Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Mengajar
DOSEN PENGAMPU
Rudi Muhamad Barnansyah, M .Pd.I
Disusun Oleh:
2022
PEMBAHASAN
Ada 3 bentuk keterlibatan siswa dalam proses mengamati ini yang harus diperhatikan
oleh guru.
a. Mengamati biasa (commond observation), yaitu peserta didik sebagai subyek yang
sepenuhnya melakukan observasi (complete observer), peserta didik sama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, obyek, atau situasi yang diamati.
b. Mengamati terkendali (controlled observation), yaitu peserta didik tidak melibatkan
diri dengan pelaku, obyek dan situasi yang diamati. Namun pada mengamati
terkendali ini, pelaku atau obyek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi
yang dikhususkan, sehingga mengamati terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau
eksperimen.
c. Mengamati partisipatif (patisipant observation), yaitu peserta didik melibatkan diri
secara langsung dengan pelaku atau obyek yang diamati. Peserta didik melibatkan diri
dengan pelaku, komunitas, atau obyek yang diamati. Contohnya adalah peserta didik
hadir langsung di tempat suatu komunitas misalnya pesantren untuk mempelajari
secara langsung terkait dengan kehidupan keseharian di pesantren, kegiatan
pembelajaran yang ada di pesantren, dan melibatkan diri langsung di dalamnya.
Contoh lainnya termasuknya mangamati langsung di lapangan. Misalnya untuk
pembelajaran mengenai shalat jenazah, siswa bisa langsung diajak atau diminta untuk
takziah ketika ada tetangga sekolah yang meninggal. Dari proses ini, siswa akan
memiliki pemahaman yang utuh ketika diajak untuk shalat jenazah, melihat saat
orang meninggal tersebut dimandikan, dikafani dan dikuburkan. Selain itu, dengan
proses mengamati langsung ini akan memunculkan pemaknaan yang dalam terkait
dengan hakikat hidup dan kematian.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengamati ini
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
1) cermat, obyektif, dan jujur serta fokus pada obyek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran;
2) banyak–sedikit serta homogenitas-hiterogenitas obyek atau situasi yang diamati;
3) guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
seenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Aktivitas menanya lebih diarahkan kepada kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik
setelah ia melakukan pengamatan atau mengamati obyek tertentu yang disediakan oleh
pendidik. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan sesuatu
atas obyek yang diamati sebelumnya.
Pendidik professional dituntut agar mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Saat
pendidik bertanya kepada peserta didiknya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika pendidik menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. Pada konteks bertanya ini, maka pendidik harus memberikan
kesempatan dan membimbing peserta didiknya agar bisa memberikan pertanyaan yang baik
sesuai dengan tema atau materi yang diamati sebelumnya.
Misalnya ketika dalam pembelajaran materi tentang sejarah Nabi Muhammad ketika
masih kecil sampai diangkat menjadi Rasul, siswa bisa diminta untuk membuat pertanyaan
yang kemudian didiskusikan bareng di kelas. Selain itu, guru juga bisa memberikan
pertanyaan balik ketika siswa sedang diberikan penjelasa. Sikap aktif dari tanya-jawab ini
akan memberikan pemahaman yang leih dalam dan lebih utuh kaitannya dengan
pembelajaran di kelas.
Dari proses kegiatan bertanya dan menjawab ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
d. menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
e. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi pembelajaran yang
diberikan
f. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar;
g. Mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan;
h. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok;
i. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul;
j. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.
3. Mencoba
Mencoba merupakan proses kegiatan memperkuat pemahaman faktual, konseptual,
dan prosedural melalui kegiatan langsung mengumpulkan data. Kegiatan mencoba dapat
dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba prinsip/prosedur seperti yang diperoleh melalui
diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi baru. Kegiatan mencoba
dapat dilakukan dalam bentuk ekperimen, tugas projek, atau tugas produk. Aktivitas
mencoba lebih dimaknai dengan mengumpulkan data untuk bisa didiskusikan dengan peserta
didik lain atau kelompok lain dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Pada aktivitas
tahap ini, seorang pendidik harus memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan data dari apa yang telah diamati dan coba di tanyakan kepadanya dari
peserta didiknya.
Agar pelaksanaan percobaan atau eksperimen ini dapat berjalan dengan lancar, guru
hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu:
a. Merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan siswa.
b. Bersama siswa mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan.
c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.
d. Menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa.
e. Membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
f. Membagi kertas kerja kepada siswa.
g. Siswa melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
h. Mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal
4. Menalar
Menalar secara umum adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-
fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah menalar atau asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan,
mengasosiasikan, memasukkannya, mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman- pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya
yang sudah tersedia.
Mengelompokkan beragam ide dan beragam peristiwa untuk kemudian menjadi
penggalan memori. Selama menalar pada kontek pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
lebih untuk menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Inti
dari titik tekannya bahwa peserta didik diharapkan lebih aktif dari pada pendidik pada
berbagai kegiatan pemebalajaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Menalar atau mengasosiasi adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap
data yang didapat melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah
menyajikan data secara sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan. Kegiatan mengasosiasi dapat dirancang dan
didesain dengan menggunakan lembar kerja ekperimen sehingga lebih terbimbing dan terarah
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Pada kegiatan tugas proyek dan tugas produk
umumnya tidak memerlukan lembar kerja karena siswa lebih bebas dalam berkreasi dan
berinovasi.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar
peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntuan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah. Tugas utama guru adalah member
instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun dengan simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasi yang dapat diukur dan diamati.
5) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
7) diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
8) Evaluasi atau penialain didasari atas perilaku yang nyata atau
9) otentik.
10) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
11) Implementasi dalam pembelajaran PAI adalah misalnya pada materi tentang sholat,
siswa bisa diajak untuk mengeksplorasi tentang ibadah haji. Kegiatan latihan manasik
haji yang difasilitasi oleh sekolah menjadi hal yangs sangat positif, dimana
pembahasan ibadah haji tidak hanya ada di tataran teori buku, tapi juga melakukan
aktivitas langsung seperti thawaf, sa’i, lempar jumrah, dll.