidupan.Sedangkan kompetensi sesorang yang telah menyelesaikan pendidikan
dijadikan titik tolak dari kurikulum berbasis kompetensi. Dengan demikian
pemahaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar
biologi. Belajar untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dipertimbangkan
oleh para pendidik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata
pelajaran biologi.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil
prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan
metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
yang didasarkan pada metode ilmiah (Trianto 2012: 152). Pelajaran biologi
10
merupakan pelajaran sains yang masih banyak salah paham dalam
mengartikannya. Mereka sebagian besar mengatakan pelajaran biologi adalah
pelajaran hafalan, jadi tidak perlu susah payah untuk belajarnya. Image tersebut
datang bukan hanya dari kalangan praktisi di luar pelajaran IPA, tapi juga datang
dari praktisi IPA sendiri yang kurang paham hakikat pembelajaran IPA khususnya
biologi. Jika peserta didik terbawa oleh paradigma “Biologi adalah pelajaran
hafalan”, maka akibatnya sangat fatal, antara lain: pembelajaran biologi menjadi
jalan di tempat, logika sains yang dimiliki biologi menjadi statisdan
perkembangan biologi menjadi berhenti karena pembelajaran biologi disampaikan
secara monoton danletter lux harus sesuai dengan bahasa buku
(Nizamudinshamazia’s, 2010).

2.4 Model Pembelajaran Inkuri Terbimbing (Guided Inquiry)


Inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan
sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model
pembelajaran inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa.Dalam
pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar.Tujuan utama pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu
memecahkan masalah ilmiah (Dimyati dan Mujiono, 2010:173).
Hamalik (2014:219), mengemukakan bahwa di dalam inkuiri, seseorang
bertindak sebagai sorang ilmuan (scientist), melakukan eksperimen, dan mampu
melakukan proses mental berinkuiri. Selacnjutnya menurut (Sanjaya: 2008:196),
menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Proses
berfikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab guru dengan siswa.

Selanjutnya menurut Hamdayama (2014:31), pembelajaran inkuiri


merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Selanjutnya menurut inkuiri adalah

11
pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru ,
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri sendiri mereka.

Menurut Sanjaya (2008:196-197) mengungkapkan bahwa pembelajaran


inkuri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berfikir kiritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyaakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya hanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Selanjutnya menurut Gulo dalam Trianto (2012:168), menyatakan bahwa


inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi
yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri
merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.

Menurut Hamruni (2012:88), inkuiri adalah rangkaian kegiatan


pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa

Menurut Sanjaya (2008:196-197), tiga hal ciri utama strategi pembelajaran


inkuiri.

1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk


mencari dan menemukan. Artinya strategi belajar inkuiri menepatkan
siswa sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
3. Tujuan dan penggunakan strategi pembelajran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis,

12
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai-bagian dari proses
mental.
Menurut Sanjaya (2008:202-205), terdapat enam langkah pelaksanaan
dalam inkuiri yaitu:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive, pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran.
2. Merumuskan Masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu perubahan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajiakan dalah persoalan yang
menentang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki itu sendiri.
3. Merumuskaan Hipotesis
Hipotesis jawaban sementara dari suatu perubahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang dangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap


diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.

6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

13
Tabel 1. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Di Kelas

NO Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


Pembelajaran
1 Orientasi Menyajikan Permasalahan Memahami dan
Mencermati
permasalahan dari
Menjelaskan berbagai aspek
prosedur/langkah-langkah Memahami prosedur/
inkuiri langkah-langkah inkuiri
2 Merumuskan Membimbing siswa untuk Merumuskan masalah
Masalah merumuskan masalah
Membimbing siswa untuk Memahami konsep-
memahami konsep-konsep konsep yang terkandung
yang terkandung dalam dalam rumusan
merumuskan masalah masalah.
3 Merumuskan Membimbing siswa dalam Membuat hipotesis dari
Hipotesis membuat hipotesis dari suatu permasalahan
suatu permasalahan yang yang dikaji.
dikajikan
4 Mengumpulkan Membimbing siswa untuk Melakukan
Data mengumpulkan informasi pengumpulan data
Membimbing cara-cara Melakukan
mencari/pengumpulan data pengumpulan data
5 Menguji Membimbing siswa untuk Menentukan jawaban
Hipotesis menentukan jawaban yang yang sesuai dengan data
dianggap diterima sesuai yang diperoleh
dengan data atau berdasarkan
berdasarkan pengumpulan pengumpulan data
data
Membimbing siswa Menganalisis tahapan-
menganalisis tahapan- tahapan inkuiri yang
tahapan inkuiri yang telah telah dilaksanakan
dilaksanakan
6 Merumuskan Membimbing siswa untuk Membuat kesimpulan
Kesimpulan membuat kesimpulan yang relavan
Sumber: Sanjaya (2008: 201-204)
Menurut Roestiyah (2012:76-78), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat
ditemukan sebagai berikut :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan “konsep” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

14
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajara yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intutif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsive
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8. Memberikan kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Inkuri terbimbing adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaanya guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan
sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru termasuk kegiatan perumusan
masalah. Siswa melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan konsep atau
prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam model pembelajaran inkuiri ini,
guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya (Kaniawati, 2010:7).
Menurut Sanjaya (2008:208), ada beberapa keunggulan dan kelemahan
strategi pembelajaran inkuiri, beberapa keungulan tersebut adalah :
1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modren yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengelaman.

15
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran yang dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan ketuntasan diatas rata-rata.
Artinya siswa memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Selanjutnya di samping itu terdapat juga pembelajaran inkuiri yang
memiliki kelemahan yaitu:
1. Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan yang telah
ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemamuan-
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
pembelajaran inkuiri akan sulit dimplementasikan oleh setiap guru.

2.5 Hasil Belajar


Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan
prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan tidak
terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,
2013: 5 dan 7). Lebih lanjut Sardiman ( 2016: 19), mengatakan bahwa dari proses
belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil
pengajaran.
Sardiman (2016: 39) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan proses
interaksi belajar-mengajar yang lebih menitikbertakan pada soal motivasi, faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar lebih ditekankan pada faktor intern. Faktor
intern ini sebenarnya menyangkut faktor-faktor fisologis dan faktor psikologis.

16
Tinjauan mengenai faktor internal ini akan dikhususkan pada faktor-faktor
psikologis.
1) Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang
disebut dengan motivasi.
2) Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya
proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental
secara detailsangat diperlukan, sehingga tidak perhatian sekedarnya.
3) Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik dan mental
sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara
harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.
4) Organisasi
Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau
menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan
pengertian.
5) Pemahaman
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu
belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud
dan implikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu
saituasi.
6) Ulangan
Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat
kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah.
Kemampuan berprestasi atau unjuk kerja hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar, pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.
Siswa menunjukkan bahwa telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau

17
mentransfer hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 243). Selanjutnya Gagne
dalam Purwanto (2013: 42) menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya
konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan,
yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-
stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
Dilanjutkan oleh Kunandar (2014: 62), hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif,afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau
dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Sudjana (2017: 22-23), membagi tiga klasifikasi hasil belajar sebagai berikut:
a) Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yamg terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sin
tesis, dan evaluasi
b) Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi.
c) Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Menurut Kunandar (2014: 165), Ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif
adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau
penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau
hafalan, pemahaman, penerapan, atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar.

2.5.1 Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala
uapaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah kognitif
(Sudaryono, 2012:43).

Menurut Bloom dalam Jufri (2013: 59-70), Ranah konitif dari hasil belajar
meliputi penungasan konsep, ide, pengetahuan dan berkenaan dengan
keterampilan-keterampilan intelektual. Selanjutnya menurut Purwanto (2014:50),
18
hasil belajar kognitif adalah merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Hasil belajar kognitif bukan merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang menimbulkan perubahan
perilaku dalam domain kognitif yang meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

Bloom dalam Purwanto (2010:50), membagi dan menyusun secara hirarki


tingkat hasil belajar kognitif, diantaranya:

1. Kemampuan menghafal (Knowledge), merupakan kemampuan memanggil


kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons
suatu masalah.
2. Kemampuan pemahaman (Comprehension), adalah kemampuan untuk
melihat hubungan fakta dengan fakta. Pemahaman menuntut pengetahuan
akan fakta dan hubungannya.
3. Kemampuan penerapan (Application), adalah kemampuan kognitif untuk
memahami aturan, hokum rumus dan sebagainya dan menggunakannya
untuk mecahkan masalah
4. Kemampuan analisis (Analysis), adalah kemampuan mehami dengan
mengorganisikan bagian-bagian menjadi suatu kesatuan.
5. Kemampuan evalusai (Evaluation), adalah kemampuan membuat penelitin
dan mengambil keputusan dari hasil penelitiannya.
Berikutnya ini adalah tabel kata kerja yang berorientasi perilaku pada
ranah kognitif.

Tabel 2. Kata Kerja yang Berorientasi perilaku pada ranah kognitif

Tingkatan ranah kognitif Kata Kerja


Pengetahuan (Knowledge) Identifikasi, spesifikasi, menyatakan
Pemahaman (Comprehension) Menerangkan, menyatakan kembali,
menerjemahkan
Penerapan (Application) Menggunakan, memecahkan
Analisis (Analysis) Menganalisis, membandingkan,
mengkontraskan
Sintesis (Syntesis) Merancang, mengembangkan, merencanakan
Evaluasi (Evaluation) Menilai, mengukur, memutuskan
Sumber : Bloom dalam Sukardi (2011:75)

19
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, kata kerja ini digunakan sebagai
acuan dalam membuat item-item pertanyaan untuk mengukur hasil belajar
kognitif siswa (Sukardi 2011:75). Untuk mengetahuan hasil belajar kognitif siswa
perlu dilakukannya penilaian kognitif. Menurut kunandar (2014:168), penilaian
kognitif adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian atau penugasan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi
ingatan atau hapalan, pemahaman, penerapan datau aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.

2.5.2 Hasil Belajar Psikomotorik


Hasil belajar psikomotorik berkenaan dalam keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak
dalam kecendurangan untuk berperilaku. (Sudjana, 2017: 31-32). Menurut
Sudaryano (2012: 48), tingkatan ranah psikomotorik terdiri dari:
1) Persepsi (Perceotion), mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua pasang atau lebih.
2) Kesiapan (Stimulation), mencakup kemampuan untuk menempatkan diri
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan yang
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
3) Gerakan terbimbing (Guided response), mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak gerik yang dinyatakan dengan
menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah diberikan.
4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar tanpa memperhatikan
lagi contoh yang diberikan.
5) Gerakan yang kompleks (Complex response), mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai komponen
dengan lancar, tepat, dan efisien yang dinyatakan dalam suatu rangkaian

20
perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan
menjadi suatu keseluruhan gerakan yang benar.
6) Kreativitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola
gerak gerik yang baru, yang dilakukan atas insiatif sendiri.
Ranah psikomotorik bersifat keterampilan, maka ranah psikomotorik dapat
diukur dengan kemampuan atau keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu
(Sudaryono, 2012: 49). Selanjutnya menurut Kunandar (2014: 257), penilaian
psikomotorik adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mngukur tingkat
pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik.

2.6 Hubungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Hasil Belajar Siswa
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilak ukan melalui tanya jawab antar guru dan siswa
(Sanjaya, 2008:204). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan.Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai.disamping faktor kemampuan juga ada faktor
lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 2014:39).
Menurut Kunandar dalam Anggraeni, dkk (2013), keunggulan penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri adalah memacu keinginan siswa untuk mengetahui,
memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sehingga mereka menemukan
jawaban dan siswa belajar menemukan masalah mandiri dengan memiliki
keterampilan berpikir kritis. Salah satu tujuan dari pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.

21
2.7 Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian yang dilakukan Anggraeni, dkk (2013) menyimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan pemahaman konsep IPA siswa SMP. Rata-rata skor kemampuan berpikir
kritis siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebesar
77,19% yang termasuk dalam kategori tinggi. Rata-rata skor pemahaman konsep
siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri adalah sebesar 79,52%
yang termasuk dalam kategori tinggi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Silalahi (2012) menyimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar pengetahuan pemahaman konsep (PPK) biologi siswa kelas VII di SMPN
25 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012. Pada siklus 1 daya serap PPK siswa adalah
76,22% dan siklus 2 adalah 78,92%.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami, L (2017) dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Pada Materi
Fotosintesis di MTsN Indrapuri” didapatkan hasil bahwa hasil analisis data
menunjukkan aktivitasdan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Hasil uji t menunjukkan thitung (3,89)>ttabel(1,67)
Penelitian yang dilakukan oleh Johanis, L (2015) dengan judul “Penerapan
Stategi Guided Inquiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ambon Konsep
Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI SMAN 12 Ambon” Didapatkan hasil
bahwa Peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai KKM 70 dalam mata
pelajaran Biologi, sebelum dilakukan proses belajar mengajar (PBM), sebanyak
31 siswa hasil belajarnya tidak tuntas, setelah dilaksanakan guided inquiry siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM berkurang menjadi 0 siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Hanim (2015) yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Berbasis Praktikum pada Materi Sistem
Eksresi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik SMA”. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa sikap ilmiah setelah proses pembelajaranmodel

22
inquiri terbimbing menunjukkan pada kelas eksperimen nilai sikap ilmiah berada
pada kategori baik(semua indikator), dan kelas kontrol menunjukkan kategori
baik. Simpulan penelitian adalah penerapan model pembelajaran inquiri
terbimbing pada meteri fotosintesis dapat meningkatkan sikap ilmiah peserta
didik di SMPN 8 Banda Aceh.

Penelitian yang di lakukan oleh Riyadi, Dkk (2015) yang berjudul “


Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi
Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Siswa
Kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014” hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Peningkatan
ini diukur melalui lembar observasi, angket, wawancara, serta didukung dengan
menggunakan hasil tes yang disusun berdasarkan indikator keterampilan proses sains.

23

Anda mungkin juga menyukai