PEMBELAJARAN
LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini
memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Pada dasarnya sekolah adalah wahana proses belajar
mengajar yang paling pokok, dan juga sebagai proses tingkah laku ditimbulkannya
melalui latihan atau pengalaman. Dalam proses belajar ini seseorang berinteraksi
langsung dengan objek belajar dengan menggunakan alat inderanya. Karena itu
pentingnya pendidikan, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen serta
pendidikan diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam
mengenai proses perubahan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Depdikbud ( 1990 : 180 ) pendekatan adalah proses perbuatan atau cara untuk
mendekati sesuatu. Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu.
Dalam proses pembelajaran, Noeng Muhadjir (2000 : 140) memberikan defenisi
pendekatan sebagai cara untuk menganalisis, memperlakukan, dan mengevaluasi suatu
objek. Misalnya, dalam pembelajaran peserta didik dilihat dari cara peserta didik
berkomunikasi atau berinteraksi dalam lingkungan sosialnya, maka ada pendekatan
individual dan pendekatan kelompok.
Menurut Anthony,2007 menyatakan bahwa pendekatan mengacu kepada
seperangkat asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan pembelajaran.
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Menurut Alfred De Vito, 1989
menyatakan bahwa Pembelajaran Saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui ilmiah.
Menurut Develop pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangnya Implication of investigation
dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang
terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa
pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan
siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga
dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi.
Permendikbud No. 65 tahun 2013 mengemukakan tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya
Pendekatan Saintifik/Ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut sebagai ciri khas
dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberitahu.
Pada Pendekatan Saintifik ada 3 Ranah yang disentuh yaitu: sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang
demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Berikut ini tujuh kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pembelajaran saintifik, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
C. Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik
Adapun Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik yaitu:
1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis
penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada
siswa.
2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan
target pencapaian tujuan belajar.
3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan
pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok
siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan
metode mengajar, serta konteks.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
meaningfull learning. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud No. 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
2. Menanya
Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud No. 81A/2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati ( dimulai dari pertanyaan factual sampai pertanyaan
yang bersifat hipotetik ). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
3. Menalar
Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berfikir yang logis
dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran matematika, pada umumnya proses
menalar terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian
diikuti dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran sampai
diperoleh suatu simpulan. Bentuk penyajian pengetahuan atau keterampilan matematika
sebagai hasil penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis.
Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran
induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus
untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada hasil pengamatan indrawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang
khusus (Sudarwan, 2013). Penalaran yang paling dikenal dalam matematika terkait
penarikan kesimpulan adalah modus ponen, modus tolen dan silogisme.
4. Mencoba
Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni berupa
konjektur atau dugaan sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu
dilakukan kegiatan mencoba. Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan atau keterampilan
hasil penalaran ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu lingkup, kemudian
diperluas ke dalam situasi atau bahasan yang berbeda lingkup.
Tahap mencoba ini menjadi wahana bagi siswa untuk membiasakan diri berkreasi
dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari bersama guru. Dengan memfasilitasi kegiatan mencoba ini siswa
diharapkan tidak terkendala dalam memecahkan permasalahan matematika yang
merupakan salah satu tujuan penting dan mendasar dalam belajar matematika.
Pengalaman mencoba akan melatih siswa yang memuat latihan mengasah pola
pikir, sikap dan kebiasaan memecahkan masalah itulah yang akan banyak memberi
sumbangan bagi siswa dalam menuju kesuksesan mengarungi kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 2013 secara eksplisit menyiapkan siswa agar terampil memecahkan masalah
melalui penataan kompetensi kompetensi dasar matematika yang dipelajari siswa.
Kegiatan mencoba mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan
eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
http://fuzinoviyanti.wordpress.com/2013/10/27/pendekatan-pembelajaran-scientific-dan-
kontekstual/
Sumantri, mulyani dan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mulana.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Suryani, Mulia. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.