Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Mengajar

DOSEN PENGAMPU
Rudi Muhamad Barnansyah, M .Pd.I

Disusun Oleh:

Dziyanning Farihani 1404620074


Faradilla Nurillahwati 1404620052
Salsabina Ramadhani 1404620026
Siti Humairo 1404620085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Saintifik


Menurut Kemendikbud (2014), pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model
pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data,
kemudian mengkomunikasikan.
Menurut Majid (2014), proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan
hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan
diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil
keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata.
Sedangkan menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum,
atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan,
dan mengkomunikasikan.
Dari penjelasan menurut beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik seperti
kemampuan observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan hasilnya. Serangkaian hal tersebut nantinya diharapkan
mampu mendorong kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sistematis siswa.

B. Tujuan Pembelajaran Saintifik


Adapun metode pembelajaran saintifik memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Salah satu tujuan dari metode pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dimaksud meliputi adalah keterampilan berpikir kritis, analitis, sintesis, serta mampu
menciptakan ide-ide yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
2. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sistematis
Selain meningkatkan keterampilan berpikir tinggi, siswa diharapkan juga mampu
berpikir runtut dan sistematis setelah belajar dengan metode pembelajaran saintifik ini.
Dengan pola Hal ini nantinya akan mendorong siswa untuk memahami sebuah masalah
dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
3. Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan tidak hanya mampu menghafalkan
konsep yang mereka terima. Tetapi lebih dari itu, siswa seharusnya mampu untuk
memahami konsep secara mendalam. Untuk itu, diperlukan pembelajaran saintifik karena
dalam aktivitas pembelajarannya, siswa selalu diminta untuk menemukan dan
mengembangkan konsep secara mandiri
4. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Selain tiga hal di atas, pembelajaran saintifik diharapkan dapat dapat memberikan
stimulus kepada peserta didik agar lebih aktif dalam berkomunikasi melalui penyampaian
ide, diskusi pemecahan masalah, diskusi pengolahan data, hingga cara
mengomunikasikan hasil pembelajaran secara lisan maupun tulisan.
5. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif melalui rangkaian aktivitas yang dirancang secara
sistematis. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center)
seperti pada metode ini juga diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang
aktif dan produktif.
6. Meningkatkan Motivasi Belajar
Dengan pendekatan yang menyenangkan, metode pembelajaran saintifik ini
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik untuk lebih aktif dan inovatif juga dapat menciptakan
suasana belajar yang tidak monoton, sehingga peserta didik tidak merasa bosan.

C. Prinsip Pendekatan Saintifik


Berikut prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan (2014).
1. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Aktivitas pembelajaran membentuk students-self concept.
3. Dalam pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan ruang pada siswa untuk simulasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip dari materi yang sedang dipelajari.
5. Pembelajaran mendorong terciptanya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi bagi siswa dan guru, yaitu motivasi dalam belajar
dan mengajar.
7. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam
berkomunikasi.
8. Adanya proses validasi atau uji coba terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dibangun
siswa dalam struktur kognitifnya.

D. Langkah langkah Model Pembelajaran Saintifik


1. Mengamati
Kegiatan mengamati sangat bagus untuk menuntun peserta didik membangun
penngetahuannya sendiri, menemukan sesuatu sampai dengan memahami nilai dari
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan mengamati, maka akan terjalin sinergi proses
belajar yang komunikatif dan aplikatif dengan cara memberikan pancingan-pancingan pada
peserta didik untuk mengembangkan cara berpikir ilmiah tingkat tinggi, aktif, dan kreatif.
Pembelajaran dengan mengamati ini menjadi dasar dalam proses pembelajaran bermakna
(meaningfull learning).
Kegiatan mengamati lebih mengutamakan makna dari proses pembelajaran yang
dilakukan. Ia bisa didesain dan memiliki makna yang besar apabila dipandu dan dilaksanakan
dengan pendidik yang dapat menyediakan obyek atau media secara nyata, sehingga bisa
membuat peserta didik menjadi senang, nyaman dan tertantang pada proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Tetapi pada sisi lain kegiatan mengamati dalam proses pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif
banyak, dan pada gilirannya jika tidak terkendali justru akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran. Mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati
oleh siswa tergantung dari materi yang akan dipelajari dan kompetensi yang diharapkan,
misalnya video, gambar, grafik, bagan, ayat Al-Qur’an dan hadits.
Langkah- langkah dalam proses mengamati ini, yaitu:
1) menentukan obyek yang akan diamati;
2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkungan obyek yang akan diamati;
3) menentukan dengan jelas data-data apa saja yang perlu diamati, baik primer ataupun
sekunder;
4) menentukan dimana tempat obyek yang akan diamati;
5) menentukan secara jelas bagaimana pengamatan akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar;
6) menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis
lainnya.

Ada 3 bentuk keterlibatan siswa dalam proses mengamati ini yang harus diperhatikan
oleh guru.
a. Mengamati biasa (commond observation), yaitu peserta didik sebagai subyek yang
sepenuhnya melakukan observasi (complete observer), peserta didik sama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, obyek, atau situasi yang diamati.
b. Mengamati terkendali (controlled observation), yaitu peserta didik tidak melibatkan
diri dengan pelaku, obyek dan situasi yang diamati. Namun pada mengamati
terkendali ini, pelaku atau obyek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi
yang dikhususkan, sehingga mengamati terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau
eksperimen.
c. Mengamati partisipatif (patisipant observation), yaitu peserta didik melibatkan diri
secara langsung dengan pelaku atau obyek yang diamati. Peserta didik melibatkan diri
dengan pelaku, komunitas, atau obyek yang diamati. Contohnya adalah peserta didik
hadir langsung di tempat suatu komunitas misalnya pesantren untuk mempelajari
secara langsung terkait dengan kehidupan keseharian di pesantren, kegiatan
pembelajaran yang ada di pesantren, dan melibatkan diri langsung di dalamnya.
Contoh lainnya termasuknya mangamati langsung di lapangan. Misalnya untuk
pembelajaran mengenai shalat jenazah, siswa bisa langsung diajak atau diminta untuk
takziah ketika ada tetangga sekolah yang meninggal. Dari proses ini, siswa akan
memiliki pemahaman yang utuh ketika diajak untuk shalat jenazah, melihat saat
orang meninggal tersebut dimandikan, dikafani dan dikuburkan. Selain itu, dengan
proses mengamati langsung ini akan memunculkan pemaknaan yang dalam terkait
dengan hakikat hidup dan kematian.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengamati ini
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
1) cermat, obyektif, dan jujur serta fokus pada obyek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran;
2) banyak–sedikit serta homogenitas-hiterogenitas obyek atau situasi yang diamati;
3) guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
seenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya
Aktivitas menanya lebih diarahkan kepada kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik
setelah ia melakukan pengamatan atau mengamati obyek tertentu yang disediakan oleh
pendidik. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan sesuatu
atas obyek yang diamati sebelumnya.
Pendidik professional dituntut agar mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Saat
pendidik bertanya kepada peserta didiknya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika pendidik menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. Pada konteks bertanya ini, maka pendidik harus memberikan
kesempatan dan membimbing peserta didiknya agar bisa memberikan pertanyaan yang baik
sesuai dengan tema atau materi yang diamati sebelumnya.
Misalnya ketika dalam pembelajaran materi tentang sejarah Nabi Muhammad ketika
masih kecil sampai diangkat menjadi Rasul, siswa bisa diminta untuk membuat pertanyaan
yang kemudian didiskusikan bareng di kelas. Selain itu, guru juga bisa memberikan
pertanyaan balik ketika siswa sedang diberikan penjelasa. Sikap aktif dari tanya-jawab ini
akan memberikan pemahaman yang leih dalam dan lebih utuh kaitannya dengan
pembelajaran di kelas.
Dari proses kegiatan bertanya dan menjawab ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
d. menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
e. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi pembelajaran yang
diberikan
f. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar;
g. Mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan;
h. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok;
i. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul;
j. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.

3. Mencoba
Mencoba merupakan proses kegiatan memperkuat pemahaman faktual, konseptual,
dan prosedural melalui kegiatan langsung mengumpulkan data. Kegiatan mencoba dapat
dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba prinsip/prosedur seperti yang diperoleh melalui
diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi baru. Kegiatan mencoba
dapat dilakukan dalam bentuk ekperimen, tugas projek, atau tugas produk. Aktivitas
mencoba lebih dimaknai dengan mengumpulkan data untuk bisa didiskusikan dengan peserta
didik lain atau kelompok lain dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Pada aktivitas
tahap ini, seorang pendidik harus memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan data dari apa yang telah diamati dan coba di tanyakan kepadanya dari
peserta didiknya.
Agar pelaksanaan percobaan atau eksperimen ini dapat berjalan dengan lancar, guru
hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu:
a. Merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan siswa.
b. Bersama siswa mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan.
c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.
d. Menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa.
e. Membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
f. Membagi kertas kerja kepada siswa.
g. Siswa melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
h. Mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal

4. Menalar
Menalar secara umum adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-
fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Istilah menalar atau asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan,
mengasosiasikan, memasukkannya, mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman- pengalaman yang
sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya
yang sudah tersedia.
Mengelompokkan beragam ide dan beragam peristiwa untuk kemudian menjadi
penggalan memori. Selama menalar pada kontek pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
lebih untuk menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Inti
dari titik tekannya bahwa peserta didik diharapkan lebih aktif dari pada pendidik pada
berbagai kegiatan pemebalajaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Menalar atau mengasosiasi adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap
data yang didapat melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah
menyajikan data secara sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan. Kegiatan mengasosiasi dapat dirancang dan
didesain dengan menggunakan lembar kerja ekperimen sehingga lebih terbimbing dan terarah
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Pada kegiatan tugas proyek dan tugas produk
umumnya tidak memerlukan lembar kerja karena siswa lebih bebas dalam berkreasi dan
berinovasi.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar
peserta didik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntuan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah. Tugas utama guru adalah member
instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun dengan simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasi yang dapat diukur dan diamati.
5) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
7) diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
8) Evaluasi atau penialain didasari atas perilaku yang nyata atau
9) otentik.
10) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
11) Implementasi dalam pembelajaran PAI adalah misalnya pada materi tentang sholat,
siswa bisa diajak untuk mengeksplorasi tentang ibadah haji. Kegiatan latihan manasik
haji yang difasilitasi oleh sekolah menjadi hal yangs sangat positif, dimana
pembahasan ibadah haji tidak hanya ada di tataran teori buku, tapi juga melakukan
aktivitas langsung seperti thawaf, sa’i, lempar jumrah, dll.

5. Mengkomunikasikan atau Membuat Jejaring


Langkah terakhir dalam pendekatan saintifik adalah mengkomunikasikan dari apa
yang telah dinalar dan diasosiasikan kepada peserta didik lain. Kegiatan pembelajaran
dengan mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan atau kesimpulan
berdasarkan hasil analisis, baik secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan
menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, yang dapat dilakukan
bersama-sama dalam satu satuan kelompok, atau bias juga dengan dikerjakan sendiri setelah
mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
Peserta didik atas bimbingan pendidik didorong agar mampu mengkomunikasikan
hasil penalaran serta asosiasi yang telah dilakukan secara pribadia atau kelompok kepada
peserta didik lain. Peserta didik dengan bimbingan pendidik harus dapat diarahkan untuk
dapat mempresentasikan, mendialogkan dan menyimpulkan terhadap materi yang telah
dipelajarinya dari mengamati hingga langkah terakhir ini yaitu mengkomunikasikan.
Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dimana siswa
mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya dalam bentuk lisan,
tulisan, atau karya yang relevan. Kegiatan ini menjadi sarana agar siswa terbiasa berbicara,
menulis, atau membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, dan
kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya. Inti dari
pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif mengkontruk pengetahuannya melalui langkah-langkah sistematis
sebagaimana yang dilakukan oleh seorang scientist. Pada gilirannya langkah ini
akanmeningkatkan motivasi belajar, menguatnya pemahaman, semakin mendalamnya
pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dan semakin positif sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
Misalnya, dalam mata pelajaran Fiqih, ketika mempelajari materi tentang zakat yang
isinya tentang humun zakat, syarat dan rukun zakat, serta hikmah diwajibkannya zakat,
selanjutnya siswa bisa mengkaitkannya dengan materi ekonomi. Dalam pembelajaran
ekonomi, disebutkan bahwa kemiskinan di Indonesia adalah salah satu masalah yang harus
diatasi. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan memaksimalkan zakat, baik zakat mal
atau zakat fitrah, agar dikelola maksimal. Pengelolaanzakat secara maksimal akan
memberikan dampak positif dalam upaya mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Materi tersebut juga bisa dikaitkan dengan materi dari pelajaran Aqidah Akhlak
tentang kemiskinan yang mendekatkan diri kepada kekufuran. Karena ketika secara ekonomi
lemah, maka godaan-godaan keimanan akan muncul.
KESIMPULAN
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses
seperti: mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengolah, menyimpulkan, menyajikan dan
mengomunikasikan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan
tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Dalam model pembelajaran saintifik, peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk
kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa
dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan
nilai yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Agus, Pendekatan Saintifik, Model Pembelajaran Masa Depan, Yogyakarta:


Araska, 2015.
Nugroho, Taufik, “Pendekatan Saintifik, Model dan Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum
2013”, E-Journal Online. Melalui
https://www.academia.edu/7859855/Pendekatan_Scientific_Model_dan_Strateginya
[15/11/22].
Halimah, Leli. (2017). Keterampilan Mengajar sebagai Inspiransi untuk Menjadi
Guru yang Excellent di Abad Ke-21. Bandung: PT Rafika Aditama.
Salim, Ahmad, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
di Madrasah”, Cendekia, Volume 12, Number 1 (Juni 2014): 33-48.
Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri
2 dan SMP Negeri 5 Kota Bandung Tahun 2015”, Tarbawy, Volume 2, Number 1 (2015): 60-74.

Anda mungkin juga menyukai