Anda di halaman 1dari 6

Memaknai Ondel - Ondel Sebagai Warisan Budaya Betawi Yang Berharga

Bima Joy Pradana, Mazlan, Zahrah Husnunnida


Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
BimaJoyPradana_1404620028@mhs.unj.ac.id

Informasi artikel ABSTRACT


Keyword: The Ondel-ondel performing arts is one of the Betawi art
Heritage, Icon, cultural heritages that existed before the spread of Islam in
Ondel-ondel, Java and became a regional icon. The icon of an area has its
Betawi own uniqueness, usually representing a uniqueness or
uniqueness that is easy to remember. Like ondel-ondel which
is an icon of the city of Jakarta. Ondel-ondel is a cultural
artefact for the people of Jakarta which is believed to be the
protector of their ancestors which has been preserved for
generations. Ondel-ondel is the initial act at the beginning of
Betawi art performances. Ondel-ondel usually consists of two
large pairs of dolls, a male and a female wearing Betawi
clothing. Why ondel-ondel? Because it indirectly symbolizes
the life of the Betawi people who are open to accepting
civilization internally and externally that affect life.

ABSTRAKSI
Kata Kunci: Seni pertunjukan Ondel-ondel merupakan salah satu warisan
Warisan, ikon, budaya kesenian Betawi yang sudah ada sejak sebelum
ondel-ondel, tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa dan menjadi ikon
Betawi daerah .Ikon suatu daerah mempunyai suatu keunikan
tersendiri, biasanya mewakili keunikan atau kekhasan yang
mudah dingat. Seperti ondel-ondel yang menjadi ikon kota
Jakarta. Ondel-ondel merupakan artefak budaya bagi
masyarakat Jakarta yang dipercaya sebagai pelindung dari
leluhur yang hingga kini terus terpilihara secara turun
temurun. Ondel-ondel merupakan babak awal di awal
pertunjukan seni betawi. Ondel-ondel biasanya terdiri dari
dua buah boneka besar berpasangan, laki-laki dan juga
perempuan yang memakai pakaian Betawi. Kenapa ondel-
ondel? Karena secara tidak langsung menjadi perlambangan
kehidupan orang Betawi yang terbuka menerima peradaban
secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi
kehidupan.

Pendahuluan
Dalam Setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing dimana akan melekat dalam
ingatan setiap individu. Seperti warisan budaya pada suatu daerah merupakan sebuah perspektif
kebudayaan atau bisa dimaksudkan sebagai seni artefak (rekam jejak suatu seni budaya) yang
dapat ditelusuri pengaruh apa saja baik secara internal maupun eksternal yang nantinya akan
mengurut menjadi suatu seni budaya yang akhirnya menjadi sebuah ikon kedaerahan suatu
daerah tertentu. Sebuah ikon dari suatu daerah mempunyai ciri khas kedaerahan yang mudah
untuk diingat dan mempunyai keunikan tersendiri bagi orang yang melihatnya. Keunikan ini
secara tidak langsung akan membantu seseorang untuk mengingat dan untuk mengetahui asal
usul suatu daerah dari ikon tersebut.

Seperti judul di atas tentang ondel-ondel sebagai warisan budaya Betawi. Ikon kota
Betawi adalah ‘Ondel-ondel’ yang segala kelengkapannya melambangkan atau mewakili semua
semua sejarah yang melekat padanya. Keunikan ini akan menjadi karakteristik sendiri yang
menjadi ciri kebendaan ikon daerah tertentu. Ikon kota Betawi yang berupa ondel-ondel
merupakan bentuk boneka sepasang laki-laki dan perempuan ini tidak hanya sebagai simbolis
semata, melainkan juga mengandung makna tersendiri bagi masyarakat Betawi.

Awal mula keberadaan ondel-ondel sebagai ikon dari masyarakat Betawi hingga kini
belum diketahui sebabnya. Dari sumber yang kami kutip menyatakan bahwa ondel-ondel dahulu
bernama ‘Barongan’. Barongan dalam bahasa Betawi kuno artinya berjalan beriringan atau
berombongan. Tapi hal itu kini hanya dilakukan beriringan atau berombongan pada seni
pertunjukkan. Ondel-ondel di masa kini memang dikenal sebagai boneka yang terbuat dari
rangkaian atau susunan kerangka bambu, lengkap dengan pakaian yang dikenal khas sebagai
pakaian tradisional Betawi dengan hiasan kembang kelapa di bagian kepalanya.

Sumber lain menyatakan bahwa keberadaan ondel-ondel diperkirakan muncul di era


tahun 40-an, dimana dipercaya sebagai mediasi roh nenek moyang yang menjaga
keberlangsungan kehidupan keturunannya dan sebagai personafikasi leluhur. Hal ini juga
dilatarbelakangi pola pikir masyarakat dulu yang masih mempercayai hal-hal yang berbau mistis
bahwa masih adanya hubungan antara roh nenek moyang dengan keturunannya dengan cara
adanya media tersebut (Boneka ondel-ondel). Untuk itu boneka ondel-ondel ini pada awalnya
berbentuk tinggi besar dan berwajah menyeramkan dengan mempunyai taring. Boneka ondel-
ondel terdiri dari dua bagian utama yaitu kepala dan badan.
Ondel-ondel merupakan boneka raksasa besar yang bagian mukanya berwarna merah
(untuk boneka laki-laki) dan berwarna putih (boneka wanita). Bentuk dan ukurannya yang unik
membuat semua orang Indonesia pada umumnya dan orang Jakarta khususnya memahami
bahwa ondel-ondel adalah warisan budaya dan juga ikon kota Jakarta. Sekarang bentuk dari
ondel-ondel ini tidak saja dalam bentuk boneka raksasa, yang hanya di letakkan di muka bagian
gedung Pemerintahan atau kesenian saja. Melainkan bentuk ondel- ondel ini mulai
dipergunakan sebagai simbol kota Jakarta untuk berbagai souvenir yang dipergunakan untuk
keperluan Pariwisata. Untuk itu akan dibahas lebih lanjut tentang ondel-ondel sebagai warisan
budaya Betawi yang berharga.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan yaitu metode kualitatif. Menurut Poerwandari
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan
lain-lain. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum
terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang
menjadi fokus penelitian.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai
metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul
dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah
orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Sugiyono Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai
metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic,
karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang berpola), dan disebut sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang
ditentukan di lapangan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara,
wawancara adalah suatu percakapan atau tanya-jawab lisan antara dua orang atau lebih yang
duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada satu arah pembicaraan tertentu terkait
permasalahan. Pertanyaan dalam penelitian ini terdiri dari sembilan pertanyaan dengan bentuk
pertanyaan pertanyaan terbuka (open question).
Penelitian ini dilakukan secara luring di kediaman narasumber yaitu di Sanggar Seni Betawi
Mamit CS pada 4 Januari 2023. Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data utama yang kami
gunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer sendiri adalah data/informasi yang
kami kumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan narasumber, sedangkan Data Sekunder
berisi data/informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas, sumber-sumber itu dapat berupa literatur, artikel, jurnal maupun situs
internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Hasil Dan Pembahasan


Dalam penelitian ini kami memelih bapak Ahmad Firli atau akrab di panggil bang Firli
sebagai narasumber dimana beilau merupakan pengajar sekaligus generasi ke-empat pengajar
kesenian ondel-ondel di Sanggar Seni Betawi Mamit CS di daerah Kramat, Senen Jakarta Pusat.

Gambar 1. Foto Bersama Narasumber


Ondel-ondel terpilih sebagai seni warisan budaya yang melambangkan kota Jakarta,
dimana pemilihan warna dan hiasan juga mempunyai makna tersendiri. Seperti bentuknya yang
besar dengan wajah atau karakter boneka laki-laki yang berwarna merah dan boneka wanita
berwarna putih. Kedua warna ini melambangkan keseimbangan antara dua kekuatan, yaitu
kekuatan jahat dan baik. Warna merah untuk wajah ondel-ondel laki-laki melambangkan
keberanian dan warna putih melambangkan kebaikan. Karena itulah ondel-ondel selalu
berpasangan.

Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah
hadir dari zaman dahulu. Sebelum bernama Ondel-Ondel dahulu kesenian ini sering disebut
dengan nama Barongan. Tidak ada data resmi yang menyatakan kapan munculnya keberadaan
ondel-ondel sebagai ikon Betawi, beberapa sumber menyatakan bahwa dahulu ondel-ondel
dipergunakan sebagai pelengkap untuk upacara adat yang berkaitan dengan keberhasilan akan
hasil panen yang melimpah, termasuk upacara-upacara adat yang berhubungan dengan ucapan
syukur atas karunia yang Maha kuasa atas kelimpahan rejeki, upacara untuk mengarak
pengantin sunat, iringan pengantin dengan diiringi musik seperti kendang, kenong dan terompet.

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan bersama narasumber kami yaitu bang
Firli, terdapat beberapa hal menarik mengenai ondel-ondel sebagai warisan budaya di Jakarta
yang harus diketahui dan juga dilestarikan, di antaranya yaitu perbedaan ondel-ondel di zaman
sekarang dan zaman dahulu.  Bentuk dan rupa Ondel-ondel pada zaman dahulu dan sekarang
telah berbeda karena terjadi perbedaan fungsi yang dahulu Ondel-ondel digunakan sebagai
pelindung masyarakat dari roh halus dan pada zaman sekarang Ondel-ondel digunakan untuk
acara-acara penting masyarakat Betawi. Perbedaan yang terlihat jelas dari Ondel-ondel zama
dahulu dan sekarang ialah bentuk wajah Ondel-ondel dari yang dulunya lebih dibuat
menyeramkan dan sekarang dibuat lebih untuk menghibur. Rangka Ondel-ondel umumnya
terbuat dari bambu dan topeng atau wajah Ondel-ondel terbuat dari bambu dan fiber glass.

Selain itu boneka Ondel-ondel memilki tinggi sekitar dua meter dan memiliki diameter 80
cm yang berfungsi untuk memudahkan pemakai boneka Ondel-ondel untuk bergerak dan
mengangkat beban dari boneka Ondel-ondel tersebut. Boneka Ondel-ondel umumnya memiliki
wajah yang lebih mirip segi empat atau persegi dengan mata yang besar dan bulat. Ondel-ondel
memiliki rambut atau Kembang kelapa (hiasan pada kepala yang terbuat dari lidi yang ditempeli
kertas warna-warni sebagai warna rambutnya) dimana kembang kelapa tesebut di buat menjadi
dua puluh lima bagian yang menyiratkan tentang nilai ke islaman dimana kita harus mengimani
dua puluh lima nabi dan rasul Allah.

Sebagai warisan budaya betawi, ondel-ondel pada zaman sekarang masih digunakan untuk
tradisi adat betawi seperti Ondel-ondel di gunakan biasanya di saat ada acara pernikahan
masyarakat Betawi, dimana ondel-ondel digunakan sebagai pengiring saat pernikahan dan di
barengi dengan seni palang pintu serta biasanya untuk arak arakan anak anak yang sudah
melakukan khitanan dan juga untuk menjamu tamu yang sangat dihoramati dan sebagai acara
untuk menghibur para wisatawan asing yang sedang berlibur ke Jakarta. Pada umumnya
kebudayaan Ondel-ondel selalu diiring dengan musik-musik khas Jakarta yaitu musik tehyan
yaitu jenis musik tradisional yang mendapat pengaruh dari China. Terkadang juga diiringi oleh
musik tanjidor, musik gendang pencak Betawi, musik ningnong, gambang kromong, dan rebana
ketimprung. Dan seiring meningkatnya kebutuhan ekonomi akhir akhir ini, ondel-ondel juga di
gunakan beberapa kalangan untuk mencari sumber penghasilan di jalan.

Saat mewancarai bang firli ia juga menyampaikan bahwa, untuk melestarikan kesenian
ondel-ondel betawi di saat ini diperlukan peran para pemuda pemudi untuk mau melestarikan
kesenian ini, selain itu peran para tokoh masyarakat betawi setempat juga berpengaruh untuk
menarik serta mengajak anak-anak muda agar mau melestarikan kesenian budaya ondel-ondel
agar tidak hilang akibat perkembangan zaman dan tekonolgi yang semakin pesat saat ini, karena
ondel-ondel merupakan warisan budaya dan kesenian budaya asli betawi yang sangat berharga
untuk di jaga dan juga unyuk diperkenalkan pada generasi generasi yang akan datang.

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Ondel-ondel pada umumnya
dibuat berpasangan yaitu pria dan wanita tetapi terkadang ada juga yang membuat anak dari
Ondel-ondel tersebut. Ondel-ondel pria bermuka merah, berkumis, jenggot, alis tebal dan
jambang sedangkan untuk wanita umumnya berwajah putih, memakai rias gincu, bulu mata
lentik, dan terkadang memiliki tahi lalat. Acara-acara yang menggunakan kebudayaan Ondel-
ondel adalah acara pernikahan, acara hajatan, khitanan, menyambut tamu yang dianggap
terhormat dan di taruh ditempat-tempat wisata. Dan untuk melestarikan ondel-ondel diperlukan
peran para tokoh masyarakat betawi setempat untuk mengajak para anak-anak muda agar
tertarik dan juga mau melestarikan kesenian ondel-ondel. Karena ondel-ondel merupakan
warisan asli dari betawi yang berharga untuk tetap ada pada zaman yang akan datang.

Daftar Pustaka
Hidayah, Zulyani. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Indonesia, 1997.
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/598/jbptunikompp-gdl-nurulistiq-29888-7-
unikom_n-i.pdf
http://repository.stipram.ac.id/122/1/141249_PELESTARIAN%20KESENIAN
%20ONDELONDEL%20BETAWI%20SEBAGAI%20KESENIAN%20TRADISIONAL
%20BETAWI%20DI%20JAKARTA_1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai