Anda di halaman 1dari 5

RAMADHAN DAN PENDIDIKAN KEPADA UMAT

Bima Joy Pradana (1404620028)


Irfan Maulana (1404620064)
Salsabilla Khairunnisa Jarkasi (1404620014)
Zahrah Husnunnida (1404620036)

Abstrak
Kesejahteraan sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 belum
dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Masih banyak penderitaan yang dirasakan oleh
rakyat seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan keresahan yang disebabkan oleh banyaknya
tingkat kriminal dan gejolak sosial yang terjadi. Puasa Ramadhan jika dilakukan dengan
baik sesungguhnya mampu menjawab persoalan bangsa. Karena di dalam puasa
terkandung nilai-nilai pendidikan yang baik yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia
seperti sikap ikhlas mengabdi, jujur, disiplin, dan dermawan yang pada akhirnya
menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera.
Keyword : puasa dan kesejahteraan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistem penelitian kepustakaan yang


dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mencatat berbagai literatur atau bahan
bacaan yang sesuai dengan materi pelajaran, kemudian disaring dan dituangkan ke dalam
kerangka pemikiran teoritis. Penulis membuat internet menjadi bahan penelitian. Pencarian
internet adalah teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi berupa mesin pencari di
internet dimana semua informasi dari berbagai era tersedia di dalamnya. Pencarian internet
membuatnya sangat mudah untuk membantu peneliti menemukan file/data tempat
kecepatan, kelengkapan, dan ketersediaan data dari berbagai tahun tersedia. Pencarian data
di internet dapat dilakukan dengan cara searching, browsing, surfing, atau download.

A. Pendahuluan
Tujuan hidup berbangsa dan bernegara seperti yang tercantum dalam pembukaan
Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan dan
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesi. Namun tujuan tersebut tampaknya masih sebatas
angan-angan semata. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya kemiskinan, rasa
keadilan yang sulit dicari, dan timbul gejolak sosial di mana-mana.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Effendy Choirie bahwa kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini sangat memprihatinkan, baik dari aspek sosial politik, ekonomi
maupun budaya. Dari segi ekonomi sangat kapitalistik, yaitu semakin menciptakan
pemisah antara kaya dan miskin, antara rakyat dan pejabat, antara penguasa dan yang
dikuasai, dan politik misalnya sangat liberal. Dari aspek sosial budaya, masyarakat
semakin tidak berdaya menghadapi gempuran politik liberal dan ekonomi kapitalistik,
yang berakibat kekuatan sosial budaya tercerabut dari akar-akar historisnya.
Prilaku tak terpuji para pembuat kebijakan juga menjadi penyebab kesengsaraan bagi
rakyat. Kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil turut menambah penderitaan
rakyat. Demikan pula pola hidup hedonisme yang tumbuh di kalangan anak bangsa
memperparah kondisi bangsa. Korupsi merambah kemana-mana, prilaku krimanal
semakin marak, hukum diperjualbelikan.
Puasa ramadhan sesungguhnya menjadi solusi bagi persoalan di atas, jika
dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Hal ini beranjak dari asumsi bahwa suatu
bangsa menjadi runtuh karena kebobrokan akhlak penduduknya. Ini berarti jika suatu
banggsa ingin maju dan sejahtera harus dibangun sikap positif yaitu akhlakul karimah.
Puasa adalah salah satu jalan menuju akhlak yang baik tersebut. Sejauh mana peran
puasa dapat mensejahterakan umat ? akan kita lihat korelasinya berikut ini.

B. Makna Ramadhan
Menurut pengertian bahasa, ramadhan berarti amat panas. Nama ini diberikan oleh
orang-orang Arab pada bulan yang kesembilan karena pada bulan tersebut padang pasir
sangat panas oleh terik matahari. Hal ini sesuai dengan kebiasaan bangsa Arab terdahulu
dengan memindahkan suatu istilah dari bahasa asing ke bahasa mereka yang sesuai dengan
keadaan yang terjadi pada masa tersebut.
Selain itu, Ramadhan juga berarti „mengasah‟ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan
itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang
pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk
„mengasah‟ jiwa, „mengasah‟ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga, membakar‟
sifat-sifat tercela dan „lemak-lemak dosa‟ yang ada dalam diri kita.Selain itu, Ramadhan
dapat dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama
melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan yaitu: Pertama, Syahr al-Qur‟an (bulan
Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga
diturunkan pada bulan yang sama. Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena
hanya Ramadhan merupakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan
penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS
al-Baqarah [2]: 185). Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada
bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi
dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al- Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari
Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar
Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.
Begitu beragamnya makna Ramadhan seperti di atas menunjukan bahwa Ramadhan
adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan,
yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas,
keserakahan, dan ketidakjujuran.
C. Nilai-Nilai Pendidikan Ramadhan
Tidak diragukan lagi bahwa puasa memberikan manfaat yang besar bagi manusia baik
dilihat dari aspek kesehatan, spiritual, maupun aspek sosial.Karena puasa ramadhan
setidaknya mendidik kita untuk :

1. Ikhlas
Apa yang membedakan ibadah puasa dengan ibadah lainnya, sehingga mendapatkan
keistimewaan, dikatakan bahwa ibadah tersebut adalah milik Allah? Selain karena
kemuliaannya dan kecintaan Allah padanya, juga dikarenakan keikhlasan seorang
hamba yang begitu kentara dalam melaksanakannya. Sebab puasa merupakan rahasia
antara seorang hamba dengan Rabbnya. Dalam kesendirian dia tetap berpuasa, walau
tidak dilihat manusia. Jika seorang insan telah ikhlas dalam puasanya, maka buahnya dia
akan terlatih untuk selalu ikhlas dalam setiap amal ibadahnya termasuk ketika ia
menjalankan tugas.
2. Jujur
Puasa sejatinya mendidik manusia agar menjadi orang yang jujur. Meskipun
tidak ada orang yang tahu, seseorang yang berpuasa tetap tidak mau makan, minum, dan
melakukan hal-hal yang dilarang dalam berpuasa meskipun di suatu tempat yang tidak
orang sekalipun. Karena seseorang berpuasa merasa yakin bahwa Allah senantiasa
mengawasi dirinya.
Sikap jujur ketika berpuasa sejatinya juga dilakukan setelah puasa. Baik jujur
kepada diri sendiri maupun jujur kepada orang lain. Jujur dalam menjalankan amanah
tidak mau mengambil sesuatu yang bukan miliknya, jujur dalam berniaga tidak
mengurangi timbangan dan takaran, jujur dalam mengelola kekayaan alam untuk
kemaslahatan bersama bukan memperkaya diri dan keluarga.
3. Disiplin
Sebagaimana ibadah lain dalam Islam, semisal shalat, zakat dan haji, puasa juga
memiliki batas waktu pelaksanaan yang telah ditentukan dalam agama, tidak boleh
mundur dan maju. Waktu puasa dimulai dengan terbitnya fajar dan ditutup dengan
terbenamnya matahari. Andaikan ada orang yang ingin merubah batasan tadi, walaupun
dengan niat supaya amalannya lebih banyak; jelas tidak dibenarkan.
Jika dicermati, hal itu mendidik kita untuk senantiasa tepat waktu dalam setiap
perkara, termasuk perkara duniawi. Di antaranya dalam menjalankan tugas. Sehingga
baik ada komandan maupun tidak, dilihat pimpinan ataupun tidak, jika telah saatnya
masuk kerja, ia akan tetap waktu. Bukan seperti tindakan sebagian orang yang ketika
masuk kerja tergantung dengan ada atau tidaknya atasannya
Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh
hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita
makan, waktu sholat kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih,
iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya.
Selain itu bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk
seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-
amal ibadah, dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang
monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu
asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering
terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai
untuk makan siang bersama kekasih. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang,
antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk
kepentingan Akhirat.
4. Dermawan
Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah. Di
bulan Ramadhan kita puasa, merasakan lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa
sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang
tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa
prihatin? Sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan.
Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang
yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga
Allah mengataka orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim
sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan
sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang
yang salah menilai atau memandang kehidupan.
Pada bulan ramadhan, manusia dididik untuk menjadi pribadi yang mau peduli
terhadap sesama. Hal ini digambarakan, setiap orang yang berpuasa diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat fitrah. Selain berfungsi untuk berfungsi mensucikan diri sendiri
(tazkiyat al-nafs), juga bermakna agar orang yang berpuasa mempunyai kepedulian
terhadap orang-orang yang tidak mampu. Dengan berpuasa, umat Islam akan merasakan
bagaimana penderitaan orang-orang miskin yang tidak makan dan minum. Sehingga
akan lahir kepekaan untuk saling berbagi bersama.
Tidak hanya zakat fitrah, juga diingatkan untuk mengeluarkan zakat mal (harta
benda, termasuk zakat profesi). Meskipun, zakat mal tidak harus dikeluarkan pada bulan
ramadhan, setidaknya umat Islam diingatkan untuk mengeluarkan kewajibannya. Selain
itu, memberikan infaq dan sadaqah pada bulan ramadhan sangat dianjurkan.

Kesimpulan
Agama Islam diturunkan ke bumi adalah untuk kesejahteraan manusia. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa puasa, sebagai bagian dari ajaran agama, memiliki korelasi
yang terhadap terwujudnya kesejahteraan umat. Karena di dalam puasa terkandung
nilai- nilai pendidikan seperti sikap ikhlas, jujur, disiplin, dermawan, yang dapat
menghantarkan pelakunya menjadi bahagia. Sikap positif inilah yang dibutuhkan bangsa
kita guna menuju Indonesia yang sejahtera. Selain itu puasa adalah sarana mendekatkan
diri kepada Allah, yang dapat memancing rahmat-Nya turun ke bumi sehingga
menjadikannya subur, makmur, dan sejahtera. Dan adalah janji Allah bahwa jika
penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa niscaya dibukakan pintu keberkahan dari
langit dan bumi. Tiada janji yang diproklamirkan oleh Allah, melainkan janji tersebut
pasti ditepati.

REFERENSI

Al Hafiz Ibn Hajar Al Asqolani, Bulugul Maram min Adilatil Ahkam

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Ensiklopedi Islam, jilid 4, Jakarta : PT. Ichtiar Baru
van Hoeve.

M. Quraish Shihab,2003, Wawasan al-Qur’an, Jakarta : Mizan.

Anda mungkin juga menyukai