Anda di halaman 1dari 43

Ecodemica, Vol. No.

#bulan #tahun

PENGARUH DINAMIKA DAN EKSISTENSI


KESENIAN TARI ONDEL-ONDEL NGAMEN
TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT
BETAWI
Rizki Dewaruci
Universitas BSI Bandung, dewaruci.rizki@gmail.com

ABSTRAK
Perubahan alih fungsi yang pada awalnya digunakan sebagai alat penolak bala dan
pengusir wabah penyakit, saat ini digunakan oleh sebagian masyarakat Jakarta untuk
kegiatan mengamen sebagai cara untuk melestarikan dan mencari nafkah. Perubahan pada
bentuk boneka ondel-ondel saat ini juga tidak lagi menakutkan agar lebih menarik untuk
di lihat. Lalu pada cara memainkan kesenian tari ondel-ondel ini juga mengalami
perubahan. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode deskriptif dan verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan diambil
kesimpulannya. Berdasarkan pengujian hipotesis dinamika dan eksistensi nilai-nilai
kebudayaan pada kesenian tari ondel-ondel ngamen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap persepsi masyarakat Betawi. Selain dari nilai korelasi, nilai lainnya diperlihatkan
pula pada perhitungan koefisien determinasi yaitu dengan mengkuadratkan koefisien
korelasi.

Kata Kunci: Dinamika, Eksistensi, Kesenian Tari Ondel-Ondel Ngamen,


Pengetahuan.

ABSTRACT
Change over function at first used as an instrument repellent his and repellent an
outbreak of the disease, is currently used by some the citizens activities singing for money
as a way to preserve and earn a living. Changes in the form of a puppet ondel-ondel
today also no longer scary that it more attractive to look at. And on how to play art dance
ondel-ondel this also changed. Method in this research used a quantitative approach with
the methods descriptive and verifikatif, namely the results of research then processed and
extracted in conclusion. Based on the testing of hypotheses the dynamics and existence
the cultural values of at art dance ondel-ondel ngamen having influence a significant
impact on perceptions of betawi. Besides correlation value, other value shown also on a
calculation the coefficients determination namely by squaring a correlation coefficient.

Key Words : The Dynamics, Existence, The Cultural Values of Art Dance Ondel-
Ondel Ngamen, Knowledge.

PENDAHULUAN memiliki nilai-nilai dari leluhur atau nenek


moyang masyarakat Betawi yang pada saat
Kesenian tari ondel-ondel Betawi itu difungsikan sebagai penolak bala dan
merupakan bentuk seni pertunjukan rakyat mengusir wabah penyakit. Tetapi seiring
Betawi yang sering kita lihat pada pesta- dengan kemajuan dan perkembangan
pesta rakyat di DKI Jakarta. Kesenian ini perkotaan, penduduk asli Betawi
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

mengalami keterselisihan dengan pesatnya memang masih menjadi perdebatan yang


urbanisasi penduduk baru DKI Jakarta
sebagai Ibukota Negara.
Perubahan alih fungsi yang pada
awalnya digunakan sebagai alat penolak
bala dan pengusir wabah penyakit, saat ini
digunakan oleh sebagian masyarakat
Jakarta untuk kegiatan mengamen sebagai
cara untuk melestarikan dan mencari
nafkah. Perubahan pada bentuk boneka
ondel-ondel saat ini juga tidak lagi
menakutkan agar lebih menarik untuk di
lihat. Lalu pada cara memainkan kesenian
tari ondel-ondel ini juga mengalami
perubahan. Sebelumnya masyarakat
Betawi memainkannya dengan di iringi
oleh alat musik pengiring seperi tanjidor,
gong, dan tehyan. Namun saat ini banyak
temukan para pengamen ondel-ondel
menggunakan media elektronik seperti
tape recorder sebagai musik
pengiring ondel-ondel tersebut.
Penampilan para pengamen ondel- ondel
yang terkesan urakan di nilai
sebagian besar orang telah mencemarkan
bahkan menghilangkan nilai-nilai
kebudayaan dari kesenian tari ondel-ondel.
Setiap masyarakat selalu
mengalami transformasi, sehingga tidak
ada satu masyarakat pun yang mempunyai
potret yang sama dalam waktu yang
berbeda, baik masyarakat tradisional
maupun masyarakat modern. (Garna, 1992:
1-2).
Perubahan yang terjadi pada
kesenian tari ondel-ondel ini juga
mengundang berbagai pendapat pro dan
kontra dari pemerintah DKI Jakarta dan
beberapa kalangan masyarakat Betawi.
Sebagian berpendapat bahwa kegiatan
mengamen adalah sebuah cara agar
kesenian ini tetap dapat mempertahankan
eksistensinya. Tetapi ada juga yang
berpendapat bahwa kegiatan ondel-ondel
ngamen mengganggu ketertiban di jalan
raya. Selain mengganggu, pertunjukan
ondel-ondel di jalan raya ini terlihat tidak
seperti pada pertunjukan ondel-ondel yang
seharusnya.

Dinamika dan eksistensi kesenian


tari ondel-ondel yang terjadi saat ini

2
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
belum menemukan titik akhir. Kesenian
seperti tari ondel-ondel yang mulai
kehilangan fungsinya, pada akhirnya juga
akan kehilangan tempat untuk tampil.
Sehingga para seniman ondel-ondel yang
masih bertahan dengan kesenian ini
menggunakannya sebagai alat untuk kegiatan
mengamen agar dapat tetap bertahan hidup
dan juga sekaligus menjaga kelestariannya.

Dinamika adalah salah satu identitas


kehidupan manusia baik secara individual,
kelompok maupun masyarakat. Dinamika
masyarakat bersifat universal yakni terjadi
pada setiap masyarakat di berbagai tempat,
kondisi, dan situasi. Salah satu faktor
pendorong terjadinya dinamika masyarakat
adalah inovasi (Gillin dan Gillin dalam
Saripudin, 2005: 49).

Terdapat tiga aspek perubahan


masyarakat, yaitu: (1) perubahan idea
(ideational change); (2) pengaruh unsur
budaya material terhadap mental masyarakat
(sensational change), dan (3) perubahan
ideologi (idealistic change) (Sorokin dalam
E. Ningrum, 2006:306).

Di dalam tulisannya yang berjudul


“Ondel-Ondel Antara Ngamen dan Simbol”,
ketua Lembaga Kebudayaan Betawi bapak
Yahya Andi Saputra mengatakan “ngamen
adalah salah satu upaya kesenian tradisional
untuk eksis atau menyambung hidupnya.
Bukan hanya kesenian yang jumlah
pendukungnya relatif kecil, seperti Ondel-
Ondel, kesenian besar pun, seperti wayang
kulit, lenong, topeng, kerap ngamen”.
Kesenian tari ondel-ondel merupakan
identitas atau ciri khas masyarakat Betawi
yang telah diwariskan secara turun menurun.
Seiring dengan perkembangan zaman,
adanya penambahan unsur-unsur modernisasi
di dalam suatu kebudayaan memang di
perlukan. Penyesuaian pada kebutuhan dari
kesenian dan para pelaku kesenian tari ondel-
ondel ini menjadi faktor utama perubahan
yang terjadi pada kesenian tari ondel-ondel.
Terdapat berbagai macam cara yang bisa
dilakukan agar sebuah kebudayaan terus

3
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

bertahan di antara desakan arus ondel-ondel betawi.


modernisasi. Salah satu cara yang
dilakukan oleh para seniman ondel-ondel
demi menjaga eksistensi kebudayaannya
adalah dengan cara kegiatan mengamen.

Kata eksistensi berasal dari kata


latin existere, dari ex = keluar, sitere =
membuat berdiri yang artinya apa yang
ada, apa yang memiliki aktualitas, apa saja
yang dialami. Konsep ini menekankan
bahwa sesuatu itu ada (Save M. Dagun,
1990: 190). Dalam filsafat eksistensi,
istilah eksistensi diberikan arti baru, yaitu
sebagai gerak hidup dari manusia konkret.
Di sini kata eksistensi diturunkan dari kata
kerja latin ex-sistera. Berada (to exist)
artinya muncul atau tampil keluar dari
suatu latar belakang sebagai sesuatu yang
benar-benar ada (Ostina Panjaitan, 1996:
14).

Menjaga eksistensi kesenian tari


ondel-ondel bukanlah suatu hal yang
mudah untuk dilakukan, apalagi bila
kesenian tersebut berada di antara
pertumbuhan perkotaan yang cukup pesat
seperti DKI Jakarta. Di dalam suatu
kebudayaan terdapat nilai-nilai
kebudayaan yang harus di jaga, agar
indentitas dari kebudayaan tersebut tidak
hilang. Tetapi seringkali bahwa inovasi
dan penyesuaian yang dilakukan
menyebabkan hilangnya nilai- nilai leluhur
dari kebudayaan tersebut, sehingga
menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat.

Dalam fenomena kesenian ondel-


ondel ngamen saat ini, ada perbedaan
dalam fungsi dan metode memainkan
kesenian ondel-ondel tersebut. Jika pada
zaman dahulu kesenian ondel- ondel di
gunakan sebagai penolak bala, saat ini
hanya digunakan untuk mencari nafkah.
Cara memainkannya yang menggunakan
berbagai jenis alat musik seperti gong dan
tehyan, saat ini hanya menggunakan
rekaman atau tape recorder oleh sebagian
besar pengamen ondel-ondel. Dengan
adanya perubahan-perubahan tersebut
dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat betawi tentang kesenian tari
4
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
Semua orang membutuhkan
pengetahuan untuk menjalani kehidupan
mereka secara baik. Tanpa pengetahuan,
banyak orang akan salah mengambil
keputusan dan pilihan. Untuk mendapatkan
pengetahuan seseorang harus melewati
proses belajar, mencari, mengamati, dan
menganalisis.

Pengetahuan menurut KBBI


dimaknai sebagai segala sesuatu yang
diketahui, kepandaian, atau segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran). Sedangkan menurut Soedjono
Soekamto (1987: 16) pengertian pengetahuan
adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca indera, yang
berbeda sekali dengan kepercayaan
(beliefs), takhayul
(superstitions), dan penerangan-penerangan
yang keliru (misinformation) yang bertujuan
untuk mendapatkan kepastian serta
menghilangkan prasangka-prasangka sebagai
akibat ketidakpastian.

Menurut Jujun S. Suriasumantri


(1993: 104), “pengetahuan pada hakikatnya
merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu objek termasuk ke dalamnya
adalah ilmu”. Lebih lanjut Jujun S.
Suriasumantri (1993: 50) mengungkapkan
terdapat dua cara yang pokok bagi manusia
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Yang pertama adalah mendsarkan diri pada
rasio dan yang kedua mendasrkan diri kepada
pengalaman.Secara sederhana pengetahuan
pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan
dan ide yang terkandung dalam
pertanyaanpertanyaan yang dibuat mengenai
suatu gejala atau peristiwa yang bersifat
ilmiah, sosial maupun perseorangan (The
Liang Gie, 1987: 66).

Akan tetapi pengetahuaan tidak


terbatas pada hal tersebut, kegiatan sehari-
hari dapat memberikan pengetahuan.
Pengetahuan seperti ini biasanya lebih dapat
di ingat dalam pikiran. Pengetahuan bisa di
artikan sebagai segala hal yang diperoleh dari
proses persentuhan pancaindera terhadap
objek tertentu, bisa

5
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

pula melalui proses belajar dan mengamati antarbudaya tidak apat dielakkan dari
sekitar.

Berkaitan dengan latar belakang


diatas maka peneliti tertarik untuk
mengukur pengetahuan masyarakat tentang
kesenian ondel-ondel ngamen melalui
penelitian dengan judul “Pengaruh
Dinamika dan Eksistensi Kesenian Tari
Ondel-Ondel Ngamen Terhadap
Pengetahuan Masyarakat Betawi”.

KAJIAN LITERATUR

Komunikasi Budaya
Kebudayaan merupakan nilai dan
norma yang berlaku pada masyarakat yang
di sudah di wariskan secara turun
menurun. Kebudayaan yang dianut oleh
suatu kelompok masyarakat sangat
beragam. Bahasa, tarian, upacara
keagamaan, hingga cara makan, bertamu,
dan lain-lainnya berbeda-beda antara
masyarakat di wilayah satu dengan
wilayah lainnya. Komunikasi dan budaya
adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat di
pisahkan, karena tanpa komunikasi sebuah
kebudayaan tidak dapat di lestarikan.

Perkembangan kebudayaan dan


kehidupan manusia serta hubungan
kelompok manusia (masyarakat) dengan
kelompok manusia lain. Hubungan tersebut
masing masing membawa kebudayaannya
sendiri dan menimbulkan sebuah interaksi
baru diantara keduanya yaitu komunikasi
antar budaya. Komunikasi antar budaya
merupakan suatu peristiwa komunikasi
dimana mereka yang terlibat didalamnya
berasal dari latar belakang yang berbeda.

Menurut Ferdinandus Ngare dalam


jurnal ilmu komunikasi. JIKA. Vol.1 No.1
April 2014 “Arus informasi dapat
menyebar melalui pemanfaatan berbagai
kesenian tradisional (media tradisional),
masyarakat dapat mengkomunikasikan
secara verbal maupun nonverbal tentang
berbagai aspek yang terjadi dalam
kehidupannya. Media tradisional berasal
dari rakyat dan telah ada jauh sebelum
media massa modern.”
Pembicaraan tentang komunikasi
6
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi
dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi
dua konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Komunikasi antarbudaya dapat diartikan
melalui beberapa pernyataan sebagai berikut
(Liliweri,2004:9):

1. Komunikasi antarbudaya adalah


pernyataan diri antarpribadi yang
paling efektif antara dua orang yang
saling berbeda latar belakang
budaya.
2. Komunikasi antarbudaya
merupakan pertukaran pesan-pesan
yang disampaikan secara lisan,
tertulis, bahkan secara imajiner
antara dua orang yang berbeda latar
belakang budaya.
3. Komunikasi antarbudaya
merupakan pembagian pesan yang
berbentuk informasi atau hiburan
yang disampaika secara lisan atau
tertulis atau metode lainnya yang
dilakuka oleh dua orang yang
berbeda latar balakang budayanya.
4. Komunikasi antarbudaya adalah
pengalihan informasi dari seseorang
yang berkebudayaan tertentu kepada
seseorang yang berkebudayaan lain.
5. Komunikasi antarbudaya adalah
pertukaran makna yang berbentuk
simbol yang dilakukan oleh orang
yang berbeda latar belakang
budayanya.
6. Komunikasi atarbudaya adalah
proses pengalihan pesan yang
dilakukan seseorang melalui saluran
tertentu kepad orang lain yang
keduanya berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda dan
mengahasilkan efek tertentu.
7. Komunikasi antarbudaya adalah
setiap proses pembagian informasi,
gagasan atau perasaan diantara
mereka yang berbeda latar belakang
budayanya. Proses pembagian
informasi itu dilakukan secara lisan
dan tertulis, juga melalui bahasa
tubuh, gaya atau penampilan pribadi,
atau bantuan

7
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

hal lain di sekitarnya yang budaya dari partisipan-


memperjelas pesan. partisipan komunikasi Istilah
kebudayaan
Komunikasi antar budaya lebih
cenderung dikenal sebagai perbedaan
budaya dalam mempersepsi obyek-obyek
sosial dan kejadian-kejadian, di mana
masalah-masalah kecil dalam Komunikasi
sering diperumit oleh adanya perbedaan-
perbedaan persepsi dalam memandang
masalah itu sendiri. Dalam hal ini
Komunikasi antar budaya diharapkan
berperan memperbanyak dan
memperdalam persamaan dalam persepsi
dan pengalaman seseorang. Namun
demikian karakter budaya cenderung
memperkenalkan kita kepada pengalaman
– pengalaman yang berbeda sehingga
membawa kita kepada persepsi yang
berbeda- beda atas dunia eksternal kita.
komunikasi dan budaya yang mempunyai
hubungan timbal balik, seperti dua sisi
mata uang.

Budaya menjadi bagian dari


perilaku komunikasi, dan pada gilirannya
komunikasi pun turut menentukan,
memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya. Menurut Edward
T.Hall dalam Lubis (2006:2), bahwa
“komunikasi adalah budaya dan budaya
adalah komunikasi”. Pada satu sisi,
komunikasi merupakan suatu mekanisme
untuk mensosialisasikan norma-norma
budaya masyarakat, baik secara horizontal,
dari suatu masyarakat kepada masyarakat
lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu
generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi
lain budaya menetapkan norma-norma
(komunikasi) yang dianggap sesuai untuk
kelompok tertentu. Dari tema pokok
demikian, maka perlu pengertian–
pengertian operasional dari kebudayaan
dan kaitannya dengan komunikasi antar
budaya.

Untuk mencari kejelasan dan


mengintegrasikan berbagai konseptualisasi
tentang kebudayaan komunikasi antar
budaya, ada 3 dimensi yang perlu
diperhatikan:

1. Tingkat masyarakat kelompok


8
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
telah digunakan untuk menunjuk
pada macam-macam tingkat
lingkungan dan kompleksitas dari
organisasi sosial. Umumnya istilah
kebudayaan mencakup Kawasan –
kawasan di dunia (budaya
timur/barat). Sub kawasan-
kawasan di dunia (budaya Amerika
Utara / Asia), Nasional / Negara
(budaya Indonesia/Perancis/Jepang).
Kelompok-kelompok etnik-ras dalam
negara (budaya orang Amerika
Hutam, budayaAmerika Asia, budya
Cina Indonesia), Macam-macam sub
kelompok sosiologis berdasarkan
kategorisasi jenis kelamin kelas
sosial. Countercultures (budaya
Happie, budaya orang dipenjara,
budaya gelandangan, budaya
kemiskinan).
2. Konteks sosial tempat terjadinya
komunikasi antar budaya,
komunikasi dalam semua konteks
merupakan persamaan dalam hal
unsur- unsur dasar dan proses
komunikasi manusia (transmitting,
receiving,processing). Tetapi
adanya pengaruh kebudayaan yang
tercakup dalam latar belakang
pengalaman individu membentuk
pola-pola persepsi
pemikiran.Penggunaan pesan- pesan
verbal/nonverbalserta
hubungan-hubungan antarnya. Maka
variasi kontekstual, merupakan
dimensi tambahan yang
mempengaruhi prose-proses
komunikasi antar budaya misalnya
komunikasi antar orang Indonesia
dan Jepang dalam suatu transaksi
dagang akan berbeda
dengankomunikasi antarkeduanya
dalam berperan sebagai dua
mahasiswa dari suatu
universitas.Jadi konteks sosial khusus
tempat terjadinya komunikasi antar
budaya memberikan pada para
partisipan hubungna-hubungan antar
peran. ekpektasi, norma-norma dan

9
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

aturan- aturan tingkah laku yang waktu


khusus.
3. Saluran yang dilalui oleh pesan-
pesan komunikasi antar budaya
(baik yang bersifat verbal maupun
nonverbal

Dinamika dan Kebudayaan

Pada dasarnya setiap masyarakat


di dalam hidupnya dapat dipastikan
mengalami perubahan. Adanya perubahan
tersebut akan dapat diketahui dengan
membandingkan suatu masyarakat pada
masa tertentu yang kemudian kita
bandingkan dengan keadaan masyarakat
pada masa lalu. Perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat, pada dasarnya
merupakan suatu proses yang terus
menerus, ini berarti bahwa setiap
masyarakat kenyataannya akan mengalami
perubahan-perubahan.

Perubahan sosial adalah perubahan


yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosial, termasuk di
dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola
prilaku di antara kelompok dalam
masyarakat. Menurutnya, antara perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan memiliki
satu aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu penerimaan
cara-cara baru atau suatu perbaikan cara
masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Perubahan sosial yaitu
perubahan yang terjadi dalam masyarakat
atau dalam hubungan interaksi, yang
meliputi berbagai aspek kehidupan.
Sebagai akibat adanya dinamika anggota
masyarakat, dan yang telah didukung oleh
sebagian besar anggota masyarakat,
merupakan tuntutan kehidupan dalam
mencari kestabilannya (Selo Soemardjan
dalam Elly, 2006: 51).

Bentuk perubahan sosial dapat


dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara
lain :

1) Perubahan-perubahan yang terjadi


secara lambat dan secara cepat
Perubahan yang memerlukan
10
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
yang lama dimana terdapat suatu
rentetan-rentetan perubahan yang
saling mengikuti secara lambat
disebut evolusi. Perubahan yang
cepat, yang mengenai dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok dari
kehidupan masyarakat disebut
evolusi.
2) Perubahan-perubahan yang
pengaruhnya kecil dan
perubahanperubahan yang
pengaruhnya besar. Perubahan-
perubahan yang kecil pengarunya
adalah perubahan-perubahan pada
unsur-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung
atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Sebaliknya proses
industrialisasi yang berlangsung
dalam masyarakat agraris membawa
pengaruh yang besar bagi
masyarakat. Berbagai lembaga
kemasyarakatan akan ikut
terpengaruh seperti hubungan kerja,
sistem milik tanah, hubungan
kekeluargaan, stratifikasi
masyarakat dan sebagainya
(Soekanto, 2007: 271-274).

DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara


merupakan wilayah yang paling cepat
berkembang jika dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lainnya yang ada di
Indonesia. Pertumbuhan perkotaan dan arus
modernisasi yang pesat membuat masyarakat
Betawi yang tinggal di DKI Jakarta
seringkali mengalami perubahan. Masyarakat
dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat di pisahkan. Perubahan pada
masyarakat akan berdampak pada
kebudayaan dan nilai-nilai yang terkandung
di dalam kebudayaan membentuk sebuah
pola kehidupan bermasyarakat suatu daerah.

Kebudayaan diartikan sebagai


keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
Bila dilihat dari bahasa inggris kata
kebudayaan berasal dari kata latin colera
yang berarti mengolah atau

11
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

menngerjakan, yang kemudian yang memiliki makna simbolis. Simbol


berkembang menjadi kata culture yang
diartikan sebagai daya dan usaha manusia
untuk merubah alam. Banyak berbagai
definisi dari kebudayaan, namun terlepas
dari itu semua kebudayaan pada
hakekatnya mempunyai jiwa yang akan
terus hidup, karena kebudayaan terus
mengalir pada diri manusia dalam
kehidupannya. Kebudayaan akan terus
tercipta dari masa ke masa, dari tempat ke
tempat dan dari orang keorang
(Koentjaraningrat, 2011: 74).

Kebudayaan merupakan hasil rasa


manusia yang memiliki fungsi dan makna
serta keunikan yang bertujuan memberikan
hiburan. Kebudayaan muncul dari sebuah
kebiasaan baik perilaku, pola hidup, sistem
sosial dan dipengaruhi oleh letak suatu
wilayah, dimana kebudayaan lahir dan
berkembang.

Kebudayaan adalah pola dari


pengertian-pengertian atau makna yang
terjalin secara menyeluruh dalam simbol-
simbol yang di transmisikan secara
historis, suatu sistem mengenai konsepsi-
konsepsi yang diwariskan dalam bentuk-
bentuk simbolik yang dengan cara tersebut
manusia berkomunikasi, melestarikan dan
mengembangkan pengetahuan dan sikap
mereka tentang kehidupan (Geertz, 1992:
5).

Kebudayaan sebagai keseluruhan


sistsem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985:
180). Sedangkan Menurut Dedy Mulyana
(1990: 30) konsep budaya yang relevan
dengan komunikasi, yakni masalah simbol,
bahasa, dan pemaknaan, antara lain: 1.
Objek simbol bendera melambangkan
bangsa, dan uang menggambarkan
pekerjaan dan barang-barang dagangan
(komoditi). 2. Karakteristik objek dalam
kultur keindonesiaan, seperti warna ungu
dipahami untuk kerajaan, hitam untuk duka
cita, kuning untuk kekecutan hati, putih
untuk kesucian, merah untuk keberanian,
dan sebagainya. 3. Gesture adalah tindakan
12
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
adalah jarak yang luas dari pembicaraan dan
kata-kata yang tertulis dalam menyusun
bahasa. Bahasa adalah kumpulan simbol
paling penting dalam berbagai kultur.

Kebudayaan yang dalam konteks


penelitian ini adalah kesenian tari ondel-
ondel masyarakat Betawi. Melalui kesenian
tari ondel-ondel masyarakat Betawi
menggambarkan tentang bagaimana pola
kehidupan masyarakat dan nilai-nilai luhur
yang di anut oleh masyarakat Betawi zaman
dulu. Tujuannya adalah agar nilai-nilai
kebudayaan ini tetap dapat bertahan dan di
turunkan secara terus menerus. Perubahan
yang terjadi secara turun temurun dari
kesenian tari ondel-ondel ini di
komunikasikan pada bentuk boneka ondel-
ondel, warna, gerakan menari, dan alunan
lagu dari musik pengiring kesenian ondel-
ondel.

Menurut Koentjaraningrat (1996:


142) Semua konsep yang kita perlukan
untuk menganalisa proses-proses pergeseran
masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai
dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut
antara lain adalah : 1. Proses belajar
kebudayaan itu sendiri, yang terdiri dari
internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi; 2.
Evolusi kebudayaan dan difusi; 3. Proses
pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing,
yang meliputi: akulturasi dan asimilasi; dan
4. proses pembauran atau inovasi atau
penemuan baru.

Proses modernisasi masyarakat


Betawi telah menciptakan inovasi terhadap
kebudayaannya. Perubahan dan
pembaharuan dari berbagai aspek kehidupan
yang terjadi pada masyarakat Betawi ikut
mempengaruhi bagaimana proses
perkembangan kebudayaannya. Kesenian tari
ondel-ondel Betawi telah menjadi jati diri
masyarakat Jakarta sejak lama. Kepercayaan
dan pemberian makna di balik kesenian tari
ini membentuk pola perilaku dalam
kehidupan masyarakat Betawi.

Eksistensi Kebudayaan

13
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

Eksistensi adalah kosakata dari


bahasa Inggris, yang diadopsi dari kata kembali segenap wadah dan kegiatan
“exist” yang artinya ada. Dalam Kamus pendidikan (Eddy, 2009: 5). Sistem nilai
Besar Bahasa Indonesia kata eksistensi budaya adalah suatu rangkaian konsepsi-
mempunyai arti keberadaan. Eksistensi konsepsi abstrak yang hidup dalam alam
mengungkapkan tentang pengaruh nilai- pikiran sebagian besar dari warga suatu
nilai kebudayaan dalam kesenian tari masyarakat, mengenai apa yang dianggap
ondel- ondel ngamen terhadap persepsi mempunyai makna penting dan berharga,
masyarakat Betawi. Kata eksistensi tetapi juga mengenai apa yang dianggap
diartikan bahwa manusia berdiri sebagai remeh dan tidak berharga dalam hidup
diri sendiri dengan keluar dari dirinya. (Koentjaraningrat, 1969: 18).
Manusia sadar bahwa dirinya ada
(Hadiwijono, 2005: 148). Sedangkan Dalam kehidupan masyarakat,
menurut Loren Bagus (1996: 183), sistem nilai ini berkaitan erat dengan sikap,
eksistensi berasal dari kata existence yang dimana keduanya menentukan pola-pola
berasal dari Bahasa Latin existere yang tingkah laku manusia. Sistem nilai adalah
berarti muncul, ada, timbul, atau memiliki bagian terpadu dalam etika-moral, yang
keberadaan aktual. Existere sendiri berasal dalam manifestasinya dijabarkan dalam
dari kata “ex” yang berarti keluar dan norma-norma sosial, sistem hukum dan
“sistere" yang berarti tampil atau muncul. adat istiadat sopan-santun yang berfungsi
sebagai tata kelakuan untuk mengatur tata-
Eksistensi adalah suatu proses tertib kehidupan masyarakat. Adat istiadat
yang dinamis, suatu, menjadi atau menetapkan bagaimana seharusnya warga
mengada. Ini sesuai dengan asal kata masyarakat bertindak secara tertib.
eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang
artinya keluar dari, melampaui atau Nilai budaya daerah tentu saja
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat bersifat partikularistik, artinya khas
kaku dan terhenti, melainkan lentur atau berlaku umum dalam wilayah budaya suku
kenyal dan mengalami perkembangan atau bangsa tertentu. Sejak kecil “individu-
sebaliknya kemunduran, tergantung pada individu telah diresapi oleh nilai-nilai
kemampuan dalam mengaktualisasikan budaya masyarakatnya, sehingga konsepi-
potensipotensinya (Zaenal, 2007: 16). konsepi itu telah menjadi berakar dalam
mentalitas mereka dan sukar untuk
Berdasarkan definisi di atas maka digantikan oleh nilai budaya yang lain
dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah dalam waktu yang singkat”
suatu proses atau gerak untuk menjadi ada (Koentjaraningrat, 1969: 18).
kemudian melakukan suatu hal untuk tetap
menjadi ada. Sedangkan yang dimaksud Permasalahan yang muncul adalah
eksistensi di dalam penelitian ini adalah nilai budaya daerah yang bagaimana yang
keberadaan dari nilai-nilai kebudayaan juga dapat berfungsi membentuk struktur
dalam kesenian tari ondel-ondel yang nilai budaya umum yang dapat berlaku
digunakan untuk kegiatan ngamen. Dengan bagi masyarakat-masyarakat di Indonesia
mengamen tersebut adalah sesuatu hal secara keseluruhan, sehingga dapat
yang penting sebagai salah satu upaya menjadi ciri identitas jati diri bangsa
untuk melihat bagaimana kesenian tari Indonesia. Pemecahan masalah ini tentu
ondel- ondel dalam melestarikan nilai-nilai saja memerlukan telaah nilai budaya
kebudayaannya sebagai kesenian daerah yang memiliki potensi untuk itu.
tradisional masyarakat Betawi. Kesenian Tari Ondel-Ondel
Pelestarian kebudayaan daerah dan
pengembangan kebudayaan nasional Kesenian Tari Ondel-Ondel
melalui pendidikan baik pendidikan formal merupakan kesenian adat Betawi yang
maupun non-formal, dengan mengaktifkan sudah ada sejak lama. Kesenian ini
14
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
digunakan sebagai bentuk atau simbol dari
kepercayaan masyarakat adat Betawi

15
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

zaman dulu yang telah di wariskan hingga demi kelangsungan hidup anak cucu dan
saat ini. Menurut ketua Lembaga beraya,
Kebudayaan Betawi bapak Yahya Andi
Saputra dalam tulisannya yang berjudul
“Ondel-Ondel Antara Ngamen dan
Simbol” menjelaskan pengertian dan
fungsi kesenian tari ondel-ondel sebagai
berikut :

Ondel-ondel berbentuk boneka


raksasa. Tinggi sekitar 2,5 sampai 3 meter.
Rangka tubuhnya dibuat dari bambu. Garis
tengah lingkaran tubuhnya 80 - 90 cm.
Wajahnya dibuat dari kayu (dahulu dari
kayu rambutan, sekarang umumnya kayu
kapuk) disebut kedok ondel-ondel.
Rambutnya dibuat dari ijuk warna hitam
dan diberi hiasan kembang kelape. Wajah
atau muka Ondel-ondel laki-laki berwarna
merah, mata melotot, alis hit`am tebal, dan
bercaling (bertaring), sedangkan yang
perempuan berwarna putih, bermata hitam
sayu, alis hitam melengkung, bulu mata
lentik, bibir merah, telinga bergiwang atau
beranting-anting, dan jidatnya bermahkota.
Pakaian Ondel-ondel Laki-laki berwarna
hitam dengan model baju pangsi. Ondel-
ondel perempuan memakai busana kebaya
panjang atau baju kurung bermotif
kembang dan bawahan kain batik dengan
selendang atau selempang disangkutkan di
pundak kiri ke arah pinggang kanan.

Masyarakat Betawi sebelum


kedatangan Islam, memahami Barungan
atau Ondel-ondel memiliki kekuatan gaib.
Kekuatan gaib itulah yang difungsikan
sebagai pendukung keperluan upacara
adat. Upacara sedekah bumi atau baritan
belumlah lengkap jika tidak ada Ondel-
Ondel. Kekuatan gaib ondel-ondel ini
diyakini dapat menangkal wabah penyakit
(muntaber, cacar aer, dan penyakit kulit
lainnya) dan mencegah gagal panen akibat
serangan hama (wereng, keong, tikus,
burung) atau bahaya yang mengancam.

Jika difungsikan sebagai


pelengkap upacara sedekah bumi, Ondel-
Ondel digunakan mengarak iring-iringan
sajen yang diletakkan di empat penjuru
kampung (pada tempat itu, wetan, kulon,
budik, bilir diyakini dijaga oleh leluhur
16
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
sehingga pada waktu tertentu, hari rayagung,
harus ditanam kepala kebo dan sesajen
lainnya). Apabila Ondel-Ondel digunakan
untuk menangkal wabah gagal panen, maka
Ondel-Ondel ditugaskan melakukan upacara
bersih desa dengan membawa sajen dengan
iringan jampe. Karena keyakinan masyarakat
seperti itu, apa yang dipohonkan, dikabulkan
Yang Maha Kuasa. Pada perkembangan
selanjutnya, Ondel-ondel dimainkan dan
ditanggap untuk berbagai acara. Antara lain
: mengarak penganten sunat sunat, dekorasi
resepsi perkawinan, peresmian kantor, pawai
budaya, dan sebagainya. Dulu mereka juga
seringkali melakukan ngamen untuk
mempertahankan eksistensinya. Ngamen
dilakukan terutama pada tahun baru masehi
maupun imlek.

Jadi dapat di simpulkan bahwa


kesenian tari ondel-ondel adalah sebuah
boneka raksasa yang menjadi salah satu
peninggalan budaya leluhur dari masyarakat
Betawi yang pada awalnya di fungsikan
sebagai penolak bala. Sampai saat ini masih
terus di lestarikan oleh mereka yang
menjunjung tinggi nilai adat dan budaya
Betawi. Cara seniman Betawi
melestarikannya adalah dengan tetap
membuat patung ondel-ondel tersebut. Lalu
lambat laun ondel-ondel dijadikan kesenian
yang sering di tampilkan dalam pesta-pesta
rakyat. Bahkan tidak hanyak itu, pertunjukan
ondel-ondel pun mulai di populerkan oleh
senimannya dengan cara berkeliling dari
kampung ke kampung dengan diiringi
permainan musik khas Betawi dan
mendapatkan saweran dari warga yang
melihat pertunjukan mereka. Hal ini memang
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yang
tinggal di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan merupakan hasil dari


tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukun
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,
pengetahuan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa

17
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

dan raba. Sebagian besar pengetahuan


diperoleh melalui mata dan telinga (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
(Notoatmodjo, 2007 :143). Proses yang diartikan sebagai aplikasi atau
didasarioleh pengetahuan kesadaran dan penggunaan hukum-hukum,
sikap positif, maka perilaku tersebut akan rumus, metode, prinsip dan
bersifat langgeng. Sebaliknya apabila sebagainya dalam konteks atau
perilaku tersebut tidak didasari oleh situasi yang lain.
pengetahuan dan kesadaran maka tidak 4) Analisis (Analysis)
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran Analisis adalah suatu
maka tidak akan berlangsung lama. kemampuan untuk menjabarkan
(Notoatmodjo, 2003 :121) materi atau komponen-komponen,
tetapi masih didalam struktur
Pengetahuan mempunyai 6 organisasi tersebut dan masih ada
tingkatan sebagai berikut : kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat
1) Tahu (Know) dari pengguna kata kerja, seperti
Tahu diartikan sebagai dapat menggambarkan,
mengingat suatu materi yang telah membedakan, memisahkan,
dipelajari sebelumnya. Termasuk mengelompokkan, dan sebagainya.
kedalam pengetahuan tingkat ini 5) Sintesis (Syntesis)
adalah mengingat kembali (recall) Sintesis menunjukkan
terhadap suatu yang spesifik dari pada suatu kemampuan untuk
seluruh bahan yang dipelajari atau meletakkan bagian-bagian didalam
rangsangan yang telah diterima. suatu bentuk keseluruhan yang
Oleh sebab itu “tahu” ini baru. Dengan kata lain sintesis itu
merupakan tingkat pengetahuan suatu kemampuan untuk menyusun
yang paling rendah. Kata kerja formulasi baru dari formulasi-
untuk mengukur bahwa orang tahu formulasi yang ada. Misalnya
tentang apa yang terjadi antara lain dapat menyusun, dapat meringkas,
menyebutkan, menguraikan, dapat merencanakan dapat
mengidenfikasi menyatakan dan menyesuaikan dan sebagainya
sebagainya. terhadap suatu teori atau
2) Memahami (Comprehention) rumusanrumusan yang telah ada.
Memahami artinya sebagai 6) Evaluasi (Evaluation)
suatu kemampuan untuk Evaluasi ini berkaitan
menjelaskan secara benar tentang dengan kemampuan untuk
obyek yang diketahui, dan dapat melakukan justifikasi atau
menginterprestasikan benar penilaian terhadap suatu materi
tentang obyek yang diketahui, dan atau obyek. Penilaian-penilaian ini
dapat menginterprestasikan materi didasarkan pada suatu kriteria yang
tersebut secara benar. Orang yang ditemukan sendiri, atau
telah paham terhadap obyek atau menggunakan kriteria-kriteria
materi terus dapat menjelaskan, yang telah ada. (Notoatmodjo,
menyebutkan contoh, 2007).
menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu obyek Cara mengukur pengetahuan
yang dipelajari. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
3) Aplikasi (Application) dengan memberikan seperangkat alat
Aplikasi diartikan sebagai tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan
kemampuan untuk menggunakan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan
materi yang telah dipelajari pada penilaian dimana setiap jawaban yang
situasi ataupun kondisi real benar dari masing-masing pertanyaan
diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0
18
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
(Notoatmodjo, 2003) Selanjutnya
pengetahuan seseorang

19
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

dapat diketahui dan diinterprestasikan penelitian-penelitian


dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu epidemiologi yang
: merupakan salah satu
hal yang
1) Baik : hasil presentasi
76%-100%

2) Cukup : hasil presentasi


56-75%

3) Hasil presentasi : hasil presentasi >

56% (A. Wawan dan dewi M, 2010)

Proses adaptasi perilaku Dari


pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip
Notoatmodjo (2007: 121) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), yakni:

1. Awareness (kesadaran) Subjek


tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu.
2. Interest (tertarik) Dimana subjek
mulai tertarik terhadap stimulus
yang sudah diketahui dan
dipahami terlebih dahulu
3. Evaluation Menimbang-nimbang
baik dan tidaknya stimulus yang
sudah dilakukan serta pengaruh
terhadap dirinya
4. Trial Dimana subjek mulai
mencoba untuk melakukan
perilaku baru yang sudah diketahui
dan dipahami terlebih dahulu
5. Adaption Dimana subjek telah
berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap
terhadap stimulus

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003) adalah:

1. Faktor internal
a. Umur
Umur merupakan variabel
yang selalu diperhatikan dalam
20
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
mempengaruhi pengetahuan.
Umur adalah lamanya hidup
seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan.
Semakin tinggi umur seseorang,
maka semakin bertambah pula
ilmu atau pengetahuan yang
dimiliki karena pengetahuan
seseorang diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun
pengalaman yang diperoleh dari
orang lain.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan
proses menumbuh
kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku
manusia melalui pengetahuan,
sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar.
Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi
seseorang atau lebih mudah
menerima ide-ide dan teknologi.
Pendidikan meliputi peranan
penting dalam menentukan
kualitas manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan
implikasinya. Semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan
membuahkan pengetahuan yang
baik yang menjadikan hidup
yang berkualitas.
c. Pekerjaan
Bekerja pada umumnya
merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan

21
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

dan perilaku orang atau


kelompok. Perubahan pada pola kehidupan
masyarakat Betawi saat ini yang
b. Sosial budaya mengalami keterselisihan dengan para
Sistem sosial budaya yang pendatang dan juga modernisasi, maka
ada pada masyarakat dapat kesenian tari ondel- ondel lambat laun
mempengaruhi dari sikap mulai di lupakan oleh sebagian orang. Para
dalam menerima informasi. pelaku kesenian menggunakan berbagai
cara agar kesenian tari ondel-ondel ini
Ada 2 cara untuk memperoleh tetap ada, salah satunya adalah melakukan
pengetahuan yaitu cara tradisional dan kegiatan mengamen dengan kesenian tari
modern. Cara tradisional. ondel-ondel sebagai bentuk dari
penyesuaian kesenian ini untuk tetap
1) Cara Tradisional bertahan.
a. Cara coba salah (Trial dan Error)
Cara coba-coba ini Teori evolusi sosiokultural
dilakukan dengan menggunakan menjelaskan adaptasi ini dalam bentuk
kemungkinan dalam memecahkan mutasi yang memungkinan organisme
masalah, dan apabila kemungkinan untuk menghadapi lingkungan sekitarnya.
tidak berhasil, dicoba Beberapa organisme tidak dapat
kemungkinan yang lain. beradaptasi dan mati, sedangkan lainnya
b. Cara kekuasaan atau otoritas berubah dan tetap hidup. Teori evolusi
Prinsip ini adalah orang sosiokultural mempelajari perubahan yang
lain menerima pendapat yang dibuat oleh individu dalam perilaku dan
dikemukakan oleh orang yang harapan sosial mereka untuk beradaptasi
mempunyai otoritas, tanpa terlebih terhadap perubahan dalam lingkungan
dahulu menguji atau membuktikan sosial mereka. Tiga tahapan terlibat dalam
kebenarannya, baik berdasarkan proses ini :
fakta empiris ataupun berdasarkan
penalaran sendiri. 1. Orang melihat adanya perbedaan,
c. Pengalaman pribadi atau variasi, dalam norma-norma
Hal ini dilakukan dengan perilaku yang mereka harapkan
cara mengulang kembali dan pengharapan yang dimiliki
pengalaman yang diperoleh dalam orang lain untuk kinerja mereka.
memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. 2. Sebagai hasil dari variasi norma,
d. Melalui jalan pikiran mereka melihat pilihan-pilihan
Dalam memperoleh yang mungkin dan memilik
kebenaran pengetahuan manusia perilaku yang secara sosial paling
telah menggunakan jalan dapat diterima dalam kelompok.
pikirannya, baik melalui induksi
3. Sekali perilaku yang diterima
maupun deduksi.
ditentukan, orang akan cenderung
2) Cara Modern
mempertahankan perilaku ini dan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan menerapkannya pada interaksi
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan selanjutnya (Charles Darwin
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian dalam Richard West & Lynn H.
ilmiah, atau metodelogi penelitian Tunner, 2008: 338).
(Notoatmodjo, 2007).
Perubahan dengan kegiatan
mengamen yang dilakukan para seniman
Teori Evolusi Sosiokultural (Charles
kesenian ini telah melihat adanya peluang
Darwin)
dalam melestarikan kesenian tari ondel-

22
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
ondel. Selain sebagai pemenuh kebutuhan
hidupnya, kegiatan mengamen dengan

23
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

kesenian ini telah membuat masyarakat yang meliputi transformasi


Jakarta tahu bahwa kesenian dari adat menyeluruh
Betawi ini masih tetap ada hingga saat ini.
Peluang seperti ini pada akhirnya
memunculkan kelompok-kelompok
pengamen kesenian tari ondel-ondel
lainnya.

Istilah “evolusi” yang merupakan


gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan
yang berkembang dari satu bentuk ke
bentuk lain melalui mata rantai
transformasi dan modifikasi yang tak
pernah putus. Terkenalnya memang oleh
Charles Darwin yang ditulis dalam buku
Origin Species (1859), walaupun kata-kata
itu sudah dikenal sebenarnya sejak zaman
Yunani kuno dan sejumlah pemikira sejak
masa itu telah membuat postulat yang
bersifat evolusioner. Beberapa penganut
evolusionisme berpendapat bahwa arah
kecenderungan utama dalam evolusi
sosiokultural adalah bertambahnya
kompleksitas masyarakat (Parson, 1966,
1977; Carneiro, 1972).

Menurut dua antropolog yakni


Marshall Sahlins (1969) dan Marvin Haris
(1968) bahwa :

a. Evolusi sosiokultural meluputi


seluruh sistem sosiokultural
maupun komponen-komponen
terpisah dari sistem tersebut.
Biasanya terjadi bahwa perubahan
berawal dari suatu komponen (atau
sub-komponen) dan perubahan ini
menimbulkan perubahan-
perubahan pada komponen yang
lain. Seluruh mata-rantai sebab
dan akibat bergerak sehingga
akhirnya menghasilkan
transformasi pada seluruh sistem
sosiokultural.

b. Evolusi sosiokultural bukanlah


proses tunggal, unitary, yang
terjadi dengan cara yang sama
pada seluruh masyarakat.
Sebagamana evolusi biologis,
evolusi sosiokultural mempunyai
karakter “ganda” (Sahlin, 1960).
Pada satu sisi ia merupakan proses
24
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
pada masyarakat manusia. Ia
memperlihatkan suatu karakter
umum dan pola terarah dalam semua
masyarakat yang mengalaminya.
Proses ini biasanya disebut “evolusi
umum” atau general evolution
(Sahlins, 1960). Namun disisi lain
evolusi sosiokultural memperlihatkan
adaptif yang mengukuti banyak garis
yang berbeda-beda dalam banyak
masyarakat. Rincian- rincian spesifik
dari perubahan evolusioner
umumnya berbeda dari suatu
masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Pola perubahan ini secara
tipikal disebut evolusi spesifik atau
specific evolution (Sahlin, 1960).

Perbedaan tersebut dapat dirinci


sebagai berikut : Evolusi Paralel, Evolusi
Konvergen; dan Evolusi Divergen

a. Evolusi Paralel adalah


merupakan evolusi yang terjadi
dalam dua atau lebih sosiobudaya
atau masyarakat yang
berkembang dengan cara yang
sama dengan tingkat pada
dasarnya sama. Dalam hal ini
dapat diambil contoh masyarakat
pada zaman pra- sejarah di
zaman berburu dan meramu
kemudian meningkat ke zaman
memelihara binatang dan
bercocok tanam. Kalaupun
terjadi perubahan, namun pada
umumnya mereka memiliki pola-
pola kehidupan yang serupa.

b. Evolusi Konvergen adalah terjadi


ketika berbagai masyarakat yang
semula berbeda
perkembangannya namun
mengikuti pola yang serupa
kemajuannya. Contoh sebut saja
beberapa negara industri seperti
Jepang, dan Amerika mulanya
mempunyai sejarah peradaban
yang jauh berbeda, namun
akhirnya

25
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

memiliki banyak persamaan Betawi.


kemajuan yang serupa.

Evolusi Divergen adalah terjadi


ketika berbagai masyarakat yang semula
mengikuti persamaan yang serupa, namun
akhirnya mencapai tingkat perkembangan
yang jauh berbeda. Dalam hal ini Greertz
(1963) memberi contoh Indonesia dengan
jepang, mulanya memiliki banyak
persamaan pola sampai abad ke tujuh
belas. Akan tetapi dalam
perkembangannya belakangan ini jauh
berbeda, dimana Jepang melampaui
Indonesia sebagai negara maju dengan
standar hidup yang tinggi, sedangkan
Indonesia hampir tetap seperti dahulu dan
termasuk “negara berkembang” kalau
bukan terbelakang.

Kerangka Berfikir

Dinamika
Pengetahua
Masyarakat
Eksistensi

Hipotesis Penelitian
Setelah penyusunan kerangka
pemikiran, maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan yang menjadi dugaan
sementara (hipotesis). Hipotesis adalah
pernyataan atau jawaban sementara
terhadap rumusan penelitian yang
dikemukakan (Husaini Usman, 2014: 38).
Adapun hipotesis mayor pada penelitian ini
yaitu :

H 1 = H0 : Tidak ada pengaruh dinamika


kesenian tari ondel-ondel ngamen
terhadap pengetahuan masyarakat
Betawi.

H1 : Ada pengaruh dinamika


kesenian tari ondel-ondel ngamen
terhadap pengetahuan masyarakat
26
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
H 2 = H0: Tidak ada pengaruh eksistensi
kesenian tari ondel-ondel ngamen
terhadap pengetahuan masyarakat
Betawi.

H1 : Ada pengaruh eksistensi


kesenian tari ondel-ondel ngamen
terhadap pengetahuan masyarakat
Betawi.

H 3 = H0 : Tidak ada pengaruh dinamika dan


eksistensi kesenian tari ondel- ondel
ngamen terhadap
pengetahuan masyarakat Betawi.

H1 : Ada pengaruh dinamika dan


eksistensi kesenian tari ondel-ondel
ngamen terhadap pengetahuan
masyarakat Betawi.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Metode deskriptif digunakan untuk
menggambarkan permasalahan dan metode
verifikatif digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh rumusan masalah.
Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis status
sosial ekonomi dan gaya hidup terhadap
perilaku komunikasi masyarakat.

Populasi dan Teknik Sampling


Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda- benda alam lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu
(Sugiyono, 2009: 117).

Dalam penelitian ini yang menjadi


populasi adalah seluruh warga Betawi yang
tinggal di wilayah RW 10 Kelurahan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Jumlah

27
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

keseluruhan masyarakat Betawi di wilayah


RW 10 yang terbagi di 12 RT sebanyak 4. Studi Kepustakaan, cara
240 orang. Maka populasi dalam penelitian pengumpulan data melalui sumber
ini sebanyak 240 orang. bacaan berupa buku.

Sampel menurut Sugiyono Metode Analisis Data


(2014:81) adalah bagian dari jumlah dan 1. Uji Validitas dan Reliabilitas
karakteristik yang dimiliki oleh populasi Uji validitas digunakan untuk mengukur
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti valid atau tidaknya suatu kuisioner. Valid
tidak mungkin mempelajari semua yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan
ada pada populasi, misalnya karena untuk mengukur apa yang seharusnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka diukur (Sugiyono 2014:172). Menurut
peneliti dapat menggunakan sampel yang Sugiyono (2014:178) menyatakan
diambil dari populasi itu. “biasanya syarat minimum untuk dianggap
memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”.
Dalam pengambilan sampel Sedangkan Uji Reliabiltas yang merupakan
penelitian ini peneliti menggunakan pengeujian beberapa item pertanyaan
Teknik Sampling Kluster (Cluster dalam satu variabel yang dijawab secara
Sampling). Teknik Sampling ini disebut konstan atau stabil. Hasil uji ini dilakukan
juga sebagai teknik sampling daerah, dengan uji cronbach alpha (α). Koefisien
conditional sampling atau restricted cronbach alpha (α) pada umumnya
sampling. Teknik ini digunakan apabila digunakan sebagai persyaratan sebuah alat
populasi tersebar dalam beberapa daerah, ukur yaitu berkisar >0,60 (Sufren dan
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan Natanael 2014:56).
seterusnya (Husaini Usman dan Purnomo
Setiady akbar, 2014: 44). 2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian normalitas bertujuan untuk
Sedangkan menurut Roscoe dalam
menguji data variabel dalam regresi yang
Sugiyono (2011: 90) “ukuran sampel yang
dihasilkan apakah berdistribusi normal
layak dalam penelitian adalah 30 sampai
atau berdistribusi tidak normal. Uji
dengan 500.” Keseluruhan populasi yang
normalitas dalam penelitian ini
akan di teliti semuanya berjumlah 240
menggunakan alat bantu statistik berupa
orang, maka berdasarkan pengertian diatas
perangkat lunak komputer (software) SPSS
dan dengan pertimbangan peneliti maka di
(16) yaitu dengan menggunakan pengujian
ambil 100 orang dari keseluruhan jumlah
uji kolmogorov-smirnov dan probability
populasi yang dijadikan sebagai sampel
plot (grafik pendekatan histogram).
penelitian.
Metode menguji normalitas dengan uji
Teknik Pengumpulan Data kolmogorov-smirnov yaitu dengan melihat
Teknik pengumpulan data adalah cara angka pada Asymp.Sig (2-tailed). Menurut
bagaimana agar data yang diperlukan Sufren dan Natanael (2014:67) akan ada
dalam penelitian dapat diperoleh. dua macam asumsi berdasarkan angka
1. Interview, teknik pengumpulan signifikasi tersebut, yaitu:
datau ntuk menemukan 1). Data berdistribusi normal apabila
permasalahan yang harus diteliti. nilai signifikasi (p) > 0,05.
2. Observasi, dilakukan dengan 2). Data berdistribusi tidak normal
meninjau dan melakukan apabila nilai signifikasi (p) < 0,05.
pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti. Uji multikolinearitas bertujuan untuk
3. Angket/Kuesioner, memberikan menentukan apakah dalam suatu model
alat atau perangkat pertaanyaan regresi linier ganda terdapat korelasi antar
tertulis kepada responden. variabel independen. Model regresi ganda
yang baik seharusnya korelasi antar

28
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
variabel independen adalah kecil atau justru

29
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

sama sekali tidak ada, dengan kata lain Melakukan uji-t, untuk menguji
model-model linier regresi ganda yang pengaruh masing-masing
baik adalah yang tidak mengalami variabel
multikolinearitas. Pendektesian terhadap
multikolinearitas dengan melihat nilai
tolerance harus diantara 0,0 – 1 serta VIF
harus lebih rendah dari angka 10 (Sufren
dan Natanael 2014:104).

Uji heteroskedastisitas bertujuan


menguji apakah kesalahan (errors) pada
data kita memiliki varian yang sama atau
tidak (Sufren dan Natanael 2014:105).

Uji Autokorelasi bertujuan untuk


mencari tahu, apakah kesalahan (errors)
suatu data pada periode tertentu
berkorelasi dengan periode lainnya (Sufren
dan Natanael 2014:104).

3. Uji Regresi Berganda


Analisis regresi berganda
digunakan oleh peneliti, bila
peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependen, bila
dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor
dimanipulasi (dinaik turunkan
nilai) (Sugiyono 2014:277).

4. Uji Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk
melihat kekuatan atau besar
hubungan antara dua variabel
(Sufren dan Natanael, 2014:69).

5. Uji Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R2)
bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Menurut
Sufren dan Natanael (2014:107),
nilai R square (R2) untuk
menunjukan besarnya
sumbangan atau
kontribusi dari variabel
independen terhadap variabel
dependen.

6. Uji T
30
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
bebas terhadap variabel terikat
hipotesis.

7. Uji F
Uji F untuk mengetahui pengaruh
seluruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan


karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin laki-laki lebih dominan
dibandingkan dengan perempuan yaitu laki-
laki sebanyak 61% dan perempuan 39%,
dengan usia dominan antara 35 tahun ke atas
25%, usia 25-34 tahun 47% dan usia
18-24 tahun sebanyak 28%.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Hasilnya dijelaskan bahwa seluruh
item instrumen mempunyai nilai signifkansi
yang lebih kecil dari 0,3, sehingga seluruh
item instrumen pertanyaan variabel
Dinamika, Eksistensi, dan Pengetahuan
Masyarakat Betawi tersebut dinyatakan
Valid. Dinamika, Eksistensi, dan
Pengetahuan Masyarakat Betawi dinyatakan
reliabel, nilai cronbach’s alpha dari variabel
yang diuji lebih besar dari nilai reliabilitas
yaitu 0,60.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Berdasarkan hasil uji normalitas
dengan Kolmogorov Smirnovtest diperoleh
dari hasil residual Asymp. Sig sebesar 0,102
(Dinamika), 0,152 (Eksistensi) dan 0,125
(Pengetahuan Masyarakat). Maka ketiga
variabel lebih besar dari 0,05, berarti data
tersebut berdistribusi normal dan dibawah
tabel terdapat pernyataan bahwa test
distribution is normal yang berarti bahwa
data terdistribusi dengan normal.

Hasil Uji Multikolinearitas nilai VIF


pada kolom terakhir masing-masing variabel
adalah Dinamika = 1,287 dan Eksistensi =
1,287 dimana semuanya menunjukan angka
lebih kecil dari 10. Dengan demikian, model
bebas dari gejala multikolinearitas.

31
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

yang rendah antara dinamika terhadap


Hasil Uji Heteroskedastisitas pengetahuan karena berada pada
dilihat pada gambar scatter plot tidak interprestasi koefisien korelasi nilai r (0,20
terdapat pola yang jelas dari titik-titik – 0,399). Sedangkan nilai korelasi yang
menyebar diatas dan dibawah 0 sumbu Y, diperoleh untuk eksistensi terhadap
hal ini menunjukan model regresi tidak pengetahuan yaitu sebesar 0,497, artinya
memiliki gejala heteroskedastisitas artinya terdapat hubungan yang sedang antara
tidak ada gangguan yang berarti dalam eksistensi terhadap pengetahuan karena
model regresi ini. berada pada interprestasi koefisien korelasi
nilai r (0,40 – 0,599). Nilai p-value pada
Hasil pengujian autokorelasi yaitu kolom sig (1-tailed)0,000 < 0,05 level of
dengan menggunakan nilai perhitungan significant (α) berarti Ha > 0, maka ini
Durbin-Watson, pada pengujian variabel menunjukan dinamika dan eksistensi
tersebut didapatkan nilai sebesar 1,399 berkorelasi dengan pengetahuan.
sehingga dapat dikatakan bahwa data yang
diolah tidak terjadi autokorelasi karena Hasil Uji Koefisien Determinasi
nilai Durbin-Watson terdapat diantara 1 < Nilai koefisien determinasi
DW < 3. tersebut dapat diketahui dari output
koefisien korelasi pada lambang R. Hasil
Hasil Uji Regresi Berganda pertimbangan tersebut menunjukan bahwa
Model regresi antara Status Sosial besarnya koefisien determinasi adalah
Ekonomi dan Gaya Hidup terhadap 27,87% yang berarti bahwa variabel
Perilaku Komunikasi Masyarakat yang pengetahuan dipengaruhi oleh variabel
dinyatakan dalam bentuk persamaan dinamika dan eksistensi. Sedangkan nilai
sebagai berikut : yang tersisa yaitu sebesar 72,13%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
Y = ɑ + b1X1 + b2X2 tidak diteliti pada penelitian ini.
Y = 14,325 + 0,188X1 + 0,275X2
Hasil Uji T dan Uji F
Berdasarkan persamaan regresi Untuk variabel dinamika (X1)
tersebut besar perubahan pengetahuan diperoleh nilai thitung sebesar 2,077, untuk
masyarakat betawi yang terjadi mengikuti α
perubahan dinamika dan eksistensi yaitu = 0,05, karena thitung (2,077) > (1,666)
sebesar 14,325. Artinya jika tidak ada maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat
variabel dinamika dan eksistensi, maka disimpulkan bahwa dinamika secara parsial
besarnya pengetahuan masyarakat betawi memiliki pengaruh yang signifikan
adalah sebesar 14,325. Koefisien regresi terhadap Pengetahuan Masyarakat Betawi
pada variabel dinamika adalah 0,188 yang (Y).
apabila terjadi penambahan status sosial
ekonomi sebesar 1, maka terjadi Untuk variabel eksistensi (X2)
peningkatan dinamika sebesar 0,188. Dan diperoleh nilai thitung sebesar 4,102, untuk
koefisien regresi pada variabel eksistensi α
adalah 0,275 yang apabila terjadi = 0,05, karena thitung (4,102) > (1,666)
penambahan eksistensi sebesar 1, maka maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat
akan terjadi peningkatan status sosial disimpulkan bahwa eksistensi secara
ekonomi 0,275. parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Pengetahuan Masyarakat Betawi
(Y).
untuk dinamika terhadap pengetahuan
yaitu sebesar 0,393, artinya terdapat
Hasil Uji Korelasi hubungan
Nilai korelasi yang diperoleh
32
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
Untuk Uji F, dapat diketahui bahwa
nilai Fhitung melalui Uji ANOVA yaitu
sebesar 18,781, sedangkan Ftabel pada α =
0,05 adalah 3,09 Karena nilai Fhitung lebih
besar dari Ftabel yaitu 18,781 > 3,09, maka

33
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

dapat disimpulkan Ho ditolak. Dengan


demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah terhadap eksistensi kesenian
dinamika dan eksistensi kesenian tari tari ondel-ondel. Tetapi dalam penelitian
ondel-ondel ngamen berdampak dan ini juga di temukan bahwa kesenian tari
mempunyai pengaruh terhadap ondel- ondel sudah tidak lagi memiliki
pengetahuan masyarakat Betawi. peran dalam kehidupan masyarakat betawi
saat ini.

Hasil pengujian secara umum


menunjukan bahwa dari 2 variabel
PEMBAHASAN Dinamika, Eksistensi mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap
Pengaruh dinamika kesenian tari Pengetahuan Masyarakat Betawi. Hal ini
ondel-ondel terhadap pengetahuan menunjukan bahwa Pengetahuan
masyarkat betawi dalam penelitian ini Masyarakat Betawi sangat di pengaruhi
termasuk dalam kategori cukup baik. oleh Dinamika dan Eksistensi Kesenian
Berdasarkan hasil data temuan peneliti, Tari Ondel-Ondel.
pengetahuan masyarakat betawi di RW 10
kelurahan Pasar Minggu tentang pengaruh PEMBAHASAN HASIL KARYA
dinamika yang terjadi pada kesenian tari
ondel-ondel ngamen adalah bahwa Pada pembahasan ini peneliti akan
kegiatan mengamen bukan metode dalam menguraikan tentang proses penciptaan
melestarikan kesenian tari ondel-ondel karya mulai dari pra produksi, produksi dan
tetapi untuk mencari nafkah bagi para pasca produksi. Meliputi konsep, Term of
seniman ondel-ondel. Proses pembelajaran Refrence (TOR), Working Schedule,
dan pengetahuan masyarakat betawi di RW Breakdown Budgeting, Equipment List,
10 kelurahan Pasar Minggu tentang Spesifikasi Kamera, Treatment, Camera
kesenian tari ondel-ondel masih kurang Report,. Dalam pembuatan karya
baik. Kemudian masyarakat betawi di RW dokumenter yang berjudul “Suara Budaya
10 kelurahan Pasar Minggu beranggapan Jalanan”, peneliti fokus sebagai sutradara.
bahwa terjadi perubahan pada musik
pengiring dan cara mengiri kesenian tari Pra Produksi
ondel-ondel tersebut. Hal ini di pandang Konsep film dokumenter yang
kurang baik, menurut masyarakat betawi di akan peneliti buat ini berlatar belakang
RW 10 kelurahan Pasar Minggu, kesenian tentang sebuah fenomena ondel-ondel yang
tari ondel-ondel harus ada penambahan sebelumnya digunakan sebagai penolak
unsur-unsur modernisasi dalam metode bala kini dijadikan sebagai alat untuk
melestarikannya. mengamen atau mencari nafkah. Ondel-
Pengaruh eksistensi kesenian tari ondel adalah sebuah kesenian tradisional
ondel-ondel terhadap pengetahuan adat Betawi yang berada di kota Jakarta.
masyarkat betawi dalam penelitian ini Kesenian ini adalah salah satu peninggalan
termasuk dalam kategori cukup baik. leluhur dari masyarakat Betawi yang pada
Berdasarkan hasil data temuan peneliti, awalnya difungsikan sebagai penolak bala,
pengetahuan masyarakat betawi di RW 10 yang menarik dari perkembangan ondel-
kelurahan Pasar Minggu tentang pengaruh ondel ini adalah pergeseran alih fungsi
eksistensi yang terjadi pada kesenian tari ondel-ondel dari masa ke masa. Baik dari
ondel-ondel ngamen adalah bahwa segi penampilan maupun dari cara
masyarakat menilai kesenian tari ondel- melestarikannya saat ini.
ondel harus tetap di lestarikan dan
masyarakat merasa tidak puas dengan
kondisi yang terjadi dengan kesenian tari Produksi
ondel-ondel ngamen saat ini. Masyarakat Proses kerja peneliti sebagai
juga menilai kurang adanya peran dari seorang sutradara atau director mempunyai
34
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
tantangan tersendiri karena dibutuhkan jiwa

35
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

kepemimpinan didalamnya, jiwa


kepemimpinan adalah modal utama pembelajaran kesenian tari ondel-
seorang sutradara. Tidak ada pernah dapat ondel pada masyarakat Betawi dan
tercipta sebuah karya seni dalam bentuk penampilan para pengamen ondel-
audio visual yang diinginkan apabila tidak ondelnya tidak baik. Pengaruh
terdapat jiwa kepemimpinan dan loyalitas dinamika kesenian tari ondel-ondel
dari sang-sutradara. Sebagai seorang ngamen mempunyai pengaruh
pimpinan kreatif sutradara harus secara signifikan terhadap variabel
mendapatkan kepercayaan dari teman satu persepsi masyarakat Betawi.
kelompok, hal ini merupakan suatu 2. Eksistensi kesenian tari ondel-
tanggung jawab yang besar bagi peneliti ondel ngamen yang terjadi saat ini
untuk dapat menjawab kepercayaan sudah cukup baik. Eksistensi
tersebut dalam mencitakan sebuah karya kesenian tari ondel-ondel Betawi
seni audio visual yang dapat memberikan masih harus tetap di lestarikan.
informasi kepada pemirsanya. Namun tingkat kepuasan terhadap
kondisi kesenian tari ondel-ondel
Pasca Produksi saat ini dan menyaksikan kesenian
Setelah proses produksi selesai ondel-ondel ngamen merupakan
selanjutnya peneliti mengumpulkan sebuah sarana hiburan hanya
memori yang digunakan pada saat memperoleh nilai yang kecil.
perekaman shooting dan menyusun Pengaruh eksistensi kesenian tari
rekaman hasil shooting yang akan ondel-ondel ngamen sesuai dengan
dikerjakan oleh penyunting gambar hasil uji parsial mempunyai
sebelum melakukan pengemasan film pengaruh secara signifikan
dokumenter, peneliti mendiskusikan terhadap variabel Pengetahuan
dengan penyunting gambar mengenai hasil masyarakat Betawi.
rough cut dan fine cut agar film 3. Pengetahuan masyarakat Betawi
dokumenter yang akan peneliti sajikan bisa terhadap kesenian tari ondel-ondel
dikemas dengan baik dan sempurna agar ngamen yang terjadi saat ini sudah
bisa ditampilkan saat penayangan. cukup baik. Berdasarkan pengujian
hipotesis dinamika dan eksistensi
kesenian tari ondel-ondel ngamen
PENUTUP memiliki pengaruh yang signifikan
Berdasarkan hasil penelitian yang terhadap Pengetahuan masyarakat
telah dilakukan, diambil beberapa Betawi. Selain dari nilai korelasi,
kesimpulan dan saran sebagai berikut : nilai lainnya diperlihatkan pula
pada perhitungan koefisien
determinasi yaitu dengan
KESIMPULAN mengkuadratkan koefisien
Berdasarkan hasil pembahasan korelasi.
dalam penelitian dengan judul Pengaruh
Dinamika dan Eksistensi kesenian tari
ondel-ondel ngamen terhadap Persepsi SARAN
masyarakat Betawi, dapat di simpulkan 1. Para pengamen ondel-ondel harus
sebagai berikut: mempelajari lebih mendalam lagi
tentang kesenian tari ondel-ondel
1. Dinamika kesenian tari ondel- dan mengetahui bagaimana
ondel ngamen yang terjadi saat ini seharusnya mereka berpenampilan,
sudah cukup baik. Dinamika agar ketika mengamen dengan
kesenian tari ondel-ondel ngamen kesenian tari ondel-ondel
dipersepsikan sebagai sumber mendapatkan apresiasi yang baik
lapangan pekerjaan baru. Tetapi dari masyarakat Betawi. Perlu
kehati-hatian bagi para seniman
36
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
atau pengamen ondel-ondel dalam

37
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

membawa perubahan-perubahan
terhadap kesenian tari ondel-ondel. Creswell, J.C. (2010). Researc Design.
Hal ini karena dinamika yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
terjadi pada nilai-nilai kebudayaan Dr. Nur Indriantoro, M.Sc., Akuntan, Drs.
kesenian tari ondel-ondel memiliki Bambang Supomo, M.Si. Akuntan.
pengaruh terhadap Pengetahuan (2002). Metedologi Penelitian
masyarakat Betawi. Bisnis. Yogyakarta : Edisi
2. Dalam menyajikan sebuah Pertama, Penerbit BPFE.
pertunjukan, para pengamen Elly, M. Setiadi, dkk. (2006). Ilmu Sosial
ondel- ondel harus lebih dan Budaya Dasar. Jakarta:
mengutamakan eksistensi nilai- Prenada Media Group.
nilai kebudaan pada kesenian tari Garna, Yudistira, K. (1992). Teori-teori
ondel-ondel. Sehingga ondel-ondel Perubahan Sosial. Bandung:
ngamen bukan hanya sebagai Program Pascasarjana Universitas
sebuah sarana hiburan semata. Pajajaran.
Eksistensi kesenian tari ondel- Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan
ondel harus lebih di perhatikan lagi (Refleksi Budaya). Yogyakarta:
oleh para pengamen ondel-ondel, KANISIUS.
agar pengetahuan masyarakat Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis
Betawi dapat menjadi lebih baik. Multivariate Dengan Program
3. Selain memiliki keinginan untuk SPSS. Semarang: Edisi Keempat,
melestarikan kesenian tari ondel- Penerbit Universitas Diponegoro.
ondel, masyarakat Betawi juga Irwanto, dkk. (1996). Psikologi Umum:
harus memberikan kontribusi lebih Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta:
berupa tindakan-tindakan atau PT. Gramedia Pustaka Utama.
wujud nyata dalam melestarian Irwanto, dkk. (2002), Psikologi Umum.
kesenian tari ondel-ondel Betawi. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Masih banyak faktor-faktor lain Koentjaraningrat. (1969). Rintangan-
selain dinamika dan eksistensi Rintangan Mental Dalam
kesenian tari ondel-ondel yang Pembangunan Ekonomi di
dapat mempengaruhi persepsi Indonesia Bhratara:
masyarakat. Untuk itu perlu Djakarta.Utama.
adanya penelitian lebih lanjut Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu
mengenai hal tersebut. Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Koentjaraningrat. (1996). Kebudayaan
REFERENSI Mentalis dan
Buku : Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Abidin, Zainal. (2007). Analisis Koentjaraningrat. (2011). Pengantar Ilmu
Eksistensial. Jakarta: PT. Raja Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Grafindo Persada. Kotler. (2002). Manajemen Pemasaran.
Albert Bandura, (1986). Social Jakarta: Prenhalindo.
Foundations of Thought and Mulyana, Dedy. (1990). Komunikasi Antar
Action: A Social Cognitive Budaya. Bandung: Rosdakarya
Theory. Englewood Cliffs, NJ: Ningrum, E. (2006). Tempat Ruang dan
Prentice Hall. Sistem Sosial. Bandung: UPI Press.
Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Ostina, Panjaitan. (1996). Manusia Sebagai
Malang: UMM Press. Eksistensi. Jakarta: Yayasan
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Sumber Agung.
Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Priyatno, Duwi. (2013). Analisis korelasi,
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta Regresi, dan Multivariate dengan
Bagus, Lorens. (2005). Kamus Filsafat. SPSS. Yogyakarta : Gava Media.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
38
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
Rakhmat, Jalaluddin. (1985). Metode

39
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

Penelitian Komunikasi, Bandung: Raja Grafindo Persada.


Remadja Karya.
Richard West & Lynn H. Tunner, (2008).
Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Ridwan. (2010). Belajar mudah penelitian
untuk Guru-Karyawan dan peneliti
pemula. Bandung: Alfabeta.
Ritzer, George. (2005). Teori Sosial
PostModern. Yogyakarta : Kreasi
Wacana.
Ritzer. George. (2011). Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma
Ganda, Jakarta: Rajawali Pers.
Saifuddin, Azwar. (2005). Sikap Manusia:
Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan
Perubahan Sosial. Bandung:
Masagi Foundation.
Save, M. Dagum. (1990). Filsafat
Eksistensi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna
dalam Wacana. Bandung: CV
Yrama Widya.
Sufren dan Y Natanael. (2013). Mahir
Menggunakan SPSS secara
Otodidak. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY
Press.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2014) Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Supriyadi, Nina Kusumawati, Irwanto dan
YudoTriartanto. (2014).
Broadcasting Televisi 2 Teori dan
Praktik. Yogyakarta:
GrahaCendekia.
Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta:
40
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun
Thoha, M. (1983). Perilaku Organisasi,
konsep Dasar & Aplikasinya.
Jakarta: PT. Raja. Grafindo
Persada.
Thoha. M. (2009). Perilaku Organisasi Konsep
Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar.
(2008). Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wade, Carole, dan Carol Tavris. (2007).
Psychology,9th edition, bahasa
indonesia language edition. Jakarta
: Penerbit Erlangga.

Jurnal Penelitian :
Eddy. (2009). “Kontinuitas Sejarah dan
Pengembangan Kebudayaan
Nasional dalam Pembinaan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa”.
Jurnal IPS. “vol” 17, (32), 1-6
Frank Pajares dan Dale H. Schunk, Self-
Beliefs and School Success:
Journal of Self-efficacy, Self-
Concept, and School Achievement.
Perfilyeva, M.B. (2012). Professional Self-
Actualization as the Basis of
Employee Loyalty. Journal of
Siberian Federal University
Humanities & Social Sciences,3
(5),423-429.
Ngare, Ferdinandus. (2014). “Studi
Komunikasi Budaya Tentang
Upacara Ritual Congko Lokap Dan
Penti Sebagai Media Komunikasi
Dalam Pengembangan Pariwisata
Daerah Manggarai Provinsi Nusa
Tenggara Timur”. Jurnal Ilmu
Komunikasi. JIKA. Vol. 1 No.1 Hal.
41

Website :
Pendapat Pro dan Kontra Kesenian Tari
Ondel-Ondel Ngamen;
 https://www.brilio.net/serius/ini-
kata-budayawan-soal-
menjamurnya-pengamen-ondel-
ondel-160416s.html
Pendapat sejarahwan tentang kesenian tari ondel-
ondel ngamen;

41
Ecodemica, Vol. No. #bulan #tahun

 http://betawikita.id/pages/NS%201
.html

Perbandingan boneka ondel-ondel zaman


dulu;

 https://www.eyeem.com/a/572936
1
 http://www.nyoozee.com/trending/
sejarah-ondel-ondel-jakarta/
 http://www.orbitdigital.net/article/
ondel-ondel-maskot-betawi-si-
penjaga-kampung

BIODATA PENULIS

Rizki Dewaruci, S.I.Kom. Lahir di Jakarta


13 Januari 1993. Memperoleh Gelar S1
pada Program Studi Ilmu Komunikasi di
Universitas BSI Bandung pada tahun 2017.

42

Anda mungkin juga menyukai