Anda di halaman 1dari 14

Pendekatan Saintifik: Pengertian, Prinsip,

Langkah, dan Contohnya

Written by M. Harris
Pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013
dengan menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajarannya. Pendekatan yang
berpusat pada siswa atau (student centered approach) ini, bertujuan supaya siswa nantinya
mampu memiliki kapabilitas dalam berpikir (thinking skill) kritis, ilmiah, dan analitis.
Dalam model ini, dirancang agar peserta didik diberikan ruang untuk bereksplorasi terhadap
materi pembelajaran. Mereka pun secara aktif dapat membangun konsep, prinsip serta hukum
dengan melalui kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya, mengajukan (hipotesis), menghimpun
data dengan beberapa cara dan teknik, menganalisa, serta membuat kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep atau prinsip yang telah ditemukan.
Melalui model ini, siswa akan mendapatkan manfaat, seperti mulai bisa menginvestigasi suatu
permasalahan, penasaran (curiosity) atau ingin tahu dan juga bisa menyusun konsep dari suatu
pengalaman atau pengetahuan belajar yang telah dilakukan. Hal-hal tersebut bisa menjadikan
kegiatan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan, bermakna, dan menantang.

Nah, apakah Teman Grameds termasuk siswa yang belajar dengan kurikulum 2013? Bagaimana
cara sekolah kalian menerapkan pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar mengajar?

Jika teman Grameds baru tahu tentang model pembelajaran yang satu ini, yuk kenalan lebih jauh
dengan pendekatan saintifik. Mulai dari pengertian, langkah dan prinsipnya, serta penerapannya.

Daftar Isi
 Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Ahli
o 1. Kemendikbud
o 2. Rusman (2015)
o 3. Hosnan (2014)
o 4. Karar dan Yenice (2012)
 Tujuan Pendekatan Saintifik
o 1. Meningkatkan Keterampilan Berpikir
o 2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif, Aktif, dan Produktif
o 3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir secara Sistematis
o 4. Meningkatkan Pemahaman Konsep
o 5. Meningkatkan Motivasi Belajar
o 6. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
 Prinsip Pendekatan Saintifik
 Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik dan Contoh Kegiatannya
o 1. Mengamati (Observing)
o 2. Menanya (Questioning)
o 3. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)
o 4. Mengolah/Menganalisis Data (Associating)
o 5. Mengomunikasikan (Communicating)
 Tabel Langkah Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik
 Kesimpulan
o
 Kategori Biografi
 Materi Terkait
 Buku Terkait Sejarah Indonesia
 Materi Terkait Sejarah Indonesia

Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Ahli


1. Kemendikbud
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data melalui
pengamatan, melakukan eksperimen, menanyakan, mengolah informasi atau data, hingga
mengomunikasikannya dalam proses penerapan prinsip-prinsip keilmuan.

2. Rusman (2015)
Pendekatan saintifik adalah model belajar yang menyediakan ruang pada siswa untuk
mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang dipelajari. Selain itu, model pendidikan ini juga
memberikan kesempatan pada para siswa untuk mengasah kemampuan melalui kegiatan belajar
yang telah dirancang oleh guru.

3. Hosnan (2014)
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang supaya siswa secara aktif
membangun konsep, hukum, atau prinsip dengan cara mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan beragam teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan menyuarakannya.

4. Karar dan Yenice (2012)


Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga para
pelajar dapat secara aktif mengkonstruksi konsep melalui langkah-langkah mengamati,
merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data dengan beberapa teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengemukakan konsep yang telah ditemukan.

Tujuan Pendekatan Saintifik


Sumber: Pixabay

Berikut beberapa tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

1. Meningkatkan Keterampilan Berpikir


Salah satu tujuan pendekatan saintifik, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) pada siswa. Para peserta didik
diharapkan dapat berpikir kritis, analitis, serta mampu menciptakan ide-ide baru terkait dengan
materi yang tengah dipelajari.
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif, Aktif, dan Produktif
Dengan menerapkan pendekatan yang terpusat pada peserta didik ini. Diharapkan kegiatan
belajar mengajar menjadi kondusif, melalui serangkaian aktivitas yang dirancang secara
sistematis serta terciptanya lingkungan belajar yang aktif dan produktif.

3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir secara Sistematis


Karakteristik utama pendekatan saintifik adalah tahapan pembelajaran yang berjalan dengan
berurutan dan sistematis. Hal itulah yang mendorong siswa untuk mulai berpikir secara
sistematis serta perlahan meningkatkan kemampuannya, baik itu, dalam memahami sebuah
masalah, maupun saat menyelesaikan masalah.
4. Meningkatkan Pemahaman Konsep
Pada praktiknya, pendekatan saintifik mengarahkan kegiatan belajar secara mandiri untuk
menemukan dan mengembangkan konsep dari materi yang dipelajari. Siswa akan dapat
memperoleh konsep dan pemahaman secara bermakna melalui model pembelajaran ini. Selain
itu, para siswa tidak hanya menerima konsep dalam bentuk hafalan saja, tapi mereka juga akan
mendapatkan pemahaman lebih mendalam terhadap konsep tersebut.

5. Meningkatkan Motivasi Belajar


Sebagai bentuk aktivitas belajar yang berpusat pada siswa, pendekatan ini diharapkan mampu
meningkatkan motivasi belajar para peserta didik. Sebab, kegiatan pembelajaran yang
mengharuskan para pelajar untuk lebih aktif dan inovatif ini, bisa menciptakan suasana belajar
baru yang tidak monoton, sehingga tidak mudah untuk merasa bosan.

6. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi


Melalui pendekatan saintifik ini pun diharapkan dapat menghadirkan proses belajar yang dapat
memberikan stimulus kepada siswa agar lebih aktif dalam berkomunikasi melalui penyampaian
ide, diskusi dalam memecahkan masalah, diskusi pengolahan data, hingga cara
mengomunikasikan hasil belajar lewat lisan maupun tulisan.
Sementara itu, menurut Hosnan (2014) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu

 Tujuan pertamanya adalah peserta didik diharapkan mampu meningkatkan daya


pikir, terutama dalam HOTS (high order thinking skill) keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
 Siswa dapat memecahkan masalah dengan berurutan dan terstruktur atau secara
sistematis.
 Suasana belajar yang dihadapi siswa dapat menyadarkan mereka, bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan.
 Siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik dan bermakna.
 Pendekatan saintifik ini pun dapat membuat siswa menyuarakan gagasan dan ide
mereka melalui tulisan maupun lisan.
 Lewat pembelajaran ini, karakter siswa juga dapat berkembang ke potensi yang lebih
maksimal.
Prinsip Pendekatan Saintifik
Berikut prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan (2014).

1. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.


2. Aktivitas pembelajaran membentuk students self concept.
3. Dalam pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan ruang pada siswa untuk simulasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip dari materi yang sedang dipelajari.
5. Pembelajaran mendorong terciptanya peningkatan kemampuan berpikir peserta
didik.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi bagi siswa dan guru, yaitu motivasi dalam
belajar dan mengajar.
7. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam
berkomunikasi.
8. Adanya proses validasi atau uji coba terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dibangun siswa dalam struktur kognitifnya.
Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik dan Contoh
Kegiatannya

Sumber: Pixabay

1. Mengamati (Observing)
Langkah pertama pada model pembelajaran saintifik adalah proses mengamati. Para siswa dapat
memanfaatkan panca indra mereka untuk mengamati kejadian di sekitar yang sesuai dengan apa
yang akan dipelajari. Dalam praktiknya, siswa bisa mengamati lingkungan secara langsung
maupun dengan menggunakan multimedia pada berita dan video.

Keterlibatan siswa melalui langkah mengamati ini dapat memunculkan masalah baru yang
sebelumnya tidak memiliki solusi. Dengan adanya masalah tersebut, para pengajar atau guru pun
bisa membimbing siswa untuk menginvestigasi (mengamati) masalahnya.

Kemudian, supaya pembelajaran jadi lebih efisien, guru harus sudah mempersiapkan media dan
aktivitas yang membantu dalam memecahkan masalah yang akan diinvestigasi para siswa.

Melalui pengamatan, siswa pun dapat menemukan fakta bahwa terdapat hubungan antara objek
yang diamati dengan materi pembelajaran yang tengah dipelajari bersama guru. Penerapan
kegiatan pengamatan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.

Video Player is loading.


Play
Unmute
Loaded: 0%
Fullscreen
Alat yang bisa digunakan untuk membantu kegiatan praktik mengamati, misalnya seperti
mikroskop, teropong, alat timbang, dan sebagainya. Lalu, dalam kegiatan mengamati tanpa alat,
maka bisa melakukan observasi secara langsung. Contohnya, seperti mendengarkan penjelasan
guru, menonton tayangan video yang berkaitan, atau mendengarkan informasi dari radio dan
sumber berita lainnya.

Hasil belajar yang diperoleh pada tahap ini dapat berupa perhatian siswa saat melakukan
pengamatan terhadap suatu objek, membaca informasi dari suatu sumber tulisan, atau ketika
sedang mendengar penjelasan. Selain itu, hasil belajar lainnya juga bisa dilihat dari catatan yang
dibuat siswa waktu proses pengamatan berlangsung. Ketepatan waktu yang digunakan dalam
kegiatan mengamati juga dapat digunakan sebagai bentuk pencapaian hasil belajar mereka.

2. Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya tentunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk membuat dan
mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi yang dipelajari. Langkah ini kerap berkaitan
dengan diskusi dalam kelas tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan,
maupun klarifikasi informasi yang belum jelas.

Guru dalam hal ini harus memiliki kesiapan yang matang untuk menentukan cara atau memilih
media yang sesuai dengan karakteristik siswa dan relevan dengan materi yang dipelajari,
sehingga peserta didik pun akan tertarik dan aktif dalam menanya.
Nah, pada langkah ini, hasil belajar yang dapat dicermati adalah bagaimana jenis dan kualitas
pertanyaan yang muncul dari para siswa. Jenis-jenis pertanyaannya dapat berbentuk pertanyaan
faktual, konseptual, prosedural, ataupun hipotetik.

Sebaiknya, seorang guru juga harus memiliki kemampuan dalam menganalisis jenis dan kualitas
pertanyaan. Sebab, dari situlah kita dapat melakukan penilaian terhadap pertanyaan yang
diajukan secara komprehensif oleh peserta didik.

3. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)


Langkah mengumpulkan informasi merupakan lanjutan dari menanya di tahap sebelumnya.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggali atau mengumpulkan
informasi dari beragam sumber dengan berbagai cara.

Siswa dapat melakukan pengumpulan data dan informasi dengan berbagai metode. Contohnya
dengan bereksperimen atau melakukan uji coba mandiri, mencermati kejadian di lingkungan
sekitar, bertanya dengan narasumber, membaca buku, mencari di internet, melihat ensiklopedia,
hingga statistik. Guru pun diharapkan dapat menjadi fasilitator untuk referensi belajar siswa
dalam mengumpulkan data.

Hasil belajar siswa pada tahap ini adalah jumlah dan kualitas sumber informasi yang telah dikaji
oleh peserta didik. Mulai dari kelengkapan informasi yang dikumpulkan, kebenaran informasi
yang diperoleh, serta media yang digunakan dalam penghimpunan data atau informasi.
4. Mengolah/Menganalisis Data (Associating)
Langkah mengolah atau menganalisis data ini juga disebut sebagai tahap penalaran siswa. Sebab,
peserta didik harus melakukan proses berpikir secara logis dan sistematis terhadap fakta yang
dapat diamati dari data dan informasi yang telah dihimpun, guna mendapatkan kesimpulan dalam
bentuk ilmu pengetahuan yang baru.

Siswa akan memanfaatkan data serta informasi yang telah dikumpulkan untuk memecahkan
masalah dengan menyusun pertanyaan. Kemudian, guru dapat membimbing siswa supaya bisa
menghubungkan data yang telah terhimpun serta menemukan pola dan membuat kesimpulan
akhir.

Aktivitas ini digunakan agar siswa dapat menganalisis hasil kerja yang telah mereka lakukan dan
bisa membandingkan hasil kerjanya dengan siswa lainnya. Kegiatan penalaran ini pun dilakukan
dengan menggali dan menghimpun data dari beragam sumber dan berbagai cara, di antaranya:

 Mengolah informasi yang telah dikumpulkan.


 Menganalisis data dengan membuat beberapa kategori atau pengelompokan.
 Menghubungkan data atau informasi ke dalam suatu pola, dan
 Membuat kesimpulan akhir.
Guru dapat mengarahkan siswa dalam melakukan diskusi terkait topik yang dibahas.
Selanjutnya, guru bisa melakukan penilaian pada tahap ini berupa proses mengembangkan
interpretasi, argumen, dan kesimpulan tentang informasi dari dua fakta atau konsep yang dibahas
siswa.

Kemudian, guru pun harus mampu memberikan penilaian yang adil terhadap kemampuan siswa
dalam mengemukakan argumentasi dan pembuatan kesimpulan terkait jenis fakta, konsep, atau
pendapat mereka.

Selain itu, hasil belajar lainnya dapat berupa struktur baru, pengembangan interpretasi,
argumentasi, hingga penarikan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep dari dua
sumber atau lebih dari data dan informasi yang diolah peserta didik.

5. Mengomunikasikan (Communicating)
Langkah terakhir, guru harus memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk
mengomunikasikan hasil dari proses belajar yang telah mereka lakukan. Peserta didik dapat
menyatakannya dalam bentuk laporan atau makalah yang di dalamnya berisi bagan, diagram,
atau grafik.

Pada tingkat yang lebih lanjut, para siswa dapat menyusun hasil pembelajarannya dalam bentuk
laporan tertulis dan menyajikannya secara sistematis. Mulai dari proses, hasil, sampai
kesimpulan secara lisan dengan presentasi di depan kelas.

Hasil belajar yang dapat dilihat dari langkah ini adalah kemampuan siswa dalam menyajikan
hasil analisis mereka dalam bentuk tulisan, grafik, media elektronik, maupun bentuk kreatif
lainnya. Dalam bentuk fisik yang dapat guru nilai secara langsung, misalnya bisa berupa laporan
tertulis, karya ilmiah, atau video yang diunggah di media sosial peserta didik.

Selanjutnya, guru dapat memberikan umpan balik dengan cara memberikan masukan,
meluruskan, dan menegaskan agar siswa bisa memahami kejadian yang dianalisisnya secara
mendalam dan luas. Guru juga bisa membimbing siswanya untuk memutuskan hal-hal penting
yang dapat disimpulkan sebelum presentasi kelas dimulai.

Tabel Langkah Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik


Berikut tabel langkah pembelajaran, kegiatan belajar dan kompetensi yang dikembangkan dalam
pendekatan saintifik.
Kesimpulan
Pada dasarnya, pemakaian model pembelajaran pendekatan saintifik ini bertujuan supaya siswa
sanggup menangani suatu masalah dan bisa menemukan solusinya. Namun, titik penekanannya
bukan dalam menemukan solusi, tapi pada proses pendekatan saintifik, yaitu dalam menganalisis
(mengolah dan mengkomunikasikan).

Pendekatan saintifik ini juga membuat siswa tidak hanya menemukan solusi dari hafalan saja,
melainkan juga menemukan solusi dengan menggunakan otaknya (melalui penalaran), sehingga
dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut, siswa bisa menjadi seorang pemecah masalah (problem
solver) yang unggul di masyarakat.

Setiap guru pasti ingin siswa selalu fokus pada materi yang disampaikan. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang bisa membuat konsentrasi siswa berkurang, seperti misalnya lelah, ngantuk,
bosan, dan berbagai alasan lainnya. Untuk mengatasi hal ini guru bisa melakukan ice breaking di
kelas.

Tujuan ice breaking ini adalah untuk mengembalikan konsentrasi dan juga mood siswa sehingga
bisa kembali fokus. Lalu, apa saja game seru yang bisa dimainkan di kelas?

7 Inspirasi Game Ice Breaking di Kelas Agar Belajar Makin


Seru
Berikut adalah beberapa game seru yang bisa guru terapkan agar belajar semakin seru:

1. Permainan Berhitung

Game satu ini menjadi permainan ice breaking yang mudah dilakukan di dalam kelas. Aturan
permainannya, yaitu masing-masing pesertanya harus berhitung. Namun, setiap hitungan
kelipatan 4, peserta tidak boleh menyebutkan angkanya. Peserta harus menyebutkan “dorr” atau
tepuk tangan.

Peserta yang salah sebut berarti dinyatakan gugur. Untuk mempersulit peserta dalam memainkan
permainan ini, guru bisa mengubah aturannya. Meski game ini terlihat sederhana tetapi sangat
seru dan menyenangkan.

2. Membuat Kelompok dan Baris

Sama seperti game sebelumnya, permainan ini juga mudah diterapkan. Cara memainkan
permainan ini adalah peserta diminta untuk membuat barisan berdasarkan aturan yang diminta.
Misalnya, peserta harus berbaris dalam urutan tertentu berdasarkan ukuran sepatu, tinggi badan
atau tahun lahir.
Selain diminta membuat barisan, peserta juga bisa diminta membuat kelompok berdasarkan film
favorit, jumlah saudara kandung, warna kesukaan dan sebagainya. Memainkan game ini tidak
hanya seru tetapi juga bisa menumbuhkan rasa memiliki satu sama lainnya.

3. Permainan Tepuk Tangan

Permainan tepuk tangan bisa dijadikan sebagai game ice breaking dalam kegiatan pembelajaran
online maupun offline. Permainan ini bisa dilakukan untuk memeriahkan suasana sehingga siswa
lebih semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Contoh penerapan game ini adalah guru bilang selamat pagi, maka siswa tepuk tangan sekali.
Jika guru bilang selamat siang maka siswa tepuk tangan 2 kali dan selamat sore 3 kali. Lakukan
hal ini berulang-ulang hingga suasana begitu meriah. Guru juga bisa memberikan plesetan
supaya semakin ramai.

4. Permainan Kuis

Game ice breaking di kelas selanjutnya yaitu permainan kuis. Permainan ini tidak hanya
membuat belajar semakin seru tetapi juga mudah dilakukan. Cara bermainnya yaitu guru
diharuskan untuk melempar pertanyaan kepada siswa secara langsung saat suasana kelas mulai
membosankan dan banyak siswa yang terlihat ngantuk.

Guru bisa melempar pertanyaan secara tiba-tiba kepada siswa secara random. Dijamin hal ini
akan membuat suasana menjadi seru dan menyenangkan.

5. Permainan Ungkap Tiga Kata

Permainan ungkap kata menjadi inspirasi game yang cocok untuk ice breaker. Dimana teknik
permainan ice breaking ini adalah meminta siswa mengungkapkan sesuatu dalam tiga kata.
Caranya, guru mengajak siswa untuk menjelaskan satu topik yang sebelumnya sudah disepakati
dengan tiga kata. Lalu, setiap siswa akan bergiliran untuk menyebutkan ketiga kata tersebut
dalam waktu singkat.

6. Permainan Tebak Gambar

Dalam permainan ini guru memiliki peran sebagai moderator yang akan memberikan potongan
suatu gambar kepada siswa. Bisa gambar hewan, tokoh, benda dan lainnya. Selain itu, guru juga
bisa menunjukkan kompilasi gambar. Kemudian siswa diminta untuk menebak nama gambar
tersebut.

7. Permainan Jika Maka

Permainan ini dilakukan dengan membagikan kertas ke semua peserta yang ada di kelas. Setelah
itu, bentuk dua kubu misalnya kubu kiri dan kubu kanan. Mintalah kubu juru untuk menuliskan
kalimat yang diawali “jika” dan kubu kiri menuliskan kalimat diawali “maka”.
Setelah semua siswa selesai menulis kalimat, guru akan meminta masing-masing perwakilan
untuk membacakan kalimat jika, maka. Kalimat yang sudah sesuai dan cocok, maka mereka akan
mendapatkan poin.

Nah itulah 7 inspirasi game ice breaking di kelas agar belajar makin seru. Melakukan game
sebenarnya sangat perlu dan memberikan manfaat. Dimana salah satu manfaatnya siswa bisa
kembali semangat dan fokus untuk belajar. Jadi, guru harus bisa membuat suasana kelas menjadi
hidup dengan game-game ini.

Anda mungkin juga menyukai