Anda di halaman 1dari 14

2.1.

Pendekatan Saintifik

2.1.1. Pengertian Pendekatan Saintifik


Diklat Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran Guru Madrasah Aliyah
sangat terkait dengan impelementasi kurikulum 2013 di madrasah. Di dalam
Diklat Teknis Substantif Model-Model Pembelajaran, peserta diperkenalkan
dengan konsep strategi pembelajaran, model pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik dan pendekatan pembelajaran. Kurikulum 2013
menggunakan metodologi pembelajaran modern dengan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik melandasi model-model pembelajaran yang digunakan oleh
kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti memandang perlu membahas terlebih
dahulu pendekatan saintifik sebelum mengelaborasi model-model pembelajaran.

Istilah pendekatan saintifik diperkenalkan pada kurikulum 2013, yaitu tertuang


di dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurut permendikbud No 103, pendekatan
saintifik adalah perngorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran : (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan
informasi/mencoba, (4) menalar/mengasosiasi, (5) mengkomunikasikan atau
dikenal dengan 5M. Pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan modus
pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan
berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang
ingin dicapai. Selanjutnya, dalam Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013
Revisi, dinyatakan bahwa 5 M merupakan kemampuan proses berpikir yang perlu
dilatihkan secara terus menerus melalui pembelajaran agar siswa terbiasa berpikir
secara saintifik. 5M bukanlah prosedur atau langkah-langkah atau pendekatan
pembelajaran. Dengan demikian, bahwa proses pembelajaran pada kurikulum
2013 bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi, namun demikian proses
pembelajaran harus mengandung unsur 5 M.
Istilah pendekatan saintifik dalam pembelajaran, umumnya lebih dikenal dengan
metode ilmiah (the scientific method). Menurut English Oxford Dictionary
metode saintifik adalah sebuah metode prosedur yang memiliki karakteristik ilmu
alam sejak abad ke-17, yang terdiri dari observasi, pengukuran, eksperimen
sistematis, perumusan, pengujian, dan modifikasi hipotesis. Beberapa definisi lain
tentang metode ilmiah antara lain Metode ilmiah adalah proses eksperimen yang
digunakan untuk mengeksplorasi pengamatan dan menjawab pertanyaan. Adapun
langkahnya adalah mengamati, menanya, mengumpulkan data, membangun
hipotesis, mengolah data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan.
https://www.sciencebuddies.org. Metode ilmiah adalah cara belajar yang
sistematis tentang dunia di sekitar kita dan menjawab pertanyaan. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut: bertanya, mengumpulkan data, membangun
hipotesis, melakukan percobaan, mengolah data dan menyimpulkan hasil
https://www.google.co.id.

Berdasarkan pengertian pendekatan/metode ilmiah dapat dimaknai bahwa proses


pembelajarn di tingkat dasar dan menengah diselenggarakan dan diorganisasikan
secara sistematis dan ilmiah. Dengan langkah-langkah ilmiah dimulai dari
mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data/melakukan penelitian,
membangun hipotesis/, mengasosiasi/menganalisa data/mengolah data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil belajar. Pada implementasi di dalam
kelas pendekatan /metode saintifik dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan
situasi dan kondisi, namun tetap memperhatikan unsur-unsur yang terdapat pada
langkah-langkah pendekatan/metode ilmiah.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta


didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru
diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan
semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam
Carin & Sund, 1975: 173). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan
pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan
proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi
dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga,
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan
penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat
retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang
diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan


perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau
struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Elkind, 2000 dalam Fathurrahman, 2017)
. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang
menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan
skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan
proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat
berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam
skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus
yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta


didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan
anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di
bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan
Wikandari, 2000: 4).

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan


dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan
ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali
informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
2.1.2. Langkah-Langkah Pendekatan saintifik :
1) Mengamati (observasi)
Langkah pendekatan saintifik yang ke 1 adalah mengamati. Mengamati atau
dalam bahasa Inggris disebut to observe adalah kegiatan melihat dengan
seksama, teliti, dan cermat. Di link thesaurus, terdapat makna observe yang
lebih luas, termasuk to dig (menggali) , to recognize (mengenali) , to pay
attention (memberi perhatian) , to study (belajar) , to scrutinize (meneliti) ,
to distinguish (membedakan) , to survey (melakukan survei) , to read
(membaca) , to monitor (memantau), to witness (memberi kesaksian). Di
dalam Permendikbud No 103 Tahun 2014, kata mengamati berarti
mengamati dengan indera (membaca, mendengar, menyimak, melihat,
menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. Aktivitas mengamati
yang dimaksud adalah kegiatan studi yang disengaja dan dilakukan secara
sistematis terhadap suatu penomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan (Hosnan, 2014)

Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa aktivitas mengamati dalam


proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik melibatkan seluruh panca
indera (hidung, telinga, mata, kulit, dan lidah). Aktivitas mengamati tidak
shanya sebatas melihat seksama, teliti dan cermat, namun meliputi berbagai
tindakan seperti menggali, mengenali, memberikan perhatian, mempelajari,
meneliti, membedakan, melakukan survei, membaca, memantau,
memberikan kesaksian. Disamping itu, aktivitas mengamati tidak hanya
sebatas dengan mata telanjang tetapi juga diperlengkapi dengan berbagai alat
dan dasar-dasar (teori/konsep) dilakukan dengan sengaja dan sistematis
terhadap berbagai phenomena yang menjadi objek pengamatan.

Pada kegiatan mengamati ini, peserta didik difasilitasi dan dibimbing


untuk melihat, menyimak, mendengar, dan membaca dari berbagai sumber
belajar untuk menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, proses atau prosedur
tentang dan atau konten yang terkait dengan hal yang sedang dipelajari.
Contoh mengamati.
1) Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa (mengamati
fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip, mengamati proses,
mengamati prosedur di dalam buku siswa)
2) Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi dari
radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang puisi,
mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses,
mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi dari peralatan
audio visual)
3) Siswa difasilitasi melihat tayangan video perakitan
komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer,
konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses
perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada suatu tayangan
video tentang perakitan komputer)
4) Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan sepeda
motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor ,
konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor,
proses perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor pada
suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor)

Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-


aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut (Hosnan, 2014).

Menurut Daryanto (2014) aktivitas mengamati sangat bermanfaat bagi


pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Aktivitas ini memiliki keunggulan tertentu,
diantaranya: menyajikan media atau objek secara nyata, menantang/menarik
rasa ingin tahu siswa, serta pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat
tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga menimbulkan proses
pembelajaran yang bermakna.

2) Menanya
Langkah ke 2 pendekatan saintifik adalah menanya. Seberapa penting siswa
membuat atau mengajukan pertanyaan pada saat proses pembelajaran
berlangsung atau pada saat melakukan aktivitas lainnya? Apakah semua
jenis pertanyaan yang siswa ajukan dapat membantunya belajar? Apakah
hanya jenis pertanyaan tertentu yang dapat membantu siswa belajar? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, Bugg and Mc Daniel dalam Rasmussen L.
(2013) melakukan sebuah eksperimen. Mereka meminta tiga kelompok siswa
membaca beberapa paragrap. Dua kelompok diperintahkan membuat dan
menjawab pertanyaan yang mereka buat sendiri ketika mereka membaca
paragraf-paragraf tersebut. Namun, masing-masing kelompok diminta untuk
membuat jenis-jenis pertanyaan yang berbeda. Satu kelompok diminta untuk
membuat detail questions. Kelompok yang satunya lagi diminta membuat
conceptual questions.

Detail questions adalah jenis pertanyaan yang dapat dijawab dengan merujuk
kepada uraian atau fakta yang dapat diketemukan dalam sebuah kalimat pada
sebuah bacaan. Contoh pertanyaan detail questions adalah, seberapa luas
permukaan es yang menutup benua antartika? Jawabannya “enam juta m2”.
Jawaban tersebut terdapat di dalam satu kalimat. Sedangkan conceptual
questions adalah jenis pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan
menggabungkan informasi paling sedikit dari dua kalimat yang berbeda.
Berikan dua buah alasan mengapa manusia tidak dapat bertempat tinggal di
benua antartika? Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa harus
menggabungkan sekurang-kurangnya dua informasi. Kedua kelompok
diberikan contoh jenis-jenis pertanyaannya dan kesempatan untuk berlatih
membuat kedua jenis pertanyaan tersebut. Kelompok siswa terakhir hanya
diminta membaca paragraf dua kali.
Setelah mempelajari semua paragraf, siswa diminta untuk menilai seberapa
baik mereka dapat mengingat informasi. Kemudian mereka diberikan tes
yang sama. Tes tersebut memuat kedua jenis pertanyaan, detail questions dan
conceptual question. Bugg and Mc Daniel mendapatkan hasil bahwa siswa
yang membuat conceptual question mengingat jauh lebih baik (banyak)
informasi dibandingkan dengan kelompok lain untuk soal-soal konseptual.
Hasil evaluasi mengenai seberapa baik mereka telah mempelajari informasi
dari paragraf juga jauh lebih akurat. Siswa pada dua kelompok lainnya
boleh jadi memperkirakan bahwa mereka mengingat informasi jauh lebih
banyak. Yang menarik adalah ketiga kelompok siswa mengingat informasi
yang sama banyak untuk detail questions.

Dari hasil penelitian yang dipaparkan di atas, dapat dimaknai bahwa hanya
siswa yang memiliki pertanyaan, yang sungguh-sungguh berpikir dan
belajar. Sedangkan siswa yang tidak memiliki pertanyaan atau pertanyaan
yang dangkal tidak berpikir sungguh-sungguh dan tidak mengikuti
pembelajaran dengan sebenarnya. Untuk memahami sesuatu, siswa harus
mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikirannya. Pertanyaan berhasil
membatu belajar siswa dengan lebih baik karena ia membuat mereka menjadi
pembelajar yang aktif bukan sekedar pembelajar pasif yang hanya menerima
informasi. Bila siswa berinteraksi dengan informasi dengan cara
mengelaborasinya, memikirkan mengenai konteksnya, atau menghubungkan
satu informasi dengan informasi lainnya, kemungkinan ia mengingat
informasi tersebut akan meningkat.

Manfaat lain dari bertanya adalah ia dapat membangkitkan kreativitas,


membangkitkan keterampilan berpikir kritis, membantu memajukan bidang
keahlian, meningkatkan pengetahuan dan membantu ingatan, membantu
menemukan gagasan dan informasi baru, membuat keputusan yang lebih baik
dan mengenali hal-hal yang belum diketahui, Marco Belluci (2009).
Disamping itu, bertanya juga akan membuka pintu kreativitas dan gagasan
baru, membantu memperoleh kejelasan, mempercepat perubahan dan inovasi,
memberdayakan, mengubah asumsi menjadi kenyataan, membuat kesan
baik, merubah situasi negatif menjadi positif, menunjukan pertimbangan dan
minat, mendorong perbaikan secara terus-menerus, Griffiths (2011). Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.

3) Mengumpulkan Informasi
Langkah ke 3 dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah
mengumpulkan informasi. Pertanyaan-pertanyaan yang telah diformulasikan
pada tahap ke 2, kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan sebagai
pedoman untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan konsep yang
hendak ditemukan.

Lampiran Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 memberikan pedoman


bagaimana cara informasi dikumpulkan. Informasi dapat dikumpulan oleh
peserta didik melalui berbagai aktivitas yaitu: melalui kegiatan
mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru
bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku
teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket,wawancara, dan
memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

Salah satu cara mengumpulkan informarsi adalah dengan menfasilitasi


peserta didik melakukan kegiatan eksplorasi. Eksplorasi adalah upaya awal
membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu
fenomena (American Dictionary). Eksplorasi adalah pemberian kesempatan
kepada peserta didik kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan
berbagai informasi, memecahkan masalah dan inovasi (Akbar. 2013).
Eksplorasi merupakan langkah awal dalam membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary).
Strategi yang digunakan dalam siklus ini adalah memperluas dan
memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Melalui siklus eksplorasi, peserta didik diharapkan dapat membangun
pengetahuannya sendiri melalui stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan eksplorasi, proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada apa
yang peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana mereka
mengeksplorasi pengetahuan tersebut. Informasi tidak hanya disusun oleh
guru akan tetapi perlu ada keterlibatan peserta didik untuk memperluas,
memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatif peserta didik sendiri
(Rahmat, 2009) http://gurupembaharu.com/elaborasi-eksplorasi-dan-
konfirmasi/

Sebelum mengumpulkan informasi, peserta didik telah terlebih dahulu


merumuskan masalah dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan
tersebut dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan eksplorasi
untuk mencari berbagai informasi secara lebih mendalam. Eksplorasi
informasi dapat dilakukan dengan antara lain membaca buku teks,
mengakses internet, melakukan wawancara, menyebar angket, dan
melakukan eksperimen.

Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan dengan secara kooperatif.


Dalam kegiatan kooperatif, mereka akan berlatih membagi tugas sesuai
dengan kemampuan dan minat masing-masing, mereka berlatih
bertanggungjawab atas tugas yang diembannya dan mengelola pikiran,
tenaga dan waktu serta sumberdaya lainnya guna menyelesaikan tugas
dengan sesuai dengan kesepakan kelompok. Disamping itu, mereka belatih
mengambil resiko, berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam upaya
menemukan solusi terhadap masalah yang telah dirumuskan bersama.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara
yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

4) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar


Langkah ke 4 mengasosiasi/mengolah informasi/menalar. Daryanto (2014)
menyatakan bahwa menalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi/diamati untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Pendekatan saintifik memfasilitasi mereka
untuk berlatih menggunakan pikiran secara kritis dan kreatifif dengan
langkah yang ke 4, yaitu mengasosiasi /mengolah informasi/ menalar.

Pada langkah ke 4 pendekatan saintifik ini, penekanannya adalah pada


aktivitas yang menggunakan nalar. Peserta didik difasilitasi dengan aktivitas
yang sarat dengan penggunaan nalar. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 kegiatannya adalah mengolah informasi
yang sudah dikumpulkan dari kegiatan mengamati, menanya dan melakukan
eksperimen. Informasi yang diperoleh tentu memiliki karakteristik yang
beragam, dari yang bersifat menambah keluasan, kedalaman, mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki kesamaan pendapat ataupun pendapat
yang bertolak belakang (Murti,2013). Peserta didik menganalisi, membuat
kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola dan kesimpulan.

Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan


pendekatan ilmiah sejalan dengan teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori (Maryani,
2015). Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman
tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Aktivitas menalar akan
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan (Maryani, 2015)
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
(Hosnan, 2014). Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan
simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara khusus menjadi
simpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif merupakan cara menalar
dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang
bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus (Hosnan, 2014). Jadi,
menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu, kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan


Saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.
Setelah menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, selanjutnya siswa secara
bersama-sama dalam satu kelompok atau secara individual membuat
kesimpulan.

Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah peserta didik dapat
mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai
keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan
kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori,
menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis
fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan;
mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

5) Mengkomunikasikan
Langkah ke 5 atau langkah terakhir dari pendekatan saintifik adalah
mengkomunikasian hasil belajar. Pendekatan saintifik menfasilitasi peserta
didik mulai dari tingkat sekolah dasar / madrasah ibitidaiyah hingga sekolah
menengah atas/madrasah aliyah melalui langkah-langkahnya, yaitu mulai
dari mengamati, menanya, mengumpulkan data/mencoba,
mengasosiasi/mengolah data, hingga mengkomunikasikan hasil proses
belajaran. Semua langkah tersebut syarat dengan berbagai komunikasi dari
berbagai arah yaitu, komunikasi siswa dengan siswa, komunikasi siswa
dengan guru, komunikasi guru dengan siswa, komunikasi siswa dengan
kelompok siswa yang lain dan komunikasi siswa dengan bahan ajar.

Bagian akhir dari proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah


mengkomunikasikan hasil proses belajar. Walaupun komunikasi dapat
dilakukan secara individu, namun umumnya komunikasi hasil proses
pembelajaran dilaksanakan secara kelompok. Di dalam presentasi kelompok
yang dilakukan di depan kelas biasanya, setiap individu memiliki tugas
berbeda, ada yang bertindak sebagai pengantar presentasi, moderator,
penyaji, dan anggota kelompok yang lain bisa juga bertindak sebagai
pemberi penjelasan tambahan bila terjadi tanya jawab setelah sesi presentasi.

Adapun hasil belajar yang dikomunikasikan peserta didik menurut Lampiran


Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah (2014), menyebutkan bahwa aktivitas
mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam
bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan
menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Bisa
juga hasil belajar berupa aktivitas lain seperti produk seni, seperti seni tari
atau seni drama.

Forum komunikasi ini membuka akses seluas-luasnya kepada peserta didik


untuk mengembangkan kompetensi sosial seperti: percaya diri, sopan santun,
toleransi, jujur, peduli. Disamping itu, kemampuan berpikir kritis, sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kompetensi spiritual juga
mendapat temat dalam presentasi, pada bagian awal peserta didik
mengamalkan sikap spiritual dengan membaca basmallah, memberi salam
dan mengucap alhamdulillah dibagian akhir presentasi dan salam penutup.

Dalam tatanan praktek, konsep pendekatan saintifik telah diteliti oleh banyak guru dan
dosen. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan adanya perubahan yang
sangat signifikan terhadap pembentukan aspek apektif, kognitif dan psikomotorik siswa
siswi. Beberapa hasil penelitian tentang pendekatan saintifk adalah sebagai berikut:
Penerapan pendekatan ini berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik serta telah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan (Machin, A.
2014). Pendekatan saintifik efektif menunjang kegiatan pembelajaran fisika dalam
meningkatkan kecakapan hidup siswa (Himawati, 2017). Penerapan pendekatan saintifik
dapat meningkatkan keterampilan bertanya siswa dan juga berpengaruh positif terhadap
keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa (Indriyati, 2017). Dengan mengalami
pemaparan terhadap yang dipandu pendekatan ilmiah berbasis model inquiry melalui
berbagai kegiatan belajar, siswa akan lebih didorong untuk mencapai lebih banyak
prestasi, untuk meningkatkan kreativitas mereka, untuk meningkatkan mereka sikap
ilmiah, dan mengejar maksimal hasil belajar (Masithoh, 2018)

Anda mungkin juga menyukai