Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik (scientific approach) disebut juga sebagai
pendekatan ilmiah. Proses pembelajarannya dapat dipadankan dengan
suatu proses ilmiah dalam menghadapi suatu masalah. Pendekatan
saintifik mengandung ide dari ilmu analisa, baik pada teori maupun
kenyataan lapangan. Dengan diterapkannya pendekatan saintifik
diharapkan mampu mempersiapkan generasi yang berpikir kritis dan
berketerampilan. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah.1
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dilandasi
pendekatan ilmiah yang mengedepankan proses ilmiah pada pembelajaran
yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan
masalah melalui serangkaian aktivitas dan fenomena yang terjadi di
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini mendorong siswa agar lebih
mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengasosiasi dan mengomunikasikan suatu informasi. Perkembangan
kurikulum 2013 terjadi sesuai pada perkembangan Kurikulum yang
disosialisasikan pada saat ini adalah kurikulum 2013, dengan upaya untuk
peningkatan mutu pendidikan yang menghasilkan lulusan yang kreatif dan
mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Penggunaan
penerapan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran
sangat diperlukan dan baik untuk meningkatkan pembelajaran agar peserta
didik tetap aktif dan menumbuhkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan tujuan pendidikan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.2
B. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Saintifik
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik harus diperhatikan guru. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua

1
Cheni Chaenida Madu Ayu, Media Pembelajaran Bola Kupinkhiu: Meningkatkan Hasil
Belajar dengan Pendekatan Saintifik, (Gresik: Caremedia Communication, 2018), hal. 28.
2
Agus Suprijono, Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS Kelas VIII E di SMP Negeri 24 Surabaya, Avatara, Vol. 4, No. 3, Oktober
2016, hal. 1247.
materi harus dipaksakan menggunakan pendekatan saintifik secara
lengkap. Semua disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Sebelum penerapan pembelajaran saintifik, alangkah baiknya guru
menyiapkan peserta didik secara psikis maupun fisik. Guru harus
menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai dan
menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan oleh peserta didik. Berikut ini langkah-langkah
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik:3
1. Mengamati (observing)
Kegiatan dalam mengamati (observing) adalah mengamati
dengan indera (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton,
dan sebagainya) untuk memperoleh informasi dengan atau tanpa alat
bantu. Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Adapun hasil
belajarnya adalah perhatian pada waktu mengamati suatau
objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan
yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang
digunakan untuk mengamati.
2. Menanya (questioning)
Kegiatan menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan tentang hasil pengamatan objek dari yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual

3
Cheni Chaenida Madu Ayu, Media Pembelajaran……, hal. 31-36.
sampai kepada yang bersifat hipotetik. Dari situasi dimana peserta
didik dilatih dan masih memerlukan bantuan guru dalam mengajukan
pertanyaan sampai ke tingkat dimana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Sedangkan bentuk hasil belajarnya berupa jenis, kualitas, dan jumlah
pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural, dan hipotetik).
3. Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara yaitu dengan
mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru
bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain
buku teks, mengumpulkan data narasumber melalui angket maupun
wawancara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku lebih banyak
dan memperhatikan fenomena atau objek yang diteliti. Dari kegiatan
tersebut maka akan terkumpul sejumlah informasi. Bentuk hasil belajar
berupa jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan,
kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
4. Menalar/mengasosiasi (associating)
Kegiatan menalar yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-
pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Bentuk hasil belajar berupa fakta/konsep/teori, menyintesis dan
argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis
fakta/konsep/teori/pendapat, mengembangkan interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan
maupun yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
5. Mengomunikasikan (communicating)
Kegiatan mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis
atau media lainnya, misalnya laporan disajikan dalam bentuk bagan,
diagram atau grafik. Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan
apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Bentuk
hasil belajar ini berupa menyajikan hasil kajian (dari mengamati
sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik,
multimedia, dan lain-lain.

Pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan


dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau
tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan
model pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara
akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena
itu, pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses.

C. Penelitian Terbaru
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berapa besar
pengaruh pendekatan saintifik terhadap prestasi belajar siswa dan adakah
perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan
kelas kontrol pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 24 Surabaya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen True experimental design
atau eksperimen sebenarnya dengan tujuan mencari perbandingan rata-rata
prestasi belajar dari kedua kelas yang diberikan perlakuan berbeda yaitu
menggunakan kelas eksperimen dengan metode pendekatan saintifik dan
kelas kontrol sebagai pembanding dengan metode ceramah. Dengan
metode penelitian tersebut sampel diambil secara acak atau dikenal dengan
teknik random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan pemakaian pendekatan saintifik
pada kelompok kelas eksperimen dan memberikan pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa sebesar 94,1% sedangkan pemakaian metode
ceramah (diskusi) pada kelompok kelas kontrol dan memberikan terhadap
pengaruh prestasi belajar sebesar 90,5 %. Selain itu, terdapat perbedaan
rata-rata prestasi belajar siswa antara kelompok kelas eksperimen dan
kelompok kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji t –test dengan
(Independent Sample t-test) yakni 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara pengaruh pendekatan saintifik dengan
prestasi belajar siswa dan terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar
siswa antara kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.
Sedangkan pada perbedaan tersebut dapat terjadi sebab penggunaan
pendekatan saintifik dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan
penggunaan pendekatan saintifik ini dapat mengarahkan siswa untuk lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat berinteraksi serta
berkomunikasi secara langsung dengan lingkungannya, sehingga
memudahkan siswa untuk dapat mengkaji terhadap apa yang sudah
dipelajari.4

4
Agus Suprijono, Pengaruh Pendekatan Saintifik……, hal. 1247.

Anda mungkin juga menyukai