Anda di halaman 1dari 12

1.

Hasil pengamatan dan mengkaji video pembelajaran dengan menggunakan


pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS

Jawaban:

PENDEKATAN SAINTIFIK

Pengertian Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran


yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang “ditemukan” (Kurinasih, 2014:29). Pendekatan saintifik
dimaksudkan memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada infromasi searah
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.

Karakteristik Pendekatan Saintifik

Disebut pembelajaran dengan pendekatan saintifik memilik karakteristik


sebagai berikut.

a. berpusat pada siswa;


b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum,
dan prinsip;
c. melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;
d. dapat mengembangkan karakter siswa.
Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didsarkan pada


keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Untuk meningkatkan kemampuan
intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; Untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;
Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan; Diperolehnya hasil belajar yang tinggi; Untuk
melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide khususnya dalam menulis
artikel ilmiah; Untuk mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran


adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran berpusat pada siswa;


b. Pembelajaran membentuk student’s self concept;
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme;
d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasikan konsep, hukum, dan prinsip;
e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;
f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru;
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi;
h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan


keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut
harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner,
teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam
Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan
pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan
proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh
sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-
teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan
memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan
proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode
saintifik.

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan


dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema
tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang
menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun
pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam
pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat
cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah
ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan
akomodasi.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi


apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan
atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak
antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).

Langkah-langkah pembelajaran 5 M

Langkah ke-1: Mengamati (observing).

Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang


dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna
(meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal
kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek
belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan
dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana
asalkan mudah digunakan dan menarik.

Langkah ke-2: Menanya (Questioning).

Kemampuan bertanya yang baik merupakan indikasi bahwa kemampuan


verbal seseorang telah berkembang dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik
karena dirangsang oleh pertanyaan yang baik. Karena itu, keberanian dan
kemampuan bertanya penting untuk ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan,
akan mendorong munculnya respon balik berupa tanggapan verbal, baik oleh
guru atau peserta didik secara kreatif, bahkan mungkin guru tidak menyangka
akan mendapatkan jawaban baru yang mengkayakan dari para peserta didiknya.
Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin (premium) selalu habis meskipun
harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin dan ada orang yang kaya?.
Langkah ke-3: Mencoba (Experimenting)

Hasil belajar akan terekam kuat dalam memori peserta didik, apabila
mereka diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini
tentu sangat berbeda dengan hasil belajar karena sekedar mendengarkan atau
diberitahu oleh orang lain. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam
bentuk kegiatan eksperimen. Misalnya, peserta didik diminta untuk melakukan
pengukuran terhadap perbedaan kecepatan perputaran kipas angin yang terbuat
dari bahan kertas tipis, kertas karton, seng, atau benda lain di halaman sekolah.

Langkah ke-4: Menalar (associating).

Menalar dalam pengertian ini adalah padanan dari


istilah associatingdalam bahasa Inggris, bukan kata reasoning. John M. Echols
dan Hasan Shadily (1995: 469) dalam bukunya Kamus Inggris-
Indonesiamenerjemahkan kata reasoning dengan pemikiran atau pertimbangan.
Namun penalaran yang dimaksudkan di sini lebih dekat dengan padanan dari
kata “associating”, yang merujuk pada teori belajar asosiasi (pembelajaran
asosiatif).

Langkah ke-5: Mengkomunikasikan (Communicating)

Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan


atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara lisan atau tulisan,
atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Dalam ruang
terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di
hadapan teman-temannya di dalam kelas.
HASIL PENGAMATAN VIDEO

A. APERSEPSI
1. Guru masuk ke kelas dan memberikan salam
2. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa (nilai religius)
3. Guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran pertemuan yang telah
berlalu
4. Siswa menjawab dengan serempak “keragaman social budaya”
5. Guru memberikan apresiasi dengan mengucapkan kata “bagus”
6. Dilanjutkan guru memberikan informasi mengenai materi pelajaran yang
akan diajarkan yaitu interaksi manusia dan lingkungan
7. Guru bertanya mengenai bentuk interaksi yang masih ada di lingkungan
sekitar siswa
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
9. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran
B. KEGIATAN INTI
10. Mengamati video tentang interaksi manusia dan lingkungan
11. siswa diminta menuliskan hal-hal belum diketahui (merumuskan
pertanyaan/menanya)
12. Menggali informasi dari membaca buku, pengamatan langsung dan
wawancara
13. Menyajikan jawaban dan memikirkan dan menjawab masalah-masalah
yang ditemui siswa dalam kehidupan (mengkomunikasikan)
14. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan
15. Guru membagi kelas menjadi 8 kelompok dengan cara siswa diminta
berhitung dan mengelompok sesuai dengan urutan,
16. Guru menyuruh siswa untuk menuliskan hal-hal ingin diketahui ke depan
17. Setelah ada 6 soal yang didapatkan, guru membacakan pertanyaan lalu
menganalisa pertanyaan yang ada ada 2 soal yang mirip (no. 2 dan no. 3)
18. Guru menambahkan 4 soal yang dituliskan oleh siswa di papan tulis
menjadi 10 soal.
19. Guru menyuruh siswa mendiskusikan secara kelompok untuk
merumuskan pertanyaan
20. Guru melakukan penilaian saat diskusi untuk memperoleh nilai afektif
21. Guru bertanya kepada siswa sudah selesai merumuskan soal
22. Siswa maju satu persatu mewakili kelompok untuk menuliskan pertanyaan
yang sudah dirumuskan secara kelompok secara bergantian
23. Ada 9 rumusan masalah yang telah dituliskan siswa
24. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi dengan cara
membaca buku, pengamatan langsung dan wawancara dengan warga
sekitar sekolah untuk menjawab pertanyaan
25. Siswa melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan warga
sekitar tentang warga yang harmonis dana kurang harmonis
26. Warga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa
27. Siswa melakukan pengamatan tentang lahan yang rusak dibantaran
sungai sekitar sekolah
28. Siswa mengamati pula tempat pembuangan sampah yang ada disungai
29. Siswa melakukan pengamatan dan wawancara dilahan tambang dekat
sekolah
C. KEGIATAN PENUTUP
30. Membuat kesimpulan.
2. Menjawab soal-soal
a. Apakah model pendekatan saintifik tersebut dapat diterapkan pada semua
topik dalam pembelajaran IPS?
Jawaban:
Semua materi bisa diterapkan pendekatan saintifik, tidak harus urut sesuai
dengan 5 M yang diawali dengan mengamati, bisa juga diawali dengan
pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu. Pendekatan saintifik dapat diterapkan
pada semua topik pembelajaran IPS, karena langkah-langkah dalam
pendekatan ilmiah atau saintifik dapat disesuaikan dengan tema atau topik
yang ada pada pembelajaran IPS. Selain itu karena pendekatan saintifik
memiliki langkah-langkah yang sistematis maka akan lebih mudah diterapkan
pada berbagai topik atau tema pembelajaran.
b. Tunjukkan perubahan yang terjadi antara model pendekatan saintifik awal
2013 itu dengan model revisi terbaru (2018), atau apanya yang berubah?
1. Dalam proses pembelajaran membuat perencanaan pembelajaran
merupakan tahapan pertama yang diwujudkan dengan kegiatan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di
setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di
mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata
pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar dengan mempelajari
hakikat, prinsip dan langkah-langkah penyusunan RPP seperti yang salah
satunya tertera pada Permendiknas tentang Pembelajaran Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan
Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014. Namun peraturan ini diperbaharui
dengan keluarnya Permendikbud No 23 tentang standar penilaian dan
panduan penilaian terbaru.
2. Perbaikan selanjutnya adalah dalam mengintegrasikan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang
diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas.
3. Selain PPK pada pembelajaran perlu juga diintegrasikan literasi;
keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical
thinking, Communicative, dan Collaborative); dan HOTS (Higher Order
Thinking Skill.
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan
sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan
karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini
pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di
sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak
warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan
dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada pengembangan karakter siswa, penambahan dan
penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar
siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa
penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi
Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.
4. Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah
kemampuanmengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya
literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Literasi lebih dari sekadar
membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual,
digital, dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar
(Basic Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media
(Media Literacy), Literasi Teknologi (Technology Literacy), Literasi Visual
(Visual Literacy).
5. Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan
sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini
tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering
mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C
sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana
dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan
keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang
pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar
pengusaan hardskill.
6. Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi
pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik
mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan
dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan
berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil
keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi meruapakan
kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
7. Sehingga di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat
agar muncul empat macam hal tersebut (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS)
maka perlu kreatifitas guru dalam meramunya. Maka tidak mungkin lagi
menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada
guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active
Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan
disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2
hari merupakan pendidikan keluarga.
c. Adakah materi yang tidak dapat diajarkan dengan pendekatan saintifik?
Materi apakah itu?
Jawaban:

Tidak ada. Karena, hampir semua materi pelajaran dapat diajarkan dengan
pendekatan scientific, bahkan melalui pendekatan scientific guru dapat
memasukan beberapa hal penting seperti sikap bertanggung jawab,
kerjasama, dan karakter sikap lainnya.

d. Identifikasi hal-hal yang bersifat positif dan yang bersifat negatif dari contoh
penerapan pendekatan saintifik video tersebut!

1. Kelebihan
a) Pembelajaran sudah tidak lagi berpusat kepada guru tetapi lebih terpusat
pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreaktif dalam
pembelajaran.
b) Pendekatan scientific memiliki langkah-langkah pembelajaran yang
sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan
pembelajaran.
c) Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk lebih
aktif dengan berbagai sumber belajar.
d) Mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menjawab
berbagai pertanyaan dalam pembelajaran.
e) Pendekatan scientific membantu mengembangkan beberapa karakter
positif peserta didik.
f) Langkah-langkah pembelajaran scientific memberikan peluang kepada
guru untuk menilai berbagai aspek(kognitif, afektif, dan psikomotorik).

2. Kelemahan
a) Pembelajaran dengan pendekatan scientific membutuhkan kreativitas
yang tinggi dari guru dalam menyiapkan langkah-langkah dan proses
pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b) Pembelajaran yang hanya berpijak pada pertanyaan dari peserta didik
sering kali kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
c) Pembelajaran dengan pendekatan scientific membutuhkan waktu yang
lebih panjang dan guru juga harus cermat dalam pengelolan waktu agar
tidak terlalu membuang-buang waktu
e. Dalam satu kali tatap muka apakah 5M atau 6M dalam pendekatan saintifik
harus terselesaikan? Jelaskan!
Tidak harus terselesaikan, tidak harus urut mulai dari mengamati, menanya,
mencoba, menalar, mengkomunikasikan. Karena disesuaikan dengan tema
dan materi pembelajaran. Jika memang waktu sudah selesai dan urutan atau
sintak belum bisa dilanjutkan pertemuan yang akan datang atau membuat
kesimpulan dirumah lalu didiskusikan dipertemuan yang akan datang.
f. Apakah sekolah-sekolah terpencil dengan sarana dan prasarana terbatas
dapat melaksanakan pendekatan saintifik? Mengapa?

Bisa, karena semua tergantung kekreativitasan dari guru yang


bersangkutan. Sarana dan prasarana hanya penunjang saja. Karena guru
adalah ujung tombak garda terdepan jadi harus bisa memanfaatkan
disekitarnya untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar. pendekatan
pembelajaran lain seperti “kontekstual” yang berbasis pada kondisi
lingkungan sekolah dan lingkungan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai